JSJKHQWGDW X
JSJKHQWGDW X
PENDAHULUAN
3.
4.
Proposal kerja praktek ini akan dibagi menjadi 6 bab dengan pembahasan
sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang
lingkup penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika laporan.
Bab II. Gambaran Umum Proyek
Bab ini membahahas mengenai gambaran umum tentang proyek mencakup data
umum dan teknis proyek, rencana pelaksanaan pekerjaan dan struktur organisasi
proyek.
Bab III. Landasan Teori
Bab ini membahas landasan teori mengenai topik yang ditinjau pada kerja praktek
dan diperoleh dari berbagai literature dan buku-buku referensi.
Bab IV. Rencana Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Bab ini membahas mengenai penjelasan persiapan dan pelaksanaan pekerjaan pelat
lantai di lapangan.
Bab V. Rencana tinjauan Perhitungan Pekerjaan dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang pembebanan pelat lantai 2, lantai 3 dan pelat lantai atap,
perhitungan penulangan, rekapitulasi penulangan pelat lantai,
perhitungan.
Bab VI. Rencana Daftar Pustaka
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1
Lokasi Proyek
Pemilik Proyek
Nilai Kontrak
Sumber Dana
Waktu Pelaksanaan
Konsultan Pengawas
Konsultan Perencana
Kontraktor Pelaksana
Jumlah Lantai
: 3 lantai
Konstruksi
: Beton Bertulang
Jenis Pondasi
: 25 mm
Mutu Beton
: K-250
Mutu Baja
Tinggi Bangunan
: Lantai 3
: 8,40 meter
Lantai 2
: 4,20 meter
Lantai 1
: 0,00 meter
Pengawas
CV. Detail Merbang
Seulawah
Konsultan Perencana
Kontraktor
: Hubungan Fungsional
: Hubungan Kontraktual
Rangga Lawe, SE
Direktur
Zul Fahrozi
Nasmar, ST
General Manager
Site Manager
Basiran
M. Agus H, ST
Andi
Pelaksana Lapangan
Staff Engineering
Logistic
Keamanan Proyek
1. Ketua
: Alekson, SE
2. Anggota
: - M. Teguh
- Marwan
Gambar 2.3. Lokasi pelaksanaan proyek yang disunting dari google maps
BAB III
DASAR TEORI
3.1.
Pengertian Pelat
Pelat atau slab adalah suatu elemen struktur yang mempunyai bentuk datar
ataupun melengkung, yang ukuran tebalnya jauh lebih kecil dari ukuran-ukuran
lainnya (Astira, Imron Fikri , 2006). Saat ini pelat beton bertulang merupakan suatu
sistem lantai yang dipakai sebagian besar bangunan. Dengan menggunakan bahan
baja dan beton mutu tinggi akan didapat ukuran atau dimensi komponen struktur
8
b.
c.
d.
2. Konstruksi atap yang menjadi satu dengan rangka portalnya menambah sifat
kaku dari bangunan, sehingga lebih tahan terhadap gaya horizontal, oleh angin
atau gempa.
3. Karena tahan api, maka dapat mencegah menjalarnya api yang datang dari arah
atas ke dalam ruangan di bawahnya.
3.2.
Tipe-Tipe Plat
Pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa balok
disebut dengan sistem Flat lab. Sistem ini digunakan bila bentang tidak besar dan
intensitas beban tidak terlalu berat, misalnya bangunan apartemen atau hotel.
Kadang-kadang bagian kritis pelat di sekitar kolom penumpu perlu dipertebal untuk
memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons, dan lentur. Bagian penebalannya
disebut Drop Panel, sedangkan penebalan yang membentuk kepala kolom disebut
Column Capital. Flat Slab yang memiliki ketebalan merata tanpa adanya Drop Panel
dan Column Capital disebut Flat Plate. Tebal lantai Flat Slab adalah 125 hingga 250
mm untuk bentangan 4,5 hingga 7,5 m. Sistem ini banyak digunakan pada bangunan
rendah yang beresiko rendah terhadap beban angin dan gempa.
Model struktur yang menggunakan Flat Slab merupakan model struktur tanpa
balok. Ada penebalan pada kepala koolom yang disebut dengan Drop Panel,
akibatnya semua beban pada pelat lantai akan didistribusikan langsung ke kolom.
Penggunaan sistem Drop Panel ini memudahakan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
terutaman pekerjaan bekisting/formwork, pelat mayoritas datar dan tidak ada
gangguan balok. Tipe formwork yang diterapkan biasannya System Table Form,
dengan sistem ini siklus pengerjaan akan lebih mudah diprediksi.
