Anda di halaman 1dari 10

.

2 ETIOLOGI MALOKLUSI
Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh
proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah
meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor
penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh
lingkungan.2,7
2.2.1
Faktor spesifik
Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak
mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
a
Gangguan pertumbuhan tulang
Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2)
trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi
karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung.
b
Disfungsi otot
Otot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama
pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot
merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya
biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.
c
Gangguan perkembangan gigi
Gangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya
hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal
pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama
anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu
kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan
histodifferensiasi (tahap pengembangan).
d Gigi sulung tanggal prematur
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen.
Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar
terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara
prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema
sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan
tumbuh diluar dari tempatnya.
e persistensi gigi
Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah
melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
f Trauma
Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen
bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen
contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat
mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar
lengkung gigi.
g Pengaruh jaringan lunak

Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi.
Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan
dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.
h Kebiasaan buruk
kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat
menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau bendabenda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi.
2.2.2 Pengaruh genetika
Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung,
rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi
maloklusi.
a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan
crowded atau diastema.
b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang
menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.
Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain
sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.
2.2.3 Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang,
dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis.
Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah dan
menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi
akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.
2.4.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada perawatan ortodontik adalah analisis sefalometri dan
analisis model studi.
a)

Analisis sefalometri
Pada awalnya analisis sefalometri l ebih banyak digunakan untuk
mempelajari pertumbuhkembangan kompleks kraniofasial kemudian berkembang
sebagai
sarana untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya membantu
menentukan diagnosis, merencanakan perawatan, menilai hasil perawatan dalam
bidang ortododntik. Analisis sefalometri meliputi analisis dental, skeletal, dan
jaringan lunak. Analisis ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan skeletal,
diagnosis sefalometri, perencanaan perawatan dan hasil perawatan.2
b) Analisis model studi
Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting
untuk menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan
menentukan kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan yang lengkap
dan akurat akan menetukan keberhasilan perawatan.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan

oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi


pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. 12
Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan
baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi
dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam
mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak
hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin,
sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup
tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model studi dengan basis segi tujuh,
yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta
diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisis dan
menyenangkan untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.12
Macam-macam analisis model studi :
1.
Analisis geligi tetap
a) Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis
apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa
kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis
apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur
menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh
dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes percaya bahwa
dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama
dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal cukup
lebar untuk menampung semua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan
TM kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu
pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar
lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar.4
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana
terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan
dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi
palatal.4
b) Indeks Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung
ideal yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif
rahang atas. Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa
sentral molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas
dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.4
c)

Metode Kesling

d)

e)

Metode Kesling dalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan atau menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan
membelah atau memisahkan gigi- giginya, kemudian disusun kembali pada
basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang
dikehendaki sesuai posisi aksisnya.
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai
untuk menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan
suatu kasus secara individual.4,5
Indeks Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet
yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan
pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat
karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12
gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti
sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite
dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti
kesalahan ada pada gigi rahang atas. Pengurangan antara ukuran gigi yang
sebenarnya dan yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio
anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah
dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior
77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika
kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak
berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran
gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan
jumlah ukuran gigi rahang atas.7,12
Analisis Arch Length Discrepancy (ALD)
Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang
untuk pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik. Analisis ini juga
merupakan
penyederhanaan dari metode analisis Set up model yang
dikemukakan oleh Kesling (1956). Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui
perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga
diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi perawatannya.5
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling,
yaitu menetapkan diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan
besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan
koreksi maloklusi. Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan
langsung pada model dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi
dengan cara menggergaji masing - masing mahkota gigi dari bagian processus
alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun
kembali pada posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa

ruang untuk penempatan gigi Premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi
tersebut untuk masing - masing sisi rahang.5
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung
yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik
transparan di atas plat gelas, kemudian membandingkan dengan jumlah lebar
mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan metode
ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu
membuat model khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada
model studi.5
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal
terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong.
Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial
gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi
ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal
gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi
yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal.
Pengukuran dilakukan pada gigi molar pertama kiri sampai molar kedua kanan
pada setiap rahang.7,12,13

Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan


caliper menurut Nance. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber
informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas
Padjadjaran. 2009.

dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi


ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti
kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan
ruangan.4,5

Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance


menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di mesial molar
pertama. A. Rahang atas, B. Rahang bawah. Sumber: Laviana, Avi.
Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis
ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan
oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam
segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar
pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada
keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan
ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga
kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa. 4,5

Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat


lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk
melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya
sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur
mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian

Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara


segmental menurut Lundstrom. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model
studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung:
FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
2.

