Anda di halaman 1dari 27

https://www.scribd.

com/doc/144160220/Askep-SIADH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui
rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini diatur oleh
arginin vasopresin (AVP) sebagai hormon anti diuretik. SIADH (Syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion ) adalah sindrom yang mekanismenya
berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya keluaran air bebas melalui urin,
kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH adalah suatu keadaan
dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L.
Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH ,
AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari
200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai
kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka insiden
yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada
kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau
sistem syaraf.
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung
memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan
hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.
Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau
bagaimanapun

risiko

kejadian

SIADH

meningkat

bila

pasien

menderita

hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan
pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.
Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesembuhannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengertian dari SIADH (Syndrome of inappropriate


antidiuretic hormone secretion)?
2. Bagaimanakah diagnose dan asuhan keperawatan pada pasien dengan SIADH
(Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memahami

diagnosa dan asuhan keperawatan pada pasien dengan

SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)


1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami Definisi SIADH
b. Memahami Epidemiologi SIADH
c. Memahami Etiologi SIADH
c. Memahami Patofisiologi SIADH
d. Memahami Manifestasi Klinis SIADH
e. Memahami Pemeriksaan Diagnostik pada SIADH
f. Memahami Komplikasi SIADH
g. Memahami Prognosis dari SIADH
1.4 Manfaat
Memahami asuhan keperawatan yang tepat pada pasien SIADH.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
SIADH merupakan

kumpulan gejala akibat gangguan hormon

antidiuretik atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome,


Schwartz-Bartter syndrome. SIADH dapat didefiisikan sebagai Gangguan
produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau
hiponatremia.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang
disebabkan oleh

ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap

air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara
K.Timby, 2000)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan
pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah
dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang
berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan
Matassarin Jacob, 1993)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan
pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah
dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon)
adalah gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan
pelepasan ADH dari hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma.
Keganasan yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru
( sel gandum ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma.

Beberapa zat kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah


menunjukkan pelepasan ADH yang tidak mencukupi
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung
memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan
hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.
Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau
bagaimanapun

risiko

kejadian

SIADH

meningkat

bila

pasien

menderita

hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan
pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.
Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesembuhannya
2.3 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan
hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar
hipofise dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa
keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti
diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:
a.

Kelebihan vasopressin

b.

Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun


trauma pada otak.

c.

Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin,


cisplatin, dan ocytocin)

d.

Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi


pituitary anterior

e.

Tumor

pituitary

pancreatic yang

terutama

karsinoma

bronkogenik/

dapat mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)

f.

Cidera Kepala

g.

Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)

h.

Obat- obatan seperti


a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)
b. Carbamazepine (obat anti kejang)
c. Tricilyc (antidepresan)
d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

i.

Meningitis

j.

Kelebihan ADH

karsinoma

Faktor Pencetus :
a.

Trauma Kepala

b.

Meningitis.

c.

Ensefalitis.

d.

Neoplasma.

e.

Cedera Serebrovaskuler.

f.
g.

Pembedahan.
Penyakit Endokrin.

2.4 Patofisiologi
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal
untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus
ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi
delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan
kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila
osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi
ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal
untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh
dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme
patofisiologi yang bertanggung jawab akan SIADH , yaitu
a.

Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini


disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis ,
sindrom guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status
asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya
tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.

b.

ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system


supraoptik hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik
( misalnya pada infeksi).

c.

Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami


pemacuan . bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau
mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk
nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen
kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen ,
isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin, siklofosfamid,
vinblastine dan vinkristin.

d.

Ll

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala yang sering muncul adalah:
1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )
2. Mual, muntah, anorexia, diare
3. Takhipnea
4. Retensi air yang berlebihan
5. Letargi
6. Kejang, Sakit Kepala, Penurunan kesadaran sanpai koma.
7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi urine
yang kurang terlarut.
8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan
9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan
SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu
dilakukan pemeriksaan tingka osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium,
Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:
1. Na serum >125 mEq/L.
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan.
c. Kram otot.
2. Na serum = 115 120 mEq/L.
a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.
b. Kelemahan dan letargia.
c. Mual dan muntah.
d. Kram abdomen.
3. Na serum < 1115 mEq/L.
a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas.
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
e. Edema diatas sternum.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap
Na)
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan
Kalium sedikit.
3. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion mana yang
hilang dengan DNA.
4. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH
dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat
(< 1,020) bila ada SIADH.
5. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan cairan
melawan dehidrasi.
6. Osmolalitas

plasma

dan

hiponatremia

(penurunan

konsentrasi

natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.


7. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.
8. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
9. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,
hipokalemia, peningkatan natrium urin
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi
klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada
peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien
dengan gejala neurologis akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan
untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal
dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi
tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.

Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi


masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa
sampai konsenntrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala
dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal cairan
hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat
kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat
masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan
emosional.
Rencana non farmakologi
a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
b. Pembatasan sodium
Rencana farmakologi
a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3
%

secara

perlahan-lahan

mengatasihiponatremi

dan

peningkatan

osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara


penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.
Pengobatan khusus = prosedur pembedahan
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal
dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor
tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan
untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang
diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).
b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan
diuretic secara kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah,
anoreksia segera lapor dokter.
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial
efek samping.
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.

g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala


sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka
diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus
pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik
untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk
menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk

periode yang di programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan
diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.

Perkaya
Timbang berat

badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

Indicator intoksikasi air dan hiponatremi : sakit kepala, mual,

muntah, anoreksia segera lapor dokter.

Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal,

potensial efek samping.

Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.

Untuk kasus ringan,

retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara spontan lenyap. Apabila penyakit lebih
parah, maka diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul. Copy and WIN :
http://bit.ly/copynwin

Copy

and

WIN

http://bit.ly/copynwin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

2.8 KOMPLIKASI
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai
kejang otot, koma dan intoksikasi air.

Komplikasi

Overload cairan dengan tipe hipotonik

Penurunan Osmolaritas (plasma)

Penurunan level klorida ( plasma dan serum )

Hipokalemia

Hipomagnesemia

Peningakatan level natrium ( urine )

Gejala-gejala neurologis, seperti nyeri kepala, kejang otot , sampai


dengan koma.
Hipouricemia

2.9 PROGNOSIS
Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH
biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor
primer telah terkontrol . gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat
reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas jangka panjang.

10

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat
dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat
ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.

Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi


dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat
(25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien
degan hiponatremia ringan

Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan


drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak
angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon edema
yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum kranium.
Hiponatremi

paskaoperasi

bisa

menyebabkan

angka

mortalitas

dan

mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi


otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Tanggal MRS

: 18 Mei 2011

Jam Masuk

: 10.15 WIB

Tanggal Pengkajian

: 20 Mei 2011

No. RM

: 1204.06.19

Jam Pengkajian

: 14.00 WIB

Diagnosa Masuk : SIADH

IDENTITAS
1. Nama Pasien

: Ny. Y

Penanggung jawab Biaya

2. Umur: 30 th

Nama

3. Suku/ Bangsa

: Jawa/ Indonesia

4. Agama

: Islam

5. Pendidikan

: SMA

6. Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

7. Alamat

: Jalan Bronggalan 2/a

: Umun

: Tn M
Alamat

: Jln Bronggalan 2/a

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama

: Klien mengeluh buang air kecil sedikit dan pekat

2. Riwayat Penyakit Sekarang

: Klien mengeluh sakit kepala 2 hari seminggu sebelum MRS,


disertai dengan mual dan muntah, sehingga klien tidak nafsu
makan. Dn diperberat dengan kram perut yang semakin sering.
Klien juga mengatakan urinennya sedikit dan pekat

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat

: ya

2. Riwayat penyakit kronik dan menular

tidak

kapan :

diagnosa :

ya

tidak

jenis

3. Riwayat alergi

ya

tidak

jenis

4. Riwayat operasi

ya

tidak

kapan

Riwayat kontrol : .............................


Riwayat penggunaan obat :..............

