Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Vertigo berasal dari istilah latin yaitu vertere yang berarti berputar dan
igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang
secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah
perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau
sebaliknya, lingkungan sekitar dirasakan berputar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness . Dizziness adalah suatu
istilah non spesifik yag dapat dikategorikan kedalam 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Terdapat empat tipe dizziness yaitu
vertigo, lightheadedness, presyncope, disequilibrium.
Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus dan sampai dengan 56,4% pada
populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian pada anak-anak tidak
diketahui,tetpai dari studi yang lebih baru pada anak sekolah di Skotlandia,
dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan
pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) mengalami
yang disebut sebagai paroxysmal vertigo yang ditandai dengan gejalagejala migraine (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia)
Menurut Widiantoro (2010) angka kejadian vertigo di Indonesia
sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Tahun 2010
sejumlah 50% dari usia 50-40 tahun mengalami vertigo dan juga merupakan
keluhan nomor tiga yang paling sering dikemukakan oleh penderta yang
datang ke praktek umum. Pada umumnya vertigo ditemukan 4-7% dari
keseluruhan populasi dan hanya 15% yang diperiksakan ke dokter.
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent
killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka
menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau
gejala sebelum terjadi komplikasi. (Chobanian,dkk.,2004)
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta
atau 1 dari 3 penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun
2030 diperkirakan meningkat 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun
2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% pasien menyadari bahwa
mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5%
pasien yang tekanan darahnya terkontrol (Tekanan darah sistolik <140 mmHg
dan diastolic <90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak
terkontrol.

Persentase

pria

yang

menderita

hipertensi

lebih

tinggi

dibandingkan wanita hingga usia 45 tahun dan 45-64 tahun persentasenya


sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas, persentase wanita lebih tinggi
dibandingkan pria. (Go dkk, 2014)
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko terbesar penyebab
morbiditas dan mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk.,
2005). Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipertensi
meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat
komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013).
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal
ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan
tepat (James dkk., 2014). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien
stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi
dengan

tekanan darah >140/90 mmHg

(Go

dkk., 2014). Hipertensi

menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%


kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Selain itu, hipertensi juga menelan biaya yang tidak sedikit dengan
biaya langsung dan tidak langsung yang dihabiskan pada tahun 2010
sebesar $46,4 milyar (Go dkk., 2014).

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013,


tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum
obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar
kasus

hipertensi

pelayanan

di masyarakat

kesehatan

belum

(Kemenkes RI,

terdiagnosis

2013b).

Profil

dan

terjangkau

data

kesehatan

Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah


satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit
pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita,
serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit
di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi
(Dinkes DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I
Yogyakarta sebagai urutan ketiga

jumlah kasus hipertensi di Indonesia

berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami


kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007,
dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus
hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes
RI, 2013b).

Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang


dapat terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka penggunaan
obat yang rasional pada pasien hipertensi merupakan salah satu elemen
penting dalam tercapainya kualitas kesehatan serta perawatan medis bagi
pasien sesuai standar yang diharapkan. Penggunaan obat secara tidak
rasional dapat menyebabkan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan,
memperparah penyakit, hingga kematian. Selain itu biaya yang dikeluarkan
menjadi sangat tinggi (WHO, 2004).
B. PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
di wilayah kerja Kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas
kesehatan adalah unit yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah
kerja puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Di Kecamatan Wirobrajan terdapat satu puskesmas induk yaitu
Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas
Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut: sebelah utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah
Kecamata Ngampilan dan Kecamatan Matrijeron, sebelah selatan dan barat
adalah Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km 2 dengan
pembagian kelurahan menjadi tiga kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan
Pakuncen yang terletak di bagian utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan
Wirobrajan terletak di bagian tengah dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan
Patang puluhan terletak di bagian selatah dengan 51 RT dan 10 RW.
Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 28.152 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW, serta 36
posyandu. Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang

mengacu pada Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Medik
seperti derajat kesehatan, keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pelayanan kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.
Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inap
namun sudah terdapat fasilitas ambulans dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
yang pada saat jam kerja dapat digunakan. Kegiatan pelayanan umum
meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), balai
kesehatan ibu dan anak/ keluarga berencana (BKIA/ KB), unit farmasi, unit
kesehatan sekolah (UKS), konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi
kesehatan dan poli lanjut usia (lansia), konseling PHBS, konseling psikologi,
dan konseling berhenti merokok.
Tabel 1. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas
Periode 1 30 November 2014
NO KODE
NAMA
.
DIAGNOSIS