Hanya berkisar seminggu atau usia beton telah mencukupi lebih dari 65%
bekisting sudah bisa dibongkar dan di reproping. Bekisting selanjutnya bisa dipindah
ke zona berikutnya. Reproping bisa dilepas setelah beton mengeras pada usia 28 hari
11
3.4.
3.4.1. Material
A.
direkatkan oleh bahan ikat. Campuran bahan beton antara lain semen, agregat, air
dan admixture. (Sagel, R.,dkk, 1994)
Adapun campuran bahan beton tersebut antara lain :
1.
Semen
Semen merupakan bahan ikat hidrolik untuk pembuatan beton. Hidrolik
berarti :
1. Semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa.
2. Suatu produksi keras (semen) yang kedap air.
Sehingga penempatan semen harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari lembab. Pengambilan semen dari timbunan juga harus diatur
sehingga selalu diambil dari timbunan yang paling terdahulu.
2.
Agregat
Agregat terdiri dari 2 macam yaitu :
a.
12
B.
karena daya dukung beton bertulang didapatkan dari hasil kerja sama antara beton
dan tulangan. Supaya pemakaian tulangan bisa berjalan dengan efektif, harus
diusahakan agar tulangan dan beton dapat mengalami deformasi bersama-sama, yaitu
agar terdapat ikatan yang cukup kuat diantara kedua material tersebut untuk
memastikan tidak terjadinya gerakan relatif atau slip dari tulangan dengan beton
yang ada disekelilingnya. Hal ini dikarenakan beton hanya kuat menahan gaya tekan
dan tidak kuat manahan gaya tarik, maka disinilah fungsi besi / tulangan yang akan
menahan gaya tarik yang timbul dalam sistem tersebut.
3.4.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengecoran beton plat lantai, antara lain :
1.
Molen
Molen (mesin aduk beton) telah banyak digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan beton. Dengan mesin ini hasil adukan akan tercampur lebih merata dan
lebih sempurna. Molen seperti pada gambar ini kemiringannya dapat diatur
sehingga bahan-bahan beton dapat dimasukkan dan dikeluarkan dengan mudah.
2.
Concrete Pump
13
3.5.
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang
mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis seperti beban
mati dan beban hidup dan dinamis seperti beban tak terduga.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban mati dan beban hidup
saja seperti penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri pelat yang bekerja
secara tetap dalam waktu lama, sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin
dan getaran tidak diperhitungkan.
Langkah-langkah dalam menghitung penulangan plat lantai adalah sebagai
berikut:
1) Hitung Pembebanan
14
Menurut
Budiadi
(2008),
perhitungan
beban
dalam
perhitungan
plat
...................................................
( Pers. 1 )
..................................................
( Pers. 2 )
..................................................
( Pers. 3 )
1
)
2
ly
lx
. Jika nilai
ly
lx
ly
lx
arah.
15
ditunjukkan dengan garis, bila beban merata bekerja pada bidang atas plat
defleksinya.
Ly
Lx
Plat satu arah umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh dibawah
rasio maksimum yang diizinkan .h.0,75. Ini terutama untuk pertimbangan keamanan
dan ekonomis. Dengan tulangan dibawah rasio diharapkan baja akan leleh terlebih
dahulu sehingga keruntuhan dapat diketahui sebelumnya.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk menghitung nilai pembesian
lapangan maupun pembesian tumpuan arah x dan y adalah :
Untuk Perhitungan One Way Slab
a.
b.
.................................................( Pers. 4 )
: WU = Beban terfaktor.
WDL = Beban mati yaitu berat sendiri pelat, berat penutup lantai,
1,4
fy
.............................................( Pers. 5 )
16
0,85. 1 .
fc '
600
.
fy 600 fy
.............................................( Pers. 6 )
.............................................( Pers. 7 )
maks = b . 0,75
Beton(Mpa)
n Baja
Mu
tu
mi
baj
fc=17
=0,85
fc=20
=0,85
fc=25
=0,85
fc=30
=0,85
fc=35
=0,81
aks
aks
aks
aks
aks
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
274
132
323
158
403
198
484
239
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
166
107
241
127
301
159
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
166
093
196
107
0,0
0,0
0,0
138
083
0,0
100
sm
fc=40
=0,77
m
aks
0,02
0,0
0,0
538
69
584
313
0,0
0,0
0,03
0,0
0,0
361
195
402
221
436
251
0,0
0,0
0,0
0,0
0,01
0,0
0,0
244
132
293
163
325
83
354
214
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,01
0,0
0,0
163
092
203
117
244
142
271
60
295
185
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,01
0,0
0,0
070
118
074
148
098
177
113
197
26
214
143
BU
TP
BU
TD
-24
30
35
40
50
17
1.
