Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Depresi merupakan gangguan alam perasaan dengan gejala seperti perubahan
pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, daya konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
keputusasaan serta keinginan untuk bunuh diri[1]
Sebanyak dua pertiga penderita depresi tidak menyadari bahwa mereka
memiliki penyakit tersebut, karena itu mereka tidak mencari bantuan profesional.
Selain itu, faktor ketidaktahuan dan kesalahan persepsi pada masyarakat, termasuk
banyak penyedia layanan kesehatan, sebagai kelemahan pribadi atau gagal yang
dapat menghendaki atau ingin pergi mengarah pada stigmatisasi yang
menyakitkan dan menghindari diagnosa dengan banyak dari mereka yang terkena
dampak. Dalam pengaturan perawatan primer, keluhan utama yang sering adalah
gangguan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut, atau masalah
tidur[2]
Menurut World health organization (WHO) Age-standardised disabilityadjusted life year (DALY) rates per 100,000 inhabitant tahun 2004, Wilayah
Amerika utara dan Asia selatan memiliki tingkat depresi tertinggi. Dalam data
yang sama menyebutkan 3 negara yang memiliki tingkat depresi tertinggi
Amerika serikat (DALY 1,454.74), Nepal (1,454.74), Timor leste (1,404.10).
Sedangkan untuk wilayah asia tenggara, 3 negara yang memiliki tingkat depresi
tertinggi adalah Indonesia (927.707), Thailand (925.765) dan Singapura
(919.158), Tingginya angka depresi pada negara tersebut tidak lepas dari faktor
seperti bencana alam, krisis ekonomi, tingginya tuntutan dalam pekerjaan atau
akademik, letak geografis, ras sampai genetika[3].
Menurut statistik di Amerika serikat, gangguan depresi memiliki prevalensi
lebih tinggi pada wanita, yaitu sebesar 20%, sedangkan pada pria sebesar 12%.
Klerman dan Gershon melaporkan bahwa terjadi peningkatan insiden depresi
dalam 70 tahun terakhir[4]. Pada tahun 2010, Centers for Disease Control ( CDC )
merilis sebuah laporan yang

memperkirakan prevalensi depresi pada orang


1

dewasa saat ini dari tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang dewasa, 9 % memenuhi
kriteria untuk depresi[5]. Studi oleh Kashani dan Sherman pada tahun 1988
mendapatkan insiden depresi pada anak usia pra-sekolah 0,9%, 1,9% usia sekolah
dan 4,7% remaja[6]. Pada anak-anak pra-pubertas, anak laki-laki dan perempuan
yang terpengaruh sama. Hankin et al menemukan bahwa waktu yang paling
penting untuk perbedaan jenis kelamin dalam depresi muncul adalah dari usia 1518 tahun[7]. Studi populasi telah secara konsisten menunjukkan depresi lebih berat
pada wanita dibandingkan dengan pria, meskipun tidak jelas mengapa hal ini
terjadi dan faktor apa saja yang turut mempengaruhi. Peningkatan relatif dalam
kejadian ini terkait dengan pubertas pembangunan dan bukan usia kronologis,
mencapai rasio dewasa antara usia 15 dan 18, dan muncul terkait dengan
psikososial lebih dari faktor hormonal[8].Menurut Children Depression Inventory
( CDI ), pemuda Hispanik di Los Angeles, Amerika serikat ( usia 12-17 tahun )
melaporkan lebih banyak gejala depresi bila dibandingkan dengan remaja
Amerika putih, hitam, atau Asia, terlepas dari status sosial ekonomi [9].
Faktor risiko psikososial yang dapat menimbulkan perasaan depresi adalah
gangguan dukungan sosial, melahirkan, menopause, krisis ekonomi, masalah
pekerjaan, diagnosis medis, intimidasi, kehilangan orang yang dicintai, bencana
alam, isolasi sosial, masalah hubungan, cemburu, kesendirian dan bencana alam [10]
[11]

. Peristiwa traumatis yang terjadi di masa kecil dapat menyebabkan depresi.

Meskipun trauma masa kecil tidak selalu merupakan faktor depresi dewasa,
namun hal ini mungkin membuat jalur psikologis yang dapat menyebabkan
depresi[12].
Menurut American College Health AssociationNational College Health
Assessment (ACHANCHA) pada tahun 2011 menemukan setidaknya dalam 2-4
tahun sekitar 30% mahasiswa merasa depresi sehingga sulit untuk melakukan
aktivitas[13]. Depresi dapat beakibat pada prestasi akademik mahasiswa.
Setidaknya tiga studi mengatakan bahwa mahasiswa dengan gangguan depresi
akan sangat sulit meraih prestasi akademis [14][15]. Faktor stressor yang dapat
memicu terjadinya depresi selama menjadi mahasiswa seperti tingginya tuntutan
2

akademik, tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial sekitar,


penyesuaian diri dengan lingkungan baru, orang baru, ide baru dan kekhawatiran
diri setelah lulus[16][17]. Faktor seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru
sering terjadi pada mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan lingkungan
baru yang asing dan kemudian sulit beradaptasi sehingga menjadi mengucilkan
diri dari lingkungan dan sosial baru disekitarnya dan menjadi kurang percaya diri.
Akibat dari gagalnya adaptasi tersebut bisa memicu mahasiswa memilih
keputusan yang buruk seperti dengan penggunaan obat telarang atau minuman
keras[20].
Mahasiswa kedokteran diketahui memilki tingkat depresi dan kecemasan
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum dan untuk rekan-rekan seusia
mereka[18]. Perbedaan antara tingkat depresi dan kecemasan juga telah dicatat
antara mahasiswa kedokteran baik negeri atau swasta. Prevalensi depresi di
kalangan mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri diperkirakan 10,4% di
Yunani, 15,2% di Amerika Serikat, 21,7% di Malaysia, 24% di Inggris, 29,1% di
India, dan 43,8% di Pakistan. Sedangkan prevalensi depresi di kalangan
mahasiswa kedokteran swasta, telah diperkirakan 19% di Amerika Serikat, 49,1%
di India, dan 60% di Pakistan[19]