12

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya

tidak

jenis DM (+) , HT (+)


Masalah Keperawatan :

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 36 c

N : 90 x/menit

Kesadaran

T : 90/130 mmHg

Compos Mentis

RR : 22x / menit

Apatis

Somnolen

Sopor

Koma

2. Sistem Pernafasan
a. Keluhan :
Batuk

sesak

nyeri waktu nafas

produktif

tidak produktif

Sekret :..

Konsistensi :......................

Warna :..........

Bau :..................................

b. Irama nafas

teratur

tidak teratur

c. Jenis

Dispnoe

Kusmaul

d. Suara nafas

Vesikuler

Bronko vesikuler

Ronki

Wheezing

ya

tidak

e. Alat bantu napas

Jenis...................

Cheyne Stokes
Masalah Keperawatan :

Flow..............lpm

Lain-lain :
3. Sistem Kardio vaskuler
Masalah Keperawatan :

a. Keluhan nyeri dada

ya

tidak

b. Irama jantung

reguler

ireguler

ya

tidak

normal

murmur

gallop

lain-lain.....

hangat

panas

dingin

normal

meningkat

menurun

S1/S2 tunggal
c. Suara jantung
d. CRT : 2 detik
e. Akral

kering

basah
f. JVP
Lain-lain :
4. Sistem Persyarafan
Masalah Keperawatan :

a. GCS :4 5 6
b. Refleks fisiologis

patella

triceps

biceps

c. Refleks patologis

babinsky

budzinsky

kernig

d. Keluhan pusing

ya

tidak

e. Pupil

Isokor

Anisokor

f. Sclera/Konjunctiva

anemis

ikterus

13

Diameter..

g. Gangguan pandangan

ya

tidak

Jelaskan..

h. Gangguan pendengaran

ya

tidak

Jelaskan..

i. Gangguan penciuman

ya

tidak

Jelaskan..

j. Isitrahat/Tidur :................. Jam/Hari

Gangguan tidur : ........................

5. Sistem perkemihan

Masalah Keperawatan

a. Kebersihan

Bersih

Kotor

b. Keluhan

Nokturi

Inkontinensia

Gross hematuri

Poliuria

Disuria

Oliguria

Retensi

Hesistensi

Kencing

Anuria
c. Produksi urine :600 cc

ml/hari

d. Kandung kemih :
e. Intake cairan

Warna : pekat

Bau..

Membesar

ya

tidak

Nyeri tekan

ya

tidak

oral : cc/hari

f. Alat bantu kateter

ya

parenteral : cc/hari
tidak

Jenis :.............

Sejak tanggal : .........

Lain-lain :
6. Sistem pencernaan
Masalah Keperawatan :

a. Mulut

bersih

kotor

berbau

b. Mukosa

lembab

kering

stomatitis

c. Tenggorokan

sakit menelan

kesulitan menelan

pembesaran tonsil

nyeri tekan

tegang

kembung

ascites

Nyeri tekan

ya

tidak

Luka operasi

ada

tidak

d. Abdomen

Tanggal operasi : .............

Jenis operasi :..............

Lokasi : ................

Keadaan :

ada

tidak

Jumlah :...........

Warna :...................

Drain

Kondisi area sekitar insersi :...............


e. Peristaltik : 5 x/menit
f. BAB : - .x/hari
Konsistensi

Terakhir tanggal :18 mei 2011


keras

lunak

cair

g. Diet

padat

lunak

cair

h. Nafsu makan

baik

menurun

Frekuensi:.......x/hari

i. Porsi makan

habis

tidak

Keterangan : ...........

Lain-lain:

7. Sistem muskulo skeletal dan integumen


a. Pergerakan sendi

14

bebas

terbatas

lendir/darah

b. Kekuatan otot

c. Kelainan ekstremitas

ya

tidak

d. Kelainan tulang belakang

ya

tidak

e. Fraktur

ya

tidak

f. Traksi / spalk /gips

ya

tidak

g. Kompartemen syndrome

ya

tidak

h. Kulit

ikterik

sianosis

kemerahan

i. Turgor

baik

kurang

jelek

j. Luka

jenis :...........

luas : .........