2.
dimana :
...................................................................( Pers. 10 )
ht
s
18
e.
0,85 fy
4.Mu
........................( Pers. 11 )
1 1
fc
1,7 0,8 b d 2 fc
12
= Rasio penulangan
fy
= Mutu baja ( kg /cm 2 )
Mu
= Momen ultimate ( kg m )
b
= Jarak per satu meter
d
= Tebal efektif pelat ( mm2 )
Menentukan As perlu perhitungan, dengan menggunakan rumus:
As Perlu = .b.d
.............................................................( Pers. 12 )
Dimana :
f.
Dimana
g.
19
ly
lx
Persamaan 4.
Langkah kedua sama seperti langkah ketiga perhitungan plat satu arah, yaitu
menentukan momen lapangan dan tumpuan, yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan
c.
menggunakan Persamaan 3.
Langkah ketiga menentukan tebal efektif plat lantai dengan cara yang sama
seperti perhitungan plat satu arah, dengan menggunakan persamaan 1 dan
d.
persamaan 3.
Menentukan Coeficient Balance (jarak dari serat atas ke garis maksimum)
cb =
.
................................................................... ( Pers. 13 )
0,003.d
fy
Dimana0,003
: cb = coeficient balance ( jarak dari serat atas ke garis
Es
e.
maksimum)
d = tebal efektif pelat ( mm)
fy = mutu baja ( kg/cm2)
Es = Nilai modulus Elastisitas baja ( 2x106)
Menghitung a (besar balok tegangan beton)
a = 1.cb
....... ( Pers. 14 )
Dimana
f.
: a
As =
..( Pers. 15 )
Mu
fy.(d
Dimana
a
)
2
Mu = Momen Ultimate
As = Luas penampang beton ( mm2)
(mm
)
100
150
200
250
300
350
400
450
565,5
282,
7
168,
5
141,
1
112,
1
94,2
80,
8
70,
7
62,8
1005,
3
502,
7
335,
1
251,
3
201,
1
167,
6
143
,6
125
,7
111,
7
1272,
3
636,
2
424,
1
318,
1
254,
5
212,
1
181
,8
159
141,
4
10
1570,
8
785,
4
523,
6
392,
7
314,
2
261,
8
224
,4
196
,3
174,
5
12
2261,
9
1131
754
565,
5
452,
4
377
323
,1
262
,7
251,
3
13
2654,
6
1327
,3
884,
9
663,
7
530,
9
442,
4
379
,2
331
,8
294,
9
14
3078,
8
1539
,4
026,
3
769,
7
615,
8
513,
1
439
,8
384
,6
342,
1
16
4021,
2
2010
,6
1340
,4
1005
,3
804,
2
670,
2
574
,5
502
,7
446,
8
18
5089,
4
2544
,7
1695
,5
1272
,3
1017
,9
848,
2
727
,1
636
,2
565,
5
21
19
5670,
6
2835
,3
1890
,2
1417
,6
1134
,1
945,
1
810
,1
708
,8
630,
1
20
6283,
2
3141
,6
2094
,4
1570
,8
1256
,6
1047
,2
897
,6
785
,4
698,
1
22
3801
,3
2534
,2
1900
,7
1520
,5
1267
,1
108
6,1
950
,3
844,
7
25
4908
,7
3272
,5
2454
,4
1953
,5
1636
,2
140
2,5
122
7,2
1090
,6
26
6157
,5
4105
,0
3078
,8
2453
2052
,5
175
9,3
153
9,4
1368
,3
29
6605
,2
4403
,5
3302
,6
2642
,1
2201
,7
188
7,2
165
1,3
1467
,8
32
8042
,5
5361
,7
4021
,2
3217
2680
,8
229
7,9
201
0,6
1787
,2
36
6785
,8
5089
,4
4071
,5
3392
,9
290
8,2
254
4,7
2261
,9
40
8377
,6
6283
,2
5026
,5
4188
,8
359
0,4
314
1,6
2792
,5
50
1309
0
9817
,5
7854
6545
560
9,9
490
8,7
4363
,3
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PLAT
LANTAI
4.1.
22
b. Persiapan Pekerja
Pekerja juga merupakan hal penting dalam pelaksanaan proyek ini yang harus
diorganisasi secara teratur berdasarkan tingkat keahlian yang dibutuhkan.