JUMLAH

I10

Hipertensi Primer

456

J00

Nasopharingitis Akut (common cold)

222

E11

Type 2: Non insulin dependen DM

290

M13

Arthritis tdk spesifik

72

M25.5

Arthralgia

80

J02

Pharingitis

44

K30

Dyspepsia

62

J06.9

Ispa, infeksi saluran pernafasan atas

40

H81.4

Vertigo of central origin

58

10 R42

Pusing kepala dan kepeningan

101

11 R50

Demam yang sebabnya tak diketahui

75

12 M79.1

Myalgia

60

13 K29

Gastritis

59

14 M19.9

Osteoartritis/OA

55

15 K00.6

Disturbances in tooth eruption

54

16 K04.6

Periapical abscess with sinus

49

17 M54.5

Low back pain

44

18 J06.9

Diare dan Gastroentritis non spesifik

43

19 Z34

Pengawasan kehamilan normal

38

20 E78

Gangguan metabolisme
lipidal urin lain

lipoprotein

dan

37

Sumber : Puskesmas Wirobrajan (Diunduh pada 1 september 2014)

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah
yang dapat dirumuskan adalah :
a. Bagaimana perbedaan dari keempat subtype dizziness?
b. Bagaimana cara menentukan diagnostic holistic pada pasien ini?
c. Bagaimana melakukan manajemen komprehensif pada pasien ini ?

D. TUJUAN PENULISAN

a. Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat


mengikuti ujian kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di
bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu
gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit
vertigo dan hipertensi. Diharapkan masyarakat dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.
c. Untuk memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk
pelayanan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga
pada penderita penyakit. Salah satunya dengan menganalisis
penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung
pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga kunjungan
rumah dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya
menjadi mengetahui lebih banyak tentang hipertensi sehingga dapat
diminimalisir terjadinya komplikasi.

E. MANFAAT PENULISAN
a. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan
mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam
rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
b. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya
pelayanan

kesehatan

dengan

menerapkan

prinsip-prinsip

kedokteran keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
VERTIGO
A. DEFINISI
Vertigo diartikan sebagai ilusi gerakan atau disorientasi ruang dapat
berupa sensasi lingkungan berputar pada individu atau individu yang berputar
pada lingkungan. Ilusi lain berupa berotasi didalam pesawat vertical, berayun
seperti berada di atas kapal, dan sebagainya. (Irwin,John., 2008). Vertigo
merupakan ilusi rotasi dikarenakan aktivitas neural yang tidak seimbang
antara kanan dan kiri. (Halmagyi, 2005)
B. EPIDEMIOLOGI
Vertigo merupakan gejala yang didapat pada individu dengan prevalensi
sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba utuk menyelidiki epidemiologi
dizziness yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah
ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan pasien,yaitu
sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness, vertigo
merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.
Frekuensi
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.
Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebellum. Rasio stroke iskemik serebellum
dibandingkan dengan stroke perdarahan serebellum adalah 3-5:1. Sebanyak

10%

dari

infark

serebellum,

hanya

memiliki

gejala

vertigo

dan

ketidakseimbangan. Insidens multiple sklerosis berkisar antara 10-80/100.000


per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di
Amerika Serikat.
Jenis Kelamin
Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria disbanding
wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebellum, rasio antara
penderita pria:wanita adalah 2:1. Multiple sklerosis dua kali lebih banyak
pada wanita dibandingkan pria.
Usia
Vertigo central biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
factor resiko yang berkaitan, diantaranya hipertensi, diabetes mellitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebellum berusia
65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80
tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebellum rata-rata berusia
70 tahun.
Morbiditas/Mortalitas
Cedera vascular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan
kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada
vertigo perifer tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.
Dalam satu seri, infark serebellum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan
17% dengan distribusi arteri superior serebral dan arteri posterior inferior
serebral. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior dan inferior
serebral sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan
ventrikel keempat, oleh karena itu membutuhkan manajemen medis dan
bedah syaraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya
datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya
penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu
yang GCS nya lebih dari 8, adalah 20%.
C. PATOFISIOLOGI
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibular, visual,
ataupun system propioseptif. Labirin (organ untuk ekuilibrium) terdiri atas
tiga kanalis semisirkularis, yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi

10

angular serta utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan rangsangan


gravitasi dan akselerasi vertical.
Rangsangan berjalan melalui nervus vestibularis di batang otak, lalu
menuju nucleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus medialis
(bagian cranial muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan traktus
vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap musculus ekstensor kepala ,
ekstremitas, dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh).
Selanjutnya serebellum menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat
untuk integrasi antara respon okulovestibuler dengan postur tubuh.
Fungsi okulovestibuler bertanggung jawab fiksasi mata terhadap objek
diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak. Nistagmus merupakan
gerakan bola mata yang terlihat sebagai respon terhadap rangsangan labirin,
serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur vestibulokoklear sentral.
D. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Deskripsi awal dizziness dapat sulit untuk ditentukan karena rsspon
pasien tidak selalu konsisten. Oleh karena itu riwayat pasien harus menjadi
focus utama dalam tipe sensasi apa yang pasien rasakan.
Riwayat pengobatan juga harus ditanyakan karena

dizziness

(khususnya pada hipotensi ortostatik) yang diketahui secara luas karena efek
merugikan obat-obatan. Pasien harus ditanyakan tentang konsumsi kafein,
nikotin, serta alcohol. Trauma kepala dan cedera leher dapat menyebabkan
variasi gejala dari dizziness dari vertigo hingga lightheadedness. Kejadian
dizziness dengan trauma kepala atau vertigo yang diawali dari cedera leher
dilaporkan sebanyak 78-80%.

11

HIPERTENSI
12

A. DEFINISI
Tekanan darah diukur dalam millimeter merkuri (mmHg) dan dicatat
sebagai dua angka yang biasanya ditulis atas dan bawah. Angka yang di atas
adalah tekanan darah sistolik tekanan tertinggi pada pembuluh darah dan
terjadi saat jantung berkontraksi, atau berdenyut. Angka yang dibawah
merupakan tekanan darah diastolic tekanan terendah pada pembuluh darah
yang terjadi saat jantung berelaksasi. (WHO,2013)
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on
detection, education, and treatment of high blood pressure

(JNC VII),

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau
sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan
90 mmHg.
Tekanan darah yang normal antara sistol dan diastole penting untuk
fungsi yang efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal
yang mempengaruhi seluruh komponen kesehatan tubuh. (WHO,2013)
B. KLASIFIKASI
Menurut JNC 8, tekanan darah dikelompokkan sebagai berikut:
Category
Normal
Prehypertension
Stage 1 Hypertension
Stage 1 Ambulatory-

Systolic BP (mmHg)
< 120
dan
120 139
atau
140 159
atau
135 155
atau

Diastolic BP (mmHg)
< 80
80 90
90 99
85 95

home / 24-hour monitor


Stage 2

160

100

atau

Menurut European Society of Hypertension and the European Society of


Cardiology (ESH/ESC)
Category
Optimal
Normal
High Normal
Grade 1 Hypertension (mild)
Grade 2 Hypertension (moderate)
Grade 3 Hypertension (severe)
Isolated systolic hypertension

Systolic BP
< 120
120 - 129
130 - 139
140 159
160 179
180
140

Diastolic BP
< 80
80 84
85 89
90 99
100 109
110
< 90

13

C. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko hipertensi bila semakin banyak yang menyertainya maka
akan lebih memperberat penyakitnya, factor resiko tersebut adalah :
1. Obesitas
Obesitas (kegemukan) adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan
lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolic dan
konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung meningkat.
Menurut Subagio, dkk (1997) di Semarang bahwa perempuan yang sangat
gemuk pada umur 30 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi 7 kali
lebih besar dari perempuan yang langsing pada umur yang sama.
(Budistio,M, 2001)
2. Konsumsi tinggi garam
Menurut Budistio, M (2001) asupan Natrium yang tinggi menyebabkan
tubuh meresistensi cairan yang dapat meningkatkan volume darah dan
juga dapat mengecilkan diameter dalam arteri sehingga jantung harus
mampu memompakan darah lebih keras pada ruang yang sempit,
akibatnya tekanan darah akan meningkat.
3. Konsumsi Rokok
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga
menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang
karena tercemar oleh nikotin. Akibatnya, viskositas darah meningkat
sehingga timbul hipertensi. (Dekker, 1996)
4. Stress Psikososial
Stress bersifat fisik maupun mental yang menyebabkan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan
cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar
tiroid terganggu dan produksi adrenalin meningkat sehingga otak
memerlukan darah yang lebih banyak (Budistio,2001)
5. Kurang olahraga

14

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Paffenbarger tahun 1988 dikutip


oleh Darmojo (2001) mengemukakan bahwa di Amerika insiden rate
Hipertensi 20-40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivita
olahraga sedikitnya 5 jam per minggu dibandingkan mereka yang kurang
aktif berolahraga.