Masalah Keperawatan :

hiperpigmentasi

bersih

kotor

Lain-lain:

8. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid

ya

tidak

Pembesaran Kelenjar getah bening

ya

tidak

Hipoglikemia

ya

tidak

Hiperglikemia

ya

tidak

Luka gangren

ya

tidak

Masalah Keperawatan :

Lain-lain:

Masalah keperawatan :
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan

hukuman

lainnya

gelisah

tegang

c. Reaksi saat interaksi

kooperatif

tidak kooperatif

d. Gangguan konsep diri

ya

tidak

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


Murung/diam

marah/menangis
curiga

Lain-lain:
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
a. Mandi :2 x/hari
b. Keramas : 1 x/hari

Masalah Keperawatan :

f. Ganti pakaian : 2 x/hari


g. Sikat gigi

: 2 x/hari

c. Memotong kuku : d. Merokok :

ya

tidak

e. Alkohol :

ya

tidak

PENGKAJIAN SPIRITUAL

Masalah Keperawatan :

Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit

15

sering

kadang- kadang

tidak pernah

b. Selama sakit

sering

kadang- kadang

tidak pernah

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )

1.

Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap


Na)

2. Berat urine meningkat ( <1,020 )


3. Osmolalitas plasma dan hiponatremia ( penurunan konsentrasi natrium, natrium
serum menurun sampai 170 M Eq/L
4. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.

TERAPI

DATA TAMBAHAN LAIN :


TINDAKAN OPERASI :

Surabaya,

16

3.2 Analisa Data


No Data
1. Ds :

Etiologi
Sekresi ADH meningkat

- Klien mengeluh urine


sedikit dan pekat

SIADH

DO :
- Terdapat

Volume cairan darah


edema

di

beberapa bagian tubuh


- BB klien meningkat
- Na serum >125 mEq/L
- Na urine lebih dari 20
mEq/L
- Osmolalitas serum <
287 mOsm/kg
- Osmolalitas atau berat
jenis urine tinggi ( >
100 mOsm/kg) dengan
- Klien
mengalami
penurunan kesadaran

menurun

Viskositas darah
meningkat

Aliran darah lambat

Aliran darak ke ginjal


menurun

Stimulasi renin meningkat

Angiontensin I

Angiontensin II

Pengeluaran aldosteron

Osmolalitas cairan
meningkat

Sift cairan ke interstinal

Edema

BB meningkat

17

Masalah
Kelebihan
cairan

volume

Kelebihan volume cairan

2.

Ds :

Volume cairan darah

- Klien

mengalami

anoreksia
- Klien mengalami mual
muntah
Do :

menurun

Viskositas darah

Gangguan
pemenuhan nutrisi :
kurang

dari

kebutuhan

meningkat

Aliran darah lambat

Aliran darah ke GI
menurun

Aktivasi parasimpatis

Gerakan peristaltik
menurun

Retensi makanan di
lambung

Perut terasa penuh

Anoreksia

Gangguan pemenuhan

3.

nutrisi
Eksresi ADH meningkat

Ds :
-

Klien menyatakan

disorientasi orang,

Retensi air dari tubulus

tempat dan waktu.

ginjal dan duktus

Do :
18

Volume cairan ekstra sel

Gangguan
pikir

proses

Na serum menurun
< 135 mEq/L

Klien

mengalami

Penekanan pada rennin

penurunan

dan sekresi aldosteron

kesadaran

Klien

terlihat

bingung
-

meningkat

Osmolaritas plasma dan


volume darah meningkat

Disorientasi orang,
waktu dan tempat

Hiponatremi kronik

Gangguan proses pikir


Retensi air dari tubulus

Ds :
-

Klien

mengeluh

tidak

dapat

melakuikan
aktivitas

secara

Menekan rennin dan


Na serum menurun
<135 mEq/L
Klien

mengalami

kelemahan otot
-

meningkat

Do :

Volume cairan sel

normal
-

ginjal dan duktus

Kemampuan
aktivitas terbatas

sekresi aldosteron

Osmolaritas volume dan


plasma darah meningkat

Na meningkat dan K
menurun

Perubahan boikimiawi

Kelemahan

19

Kelemahan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


Nama

: Ny. Y

No. Reg

: 1204.06.19

NO.

