Anda di halaman 1dari 13

I.

TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa diharapkan :
1. Memahami cara mengekstraksi menggunakan ekstraktor soxhletasi
2. Dapat menghitung rendemen hasil isolasi
3. Mampu melakukan proses isolasi senyawa piperin dari Piper Nigri / Albi fructus
4. Mampu melakukan identifikasi senyawa hasil isolasi secara KLT

II. TEORI DASAR


Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua
yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat,
protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil
metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid
terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan
pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat
basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil
dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh,
morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina
berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai
stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana
termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus
atau alifatis.

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung unsur Nitrogen, yang biasanya


terasa pahit. Selain unsur Nitrogen, Carbon dan Hidrogen, Alkaloid juga
mengandung Oksigen dan Sulfur. Jarang sekali mengandung Chlorin, Bromin dan
Fosfor. Alkaloid diproduksi oleh bakteri, jamur, tumbuhan dan hewan. Sebagian
Alkaloid menjadi racun bagi organisme lain. Contoh Alkaloid yang sering kita jumpai
sehari-hari, misalnya: kopi (mengandung caffeine), rokok (mengandung nicotine), pil
kina (mengandung quinine). Obat yang sering dijual bebas untuk asma (ephedrin),
obat yang sering dipakai di rumah sakit (lokal anestetik, atropine, quinidine,
vincristine), obat yang terlarang dan diawasi pemakaiannya (cocain, morphine) dan
banyak lagi. Contoh-contoh obat di atas adalah suatu alkaloid yang sudah
dimurnikan dan dibuat tablet, kapsul, atau dalam vial sebagai obat suntik, yang lain
diminum tiap hari atau diisap). Alkaloid sudah lama dikenal. Sebagai contoh kutipan
sebagai berikut: Piperine (piperoylpiperidide), C17H1903N. This substance occurs in
several peppers and was isolated from the fruits of Pipernigrum,which furnish the
black and the white peppers of commerce, by Oersted2. Tulisan yang dalam bahasa
Inggris ini adalah kutipan dari kepustakaan no. 2 yang dipublikasi tahun 1949,
sedangkan Oersted sendiri mengisolasi dan dipublikasi di Pharmacographia
(London:Macmillan &Co.), halaman 584 pada tahun 1879.
Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid
terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan
berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon,
hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai
dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya
sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan
sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahuntahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa
sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid
akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas
biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan

serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya
satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata,
1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
Alkaloid digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Golongaan pyridine

2. Golongan Pyrrolidine
3. Golongan Tropane
4. Golongan Kuinolina
5. Golongan Isokuinolina

: piperine coniine , trigonelline , arecoline , arecaidine,


guvacine , cytisine , lobeline , nikotina , anabasine.
, sparteine , pelletierine
: hygrine, cuscohygrine, nikotina
: atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine
: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina
,strychnine , brucine , veratrine , cevadine
:alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine)
,sanguinarine , hydrastine , berberine , emetine ,
berbamine , oxyacanthine
: alkaloid-alkaloid opium (morfin, codeine, thebaine)

6. Alkaloid Fenantrena
7. Golongan Indola:
Tryptamines
: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin
Ergolines
: ergine, ergotamine, lysergic acid
Beta-carboline
: harmine, harmaline, tetrahydroharmine
Yohimbans
: reserpine, yohimbine
Alkaloid Vinca
: vinblastine, vincristine
Alkaloid Kratom
: mitragynine, 7-droxymitragynine
8. Golongan Purine:

Xantina
: Kafein, teobromina, theophylline
9. Golongan Terpenoid:
Alkaloid Aconitum : aconitine

Lainnya
: conessine

Fungsi Alkaloid
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian
terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di
bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai
berikut (Padmawinata, 1995):

a Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali , sekarang
tidak dianut lagi)
b Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit
atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang
mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang
direka-reka dan bersifat manusia sentris.
c

Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa

alkaloid

menyerupai

pengatur

tumbuh.

Beberapa

alkaloid

merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.


d Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion
dalam tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis
adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari
tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman
berri solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi
intestinal yang berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde
dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek
mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang
potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid
kuartener planar aromatik seperti berberin dan harman dihubungkan dengan
kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal
dalam bidang farmakologi :

Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Nikotin
Morfin
Kodein
Atropin
Skopolamin
Kokain
Piperin
Quinin
Vinkristin
Ergotamin
Reserpin
Mitraginin
Vinblastin
Saponin

AktivitasBiologi
Stimulan pada syaraf otonom
Analgesik
Analgesik, obat batuk
Obat tetes mata
Sedatif menjelang operasi
Analgesik
Anti feedant (bioinsektisida)
Obat malaria
Obat kanker
Analgesik pada migraine
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Analgesik dan antitusif
Anti neoplastik, obat kanker
Antibakteri

Prinsip Kerja dari Ekstraktor Soxhlet


Ekstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
mengekstrak suatu senyawa. Dan umumnya metode yang digunakan dalam
instrumen ini adalah untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam
suatu pelarut namun jika suatu senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi dalam
suatu pelarut tertentu, maka biasanya metode filtrasi (penyaringan/pemisahan)
biasa dapat digunakan untuk memisahkan senyawa tersebut dari suatu sampel.
Adapun demikian, prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah salah satu model
ekstraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut selalu baru dalam
mengekstraknya sehingga terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah

pelarut

konstan

yang

juga

dibantu

dengan

pendingin

balik

(kondensor).

Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan
yaitu dengan menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena
luas permukaannya lebih besar, jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian
sampelnya dibungkus dengan kertas saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu
alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu dimasukkan batu didih (untuk meratakan
pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu alas bulat. Kemudian kertas
saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan timbalnya dimasukkan kedalam
lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut dituangkan kedalam timbal dan disana akan
langsung menuju ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut
dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan
menguap melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga
akan terjadi proses kondensasi (pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan
fasa dari fasa gas ke fasa cair.
Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak
(memisahkan/mengambil) senyawa yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu
maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan ketika pada sifon penuh kemudian akan
dislurkan kembali kepada labu alas bulat. Proses ini dinamakan 1 siklus, semakin
banyak jumlah siklus maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam
pelarut juga akan semakin maksimal.
1. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada senyawa yang kita ambil dari
sampelnya karena akan berpengaruh pada struktur senyawanya (ditakutkan
strukturnya akan rusak oleh pemanasan).
2. Pelarut harus inert (tidak mudah bereaksi dengan senyawa yang kita ekstrak)
3. Posisi sifon harus lebih tinggi dari pada sampelnya (karena ditakutkan, nanti pada
sampel yang berada diposisi atas tidak terendam oleh pelarut)

gambar dari ekstraktor soxhlet

Nama-nama instrumen dan fungsinya :


1. Kondensor

: berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat


Proses pengembunan

2.

Timbal

: berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya.

3. Pipa F

: berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang


menguap dari proses penguapan .

4.

Sifon

: berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon


larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka
hal ini dinamakan 1 siklus

5.

Labu alas bula

: berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya

6.

Hot plate

: berfungsi sebagai pemanas larutan .

Teori Simplisia

Nama Simplisia

: piper nigrum Linn

Sinonim

: Piper aromaticumLamk

Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Divisi

:Magnoliophyta

Kelas

:Magnoliophyta

Ordo

:Piperales

Famili

:Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: P. nigrum

Kandungan senyawa
Minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin,
limonen, alkaloida piperina dan kavisina.(Materia Medika Indonesia)
Kandungan pedas: 5-9 % piperina(hablur amida asam) dan isomer kavisin
seperti damar (1%), 1,2%-3,5% minyak atsiri termasuk felandrena, dipentena,
sitral, dan seskuiterpen misal karyofilena. Selain itu buah juga mengandug
minyak lemak 6-8% dan kira-kira 50% pati.(sthal,analisis senyawa obat secara
kromatografi dan mikroskopi)

Penggunaan
Karminatif, iritai lokal, stimulan pencernaan, anti anoreksansia.
Pemerian
Butir bulat keriput berukuran 35 mm yang bila di panen sebelum masak dan
dikeringkan menghasilkan merica hitam karna warnanya yang coklat tua. Bila
dipanen sudah masak bila dikuliti buah mempunyai permukaan halus berwarna
ptih yang disebut merica putih.
Bau

: aromatik khas, disebabkan oleh minyak atsiri

Rasa

: tajam dan pedas, berasal dari piperina

Makroskopik : buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam
keoklatan garis tengah 2,5 mm sampai 6 mm, permukaan berkeriput kasar, dalam,
serupa jala, pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai,
pada irisan membujur terdapat perikarp yang tipis sempit dan berwarna gelap
menyelubungi inti biji yang putih dari inti tunggal, perikarp melekat erat pada biji.
Mikroskopik : epikarp tersusun dari satu lapis sel epidermis yang sel-selnya
terbentuk persegi empat membulat berisi hablur kecil, berbentuk prisma dan
berwarna coklat tua sampai kehitaman, epidermis terdiri dari jaringan parenkim
berdinding tipis dan berkelompok-kelompok sel batu yang berbentuk isodiametrik
dan berbentuk panjang, dinding tebal berlapis-lapis, berlignin dan warna kuning
kecoklatan, lumen cukup lebar dan berisi zat warna coklat tua, saluran nokah cukup
jelas. Mesokarp merupakan bagian yang terlebar bagian luar berisi butir pati dan zat
warna hijau daun sedangkan di antara sel parenkimnya terdapat tersebar sel sekresi
berisi minyak berwarna kekuningan atau berisi damar. Lapisan selanjutnya berisi
beberapa lapis sel parenkim berdinding tipis yang termampat, diantara sel parenkim
terdapat berkas pembuluh fibrofaskuler, dimesokarp bagian dalam terdapat lapisan
sel minyak, sel berbentuk poligonal besar berisi minyak tak berwarna.
Identifikasi