1.2 Perumusan masalah


Pada mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stress tinggi. Faktor-faktor
seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru, tingginya tuntutan akademik,
tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial sekitar, orang baru, ide
baru dan kekhawatiran diri setelah lulus sering menjadi faktor terjadinya depresi
pada kalangan mahasiswa. Ditambah dua pertiga penderita depresi tidak
menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut dan berpikir bahwa gejala
yang dikeluhkan tidak spesifik seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut,
atau masalah tidur sehingga bila tidak terdiagnosis secara dini bisa mempengaruhi

proses belajar, kemampuan akademis, membuat keputusan yang buruk hingga


bunuh diri.
1.3.Tujuan
1.3.1

Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan depresi pada


mahasiswa kedokteran universitas Trisakti angkatan 2013-2014.
1.3.2

Tujuan khusus

Menilai hubungan tempat tinggal dan tingkat depresi

Menilai hubungan angkatan dan tingkat depresi

1.4. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tempat tinggal dan tingkat depresi

Mahasiswa tingkat pertama (2014) memiliki tingkat depresi lebih


tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat kedua (2013)

1.5 Manfaat penelitian


1.5.1 Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan ilmu pengetahuan di bidang
psikiatri dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya
1.5.2 Bagi profesi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pelayanan kesehatan
untuk lebih memperhatikan kejadian depresi pada mahasiswa agar tidak
mengalami keterlambatan dalam diagnosis sehingga fokus dalam belajar dan
menuntut ilmu tidak terganggu dan mampu mengejar prestasi.
1.5.3 Bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat agar
paham bahwa depresi dapat terjadi pada usia muda sehingga masyarakat, terutama
anggota keluarga dan kerabat dapat memberikan dukungan moril dan semangat.
Juga para mahasiswa agar lebih memperhatikan faktor risiko serta tanda-tanda
yang mengarah ke depresi dan kesadaran pentingnya penatalaksanaan yang lebih
baik
1.5.4 Bagi penulis
Sebagai pengalaman dalam menulis dan menganalisis hasil penelitian di
bidang kedokteran, terutama di bidang psikiatri atau pendidikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
2.1.1 Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi merupakan
salah satu dari gangguan mood. Gangguan mood adalah keadaan emosi yang
menetap selama lebih dari seminggu, yang menunjukkan penyimpangan nyata
fungsi habitual seseorang. Kunci dari gejala depresi adalah mood yang depresif
serta hilangnya minat atau kesenangan[21]
2.1.2 Epidemiologi
Menurut statistik di Amerika serikat, gangguan depresi memiliki
prevalensi lebih tinggi pada wanita, yaitu sebesar 20%, sedangkan pada pria
sebesar 12%. Klerman dan Gershon melaporkan bahwa terjadi peningkatan
insiden depresi dalam 70 tahun terakhir[4]. Pada tahun 2010, Centers for Disease
Control ( CDC ) merilis sebuah laporan yang memperkirakan prevalensi depresi
pada orang dewasa saat ini dari tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang dewasa, 9
% memenuhi kriteria untuk depresi [5].. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini
menyatakan bahwa insiden gangguan depresi mungkin bisa terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun[21]. Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi
gangguan emosional seperti depresi memiliki prevalensi sekitar 6%, berbeda
dengan Riskesdas 2007 yang memiliki prevalensi sebesar 11,6%. Berikut adalah
perbandingan data prevalensi Riskesdas 2007 Riskesdas 2013[29][30]

Tabel 1. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun


ke atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)[29]

Gambar 1. Prevalensi gangguan mental emosional berdasarkan karakteristik,


Riskesdas 2007 dan 2013[30]

2.1.3 Gejala dan diagnosis


Menurut buku PPDGJ-III, episode depresif (F32) baik ringan, sedang
atau berat memiliki gejala utama berupa
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. berkurangnya energi yang yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas
Juga gejala lainnya yang meliputi episode depresif berupa:
1. Konsentrasi dan perhatian kurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan akan masa depan yang suram dan pesimistik
5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri dan bunuh diri
8

6. Tidur terganggu
7. Menurunnya nafsu makan
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan waktu
minimal 2 (dua) minggu untuk penegakkan diagnosis,akan tetapi periode
penilaian yang lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat
Kategori diagnosis episode depesif terbagi menjadi tiga, yaitu episode
depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)

Tabel 2. Penggolongan depresi menurut PPDGJ-III[23]


Tingkat depresif
Ringan

Gejala utama
2

Gejala lain
2

Fungsi
Hanya sedikit kesulitan dalam

Sedang

3-4

pekerjaan dan kegiatan sosial


Terdapat kesulitan yang nyata
dalam pekerjaan, urusan rumah

Berat

tangga dan kegiatan sosial


Sangat tidak mungkin pasien akan
mampu
sosial,

meneruskan
pekerjaan

atau

kegiatan
rumah

tangga, kecuali pada taraf yang


terbatas
Untuk skala penilaian objektif, dapat dipergunakan the Zung self-rating
depression scal terdiri dari 20-item skala pelaporan. Skor depresi adalah 50.
skala tersebut meliputi indeks global intensitas gejala depresi pasien, termasuk
kecenderungan depresi dari ekspresi[22][23]