TANGGAL
20 Mei 2011

Tanggal : 20 Mei 2011

PRIORITAS

TAMBAHAN/KETERANGAN

MASALAH
Ketidakseimbangan

lebih

dari

kebutuhan

cairan

berhubungan

dengan

peningkatan sekresi ADH


ditandai dengan edema.

20 Mei 2011

Ketidakseimbangan

berhubungan dengan intake

nutrisi

nutrisi

turun

ditandai

dengan anoreksia.

20 Mei 2011

Gangguan

20 Mei 2011

pikir
Kelemahan

proses Berhubungan dengan penurunan


kadar Natrium
Berhubungan dengan perubahan
kimia tubuh;penurunan natrium,
kram otot

20

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Intervensi Keperawatan
No

Diagnosa

Tujuan

1.

Ketidakseimban

Setelah

gan

cairan

lebih

Intervensi
dilakukan

: tindakan keperawatan
dari selama 3 X 24 jam

kebutuhan

diharapkan

berhubungan

ADH kembali normal

dengan

dengan kriteri hasil :

peningkatan

- Volume cairan dan

sekresi

ADH

ditandai dengan
edema.

sekresi

elektrolit

dapat

kembali

dalam

batas normal.
- klien
dapat

1. Pantau

masukan - Catatan masukan

dan haluaran cairan

dan

dan

tanda

membantu

cairan

mendeteksi tanda

tanda

kelebihan

setiap 1 2 jam.
2. Pantau

osmolalitas

serum

resiko

gangguan signifikan
bila

berat badan dan

mEq/L.

output
- Tidak ada edema.

dini

elektrolit

atau

kurang

2000 ml/hari
- Input sama dengan

haluaran

ketidakseimbanga

mempertahankan
volume urin 800

Rasional

serum

Na

dari

125

n cairan.
- Untuk mengetahui
keadaan

natrium

serum

- Mencegah
3. Batasi

masukan

intoksikasi air.

cairan.
4. Monitor

TTV - Tanda-tanda vital


menjadi

indikasi

dari kondisi klien.


2.

Ketidakseimban
gan

nutrisi

kurang
kebutuhan
18

Tujuan
: dilakukan

setelah 1. Timbang
tindakan

dari keperawatan selama 3


X 24 jam, masalah

berat

badan setiap hari.

- Memberikan
informasi tentang
keadaan masukan
diet

atau

berhubungan

gangguan nutrisi dapat

dengan

teratasi

penentuan

dengan

kriteria hasil :

2. Buat pilihan menu

- Barat badan kembali

yang ada dan ijinkan

normal.
- Bebas dari tanda mal

pasien

nutrisi.

mengontrol

kebutuhan nutrisi.
- Untuk membuat
klien

meningkat

kepercayaan

untuk

dirinya

pilihan

dan

merasa

sebanyak mungkin.

mengontrol
lingkungan lebih
suka
menyediakan
makanan

untuk

dimakan.
- Memenuhi
3. Kolaborasi, Berikan
cairan

kebutuhan cairan

IV

atau

hiperalimentasi dan

sampai masukan

lemak

oral

sesuai

indikasi

3.

dilakukan

1.

setelah

Proses Pikir b.d

tindakan

kebingungan,

Penurunan kadar

keperawatan selama

catat

Natrium

proses keperawatan

anxietas pasien.

Pantau tentang
dan
tingkat

tingkat

kesadaran

1.

Pasien mampu

berkomunikasi
dengan baik.
19

Rentang
perhatian

untuk

berkonsentrasi
mungkin
tajam

kembali normal.
:

1.

memendek secara

dapat

Dengan kriteria hasil

dapat

dimulai.

Gangguan

diharapkan

nutrisi

yang

berpotensi
2.

Batasi aktivitas

terhadap

pasien dalam batas-

terjadinya ansietas

batas wajar untuk

yang

mengumpulkan

mempengaruhi

2.

Pasien

bisa

energi.

prose pikir pasien

meningkatkan

2.

konsentrasinya.
3.
pasien
normal.