15

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama

: Ny. N

Tempat, Tanggal Lahir

: 05 November 1970

Usia

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Gampingan WB I 755 41/09

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: Tamatan SMA

Kunjungan Puskesmas

: 2014

Kunjungan Rumah

: 12 Desember 2014

Jaminan Kesehatan

: Umum

B. Autoanamnesis
Keluhan utama
: pusing berputar
Keluhan tambahan : bahu terasa pegal dan leher terasa kaku
RPS : Pasien pusing sejak 1 hari, pusing berputar hingga menyebabkan
mual, terjadi penurunan fungsi pendengaran (-), semua benda di
sekitar pasien terasa berputar (+), serasa seperti akan pingsan (-),
pandangan menjadi hitam (-) terhuyug-huyung (-). Keluhan pusing

16

berputar dirasakan sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 3 tahun


lalu. Konsumsi kafein (-) nikotin (-) alcohol(-). Menurut keterangan
pasien, pasien menderita hipertensi namun pasien mengaku jarang
control ke Puskesmas walaupun obat hipertensinya habis. Pasien baru
periksa ketika ada keluhan saja. Pasien juga tidak rutin minum obat
yang diberikan dokter. Pasien sudah didiagnosis HT sejak 8 tahun
yang lalu. Paling tinggi 160/90 mmHg.
RPD : opname 1 minggu di RSUP dr. Sardjito akibat kecelakaan lalu lintas
pada tahun 2011.
RPK : Ayah kandung HT (+), ibu kandung DM (+), kakak sulung kandung
DM (+) Kakak kedua kandung kedua asma (+)
RPSL : Pasien merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai wiraswasta.
Pasien menikah 2x. Suami pasien yang pertama sudah meninggal
karena sakit DM dan stroke, dengan suami pertama pasien dikaruniai
2 orang anak. Pasien menikah lagi, dan dikaruniai 4 orang anak
namun anak terakhir meninggal setelah beberapa saat dilahirkan.
Hubungan pasien dengan keluarga baik kecuali dengan anak ketiga.
Pasien merasa kurang komunikasi dengan anak ketiganya sehingga
pasien merasa tidak terlalu dekat dengan anaknya tersebut. Hubungan
dengan masyarakat

kurang diakibatkan

pasien lebih banyak

menghabiskan waktu di rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya.


Pasien mengaku jarang melakukan aktivitas fisik/ olahraga dengan
alasan tidak sempat karena pekerjaan pasien. Pasien lebih sering
duduk dalam bekerja.
Pasien hanya makan 1x sehari. Jam makan pasien sekitar jam 11-13
wib. Saat pagi setelah bangun tidur pasien minum segelas air putih
hangat, lalu pasien melakukan aktivitasnya kemudian sekitar jam 11
pasien makan (menu makan kadang nasi kuning dengan lauk perkedel,
lotek satu bungkus, atau soto). Menurut pasien, dengan makan hanya
1 kali, badan pasien lebih terasa bugar dibandingkan pasien makan 3x
sehari. Pasien tidak mengonsumsi minuman keras maupun soda,
minum the pun pasien mengaku jarang.

17

Pasien mengaku dengan penghasilan Rp 1.000.000 ditambah dengan


penghasilan suami Rp 4.000.000 cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan membiayai kuliah dan sekolah anak-anaknya.
Review system :
Sistem syaraf pusat
: pusing berputar
Sistem kardiovaskuler : (-)
Sistem penglihatan
: (-)
Sistem Pendengaran : (-)
Sistem pencernaan
: mual
Sistem ekskresi
: (-)
ANAMNESIS ILLNESS
Perasaan pasien :
Pasien mengaku bosan harus meminum obat rutin HT dan kontrol ke
Puskesmas. Namun pasien khawatir penyakitnya ini berkembang

menjadi stroke seperti alm. Ayahnya.


Ide/ pemikiran pasien :
Menurut pasien, penyakit HT diturunkan dari ayahnya dan vertigo
akibat kecelakaan lalu lintas. Dapat disembuhkan dengan mengatur
pola makan, obat-obatan hanya sebagai tambahan sehingga tidak perlu

dikonsumsi secara rutin.


Harapan pasien :
Pasien ingin vertigo dan hipertensinya tidak bertambah parah dan

berkembang menjadi komplikasi dan tidak meminum obat rutin.