Analisis geligi campuran


Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan
tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya
lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto
panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit
untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti
kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang
semakin umum, sangat penting untuk menghitung pembesaran yang
terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang dapat
dilihat baik secara radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi
yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung. Perbandingan sederhana
untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum erupsi adalah sebagai
berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan ukuran
gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan lebar
premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada
gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran bergantung pada kualitas
radiografi dan kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat
digunakan untuk gigi lain baik pada maksila maupun mandibula.
b) Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran
bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat
hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian
lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu
bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada
tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang
a)

bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang


belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif
rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena
gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran,
mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat
dalam masalah penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan
sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat,
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat
dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus.
Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga
dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.
c) Tanaka-Johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan
keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan
premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka
temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat
kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak
memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun.
Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran
mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar
pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm.
2.6 KOMPONEN- KOMPONEN ALAT CEKAT
Alat cekat bekerja melalui attacment yang dipasang langsung pada gigi-gigi.
Attacment ini bisa diwelding pada band baja tahan karat yang disemenkan pada gigigigi, atau dibonding ke gigi dengan salah satu sistem bonding etsa asam. Ada beberapa
sistem bonding yang berbeda yang bisa digunakan disini, baik dengan menggunakan
retensi mekanis ke rangka logam atau attacment keramik atau retensi kimia pada
attacment palstik. Beberapa dari sistem ini sudah diperbandingkan dan di evaluasi,
tetapi bonding attacment masih dalam tahap awal perkembangan dan kelihatannya
masih mengalami perubahan dan perbaikan.3
Attacment secara garis besar terdiri atas tube, bracket, dan cantolan untuk tempat
komponen tekanan. Tube, yang biasanya dipasang pada gigi molar terakhir dalam
lengkung rahang, bisa mempunyai panampang bulat maupuan persegi. Tube yang lebih
besar digunakan untuk arch ektraoral. Bracket biasanya dipasang pada semua gigi-gigi
pejangkaran yang lain dan gigi-gigi yang akan digerakkan. 3
Bracket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi-gigi, sehingga archwire dan
asesorinya dapat mempengaruhi posisi gigi. Bracket harus ditempel dengan kuat pada
gigi, baik dengan perekatan langsung atau dengan bantuan band baja antikarat yang
dilas ke bracket. Ada banyak desain bracket yang berbeda-beda.

Untuk mengenal prinsip cara berfungsinya alat-alat cekat, perlu dilakukan pembagian
sebagai berikut.3

Bracket yang alur archwirenya lebar dalam jurusan mesiodistal contohnya


bracket edgewise.

Gambar 5 (a)
Bracket
edgewise dengan
standart
utuh
dengan archwire
segi-empat; (b)
Bracket
edgewise
standart
Siamase
dengan
archwire bulat.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson
KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono,
editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta :
EGC; 2000. Hal 18-23

Bracket yang alurnya archwirenya sempit dalam jurusan mesiodistal contohnya


bracket Begg.

2.6.1 Bracket edgewise


Bracket edgewise mempunyai alur archwire yang segi-empat dalam potongan
melintang, dengan dimensi terbesarnya horizontal. Istilah edgewise mengacu pada
kemampuan bracket tersebut untuk menerima archwire berpenampang melintang
segiempat dengan dimensi terbesar horizontal. Bracket edgewise juga dapat dipakai
dengan archwire yang penampang melintangnya bulat.3
Ada sejumlah desain bracket edgewise yang berbeda-beda. Karakteristik
utamanya adalah sebagai berikut.3
1.
Dimensi okluso-gingival dari alur archwire
Ukuran yang umum dipakai adalah 0,018 dan 0,022 inci (dimensi
labiolingual biasanya 0,028inci)

Gambar 4 Tampak lateral


dari
bracket
edgewise
standart:
(a)
dimensi
okluso-gingival (0,018 atau
0,022 inci) : (b) dimensi
labiolingual baisanya (0,028
inci)
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket.
In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta :
EGC; 2000. Hal 18-23
2.

Bracket dapat utuh seperti dalam gambar 5 (a) atau Siamese seperti dalam
Gambar 5 bracket siamese mempunyai dua alur archwire yang terpisah.

3.
4.