2.1.4 Etiologi

Faktor penyebab dapat lebih mudah dikenali dengan pembagian secara


buatan menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Dalam hal
ini pembagian faktor penyebab disebut buatan karena setiap faktor tidak bisa
berdiri sendiri tetapi dengan adanya salah satu faktor yang terjadi menyebabkan
terpengaruhnya faktor lain
1. Faktor biologis
a. Hipotesis defisiensi amin biogenik
Amin biogenik antara lain terdiri dari norepinefrin dan serotonin yang
merupakan dua neurotransmitter berada dalam otak dan selalu dikeluarkan ke
bagian otak lain untuk memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku. Oleh
karena itu, keduanya memegang peranan penting dalam patofisiologi gangguan
mood
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinik anti depresan
mungkin merupakan peran langsung sistem non-adrenergik dalam depresi.
Beberapa bukti lain juga melibatkan reseptor 2-presinaptik pada depresi, telah
mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan
norephinefrine. Reseptor 2-presinaptik juga terletak pada neuron serotogenik dan
mengatur jumlah pelepasan serotonin[22]
Aktivitas dopamine mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe
baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik
dan pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dengan
gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur
dopamin mesolombik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan rseptor
dopamin D1 mungkin hiperaktif pada depresi[22]
Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. serotonin bertanggung jawab
untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur, dan nafsu makan. Pada beberapa
penelitian ditemukan jumlah serotonin yang berkurang pada celah sinaps yang
diyakini bertanggung jawab untuk terjadinya depresi[22]

10

Mekanisme ini belum dapat dijelaskan sepenuhnya tetapi dapat dibuktikan


dengan keefektifan dalam pengobatan menggunakan antidepresan yang bekerja
menghalangi reuptake dari serotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan
kadar serotonin dan norepinefrin di sinaps. Peningkatan ini menstimulasi neuron
postsinaps yang pada akhirnya memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku[24]

Gambar 2.Jalur neurotransmitter amin biogenic[24]


b. Stress dan hipotalamus-pituitari-adrenal axis
Respon terhadap stress yang diterima korteks serebri akan ditransmisi ke
hipotalamus. Hipotalamus adalah pusat regulasi sumbu neurohormonal yang
banyak menerima masukan melalui neurotransmitter amin biogenik. Transmisi ini

11

memicu pengeluaran Corticotropin Releasing Hormone (CRH) ke reseptor


pituitari. Pituitari mensekresi kortikotropin masuk ke dalam plasma menstimulasi
reseptor kortikotropin di korteks adrenal, sehingga terjadi pengeluaran kortisol ke
dalam darah. Sebagai respon homeostasis terdapat reseptor kortisol di hipotalamus
yang merespon penurunan produksi CRH apabila kadar kortisol berlebihan yang
merupakan umpan balik cepat.Terdapat juga umpan balik lambat, yang sensitif
terhadap konsentrasi kortisol mantap, yang bekerja pada reseptor hipofisis dan
adrenal. [24]

Gambar 3. Jalur neurohormonal[24]


Terdapat juga beberapa temuan yang mendukung hipotesis hipotalamushipofisis-kortisol

bahwa

pada

pasien

yang

depresi

terjadi

disregulasi

neuroendokrin. Hal tersebut ditandai dengan temuan kadar kortisol meningkat di


plasma pada depresi berat, ukuran hipofisis anterior dan korteks adrenal
meningkat, dan tingkat CRH dalam cairan serebrospinal dan ekspresi CRH di
12

daerah otak limbik juga meningkat. Ukuran hipokampus dan jumlah neuron dan
glia mengalami penurunan, mungkin mencerminkan pengurangan neurogenesis
karena tingkat kortisol tinggi atau karena berkurangnya faktor neurotropik yang
diturunkan dari otak. [24]

c.

Inflamasi
Salah satu faktor yang meningkatkan risiko depresi dikaitkan dengan

peradangan sistemik, termasuk stressor psikososial, pola makan yang buruk,


kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, gangguan permeabilitas usus,
riwayat atopi, perawatan gigi, pola tidur dan kekurangan vitamin D[31]
Pada proses inflamasi terjadi pengeluaran dari sitokin ke perifer. Oleh
karena sitokin yang keluar berjumlah sangat besar dari sitokin maka terjadi
kesulitan dalam melewati blood brain barrier (BBB). Sitokin memasuki otak
melalui tiga cara yaitu masuk melalui celah di BBB seperti organ
sirkumventrikular, mengikat pada molekul transport spesifik sitokin di epitelium
otak, dan aktivasi jalur afferent dari vagal dimana terjadi transmisi signal sitokin
ke bagian spesifik nukleus otak, seperti inti dari traktus soliter, dimana berfungsi
sebagai relay station ke bagian nucleus otak lain, seperti nucleus paraventrikular
di hipotalamus.

13

Gambar 4.Interaksi antara depresi, imun dan stress[25]


Di dalam otak terdapat jaringan sitokin sistem saraf pusat kyang tedapat
pada sel, berfungsi untuk memproduksi sitokin., mengespresikan reseptor sitokin
dan

juga

memperkuat

sinyal

sitokin,

dimana

dapat

berefek

kepada

neurotransmitter dan fungsi CRH. Pada proses depresi, sitokin mempengaruhi


perilaku melalui perubahan pada metabolisme serotonin, norepinefrin dan
dopamin di bagian otak yang meregulasi emosi, termasuk sistem limbik
(amigdala, hipokampus dan nucleus accubens) yang meregulasi fungsi psikomotor
dan tindakan balasan, dan juga ganglia basal[25][27].
2. Faktor genetika
Penelitian yang dilakukan terhadap anak kembar yang memiliki gangguan
bipolar I menunjukan faktor genetika monozigot dapat mempengaruhi sebesar 50
persen, dan dizigot sebesar 10-25 persen. [22] [24]
14

3. Faktor psikososial
A. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
Peristiwa kehidupan dengan tingkat stress tinggi sering mendahului
episode pertama, jika dibandingkan dengan episode berikutnya. Ada teori yang
mengemukakan adanya stress sebelum episode pertama menyebabkan perubahan
biologi otak yang bertahan lama. Perubahan ini menyebabkan perubahan berbagai
neurotransmitter dan sistem intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa neuron
dan penurunan kontak antar sinap yang mengakibatkan seorang individu
mengalami episode berulang gangguan mood walau tanpa stressor dari luar. [22] [24]
B. Faktor kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian seperti obsesif-kompulsif beresiko
tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan kepribadian
paranoid atau anti-sosisal. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik
berisiko menjadi gangguan depresi berat. Peristiwa dengan tingkat stress tinggi
merupakan prediktor terkuat untuk kejadian episode depresi. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stress akibat tidak adanya
kepercayaan diri lebih sering mengalami depresi[22]
C. Faktor psikodinamik
Menurut Sigmond Freund

dan Karl Abraham, Faktor psikodinamik

termasuk empat hal utama


1. Gangguan ibu-anak selama fase oral (usia 10-18 bulan)
2. Kenyataan atau bayangan kehilangan objek
3. Introjeksi (terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatas penderitaan
yang berkaitan dengan kehilangan objek)
4. Akibat kehilangan objek cinta