Orientasi
kembali

Tingkah laku

3. Kurangi stimulus

yang sesuai tidak

yang

akan memerlukan

merangsang,

kritik yang negatif,

energi

yang

argumentasi,

banyak

dan

dan

konfrontasi.
4. Ajarkan untuk

mungkin

melakukan

proses

bermanfaat dalam

teknik

relaksasi.

struktur internal.
3.

5.

belajar

Menurunkan
resiko

Pertahankan

terjadinya

harapan realitas dari

respon penolakan

kemampuan pasien

atau pertengkaran.

untuk

mengontrol

tingkah

lakunya

4.

Dapat
membantu

sendiri, memahami,
dan

memfokuskan

mengingat

kembali perhatian

informasi

klien dan untuk


menurunkan
ansietaspada
tingkat yang dapat
ditanggulangi.
5.

Penting untuk
mmepertahankan
harapan

dari

kemampuan untuk
mempertahankan
harapan,dan
meningkatkan

20

aktivitas
rehabilitasi
kontinu.
4

Kelemahan b.d

Setelah

dilakukan

1.

Pantau/diskusi

perubahan kimia

tindakan keperawatan

kan

tubuh;

selama

kelemahan

penurunan

keperawatan

natrium,
otot

kram

proses

diharapkan
dapat

dilakukan klien.

memburuk

2.

kelemahan karena

masase ringan dan


kompres

dan penurunan rasa.

munculnya

pada

ketidakseimbanga

bagian otot yang

n Natrium.

kram.

tenaga,
3.

2.

Berikan

2. Menunjukkan

kesempatan pasien

peningkatan

untuk

Meningkatka
n aliran darah dan
memberikan

ikut

kenyamanan pada

berpartisipasi

dan

pasien.

secara

adekuat

aktivitas.

untuk

melakukan

3. Mampu

aktivitasnya sehari-

hari.

keyakinan pasien

berpartisipasi

menunjukkan
yang

dalam

factor

berpengaruh

pada kelelahan

4.

3.

Menambahka

sesuai

dengan

tingkat

aktivitas

kebutuhan aktivitas
rencanakan

jadwal

yang

aktivitas

ditoleransinya.

bersama-sama
pasien.
5.

Berikan
asupan yang kaya

tingkat

dan harga dirinya

Diskusikan
dan

21

terus

menyebabkan

Berikan

beristirahat,

kemampuan

mengalami
kram otot

untuk

peningkatan

klian

telah

aktivitas yang dapat

1. Menyatakan
mampu

biasanya

penurunan tenaga,

beraktivitas

Kriteria Hasil :

tingkat

Pasien

dan identifikasikan
pasien

dengan baik.

1.

4.

Meskipun
pasien pada awal
merasa

lemah

karena kram otot,

akan

Natrium

sesuai indikasi.

tapi hal tersebut


memberikan
harapan

bahwa

kemampuan untuk
melakukan
aktiviatas

yang

baik

kembali

seperti semula.
Kebutuhan
Natrium

yang

cukup

dapat

meminimalisir
terjadinya
otot

kram
sehingga

kelemahan
teratasi

BAB IV
22

dapat

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis
posterior.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon
terhadap peningkatan osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma)
atau

penurunan

tekanan

cedera,pembedahan,tumor-tumor

si

darah.Penyebabnya
luar

SSP

terutama

adalah
karsinoma

bronkogenik.Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual


dan muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.
4.2 Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup
dengan pembatasan cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang
dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA

23

.Asuhan Keperawatan pada Anak Enchepalitis.2009, www.doestoc.com (online)


diakses tanggal 10 Mei 2011 Pukul 20.05 WIB
Doengoes,Marilyn C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Kugler, John. 2000. Hiponatremia dan Hipernatremia di Lansia. American
Family Physician
.Gejala SIADH-Gejala sindrom SIADH, Penyebab dan Perawatan. 2000.
www.CancerTherapyChina.com (online) tanggal 29 September 2010 pukul 20.00
WIB
Sobotka, Harry & Stewart, Corbet . Advances in clinical chemistry, Volume
17,page 21-33. London: Academic Press INC
Tisdale , James & Miller, Douglas . 2010. Drug-Induced Diseases: Prevention,
Detection, and Management, page 892. U.S : heartside publishing.

24

Anda mungkin juga menyukai