Air
Pada proses hidrasi, air sangat diperlukan untuk berlangsungnya reaksi kimiawi
bersama semen. Air yang digunakan tidak boleh mengandung asam, minyak,
alkali, garam-garam, bahan organik dan bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton dan tulangan baja.
c.
Agregat halus
24
Agregat halus atau pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton pada dasarnya
harus diuji terlebih dahulu kadar lumpur dan kadar organic yang terkandung
didalamnya dan tidak boleh lebih dari 0,5%, tetapi pada proyek ini pengujian
tidak dilakukan dan menggunakan pasir berbutir kasar agar lebih mengikat pada
campuran beton. Adapun agregat halus yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 4.2. berikut :
d.
Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam proyek ini adalah agregat kasar berupa
split atau pecahan batu pecah dengan gradasi 1-2 cm dan 3-5 cm yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Adapun agregat kasar yang digunakan dapat dilihat
pada gambar 4.3. dibawah ini.
25
Besi Tulangan
Besi tulangan dipakai untuk memikul tegangan tarik yang terjadi, bekerja sama
dengan beton untuk memikul gaya gaya luar. Besi tulangan yang dipakai
biasanya ulir untuk tulangan utama dan polos untuk sengkangnya.
f.
4.1.4. Peralatan
1.
Concrete Pump
Concrete Pump adalah sebuah truk yang berfungsi untuk menyalurkan bahan
beton cor ready mix.
26
2.
Vibrator
Vibrator adalah alat yang berfungsi untuk memadatkan beton.
3.
Truck Mixer
Truck mixer berfungsi sebagai alat transportasi beton cair yang berputar 20
kali semenit dan mengangkut beton cair dari batching plant ke lokasi proyek
kemudian menuangkan beton cair tersebut ke hopper concrete pump.
27
4.
5.
28
6.
4.2.
beton tersebut terbuat dari kayu gelam yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
dimensi, bentuk dan kelurusannya.
31
bucket. Pengecoran balok dan pelat pada satu lantai dilakukan sekaligus. Beton yang
ditembakkan dari pipa diratakan keseluruh bekisting dengan bantuan vibrator,
garukan dan sendok semen untuk mendapatkan kepadatan yang baik.
Pengecoran yang bertepatan dengan cuaca hujan harus dengan segera ditutup
dengan terpal untuk menghindari masuknya air terlalu banyak sehingga dapat
mengurangi mutu beton. Pengecoran pada cuaca yang sangat panas juga tidak begitu
baik karena menyebabkan proses pengeringan yang terlalu cepat dan mengakibatkan
retak-retak rambut pada permukaan beton.
Adukan beton yang akan dicor dibawa mobil pengangkut beton dari truck
Mixer dan mesin pengangkut ( concrete Pump ) dan bucket. Sebelum beton dicor
semua ruangan yang akan diisi harus dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa kawat
pengikat. Pengecoran plat dimulai dan salah satu ujung tepinya hingga selesai
apabila pengecoran dihentikan, maka harus pada tempat yang momennya sama
dengan nol yaitu diatas balok anak atau pada jarak 1 dari jarak bentang. Pengecoran
harus dilakukan sebaik mungkin untuk menjamin beton itu padat dan harus dihindari
terjadinya cacat seperti keropos. Sebelum pengecoran dilakukan, bekisting harus
33
bersih dan dibasahi air terlebih dahulu. Air pembasahan tersebut diusahakan mengalir
sedemikian rupa agar tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.
35
Setelah dicor beton harus dirawat dengan baik agar dapat mencapai mutu
yang diinginkan. Pelaksanaan perawatan beton dilakukan selama satu minggu
dengan membasahi permukaan beton secara terus-menerus dengan air.
BAB V
TINJAUAN PERHITUNGAN PELAT LANTAI
= 25 Mpa (K-250)
Mutu baja fy
= 240 Mpa
= 25 mm
= 12 cm
= 10 cm
Diameter tulangan
= 8 mm
= 0,85 ( fc 30 Mpa )
= 1 m = 1000 mm
36
5.1.
= 288 kg/m2
= 48 kg/m2
Spesi ( Tebal = 2 cm )
= 42 kg/m2
1,00 m x 23 kg/m3
= 23 kg/m2 +
= 401 kg/m2
= 250 kg/m2
= 250 kg/m2
3. Beban Terfaktor
Beban terfaktor (WU)
= 1,2 D + 1,6 L
= (1,2 x 401) + (1,6 x 250) kg/m2
= 881,2 kg/m2
= 845,2 kg/m2 x 1 m
= 881,2 kg/m
37
5.2.