[22] [24]

15

2.1.5 Tatalaksana
Pada penatalaksanaan gejala depresi beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu
keselamatan pasien, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan,
rencana terapi untuk gejala dan kesehatan jiwa pasien kedepannya. Walaupun
penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi telah diberikan, peristiwa dalam
kehidupan yang penuh ketegangan dapat mengakibatkan kekambuhan pasien
dengan gangguan mood. Terapi harus dapat menurunkan banyak stressor berat
dalam kehidupan pasien, sehingga bila ada gaangguan mood perlu dirujuk kepada
psikiater. Remisi penuh akan dialami pasien dalam waktu 4 bulan dengan
pengobatan yang adekuat[21][22]
Indikasi yang jelas dari rawat inap pada pasien depressi adalah kebutuhan
untuk prosedur diagnostik, risiko untuk bunuh diri, ada risiko untuk melakukan
pembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk
asupan makanan dan tempat berlindung. Riwayat dengan gejala berulang dan
hilangnya sistem dukungan terhadap pasien juga indikasi dari rawat inap. Sistem
pendukung pasien harus tidak mencampuri maupun menjauhi pasien. Tiap
perubahan yang kurang baik pada gejala atau tingkah laku atau sikap pasien
merupakan indikasi dari rawat inap. Sayangnya pasien dengan gangguan mood
memilih untuk tidak dirawat karena pasien tidak dapat mengambil keputusan
karena lambat berpikir, berpikir negatif dan tidak mempunyai harapan[21][22]
Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan
perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood dapat diatasi
keluarga. Terapi keluarga menguji peran pasien dengan gangguan mood juga
menguji peran dari keluarga untuk menangani pasien[21][22]
Prinsip pemberian antidepresi adalah episode depresi berat. Gejala pertama
yang menjadi acuan adalah sulit tidur dan sulit makan. Gejala lain yang dapat
timbul adalah mengamuk, cemas, rasa putus asa. target gejala lainnya termasuk
energi menurun, kurang konsentrasi, tidak berdaya dan menurunnya libido.
Diperlukan edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagai

16

hal penting dalam keberhasilan terapi termasuk pemilihan obat dengan dosis yang
sesuai[21][22]
2.1.6 Komplikasi
Depresi bila tidak tertatalaksana atau tidak tertatalaksana dengan baik
dalam beberapa tahun akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik, perburukan
kualitas hidup, meningkatkan angka bunuh diri, kesulitan dalam hubungan sosial,
ketidakpatuhan dalam pengobatan dan memperburuk masalah penyakit kronis
yang diderita sehingga meningkatkan angka kematian[32][33]
2.1.7 Prognosis
Empat puluh persen individu dengan gangguan depresi mayor yang tidak
diobati dalam 1 tahun akan memiliki remisi parsial. Remisi parsial atau riwayat
episode depresi utama kronis sebelumnya merupakan faktor risiko untuk episode
berulang dan pengobatan yang gagal. Sebuah studi tentang episode pertama
depresi psikotik oleh Tohen et al menemukan bahwa kebanyakan pasien mencapai
Sindrom remisi( 86 % ) dan pemulihan ( 84 % ), namun, hanya 35 % yang pulih
fungsional . Pemulihan sindrom sebelumnya dikaitkan dengan onset subakut,
skor depresi awal yang lebih rendah, dan kurangnya fitur psikotik suasana hati.
Dalam waktu 2 tahun, hampir setengah pasien mengalami episode baru.[26]

2.2 Depresi pada mahasiswa kedokteran


Mahasiswa kedokteran diketahui memilki tingkat depresi dan kecemasan
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum dan untuk rekan-rekan seusia
mereka[18]. Perbedaan antara tingkat depresi dan kecemasan juga telah dicatat
antara mahasiswa kedokteran baik negeri atau . Prevalensi depresi di kalangan
mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri telah diperkirakan 10,4% di
Yunani, 15,2% di Amerika Serikat, 21,7% di Malaysia, 24% di Inggris, 29,1% di
India, dan 43,8% di Pakistan. Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa

17

kedokteran swasta, bagaimanapun, telah diperkirakan 19% di Amerika Serikat,


49,1% di India, dan 60% di Pakistan[19]
Berdasarkan pada sebuah studi pada mahasiswa kedokteran Estonia,
21,9% memiliki gejala anxietas dan 30,6% gejala adalah depresi. Pada studi ini,
20,3% dari mahasiswa kedokteran berada di atas batas tingkat anxietas dan 29,3%
untuk depresi. Sementara beberapa studi melaporkan bahwa perempuan dominan
Dalam anxietas dan tingkat depresi, lainnya menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan gender. Beberapa catatan bahwa laki-laki lebih kesepian tetapi
skor perempuan lebih tinggi pada tingkat anxietas secara umum dan tidak terdapat
perbedaan dalam depresi. Yang mencolok pada semua studi ini meskipun tidak
terdapat perbedaan gender untuk anxietas, laki-laki secara signifikan lebih depresi
dalam studi ini. Hal ini dapat merupakan konsekuensi dari faktor-faktor budaya.
Anak laki-laki di turki yang mengambil peran sebagai ayah untuk keseluruhan
keluarga memiliki tanggung jawab lebih dan harus lebih kompeten. Di samping
itu, efek negatif dari pendidikan kedokteran pada kondisi psikologis mahasiswa
agak lebih berat diantara mahasiswa kedokteran Turki. Studi saat ini menemukan
7,6% dan 9,3% mahasiswa tahun pertama berada di atas dari tingkat batas
anxietas dan depresi. Skor anxietas dari mahasiswa tahun kedua lebih tinggi
namun skor depresi telah secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa tahun
pertama. [28].