Efek terhadap fungsi social dan ekonomi :
Setiap kali vertigo kambuh, pasien tidak sanggup untuk bekerja.
Untuk sekedar duduk tegak saja pasien harus berpegangan. Sehingga
pekerjaannya terbengkalai.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi
: 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu badan
: 36,5C
Pernapasan
: 24x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan
: 158 cm
Berat Badan
: 56 kg
Indeks Massa Tubuh: 22.4
18

Status gizi
: Baik menurut chart WHO untuk orang Asia
4. Kepala : simetris, distribusi rambut merata, warna rambut hitam.
5. Mata : simetris (+/+), konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-)
6. Pemeriksaan Hidung : simetris (+/+), Sekret (-/-), epistaksis (-/-), deviasi
sputum (-/-).
7. Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar
Kelenjar lnn
: Tidak membesar, nyeri (-)
JVP
: Tidak meningkat
8. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi
(-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor: S1-S2 reguler, bising (-)
10 Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi: datar, jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)
Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut
1. Pemeriksaan Ekstremitas:
Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), edema (-/-), CRT <2
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
Disarankan melakukan pemeriksaan Romberg test atau pastpointing test
E. Diagnosis Kerja
Vertigo sentral dan hipertensi grade I primer
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
R/ Captopril tab mg 25
2 dd tab I
R/ Betahistine tab mg 6
2 dd tab I
2. Non Farmakologis
-

Edukasi, meliputi :
a. Penyakit yang diderita pasien : penyebab, gejala, komplikasi
dan pengelolaannya.
b. Modifikasi gaya hidup sehat

19

Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas

hidup yang baik


Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari
Menjaga berat badan ideal
Melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda, jalan kaki,
aerobic. Dilakukan 3-5 kali seminggu dengan durasi 30

menit
Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat cukup 6 8 jam /

hari
Mengelola stress

Terapi Nutrisi Medis


Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian
istirahat atau BMR (basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris
Benedict.
Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb dalam cm)
(4,7 x umur dalam tahun)
Kebutuhan kalori basal per hari :655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x
U)
655 +(9,6 x 56) + (1,8 x 158) (4,7 x 44)
1270,2 kkalori= 1270 kkalori
Kebutuhan kalori per hari

: AMB x aktivitas fisik


1270 x 0,2 = kkalori

Kebutuhan karbohidrat

: 60 % x 1270 = 762 kkalori


= 190 gram

Kebutuhan protein

: 20 % x 1270 = 254 kkalori


= 63,5 gram

Kebutuhan lemak

: 20 % x 1843 = 254 kkalori


20

= 254/9 = 28,2 gram


Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi 10%,
makan siang 30%, snack sore 10% , makan malam 20%, snack malam
10%.
Waktu

Sarapan
(07.00)

Menu

Nasi putih
oseng
ayam

Bahan

Berat

Kalori

Lemak

Protein

Karbohidra

(gr)

(kkal)

(gr)

(gr)

t (gr)

Nasi Putih

100

175

40

Daging

40

50

50

100

25

85

50

12

ayam
Minyak
sawit

Sayur
bening
bayam

Bayam

Apel 1
buah
Selingan

Apel

Pisang

Pisang

150

50

12

Nasi putih

Beras

100

175

40

Sop

Makroni

50

175

40

Bakso

170

50

Wortel

50

25

Kol

50

I
(10.00)
Makan
siang
(13.00)

Tempe

21

ungkep

Tempe

50

75

12

Apel

Selingan
II

Jeruk manis

Apel

85

50

Jeruk

110

50

12

2 buah

(16.00)
Makan
malam
(19.00)

Nasi putih

Beras

100

175

40

Ca

Kangkung

100

25

Minyak

50

50

50

190

50

12

kangkung

sawit
Telur rebus

Selingan

Pepaya

Telur ayam

Pepaya

III
(21.00)
Konsumsi air putih 8 10 gelas per hari
Tabel . Menu makanan sehari-hari

22

BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah vertigo dengan hipertensi primer
grade I. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis gejala, riwayat
mengalami kecelakaan ,pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis pasien
menderita vertigo sejak 3 tahun yang lalu serta menderita hipertensi sejak 8 tahun
yang lalu. Pusing berputar hingga menyebabkan mual, tanpa terjadi penurunan
fungsi pendengaran. Keluhan pusing berputar dirasakan sejak mengalami
kecelakaan lalu lintas 3 tahun lalu. Pasien mengaku jarang kontrol ke Puskesmas
walaupun obat hipertensinya habis. Pasien baru periksa ketika ada keluhan saja.
Pasien juga tidak rutin minum obat yang diberikan dokter. Tekanan darah paling
tinggi 160/90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah yang terakhir 140/90. Hal
ini menunjukkan pasien menderita vertigo sentral dan hipertensi primer grade I.
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif).Illness terdiri dari beberapa
komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit, efek penyakit yang dirasakan
pasien terhadap fungsi hidupnya (pergaulan, pekerjaan), perasaan, dan harapan.