pada 2mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat P, Terjadi warna coklat tua
pada 2mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N, Terjadi warna kuning
pada 2mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida P, terjadi warna coklat tua
pada 2mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida encer, terjadiwarna kuning
kadar abu tidak lebih dari 6 %
kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1%
kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 2,5%
kadar sari yang larut dalam ethanol tidak kurang dari 8%
bahan organik asing tidak kurang dari 2%
penetapan kadar, lakukan penetapan kadar dengan cara yang tertera pada
penetapan kadar minyak atsiri
penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
Seperangkat extractor Soxhlet ( volume 250 ml)
Kompor listrik dan panci alumunium
Batang pengaduk
Cawan penguap diameter 5 cm ( porselin)
Kertas saring
Glass wool
Corong
Rotari Evapator Vakum
Gelas piala 100 ml

Batang pengaduk
Alumunium foil
Plat KLT
Lampu UV

BAHAN :
Serbuk simplisia Piper nigri / Albi fructus
Etanol 96 %
KOH-ethanol 10 %
Anisaldehid
Asam sulfat

IV. CARA KERJA


1. Timbang lebih kurang 40 gram serbuk simplisia, masukkan ke dalam alat
ekstraktor soxhlet yang bagian dalamnya dilapisi kertas saring.
2. tambahkan 400 ml etanol 96% malalui mulut soxhlet, yang sebelumnya sudah
terpasang tegak lurus, sehingga terjadi pengaliran kedalam labu pemanas
( dengan dua kali sirkulasi ), bila perlu dapt ditambahkan etanol lagi secukupnya.
3. Lakukan soxhletasi selama 2,5 jam (minimal 4 5 kali sirkuasi )kemudian ekstrak
hasil soxhletasi diinginkan dan saring ekstrknya dengan kertas saring 9 terpasang
dengan corong ).
4. Ambil ekstrak jernih yang diperoleh sebanyak 3 ml ( masuk dalam ke botol flakon
kecil untuk pembanding), sisanya diuapkan dengan rotari evapator vakum sampai
konsistensi kental, hasilnya dipindahkan ke dalam gelas piala kecil ( volune 100
ml), kemudian tambahkan 10 ml KOH dalam etanol 10 % sambil diaduk- aduk
sehingga timbul endapan yang menggumpal.

5. Setelah mengendap, pisahkan larutan ekstrak dari bagian yang tidak larut melalui
penyaringan glass wool

sambil ditekan-tekan , sehingga larutannya sampai

habis tersaring .
6. Larutan ekstrak jernih yang diperoleh, tempatkan dalam gelas piala kecil dan
tutup dengan kertas alumunium foil yang dilobangi beberapa buah lobang.
Didiamkan dalam lemari pendingin / es selama semalam.
7. Kristal isolat yang timbul dipisahkan dengan kertas saring dan dikeringkan diatas
kaca arloji dalam oven pada suhu 40 0 C sehingga kering ( pemurnian kristal dapat
dilakukan dengan metode rekristalisasi).
1. Identifikasi secara KLT ( Kromatografi Lapis Tipis )
I. Lempeng KLT
Pelat KLT dengan lapisan ( fase diam ) silika gel GF 254
II. Pengembang ( fase gerak )
Penjenuhan bejana, n-heksana-etilasetat (65:35)
III. Deteksi
Dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat setelah di semprot dengan
pereaksi, panaskan 5 menit pada suhu 110 0 C, diperiksa dibawah sinar uv.
IV. Larutan Cuplikan
A. Larutan ekstrak : totolkan dengan pipa kapiler 10 l (pada titik A)
B. Larutan isolat : 15 mg isolat dilarutkan dalam 1,0 ml metanol dan totolkan 1
l pada titik B.
C. Larutan pembanding : piperina sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1,0 ml
metanol dan ditotolkan 1 l pada titik C.
2. Pembuatan spektrum UV, tentukan puncak serapan maksimum. Untuk spektrum
UV : gunakan pelarut etanol atau kloroform.
3. Pembuatan spektrum Infra Merah, tentukan gugus fungsi yang penting. Untuk
spektrum IR : menggunakan cakram KBr.

V. HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://mycloverworld.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-alkaloid-berikut-contoh.html
http://renggaanaliskimia.blogspot.com/2011_04_01_archive.html
http://willi-pharmacist.blogspot.com/2010/09/terpenoid-i-pendahuluan-dan-sintesis.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Alkaloid

Sthal, Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi,Bandung,1985


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Materia Medika Indonesia Jilid Iv 1980

Anda mungkin juga menyukai