18

Tabel 3. Gambaran anxietas pada mahasiswa kedokteran Turki berdasarkan jenis


kelamin dan tahun ajaran[28]

Tabel 4. Gambaran depresi mahasiswa kedokteran Turki berdasarkan jenis


kelamin dan tahun ajaran[28]

19

2.3 Ringkasan pustaka


Tabel 5. Ringkasan pustaka

20

Peneliti

Penelitian 1

Penelitian 2

Penelitian 3

Othieno, CJ. Okoth RO, Peltzer

Wahab, S. Rahman, FN. Wan

Saravanan, C. Wilks, R

K, Pengpid S, Malla LO

Hasan, WM. Zamani,


IZ. Arbaiei, NC. Khor,
SL. Nawi, AM

Lokasi

Kenya

Malaysia

Malaysia

Studi analitik cross-sectional

Studi analitik cross-sectional

Studi analitik cross-

penelitian
Studi desain

sectional
Subjek

Mahasiswa university of Nairobi

penelitian

350 siswa sekolah menengah

358 mahasiswa kedokteran

atas yang tinggal di asrama

universitas negeri atau


swasta di Malaysia

Variabel

yang diteliti

Prevalensi Depresi pada

mahasiswa

sosiodemografi pada
depresi

Prevalensi stress,

anxietas dan depresi

hal yang

Prevalensi depresi
dan kecemasan

hubungan antara

mempengarustress,

variabel demografis

anxietas dan depresi

(jenis kelamin, tahun

21

2.4 Kerangka teori


Faktor psikososial

Faktor biologi

Defisiensi
amin biogenik
Stress

Faktor genetik

dan

hipotalamus-

Faktor kehidupan dan stress


lingkungan

Faktor psikodinamik

Faktor kepribadian

pituitariadrenal axis

Inflamasi

Depresi

Komplikasi

Penurunan fungsi fisik

Perburukan kualitas hidup

Ide untuk bunuh diri

Memperburuk masalah sosial

Ketidak patuhan dalam berobat

Memperparah penyakit kronis

Prognosis

Kebanyakan mencapai
sindrom remisi( 86 % )
dan pemulihan (84%)

35 % pulih fungsional

Gambar 5. Kerangkat teori

22

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Tempat tinggal

Indekost

Non-indekost

Faktor psikososial

Dukungan sosial

Tingkat Depresi

1. Waktu perjalanan
2. Jenis trasnportasi
3. Kemacetan
4. Pulang kerumah
5. Dukungan sekitar
6. Lingkungan belajar
7. Kecukupan biaya

Karakteristik mahasiswa

Intimidasi

Usia

Bencana alam

Jenis kelamin

Kehilangan sosok
yang dicintai

Anak ke berapa

Angkatan

Peristiwa traumatis
saat masih anak-anak
Gambar 6. Kerangka konsep

23

3.1.1 Variabel tergantung


Penilaian tingkat depresi pada penelitian ini akan dilakukan menggunakan
kesioner metode Zung dengan 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan
bersifat positif dan 10 pertanyaan bersifat negatif. Untuk setiap pertanyaan,
tingkat subjek pertanyaan tersebut
1 = kurang sering
2 = agak sering
3 = sering
4 = sangat waktu
Dengan penilaian diagnosis sebagai berikut
<50 : Tidak depresi
50-59: Depresi ringan
60-69: Depresi sedang
70 : Depresi berat
3.1.2 Variabel bebas
.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah tempat tinggal subjek, yaitu indekost dan
non-indekost. . Selain indekost dan non-indekost , variabel bebas lainnya dalam
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, anak keberapa, angkatan subjek dan
faktor psikososial

24

3.2 Definisi operasional


Tabel 6. Definisi operasional
No

Variabel

Definisi

Alat ukur

Cara

Hasil pengukuran

Tempat tinggal

Kediaman

Kuesioner

pengukuran
Pengisian

- Indekos

kuesioner

- Non- Indekos

subjek

Skala
pengukuran
Nominal

penelitian pada
saat
pengambilan
2

Usia

data
Lama waktu

Kuesioner

hidup subjek

Pengisian
kuesioner

(kronologis)

Numerik
- Adolescence
(16-19)
- Young adulthood

Jenis kelamin

Jenis kelamin

Kuesioner

Pengisian

(20-24)
- Pria

Nominal

25

biologis dari
4

Anak keberapa

responden
Urutan

Kuesioner

kelahiran subjek

Angkatan

Tingkat depresi

- Wanita

Pengisian

- Anak sulung

kuesioner

- Anak tengah

dengan saudara

- Anak bungsu

kandung atau

- Anak tunggal

angkat subjek
Tahun dimana
subjek masuk

kuesioner

Kuesioner

Pengisian

- 2013

kuesioner

-2014

perguruan tinggi
Keparahan
Kuesioner Zung Pengisian
depresi
berdasarkan

kuesioner

Ordinal

Nominal

Normal (skor

Ordinal

Zung: 25-49)
-

kuesioner Zung

Mildly
depressed
(skor Zung:
50-59)

Moderately
depressed
(skor Zung:
60-69)

26

Severely
depressed
(skor Zung:

7.

Waktu

Lama waktu

perjalanan

yang

Kuesioner

Pengisian
kuesioner

dibutuhkan

Jenis
trasnportasi

- 61-120 menit
(menengah)

subjek dari

8.

70)
- 1-60 menit (pendek) Ordinal

rumah menuju

- > 120 menit

kampus

(panjang)

Kendaraan yang

Kuesioner

dipakai subjek

Pengisian
kuesioner

menuju kampus

- Pribadi

Nominal

- Umum
- Jalan kaki

9.

Kemacetan

Padatnya arus
lalu lintas saat
perjalanan dari

Kuesioner

Pengisian
kuesioner

- Ya

Nominal

-Tidak

rumah menuju

27

kampus
10.