1,4
fy
1,4
240
= 0,00583
fc '
600
.
fy 600 +fy
2) b
0,85. 1 .
0,85.0,85.
25
600
.
240 (600 +240)
= 0,0446
3) maks = b . 0,75
= 0,0466 . 0,75
= 0,03495
38
Ly 4m
1
Lx 4m
4m
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1
sehingga didapat :
x Mlx
= 25
x Mtx
= 51
x Mly
= 25
x Mty
= 51
Mlx
Mly
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
40
Mlx
= + 352,48 kgm
Mu
= + 35248 kgcm
Mn
= Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
44060 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
44060
5,525
2400.(9,1 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 120 20 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
41
Mtx
= - 719,059 kgm
Mu
= - 71905,9 kgcm
Mn
= Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
89882,4 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
89882,4
5,525 = 5,90943 cm2 = 590,943 mm2
2400.(9,1 )
2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91 - 8 )mm = 83 mm
42
= 0,8
Mly
+ 352,48 kgm
Mu
+ 35248 kgcm
Mn
Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dy
44060 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
44060
5,525 = 3,3152 cm2 = 331,52 mm2
2400.(8,3 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91- 8 )mm = 83 mm
43
= 0,8
Mty
- 719,059 kgm
Mu
- 71905,9 kgcm
= Mu /
Mn
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
As
89882,4 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
fy.( dx -
a
)
2
89882,4
5,525
2400.(9,1 )
2
Ly
2,83m
1
Lx
2,83m
4,25
2,83 m
m
sama dengan 2.
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1,8
sehingga didapat :
x Mlx
= 25
x Mtx
= 51
x Mly
= 25
x Mty
= 51
Mlx
Mly
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mlx
= + 176,436 kgm
Mu
= + 17643,6 kgcm
Mn
Mn
Mu /
17643,6 kgcm / 0,8
0,003
fy
0,003
Es
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
dx
22054,5 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
46
= 0,85 . 6,5
= 5,525 cm
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
22054,5
5,525
2400.(9,1 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mtx
= - 359,930 kgm
Mu
= - 35993,0 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
dx
44991,25 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
47
= 0,85 . 6,5
= 5,525 cm
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
44991,25
5,525 = 2,958 cm2 = 295,8 mm2
2400.(9,1 )
2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91 - 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mly
+ 176,436 kgm
Mu
+ 17643,6 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
Cb
= 6,5 cm
dx
22054,51 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
48
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dy
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
22054,51
5,525 = 1,65948 cm2 = 165,948 mm2
2400.(8,3 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91- 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mty
- 359,930 kgm
Mu
- 35993,0 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
0,003
fy
Es
dx
44991,25 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
49
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.( dx -
a
)
2
44991,25
5,525 = 2,958 cm 2 = 295,8 mm2
2400.(9,1 )
2
2
Lx 2m
4,25
4m
m
sama dengan 2.
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1,4
sehingga didapat :
50
x Mlx
= 58
x Mtx
= 82
x Mly
= 15
x Mty
= 53
Mlx
Mly
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
51
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mlx
= + 204,438 kgm
Mu
= + 20443,8 kgcm
Mn
Mn
Mu /
20443,8 kgcm / 0,8
0,003
fy
0,003
Es
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
25554,8 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
25554,8
5,525 = 1,6801cm2 = 168,01 mm2
2400.(9,1 )
2
52
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 120 20 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mtx
= - 289,034 kgm
Mu
= - 28903,4 kgcm
Mn
Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
36129,2 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
fy.(dx
a
)
2
53
As
36129,2
5,525 = 2,37536 cm2 = 237,536 mm2
2400.(9,1 )
2
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91 - 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mly