23

Berikut adalah komponen illness dan hasil yang didapat dari


pemeriksaan pasien terhadap penyakitnya:

No

Komponen

Pasien

.
1

Ide

penyakit

HT

diturunkan

dari

ayahnya.

Dapat

disembuhkan dengan mengatur pola makan, obatobatan hanya sebagai tambahan sehingga tidak perlu
dikonsumsi secara rutin.
2

Harapan

Pasien ingin vertigo dan hipertensinya tidak bertambah


parah dan berkembang menjadi komplikasi dan tidak
meminum obat rutin.

Perasaan

Pasien mengaku bosan harus meminum obat rutin HT


dan kontrol ke Puskesmas. Namun pasien khawatir
penyakitnya ini berkembang menjadi stroke seperti
alm. Ayahnya.

Efek

Setiap kali vertigo kambuh, pasien tidak sanggup

terhadap

untuk bekerja. Untuk sekedar duduk tegak saja pasien

fungsi

harus

berpegangan.

Sehingga

pekerjaannya

terbengkalai.

A. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH


1. Kondisi Pasien
24

Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 12 Desember 2014


pukul 16.00-17.00 WIB. Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien
tampak baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,5C.
2.

Pekerjaan
Pasien berumur 44 tahun bekerja sebagai wiraswasta. Kegiatan
sehari-hari produksi makanan ringan. Biaya sehari-hari keluarga pasien
berasal dari penghasilan suami dan pasien sendiri, anak pertama mengelola
bisnis produksi makanan ringan bersama dengan pasien. Anak kedua
kuliah di UGM kehutanan. Anak ketiga SMA kelas 3. Anak keempat SMA
kelas 2. Anak kelima SD kelas 4.

3.

Keadaan Rumah
a) Lokasi

: Rumah pasien terletak di Gampingan WB I

765 41/09. Rumah tersebut terletak di kawasan padat penduduk.


b) Kondisi rumah
: bangunan permanen, berdinding tembok,
lantai ubin, atap dari genting dan ada langit-langit dengan tinggi 3
meter.
c) Luas

: luas rumah 20 m x 15m= 300 m2, jumlah

penghuni dalam 1 rumah ada tujuh orang


d) Lantai Rumah
: lantai ubin
e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang
tamu yang sekaligus ruang produksi dan ruang tamu, dapur dan
ruang makan, 4 kamar tidur dan satu kamar mandi.
f) Pencahayaan
: Cahaya yang masuk ke ruangan kurang,
jendela ruang tamu jarang dibuka, pasien jarang menyalakan lampu
pada siang hari.
g) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan: Kebersihan
rumah kurangterutama dibagian dekat kamar mandi dan dapur.
h) Sanitasi Dasar
: Kebutuhan air untuk sehari hari
menggunakan air PAM, di dalam rumah terdapat satu jamban.
Untuk sampah diambil oleh petugas keliling.
4.

Penilaian indikator rumah sehat.


25

Komponen Rumah (Bobot 31)


Langit-langit : Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan. (62)
Dinding : Permanen (93)
Lantai : Ubin (62)
Jendela kamar tidur : tidak ada (0)
Jendela ruang keluarga : ada (31)
Ventilasi : ada, luas ventilasi permanen < 10% dari luas lantai

(31)
Lubang asap dapur : Tidak ada (0)
Pencahayaan : kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
membaca dengan normal (31)

Total nilai : 310


Sarana Sanitasi (Bobot=25)

Sarana air bersih : PAM, ada milik sendiri dan memenuhi syarat

kesehatan (100)
Jamban : Ada, leher angsa, septic tank (100)
SPAL : Ada, dialirkan ke selokan terbuka (50)
Sarana Pembuangan Sampah : Ada, kedap air, dan tidak tertutup
(50)

Total nilai : 200


Perilaku Penghuni (Bobot=44)

Membuka jendela kamar : Kadang-kadang (44)


Membuka jendela ruang keluarga : Kadang-kadang (44)
Membersihkan rumah dan halaman : Kadang-kadang (44)
Membuang tinja bayi dan balita ke jamban : Tidak ada bayi

maupun balita (0)


Membuang sampah pada tempat sampah : Setiap hari dibuang
ke tempat sampah (88)

Total nilai : 220


Total nilai keseluruhan : 310+200+220 = 730 Rumah tidak sehat
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot
Rumah sehat
: 1.068 s.d 1200
Rumah tidak sehat
: < 1.068

26

Denah Rumah Ny. N dibuat tanggal 12 Desember 2014


U

Keterangan

KT

KM
KT

D
KT
KT

D = dapur
RM= Ruang
makan
KM = kamar
mandi
KT = kamar tidur
RT: Ruang Tamu
J = Jamban

KT

RM

RK

5.