Pulang kerumah

Frekuensi

Kuesioner

subjek kembali

Pengisian
kuesioner

ke rumah
tinggal jauh dari

kali)

satu bulan
Ada tidaknya

sekitar

dukungan moral

- Jarang (1-2 kali)

- Sering sekali (> 4

orangtua dalam

Dukungan

Ordinal

- Sering (2-3 kali)

orangtua selama

11.

- Tidak pernah (0)

Kuesioner

Pengisian
kuesioner

dari keluarga,

- Ya

Nominal

- Tidak

kerabat, teman
dan lingkungan
12.

Lingkungan

Kondisi sekitar

belajar

subjek secara

Kuesioner

Pengisian
kuesioner

umum saat

- Ya

Nominal

- Tidak

belajar
13.

Kecukupan

Kondisi

Kuesioner

Pengisian

- Lebih dari cukup

Ordinal

28

biaya

keuangan

kuesioner

subjek untuk

- Cukup
- Kurang cukup

memenuhi
kehidupan dan
gaya hidup
dalam satu
bulan
14.

Intimidasi

Perlakuan tidak

Kuesioner

pantas yang

Pengisian
kuesioner

tertuju ke

- Ya

Nominal

- Tidak

subyek
15.

Bencana alam

Peristiwa alam

Kuesioner

yang menimpa

Pengisian
kuesioner

subjek
16.

Kehilangan
sosok yang
dicintai

Perpisahan
subjek dengan
kerabat sekitar
nya

Kuesioner

Pengisian
kuesioner

- Ya

Nominal

- Tidak
- Ayah

Nominal

- Ibu
- Ayah dan ibu

29

- Adik atau kakak


- Tidak ada
17.

Peristiwa
traumatis saat
masih anakanak

Kejadian yang
membuat subjek
trauma

Kuesioner

Pengisian
kuesionert

- Ya

Nominal

- Tidak

30

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional secara potong lintang
(cross-sectional) untuk mecari hubungan dari variabel bebas yang ditentukan
(Tingkat depresi) dengan variabel tergantung (Mahasiswa indekost dan nonindekost)
4.2 Lokasi dan waktu
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti,
Grogol, Jakarta barat pada periode September 2014-Oktober2014
4.3 Populasi dan sampel penelitian
4.3.1 Populasi penelitian
1. Populasi target pada penelitian ini mahasiswa angkatan 2013 dan 2014
2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2013 dan 2014
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Subjek merupakan mahasiswa Trisakti aktif angkatan 2013 dan 2014

Sementara kriteria eksklusi sampel adalah sebagai berikut:

Subjek menolak berpartisipasi dalam penelitian

31

4.3.2 Sampel
Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung sesuai dengan rumus sbb:

Jumlah ini kemudian dimasukkan kedalam rumus koreksi populasi finit sbb:

Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 74 subjek.


Keterangan:

n = jumlah sampel populasi infinit

Z = simpang baku dari tingkat kemaknaan sebesar 95% untuk hipotesis


positif dua arah = 1.96

p = prevalensi depresi di Indonesia = 6%[30]

q = 1 p = 94%

d = presisi penelitian = 0.05

N = jumlah sampel populasi finit

32

N0 = jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


angkatan 2013 dan 2014

4.4. Bahan dan instrumen penelitian


Data pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner depresi Zung yang
memiliki 20 butir pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan bersifat positif dan
10 pertanyaan bersifat negatif dengan skoring dibawah 50 adalah tidak depresi.
50-59 adalah depresi ringan, 60-69 adalah depresi sedang dan 70 atau lebih adalah
depresi berat. Juga akan diberikan kuesioner tambahan untuk mengetahui faktor
psikososisal dan karakteristik mahasiswa
4.5 Analisis data
Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Package
for Social Sciences) dengan melakukan uji statistik dasar (univariat) serta uji
kemaknaan statistik menggunakan uji chi-square (bivariat).
4.5.1 Analisis univariat
Analisis univariat adalah cara analisis untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul apa adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari masing-masing variabel. Abalisis
univariat pada penelitian ini adalah
1. Tingkat depresi dengan skala ordinal
2. Tempat tinggal dengan skala nominal
4.5.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
variabel bebas yang diteliti dengan variabel tergantung. Masing-masing variabel
menggunakan data ordinal. pada analisis ini digunakan uji statistik chi-square.

33

Adapun syarat chi-square chi-square sebagai berikut


A. Untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel
B. Variabel yang dihubungkan kategori-kategori
C. Kelompok yang dibandingkan adalah variabel independent dan variabel
bebas

Berikut adalah rumusan chi-square

0= Frekuensi hasil observasi


E= Frekuensi yang diharapkan
Dengan analisis uji chi-square. masing-masing tingkat kepercayaan sebesar 95%
(=0,005)

34

4.6 Alur penelitian


Persiapan penelitian
- Lokasi penelitian yaitu
fakultas kedokteran
universitas Trisakti
- Persiapan kuesioner

Kunjungan ke kelas

Informed consent

Tidak bersedia

Bersedia

Pengambilan data

Analisis data

Gambar 7. Alur penelitian


4.7 Etika penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan perizinan dari instansi yang
terkait, yakni dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Adapun perizinan ini
merupakan rangkaian prosedural yang untuk menghindarkan penelitian ini dari
proses hukum yang berlaku.

35

4.8 Jadwal penelitian


Tabel 7. Jadwal penelitian
Kegiatan

Waktu
Septembe

Oktober

November

Desember

Januari

r
Persiapan

dan

pengumpulan
data
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB I
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB II
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB III
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB IV
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB V
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB VI

36

Persiapan ujian
skripsi
Penyusunan
manuskrip

E-

journal

4.9 Pembiayaan
Penelitian ini tidak memerlukan biaya. Adapun pada situasi dan kondisi
yang berubah, pembiayaan pada penelitian ini dilakukan secara mandiri oleh
peneliti.