+ 52,872 kgm
Mu
+ 5287,2 kgcm
Mn
Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dy
6609 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
54
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
6609
5,525 = 0,49729 cm2 = 49,729 mm2
2400.(8,3 )
2
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91- 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mty
-186,814 kgm
Mu
-18681,4 kgcm
Mn
Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
As
23351,8 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
fy.( dx -
a
)
2
55
As
23351,8
5,525
2400.(9,1 )
2
Ly 2m
1
Lx 2m
2m
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1
sehingga didapat :
x Mlx
= 25
x Mtx
= 51
x Mly
= 25
x Mty
= 51
Mlx
56
Mly
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mlx
= + 88,12 kgm
Mu
= + 8812 kgcm
57
= Mu /
Mn
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
11015 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
11015
5,525
2400.(9,1 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 120 20 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mtx
= - 179,765 kgm
Mu
= - 17976,5 kgcm
58
Mn
= Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
22470,6 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
22470,6
5,525 = 1,47736 cm2 = 147,736 mm2
2400.(9,1 )
2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91 - 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mly
+ 88,12 kgm
59
Mu
+ 8812 kgcm
Mn
Mu /
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dy
11015 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
11015
5,525 = 0,82882 cm2 = 82,882 mm2
2400.(8,3 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91- 8 )mm = 83 mm
= 0,8
60
Mty
- 179,765 kgm
Mu
- 17976,5 kgcm
= Mu /
Mn
Mn
dx
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
Mn
= As . fy . ( dx
As
22470,6 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
a
)
2
Mn
As
fy.( dx -
a
)
2
22470,6
5,525
2400.(9,1 )
2
Ly
4,03m
1,6
Lx
2,4m
61
4,03
m
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1
sehingga didapat :
x Mlx
= 49
x Mtx
= 78
x Mly
= 15
x Mty
= 54
Mlx
Mly
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 120 25 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mlx
= + 248,710 kgm
Mu
= + 24871 kgcm
Mn
= Mu /
Mn
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
dx
31088,7 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
63
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
31088,7
5,525
2400.(9,1 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 120 20 1/2 . 8 ) mm = 91 mm
= 0,8
Mtx
= - 395,906 kgm
Mu
= - 39590,6 kgcm
Mn
= Mu /
Mn
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 6,5
dx
49488,192 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
= 5,525 cm
64
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
49488,192
5,525 = 3,25366 cm2 = 325,366 mm2
2400.(9,1 )
2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91 - 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mly
+ 76,136 kgm
Mu
+ 7613,6 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
Cb
= 6,5cm
= 1. Cb
dx
9516,96 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
65
= 0,85 . 6,5
= 5,525 cm
Mn
= As . fy . ( dy
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
9516,96
5,525 = 0,7161 cm2 = 71,61 mm2
2400.(8,3 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 12 cm = 120 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 91- 8 )mm = 83 mm
= 0,8
Mty
- 274,088 kgm
Mu
- 27408,8 kgcm
= Mu /
Mn
Mn
Cb
Cb
= 6,5 cm
= 1. Cb
fy
Es
dx
34261,056 kgcm
0,003
9,1
2400
0,003
2 x10 6
66
= 0,85 . 6,5
= 5,525 cm
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.( dx -
a
)
2
34261,056
5,525
2400.(9,1 )
2
67
5.3.
= 240 kg/m2
= 48 kg/m2
Spesi ( Tebal = 2 cm )
= 42 kg/m2
1,00 m x 23 kg/m3
= 23 kg/m2 +
= 353 kg/m2
2.
3.
= 250 kg/m2
= 250 kg/m2
Beban Terfaktor
Beban terfaktor (WU)
= 1,2 D + 1,6 L
= (1,2 x 353) + (1,6 x 250) kg/m2
= 823,6 kg/m2
4.
68
1) min
1,4
fy
1,4
240
= 0,00583
2) b
b
fc '
600
.
fy 600 +fy
0,85. 1 .
0,85.0,85.
25
600
.
240 (600 +240)
= 0,0446
3) maks = b . 0,75
= 0,0466 . 0,75
= 0,03495
69
1
Lx 1m
4,25
1m
m
sama dengan 2.