Skala

Lokasi Rumah
U

1
Ps.
Klitika
AM

6. Lingkungan Sekitar
a. Lokasi Rumah : Terletak di daerah Gampingan WB I Rt 41/09,
rumah masuk gang kecil dengan lebar 1 meter.
b. Halaman : Rumah pasien. memiliki halaman yang menyatu dengan
jalan gang dengan lebar 1 meter, disamping rumah pasien langsung
berhubungan dengan rumah tetangga yang saling berdempetan hanya
terpisah oleh tembok.
c. Pengolahan Limbah : Air limbah langsung mengalir ke selokan
terbuka. Untuk tempat sampah tidak tertutup dan diambil oleh
petugas keliling.

27

d. Rumah Tetangga : Rumah pasien dan tetangga saling berdempetan,


tidak ada pagar, hanya dipisahkan oleh tembok rumah masingmasing.
Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
No

Jawaba

Indikator / Pertanyaan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Pemberian Asi eksklusif pada bayi usia 0 - 6

bulan
3

Menimbang berat badan balita setiap bulan

Menggunakan air bersih yang memenuhi

Ya

syarat kesehatan
5

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Ya

Menggunakan jamban sehat

Ya

Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk


di rumah dan lingkungannya sekali seminggu

Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap


hari

Tidak

Tidak

Melakukan aktivitas fisik atau olahraga

Tidak

10

Tidak Merokok di dalam rumah

Tidak

Karena terdapat jawaban tidak 1, maka termasuk


rumah tangga yang tidak ber PHBS
Stroke 62th 2012

DM 72th

B. FAMILY ASSESSMENT TOOLS


1. Family Genogram
Asma12
47th
Keluarga Ny. N Dibuat tanggal
Desember 2014
DM 50th

42th
DM
72th
BDC
44 th
Vertigo HT

50th DM Stroke 2004

24th

39th

21th

Asfiksia
2006
17th

16th

10th
B

28

Keterangan :

: Laki-laki

: pasien
:
Perempuan

: meninggal
DM

: Diabetes mellitus

: care giver

B
:
Breadwinner

: Decision maker

------ : Tinggal satu


rumah

1. Family Map
Anak 5

suam
i

Anak 3

Anak 1

Anak
4
Anak 2
Keterangan :

: Fungsional
: disfungsional

2. Bentuk Keluarga

3. Nilai APGAR

29

APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan


untuk

mengukur

sehat/tidaknya

suatu

keluarga

yang

dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai


5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga.

KRITERIA

PERTANYAAN

HAMPIR

KADANG-

TIDAK

SELALU (2)

KADANG

ADA (0)

(1)

ADAPTASI

Bagaimana
keluarga
satu

anggota

saling

sama

membantu

lain

disaat

membutuhkan
sesuatu?Apakah

pasien

puas dengan keluarga karena


masing-masing

anggota

keluarga sudah menjalankan


kewajiban

sesuai

dengan

seharusnya?
PARTNERSHIP

Bagaimana

anggota

keluarga berkomunikasi satu


sama lain tentang masalahmasalah

tertentu

liburan,

seperti
finansial,

pengeluaran yang besar dan


masalah

pribadi?

Apakah

pasien puas dengan keluarga


karena

dapat

membantu

memberikan solusi terhadap


permasalahan

yang

dihadapi ?
PERTUMBUHAN

Bagaimana
anggota

perubahan

keluarga

selama

30

tahun-tahun terakhir, apakah


pasien

diberi

kebebasan

untuk mengembangkan diri?

Apakah pasien puas dengan


kebebasan

yang

diberikan

keluarga

untuk

mengembangkan
kemampuan pasien miliki?
KASIH SAYANG

Apakah jika pasien sakit,


keluarganya

memberi

perhatian,

perduli,

dan

menunjukkan

kasih

sayangnya

dengan

merawat?Apakah
puas

dengan

pasien

kehangatan

yang diberikan keluarga?


KEBERSAMAAN

Bagaimana
Keluarga

anggota
anda

berbagi

waktu, ruang, dan uang?


Apakah pasien puas dengan
waktu

yang

keluarga

untuk

disediakan
menjalin

kebersamaan
TOTAL

Skor klasifikasi APGAR :


8-10 Fungsi keluarga baik
4-7
Disfungsi keluarga sedang
0-3
Disfungsi keluarga berat
Berdasarkan hasil penilaian APGAR

kesimpulannya

fungsi

keluarga kurang sehat / disfungsi keluarga sedang.