Lebar mesiodistal dari alur


Lebar efektif terlebar tampak pada bracket siamese
Arah alur dan jaraknya dari dasar bracket
Bracket edgewise standar mempunyai alur yang diatur segaris dengan
dan pada jarak standar dari dasar bracketnya (gambar 6 (a)). Dengan
bracket edgewise yang disesuaikan, arah alur archwire (gambar 6 (c) dan
(d) dan jaraknya dari dasar (in/out), ditentukan secara individual menurut
gigi tempat bracket dicekatkan (gambar

Gambar 6 (a) dan (b) bracket-bracket edgewise standart,


torque (a) dan tip (b) harus ditekuk ke dalam
archwirenya; (c) dan tip (d) dibuat didalam bracketnya.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR.
Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi
cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

Gambar
8
Attacment
edgewise
standar
dan
band molar: (a)
molar pertama
bawah
kanan
dengan
tube
archwire
dan
hook; (b) molar
pertama
atas
kanan dengan
tube archwire,
tube archwire, tube EOT yang lebih ke oklusal dan hook.
Gambar 7 Bracket edgewise standart dan yang disesuaikan.
in-out dan rotasi molar dan premolar atas dengan bracket
(a) standar dan (b) yang disesuaikan; pengontrolan in out
segmen labial atas dengan bracket (c) standar dan (d) yang
disesuaikan.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR.
Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi
cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23
Gigi molar ditempel dengan tub bukal segiempat edgewise horizontal, biasanya
dengan tambahan tube horizontal bulat pada band molar pertama atas untuk traksi
ekstraoral jika diperlukan (gambar 8). Molar tetap kedua dapat diberi attacment yang
sama untuk dapat mengontrol posisi gigi-gigi ini dan mendapat efek penjangkaran
dari gigi tersebut.3

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR.


Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi
cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23
2.6.2 Bracket Begg
Bracket begg mempunyai alur yang semoit, yang sesuai dengan alur archwire dari
bracket edgewise, ke
dalam
mana suatu archwire
dipasang
kendur dan ditahan di
tempatnya dengan suaru
pasak
pengunci. Bracket begg
hanya
dipakai dengan archwire
berpenampang melintang
bulat
(gambar 9).3

Gambar 9 Bracket Begg: (a) bracket insisivus,


kaninus dan Premolar; (b) bracket Molar
dengan tube bukal dan hook.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG,
Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor.
Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000.
Hal 18-23

2.6 KOMPONEN- KOMPONEN ALAT CEKAT


Alat cekat bekerja melalui attacment yang dipasang langsung pada gigi-gigi.
Attacment ini bisa diwelding pada band baja tahan karat yang disemenkan pada gigigigi, atau dibonding ke gigi dengan salah satu sistem bonding etsa asam. Ada beberapa
sistem bonding yang berbeda yang bisa digunakan disini, baik dengan menggunakan
retensi mekanis ke rangka logam atau attacment keramik atau retensi kimia pada
attacment palstik. Beberapa dari sistem ini sudah diperbandingkan dan di evaluasi,
tetapi bonding attacment masih dalam tahap awal perkembangan dan kelihatannya
masih mengalami perubahan dan perbaikan.3
Attacment secara garis besar terdiri atas tube, bracket, dan cantolan untuk tempat
komponen tekanan. Tube, yang biasanya dipasang pada gigi molar terakhir dalam
lengkung rahang, bisa mempunyai panampang bulat maupuan persegi. Tube yang lebih
besar digunakan untuk arch ektraoral. Bracket biasanya dipasang pada semua gigi-gigi
pejangkaran yang lain dan gigi-gigi yang akan digerakkan. 3
Bracket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi-gigi, sehingga archwire dan
asesorinya dapat mempengaruhi posisi gigi. Bracket harus ditempel dengan kuat pada
gigi, baik dengan perekatan langsung atau dengan bantuan band baja antikarat yang
dilas ke bracket. Ada banyak desain bracket yang berbeda-beda.
Untuk mengenal prinsip cara berfungsinya alat-alat cekat, perlu dilakukan pembagian
sebagai berikut.3

Bracket yang alur archwirenya lebar dalam jurusan mesiodistal contohnya


bracket edgewise.

Gambar 4 Tampak lateral


dari
bracket
edgewise
standart:
(a)
dimensi
okluso-gingival (0,018 atau
0,022 inci) : (b) dimensi
labiolingual baisanya (0,028
inci)
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket.
In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta :
EGC; 2000. Hal 18-23
6.