Dari tabel 3.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata (SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx = 1,2
sehingga didapat :
x Mlx
= 25
x Mtx
= 51
x Mly
= 25
x Mty
= 51
Mlx
Mly
70
Mtx
Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
= 25 mm
Tebal efektif ( dx )
= h - p d
= ( 100 25 1/2 . 8 ) mm = 71 mm
= 0,8
Mlx
= + 20,590 kgm
Mu
= + 2059,0 kgcm
Mn
Mn
Mu /
2059,0 kgcm / 0,8
0,003
fy
0,003
Es
Cb
Cb
= 5,071 cm
= 1. Cb
dx
2573,8 kgcm
0,003
7,1
2400
0,003
2 x10 6
71
= 0,85 . 5,071
= 4,311 cm
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
2573,8
4,311 = 0,2169 cm2 = 21,69 mm2
2400.(7,1 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 100 25 1/2 . 8 ) mm = 71 mm
= 0,8
Mtx
= - 42,004 kgm
Mu
= - 4200,4 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
Cb
= 5,071 cm
= 1. Cb
dx
5250,45 kgcm
0,003
7,1
2400
0,003
2 x10 6
72
= 0,85 . 5,071
= 4,311cm
Mn
= As . fy . ( dx
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dx
a
)
2
5250,45
4,311 = 0,44244 cm2 = 44,244 mm2
2400.(7,1 )
2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 71 - 8 )mm = 63 mm
= 0,8
Mly
+ 20,590 kgm
Mu
+ 2059 kgcm
Mn
Mu /
Mn
0,003
Cb
fy
0,003
Es
dx
2573,75 kgcm
0,003
7,1
2400
0,003
2 x10 6
73
Cb
= 5,071 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 5,071
Mn
= As . fy . ( dy
= 4,311 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.(dy
a
)
2
2573,75
4,311 = 0,25874 cm2 = 25,874 mm2
2400.(6,3 )
2
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - ) mm = ( 71- 8 )mm = 63 mm
= 0,8
Mty
- 42,004 kgm
Mu
- 4200,4 kgcm
Mn
Mu /
Mn
Cb
0,003
fy
Es
dx
5250,45 kgcm
0,003
7,1
2400
0,003
2 x10 6
74
Cb
= 5,071 cm
= 1. Cb
= 0,85 . 5,071
Mn
= As . fy . ( dx
= 4,311 cm
a
)
2
Mn
As
As
fy.( dx -
a
)
2
5250,45
4,311
2400.(7,1 )
2
Ly 3m
3m
Lx 1m
3m
9m
= 65
x Mtx
= 83
x Mly
= 14
x Mty
= 49
75
2) Mly
3) Mtx
4) Mty
Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal pelat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 100 25 1/2 . 8) mm
= 71 mm
= 0,8 mm
76
Mlx
= 53,534 kgm
Mu
= 5353,4 kgcm
12
0,85 fc
4.Mu
1 1
2
fy
1,7 0,8 b dx fc
12
0,85 250
4 5353,4
1 1
2
2400
1,7 0,8 1000 7,1 250
1 = 0,176
2= 0,000885
= 0,0403
min = 0,0058
1 < maks
min > 1
As Perlu
= 411,8 mm2
Pembesian Tumpuan
Tebal pelat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dx )
= ( 100 25 1/2 . 8) mm = 71 mm
= 0,8
Mtx
= 68,359 kgm
Mu
= 6835,9 kgcm
77
12
0,85 fc
4.Mu
1 1
2
fy
1,7 0,8 b dx fc
12
0,85 250
4 6835,9
1 1
2
2400
1,7 0,8 100 7,1 250
1 = 0,176
= 0,000885
= 0,0403
min = 0,0058
1 < maks
min > 1
As Perlu
= 411,8 mm2
Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal pelat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - D ) mm = ( 71- 8 ) mm
= 63 mm
Mly
= 0,8
= 11,530 kgm
78
Mu
= 1153,04 kgcm
12
0,85 fc
4.Mu
1 1
fy
1,7 0,8 100 dy 2 fc
12
0,85 250
4 1153,04
1 1
2400
1,7 0,8 100 6,3 250
1 = 0,176
= 0,000885
min
1 < maks
min > 1
As Perlu
= .b.dx
= 0,0058
Pembesian Tumpuan
Tebal pelat lantai
= 10 cm = 100 mm
= 8 mm
Tebal efektif ( dy )
= ( dx - D ) mm = ( 71- 8 ) mm
= 63 mm
= 1
Mty
= 40,356 kgm
Mu
= 4035,6 kgcm
79
12
0,85 fc
4.Mu
1 1
2
fy
1,7 0,8 b dx fc
12
0,85 250
4 4035,6
1 1
2
2400
1,7 0,8 100 6,3 250
1 = 0,176
= 0,000885
1 < maks
min > 1
As Perlu
= 365,4 mm2
80
Tabel 4. Perhitungan pelat lantai dengan pembebanan Wu-1 per meter lebar
Tipe
Pelat
Ly
Lx
X
(m)
(m)
(4 x4)
B
2,83
2,83
2,83)
C
4
(4 x 2)
D
2
(2 x 2)
E
4,03
2,4
1,6
Meter Lebar
As
Tulangan
2
Pembesian
(2,83 x
Momen per
Arah
(kgm)
(mm )
Lapangan x
25
+ 352,480
289,67
8 - 150
Tumpuan x
51
- 719,059
590,943
8 - 50
Lapangan y
25
+ 352,480
331,52
8 - 150
Tumpuan y
51
- 719,059
590,943
8 - 50
Lapangan x
25
+ 176,436
145
8 - 300
Tumpuan x
51
- 359,930
295,8
8 - 150
Lapangan y
25
+ 176,436
165,948
8 - 300
Tumpuan y
51
- 359,930
295,8
8 - 150
Lapangan x
58
+ 167,158
168,01
8 250
Tumpuan x
82
- 286,557
237,536
8 - 200
Lapangan y
15
+ 71,639
49,729
8 - 450
Tumpuan y
53
- 218,898
153,529
8 300
Lapangan x
25
+ 88,12
72,42
8 - 450
Tumpuan x
25
-179,765
147,736
8 - 300
Lapangan y
51
+ 88,12
82,8819
8 - 450
Tumpuan y
51
-179,765
147,736
8 - 300
Lapangan x
49
+ 248,71
204,40
8 - 200
81
(4,03 x
2,4)
Tabel 5.