37

Daftar pustaka
1. National Mental of Institute [Internet], Bethesda, [updated 2011. Available
from:
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml.Accesed
May 24 2014
2. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: background [Internet].
California.

Medscape:

2014.

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#aw2aab6b2b2.
Accesed May 24 2014
3. World Health Organization [internet], Geneve, [Updated 2004] avaiable from:
http://www.who.int/entity/healthinfo/global_burden_disease/gbddeathdalycountry
estimates2004.xls Accesed May 24 2014
4. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: Epidemiology [Internet].
California.

Medscape:

2014.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a0156.Accesed

from
May

24 2014
5. Current depression among adults---United States, 2006 and 2008. MMWR
Morb Mortal Wkly Rep. Oct 1 2010;59(38):1229-35.
6. Dal Kashani JH, Sherman DD. Childhood depression: epidemiology, etiological
models, and treatment implications. Integr Psychiatry. 1988;6:1-8
7. Hankin BL, Abramson LY, Moffitt TE, Silva PA, McGee R, Angell KE.
Development of depression from preadolescence to young adulthood: emerging
gender differences in a 10-year longitudinal study. J Abnorm Psychol. Feb
1998;107(1):128-40.

38

8. Kuehner C. Gender differences in unipolar depression: an update of


epidemiological findings and possible explanations. Acta Psychiatr Scand. 2003
Sep;108(3):163-74.

9. Siegel JM, Aneshensel CS, Taub B. Adolescent depressed mood in a


multiethnic sample. J Youth Adolesc. 1998;2
10. Schmidt, Peter. "Mood, Depression, and Reproductive Hormones in the
Menopausal Transition". The American journal of medicine. 2005; 118 Suppl 12B
(12): 548
11. Rashid, T.; Heider, I.. "Life Events and Depression". Annals of Punjab
Medical College 2. 2008
12. Hill, J. Current Opinion in Psychiatry 16 (1): 36 2003 avaiable from
http://journals.lww.com/copsychiatry/Abstract/2003/01000/Childhood_trauma_and_depression.2.aspx.Acces
ed May 24 2014
13. American College Health Association. American College Health AssociationNational College Health Assessment II: Reference Group Executive Summary
Fall 2011. Hanover, MD: American College Health Association; 2012
14. Eisenberg D, Gollust SE, Golberstein E, Hefner JL. Prevalence and correlates
of depression, anxiety, and suicidality among university students. Am J
Orthopsychiatry. 2007 Oct;77(4):53442. PubMed PMID: 18194033
15. Cranford JA, Eisenberg D, Serras AM. Substance use behaviors, mental health
problems, and use of mental health services in a probability sample of college
students. Addict Behav. 2009 Feb;34(2):13445. Epub 2008 Sep 17. PubMed
PMID: 18851897

39

16. University health service UHS [internet]. Columbia [updated 2004]. avaiable
from https://uhs.berkeley.edu/home/healthtopics/pdf/depresstudents.pdf.Accesed
June 14 2014
17. Mowbray CT, Megivern D, Mandiberg JM, Strauss S, Stein CH, Collins K,
Kopels S, Curlin C, Lett R. Campus mental health services: recommendations for
change. Am J Orthopsychiatry. 2006 Apr;76(2):22637. PubMed PMID:
16719642.
18. Dahlin, M. Joneborg, N, et alStress and depression among medical students:
a cross-sectional study, Medical Education, vol. 39, no. 6, pp. 594604, 2005
19. Saravanan C, Wilks R Medical Students Experience of and Reaction to
Stress: The Role of Depression and Anxiety, Scientific World Journal. 2014 Jan
29;2014:737382. doi: 10.1155/2014/737382. eCollection 2014
20. Tartakovsky, M. (2008). Depression and Anxiety Among College
Students. Psych

Central.

Retrieved

on

June

14,

2014,

from

http://psychcentral.com/lib/depression-and-anxiety-among-collegestudents/0001425
21. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed.
Jakarta: EGC;2010.p. 791-4
22. Ismail, RI, Siste, K buku ajar psikiatri,1st ed. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010 p209-16
23. Maslim, R, diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkan PPDGJ-III 1st ed,
Jakarta, Penerbit Ilmu Kedokteran Jiwa Unversitas Atmajaya, 2003, p64-5
24. Belmaker RH, Agam G. Major Depressive Disorder. N England Journal of
Medine 2008;358:55-68
25. Raison CL, Capuron L, Miller AH. Cytokines sing the blues: inflammation
and the pathogenesis of depression. Trends in immunology 2005;27:1471-4906

40

26. Tohen M, Khalsa HM, Salvatore P, et al. Two-year outcomes in first-episode


psychotic depression The McLean-Harvard first-episode project. J Affect Disord.
Jan 2012;136(1-2):1-8
27. Dantzer R. Cytokine-induced sickness behaviour: a neuroimmune response to
activation of innate immunity. Eur. J. Pharmacol 2004;500:399411
28. Hanvindra, A. Khairi, H et al. Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa
Kedokteran yang Berkaitan dengan Keinginan dan Harapan dari Karier
Kedokteran; Bagian ilmu kedokteran jiwa fakultas kedokteran Universitas
Andalas, 2010, p 2-3
29. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian republik
Indonesia, RISKESDAS 2007. 2008, des .p 120

30. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian republik


Indonesia, RISKESDAS 2013. 2013.p 128-9
31. Berks M, Williams LJ, Maes, M, et al. So depression is an inflammatory
disease, but where does the inflammation come from?
. BMC Medicine. September 2013; p 1-9
32. Katon WJ. Clinical and health services relationships between major
depression, depressive symptoms, and general medical illness. Biol Psychiatry
2003;54:216-26
33. Blazer DG. Depression in late life: Review and commentary. J. Gerontol. A
Biol. Sci. Med. Sci 2003;58:24965