Gambar 5 (a)
Bracket
edgewise dengan
standart
utuh
dengan archwire
segi-empat; (b)
Bracket
edgewise
standart Siamase dengan archwire bulat.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson
KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono,
editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta :
EGC; 2000. Hal 18-23

Bracket yang alurnya archwirenya sempit dalam jurusan mesiodistal contohnya


bracket Begg.

2.6.1 Bracket edgewise


Bracket edgewise mempunyai alur archwire yang segi-empat dalam potongan
melintang, dengan dimensi terbesarnya horizontal. Istilah edgewise mengacu pada
kemampuan bracket tersebut untuk menerima archwire berpenampang melintang
segiempat dengan dimensi terbesar horizontal. Bracket edgewise juga dapat dipakai
dengan archwire yang penampang melintangnya bulat.3
Ada sejumlah desain bracket edgewise yang berbeda-beda. Karakteristik
utamanya adalah sebagai berikut.3
5.
Dimensi okluso-gingival dari alur archwire
Ukuran yang umum dipakai adalah 0,018 dan 0,022 inci (dimensi
labiolingual biasanya 0,028inci)

Bracket dapat utuh seperti dalam gambar 5 (a) atau Siamese seperti dalam
Gambar 5 bracket siamese mempunyai dua alur archwire yang terpisah.

7.
8.

Lebar mesiodistal dari alur


Lebar efektif terlebar tampak pada bracket siamese
Arah alur dan jaraknya dari dasar bracket
Bracket edgewise standar mempunyai alur yang diatur segaris dengan
dan pada jarak standar dari dasar bracketnya (gambar 6 (a)). Dengan
bracket edgewise yang disesuaikan, arah alur archwire (gambar 6 (c) dan

(d) dan jaraknya dari dasar (in/out), ditentukan secara individual menurut
gigi
tempat
bracket
dicekatkan
(gambar

Gambar
8
Attacment
edgewise
standar
dan
band molar: (a) molar pertama bawah kanan dengan tube
archwire dan hook; (b) molar pertama atas kanan dengan
tube archwire, tube archwire, tube EOT yang lebih ke
oklusal dan hook.
Gambar 7 Bracket edgewise standart dan yang disesuaikan.
in-out dan rotasi molar dan premolar atas dengan bracket
(a) standar dan (b) yang disesuaikan; pengontrolan in out
segmen labial atas dengan bracket (c) standar dan (d) yang
disesuaikan.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR.
Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi
cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR.


Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi
cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23
2.6.2 Bracket Begg
Bracket begg mempunyai alur yang semoit, yang sesuai dengan alur archwire dari
bracket edgewise, ke dalam mana suatu archwire dipasang kendur dan ditahan di
tempatnya dengan suaru pasak pengunci. Bracket begg hanya dipakai dengan
archwire berpenampang melintang bulat (gambar 9).3

Gigi molar ditempel dengan tub bukal segiempat edgewise horizontal, biasanya
dengan tambahan tube horizontal bulat pada band molar pertama atas untuk traksi
ekstraoral jika diperlukan (gambar 8). Molar tetap kedua dapat diberi attacment yang
sama untuk dapat mengontrol posisi gigi-gigi ini dan mendapat efek penjangkaran
dari gigi tersebut.3

Gambar
9
Bracket
Begg:
(a)
bracket
insisivus,
kaninus dan
Premolar; (b)
bracket
Molar dengan tube bukal dan hook.
Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG,
Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor.
Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000.
Hal 18-23

Tingkatan Perawatan Ortodontik


Perawatan ortodontik mempunyai tingkatan perawatan, di
antaranya tergantung pada usia si penderita yang akan di rawat.
Tahapan tersebut meliputi :
1
Perawatan Pencegahan
Batasan :
a
Ilmu ortodonti pencegahan adalah ilmu yang
mempelajari segala macam usaha untuk mencegah
terjadinya kelainan oklusi (maloklusi)
b
Ilmu ortodonti pencegahan merupakan bagian dari
ilmu kedokteran gigi pencegahan (preventif dentistry)
c
Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran gigi yang lain
yang memerlukan perawatan singkat, ortodonti
pencegahan memerlukan perawatan yang lama, terus
menerus mengikuti waktu pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial.
d
Ortodonti pencegahan berarti tindakan yang dinamis,
terus menerus dan disiplin bagi dokter gigi dan
pasiennya.
Tujuan mempelajari ortodonti pencegahan adalah untuk
mempertahankan oklusi normal.
2