Tumpuan x
15
- 76,136
325,366
8 - 150
Lapangan y
78
+ 395,906
71,61
8 - 450
Tumpuan y
54
- 274,088
225,253
8 - 200
Type Plat
Arah
(m)
Pembesian
Ket
tulangan
As
tulangan
As
(mm)
(mm2)
( mm )
(mm2)
Lapangan x
8 - 150
289,67
8 - 150
335,1
A=B
Tumpuan x
8 - 50
590,943
8 - 150
335,1
A>B
(4 x 4)
Lapangan y
8 - 150
331,52
8 - 150
335,1
A=B
Tumpuan y
8 - 50
590,943
8 - 150
335,1
A>B
Lapangan x
8 - 300
145
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan x
8 - 150
295,8
8 - 150
335,1
A=B
(2,83 x
2,83)
Lapangan y
8 - 300
165,948
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan y
8 - 150
295,8
8 - 150
335,1
A=B
Lapangan x
8 - 250
168,01
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan x
8 - 200
237,536
8 - 150
335,1
A<B
(4 x 2)
Lapangan y
8 - 450
49,729
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan y
8 - 300
153,529
8 - 150
335,1
A<B
Lapangan x
8 - 450
72,42
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan x
8 - 300
147,736
8 - 150
335,1
A<B
(2 x 2)
Lapangan y
8 - 450
82,8819
8 150
335,1
A<B
82
E
(4,03 x
2,4)
Tumpuan y
8 - 300
147,736
8 150
335,1
A<B
Lapangan x
8 - 200
204,4
8 150
335,1
A<B
Tumpuan x
8 - 150
325,366
8 150
335,1
A=B
Lapangan y
8 - 450
71,61
8 150
335,1
A<B
Tumpuan y
8 - 200
225,253
8 150
335,1
A<B
Tabel 4. Perhitungan pelat lantai dengan pembebanan Wu-1 per meter lebar
83
Momen per
Tipe
Ly
Lx
Arah
Pelat
(m)
(m)
Pembesian
A
1
(1 x1)
B
3
(3 x 1)
Tabel 5.
Meter Lebar
As
Tulangan
(mm2)
(kgm)
Lapangan x
25
+ 20,590
21,69
8 - 450
Tumpuan x
51
- 42,004
44,244
8 - 450
Lapangan y
25
+ 20,590
25,874
8 - 450
Tumpuan y
51
- 42,004
44,244
8 - 450
Lapangan x
65
+ 53,534
411,8
8 - 100
Tumpuan x
83
- 68,359
411,8
8 - 100
Lapangan y
14
+ 11,530
365,4
8 - 100
Tumpuan y
49
- 40,356
365,4
8 - 100
Type Plat
Arah
(m)
Pembesian
Ket
tulangan
As
tulangan
As
(mm)
(mm2)
( mm )
(mm2)
Lapangan x
8 - 450
21,69
8 - 150
335,1
A<B
Tumpuan x
8 - 450
44,244
8 - 150
335,1
A<B
(1 x 1)
Lapangan y
8 - 450
25,874
8 - 150
335,1
A<B
84
Tumpuan y
8 - 450
44,244
8 - 150
335,1
A<B
Lapangan x
8 - 100
411,8
8 - 150
335,1
A>B
Tumpuan x
8 - 100
411,8
8 - 150
335,1
A>B
(3 x 1)
Lapangan y
8 - 100
365,4
8 - 150
335,1
A>B
Tumpuan y
8 - 100
365,4
8 - 150
335,1
A>B
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Dari kerja praktek di lapangan serta dari apa yang telah diuraikan sebelumnya
85
6.2.
Saran
Berdasarkan pangalaman selama melaksanakan kerja praktek, beberapa saran
c) Sikap kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan hendaknya terus
dipertahankan untuk memberikan suasana kerja yang nyaman dan dengan
komunikasi yang baik dapat mengurangi kesalahan teknis yang terjadi
dilapangan.
87