41

Lampiran 1

INFORMED CONSENT
Saya Adhi rizky putra, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
akan melaksanakan suatu penelitian dengan judul Perbedaan tingkat depresi
antara mahasiswa indekost dengan non-indekost di Fakultas kedokteran
Universitas Trisakti angkatan 2013 dan 2014. Depresi merupakan penyakit
mental yang sering tidak terdeteksi pada layanan kesehatan primer dan dapat
menganggu kehidupan dan kegiatan pasien bila tidak terdeteksi atau tidak
tertatalaksana dengan baik. Maka peneliti ingin mencari dan mengukur tingkat
depresi agar dapat mendeteksi dini dengan memperhatikan pasien yang berisiko.
Oleh karena itu, saya mengharapkan saudara untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Apabila saudara bersedia maka peneliti akan memberikan kuesioner
Zung Self-Rating Depression Scale dan kuesioner yang berisi identitas saudara.
Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada saudara dan semua hasil
pemeriksaan yang didapat akan diproses dengan merahasiakan identitasnya.
Secara keseluruhan penelitian ini tidak memiliki resiko atau efek samping
karena teknik yang digunakan pada penelitian ini tidak bersifat invasif atau
membahayakan.
Bila selama menjalani penelitian atau setelahnya, ada pertanyaan, yang
berhubungan dengan penelitian saudara dapat menghubungi peneliti yaitu Adhi
rizky putra di nomor 083899822870. Partisipasi saudara adalah sukarela serta
bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini tanpa mendapat paksaan dan
tekanan dari pihak manapun. Bila saudara bersedia ikut dalam penelitian ini saya
mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di lembar
setelah ini. Atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, ...... ............ 2014
42

Adhi rizky putra


FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami.
Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam penelitian
ini.

Nama peserta penelitian

Tanda tangan

Tanggal

43

Lampiran 2
Kuesioner 1

Nama

Usia

Jenis kelamin

Anak ke

Angkatan

Tempat tinggal asal

Tempat tinggal kost

dari

bersaudara

Buatlah tanda () di depan jawaban yang sesuai


No

Uraian

Saya merasa mental


saya jatuh dan sedih

Pagi adalah saat dimana


perasaan saya paling
baik

Saya merasa ingin


menangis

Saya mengalami
problem tidur di malam
hari

Saya makan sebanyak


biasa saya lakukan

Hanya
sedikit

Kadangkadang

Cukup
sering

Hampir
sepanjang
waktu

44

Saya tetap dapat


menikmati seks

Saya perhatikan berat


badan saya turun

Saya punya masalah


buang air besar

Detak jantung saya


lebih cepat dari
biasanya

10

Saya lelah tanpa sebab

11

Pikiran saya sejernih


bagaimana biasanya

12

Saya merasa mudah


untuk melakukan halhal yang dulu saya biasa
lakukan

13

Saya merasa tidak


tenang dan tidak dapat
berdiam diri

14

Saya merasa penuh


harapan dan masa depan

15

Saya lebih mudah


tersinggung dari
biasanya

16

Saya merasa mudah


untuk memutuskan
sesuatu

17

Saya merasa berguna


dan dibutuhkan

18

Kehidupan saya baikbaik saja

19

Saya merasa orang lain


akan lebih baik jika

45

saya meninggal
20

Saya masih menikmati


hal-hal yang dulu suka
saya lakukan

Kuesioner 2

1. Dimana kamu tinggal selama menjadi mahasiswa


Rumah orangtua, rumah kerabat, rumah saudara, dll (jika pilih ini, lanjut
ke bulir pertanyaan dibawah dan lewatkan pertanyaan nomor 2)
Indekost, asrama, sewa rumah bersama teman dll ( jika pilih ini, lanjut ke
pertanyaan nomor 2 dan lewatkan bulir pertanyaan dibawah)
1.a. Berapa lama waktu (menit) yang dibutuhkan dari rumah ke kampus kamu?
1-30
31-60
61-90
91-120
<120

1.b. Transpotasi apa yang kamu gunakan menuju ke kampus


Kendaraan pribadi (Mobil, sepeda motor, sepeda, dll)
Kendaraan umum (Bus, angkot, taksi, ojek dll)
Jalan kaki

46

1.c. Apakah kamu sering terjebak macet saat menuju atau pulang dari kampus
Ya
Tidak

2. Dimana domisili tinggal kamu dan orangtua kamu sebelum kamu menjadi
mahasiswa
Daerah Jabodetabek (jika memilih ini, jawab bulir pertanyaan dibawah
kemudian lanjut ke nomor 3)
Luar jabodetabek (jika memilih ini, langsung ke pertanyaan nomor 3 dan
lewatkan bulir pertanyaan dibawah ini)

2.a. Seberapa sering kamu kembali ke rumah orangtua kamu dalam satu bulan
Tidak pernah
1-2 kali
3-4 kali
> 4 kali

3. Apakah keluarga, kerabat, teman dan lingkungan sekitarmu mendukung kamu


dalam usaha kamu menggapai apa yang kamu inginkan
Ya
Tidak

4. Apakah lingkungan disekitar kamu kondusif untuk belajar dan beristirahat


Ya
Tidak

47

5. Apakah kamu pernah menjadi korban intimidasi oleh teman atau lingkungan
sekitar kamu
Ya (jika pilih ini, jawab bulir pertanyaan dibawah kemudian lanjut ke
nomor 6
Tidak (jika pilih ini, langsung ke pertanyaan nomor 6 dan lewatkan bulir
pertanyaan dibawah)
5a. Seberapa sering kamu menjadi korban intimidasi
Sering
Kadang-kadang
Jarang

6. Apakah uang yang diberikan oleh orangtua dalam satu bulanb cukup untuk
menunjang kebutuhan hidup atau gaya hidup kamu
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang cukup

7.Siapa anggota keluarga kamu yang tidak lagi bersama kamu


Ayah
Ibu
Ayah dan ibu

48

Adik atau kakak


Tidak ada

8. Apakah kamu pernah terkena peristiwa bencana alam yang membekas dalam
ingatan kamu hingga saat ini
Ya
Tidak

9. Saat kecil, apakah kamu pernah mengalami peristiwa yang membuat kamu
trauma hingga saat ini
Ya
Tidak

49

Anda mungkin juga menyukai