4. FAMILY SCREEM
ASPEK

SUMBER DAYA

PATOLOGI

31

SOCIAL

Pasien lebih memilih

Hubungan pasien dan

berada di rumah untuk

keluarganya tidak terlalu

menyelesaikan

baik terutama dengan

pekerjaannya.

anak 3.

Hubungan dengan
tetangga baik.
CULTURAL

Pasien dan keluarga


tidak mempercayai
mitos-mitos kesehatan
yang tidak jelas
kebenarannya. Pasien
dan keluarga
memahami bahwa
penyakitnya bukan
karena pengaruh hal
gaib.

RELIGIUS

Keluarga pasien
beragama islam dan
taat beribadah

ECONOMY

Penghasilan
untuk

cukup
kebutuhan

sehari-hari
EDUCATION

Pasien adalah lulusan


SMA. Pemahaman pasien
terhadap penyakitnya
tidak baik.

MEDICAL

Jika

sakit

langsung
puskesmas,

pasien
ke

Pasien memiliki tidak


jaminan kesehatan

letaknya

yang sangat dekat dan

32

aksesnya mudah.

Family life line


Tahu
n
1993

Usia
23 th

Life event/crisis

Severity

Suami pertama meninggal

illness
Stresor

of

psikologis
2006
2006

36 th
36 th

Terdiagnosis HT
Anak ke 6 lahir

2011
2011
2012

41 th
41 th
42 th

meninggal
Trauma kepala
Terdiagnosis vertigo
Ayah kandung meninggal

namun

DIAGNOSIS HOLISTIK:
Vertigo sentral dan hipertensi primer grade I pada wanita paruh baya dengan
mispersepsi terhadap penyakitnya serta fungsi keluarga kurang sehat dalam rumah
tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.
MANAGEMENT KOMPREHENSIF
1. Promotif
Edukasi pada pasien dan anggota keluarga pasien (melibatkan minimal 1
anggota keluarga) tentang :
a. Penyakitnya : gambaran bahwa Hipertensi dan vertigo
merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan
namun dapat dikendalikan tergantung perilaku pasien serta
menjelaskan penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaan
penyakitnya
b. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit
hipertensi dan vertigonya.

33

c. Pentingnya monitoring tekanan darah minimal 10 hari sekali


dan rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter.
d. Pentingnya melakukan PHBS
e. Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien

dalam

menghadapi penyakitnya dan mendukung pengobatan pasien

2. Preventif
a. Pentingnya melakukan Perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Pengaturan gaya hidup, pola makan dengan mengkonsumsi sayur
sayuran dan buah buahan tiap harinya.
c. Mengatur aktivitas fisik/ olahraga teratur yaitu aerobic ringan
seperti berjalan (+/- 30 menit/hari, 4 5 hari seminggu)
d. Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat yang cukup 6 8 jam/hari.
e. Manajemen stress yang baik
f. Melakukan latihan latihan ringan untuk mengatasi dan
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan sehingga
dapat melatih meningkaykan kemampuan keseimbangan. Contoh
lahitannya :
a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata
ditutup
b. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakkan rotasi,
fleksi, ekstensi, gerak miring)
c. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
3. Kuratif
Pada pasien ini diberikan obat captopril 2xi yaitu untuk menurunkan
tekanan darahnya obat Betahistine 2 x 1, yaitu merupakan antihistamin
yang memiliki antivertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik.
4. Rehabilitatif
Tidak dilakukan pada pasien ini
5. Palliatif
Belum perlu dilakukan pada pasien ini

34

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan kunjungan
rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis holistik pasien yaitu
Vertigo sentral dan hipertensi primer grade I pada wanita paruh baya
dengan mispersepsi terhadap penyakitnya serta fungsi keluarga kurang
sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.
2.

Penyakit hipertensi dan vertigo yang dialami oleh pasien dapat


mengganggu fungsi pasien dalam keluarga.

3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian


yang berperan dalam menangani kasus vertigo sentral secara holistik,
mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
a.Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran
keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai
pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.
2. Bagi puskesmas
a.Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu
kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja

35

sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
Journal : BJMP 2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine. Journa l of Nerology 2009:25:333-338.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family
Physician January 15, 2006 , Volume 73, Number 2.
4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.
5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6. Marril, KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 13
Desember 2014. http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254
(1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment
and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing.
December:2006 .
11. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009.
Diunduh tanggal 13 Desember 2014. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.
12. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William and
wilkins.

37

13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family


Physician March 15,2005:71:6.

38

Anda mungkin juga menyukai