Perawatan Interseptif

Perawatan ortodonti interseptif adalah suatu prosedur


ortodontik yang dilakukan pada maloklusi yang baru atau
sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke
arah oklusi normal. Beda antara ortodonti preventif dengan
ortodonti interseptif adalah pada waktu tindakan dilakukan.
Ortodonti preventif dilakukan apabila diperkirakan ada
keadaan yang akan menyebabkan terjadinya suatu maloklusi
sedang ortodonti Interseptif adalah suatu tindakan yang
harus segera dilakukan karena terdapat suatu gejala atau
proses terjadi maloklusi walau dalam tingkatan yang ringan
sehingga maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang.
Macam-macam perawatan ortodonti interseptif :
a
Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusal
b
Perawatan crossbite anterior pada mixed dentition
c
Perawatan diastema anterior
d
Perawatan kebiasaan jelek (bad habbit)
e
Latihan otot (myofunctional therapic)
f
Pencabutan seri (serial ectraction)
3
Perawatan Kuratif
Perawatan ini merupakan tingkat perawatan ortodontik untuk
menghilangkan kelainan gigi geligi yang telah berkembang
yang telah menyebabkan keluhan secara estetik maupun
fungsi yang melibatkan maloklusi klas I, klas II, dan klas
III.7
Pertimbangan Waktu Perawatan Ortodonti
1
Kelompok Umur
Umur kronologis dan atau umur psikologis dapat dikaitkan
dengan proses tumbuh kembang, sehingga dapat di pakai
sebagai bahan pertimbangan
2
Kematangan Tulang
Faktor kematangan tulang dentokraniofasial memiliki ciri
bahwa pada keadaan ini terdapat kemampuan yang baik
dalam interaksi secara biomekanis selama pemakaian alat
ortodonti
3
Tingkat Keparahan Kasus
Sudah jelas ada di temukan kelainan pertumbuhan
dentokraniofasial (malposisi atau maloklusi) yang parah
pada anak masa gigi decidui atau bercampur. Jika tidak
segera dilakukan koreksi, maka akan semakin parah dan
kelainan tersebut bahkan dapat membahayakan. Setiap kasus
yang dirawat akan menghasilkan respon keberhasilan yang
berbeda-beda. Semakin parah kasus yang dihadapi,
hendaknya semakin dini perawatan harus dilakukan tetapi
memerlukan waktu perawatan yang lama.

Akselerasi Pertumbuhan
Pada masa akselerasi sering terjadi ketidakoperatifan dan
kemunduran proses adaptasi tumbuh kembang terhadap
kekuatan mekanis, maka perlu ada penundaan waktu
perawatan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa perawatan
ortodonti lebih baik dilakukan pada masa pubertas atau masa
akselerasi sekitar umur 12-15 tahun, karena respon jaringan
cukup baik.
Interaksi Dalam Rongga Mulut
Sebelum melakukan intervensi (kekuatan ortodonti) perlu
diketahui adanya interaksi kekuatan antara gigi geligi, tulang
alveolus, tulang wajah dan muskuler dalam fungsinya.
Perawatan ortodonti dalam masa tumbuh kembang, perlu
dipertimbangkan adanya interaksi komponen-komponen
dentokraniofasial secara substansial. Maloklusi gigi geligi
akan menghasilkan hambatan atau gangguan terhadap proses
tumbuh kembang rahang dan fungsi otot rongga mulut.
Jenis Kelamin
Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh
keadaan hormon pertumbuhan, fisik psikis dan lingkungan,
keadaan ini menyebabkan adanya perbedaan interaksi pada
anak laki-laki dan perempuan.

Erupsi Gigi Geligi


Erupsi gigi tetap (pengganti) sering mengalami gangguan
karena adanya kerusakan atau kehilangan gigi molar desidui
terlalu awal. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya
malposisi (miringnya gigi tetangga atau elongasi gigi
antagonis),
maloklusi
dan
traumatic
pada
temporomandibularis joint (TMJ). Urutan erupsi yang tidak
selaras dan seimbang akan berpengaruh terhadap derajat
keparahan malposisi atau maloklusi.
Periode Gigi Geligi
Periode atau masa gigi geligi decidui, bercampur dan tetap
sering menunjukkan adanya perbedaan tingkat keparahan
maloklusi. Ada kemungkinan kelainan dentokraniofasial
anak yang terjadi pada masa gigi decidui, bercampur atau
tetap dapat bersifat sementara dan tidak diperlukan
perawatan atau dapat bersifat tetap dan memerlukan
perawatan secara dini. Dalam ketiga periode gigi geligi
tersebut, dapat dilakukan tahap perawatan preventif,
interseptif atau kuratif ortodonti dan kombinasi.8

10

Anda mungkin juga menyukai