KELOMPOK 7
RINDI BELLA PUTRI TINUMBIA
RISKA USMAN
RIZALDI RAMADHAN JUSUF
SARLIN HAMZAH MATO
SELVIN TILAHUNGA
SITI HARMINA
TRAUMA KEPALA
A.
DEFINIS
I
C.
PATOFISIOLOGI
B.
ETIOLOGI
E.
KOMPLIKAS
I
D.
MANIFESTAS
I KLINIS
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
F.
PENGOBATA
N
A. Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah
kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury
baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi
& Rita yuliani,2001).
Cedera kepala (trauma kepala) adalah pukulan atau
benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran (tucker,1998).
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisologik
yang terjadi setelah trauma kepala yang dapat melibatkan kulit
kepala, tulang dan jaringan otak atau kombinasinya. Cedera
kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara
langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang
mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak,
robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri,serta
mengakibatkan gangguan neurologis.
Cedera kepala dapat dibagi dalam 2 macam yaitu ;
1)
B. Etiologi
Cedera kepala (Trauma kepala) dapat disebabkan
karena beberapa hal diantaranya adalah :
a) Oleh
benda asing/serpihan tulang yang
menembus
jaringan
otak.
Misalnya
kecelakaan, dipukul dan terjatuh.
b) Trauma saat lahir misalnya sewaktu lahir
dibantu dengan forcep atau vacuum.
c) Efek
dari kekuatan atau energy yang
diteruskan ke otak
d) Efek percepatan (akselerasi-deselarasi) pada
otak
C. Patofisiologi
Cidera kepala (trauma kepala) dapat terjadi
karena benturan benda keras, cedera kulit kepala,
tulang kepala,jaringan otak, baik terpisahmaupun
seluruhnya. Cedera bervariasi dari luka kulit yang
sederhana sampai geger otak,luka terbuka dari
tengkorak, disertai kerusakan otak,cedera pada otak,
bisa berasal dari trauma langsung maupun tidak
langsung pada kepala.
Trauma tak langsung disebabkan karena tingginya
tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada
kepala akibata menarik leher. Trauma langsung bila
kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya
akselerasi,
deselerasi,
dan
pembentukan
rongga,dilepaskannya gas merusak jaringan syaraf.
Trauma
langsung
juga
menyebabkan
rotasi
tengkorak dan isinya. Kerusakan itu bisa terjadi seketika
atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi, goresan,
atau tekanan. Cidera yang terjadi waktu benturan
mungkin karena memar pada permukaan otak,laserasi
substania alba,cidera robekan atau hemmorarghi.
Sebagai akibat, cidera sekunder dapat terjadi sebagai
kemampuan auto regulasi serebral dikurangi atau tidak
ada pada area cidera, konsekuensinya meliputi
hyperemia (peningkatan volume darah,peningkatan
permeabilitas kapiler,serta vasodilatasi) (Huddak &Gallo
1990)
Pengaruh
umum
cidera
kepala
juga
bisa
menyebabkan kram, adanya penumpukan cairan yang
berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan
menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang
otak (Price and Wilson 1995)
D. Manifestasi Klinis
Hilangnya
lebih
Kebingungan
Iritabel
Pucat
Mual muntah
Pusing kepala
Terdapat hematoma
Kecemasan
Sukar untuk dibangunkan
Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebronspinal
yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga
(otorrhea) bila fraktur temporal
E. Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intracranial, edema serebral progresif dan herniasi otak.
Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab TIK pada pasien yang mendapat cedera
kepala,puncak pembengkakan yang terjadi kira-kira 72 jam setelah cedera.
TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk membesar
meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan
trauma.
Sebagai akibat dari edema dan peningkatanTIK,tekanan disebarkan pada
jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku. Bergantung pada tempat
pembengkakan, perubahan posisi kebawah atau lateral otak (herniasi)
melalui atau terhadap struktur kaku yang terjadi menimbulkan iskemia,
infark, dan kerusakan otak irreversible, kematian.
Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan
defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic
atau epilepsy. Pasien mengalami sisa penurunan psikologis organic
(melawan, emosi labil) tidak punya malu, emosi agresif dan konsekuensi
gangguan.
F. Pengobatan
(Penatalaksanaan Medis)
Penatalaksanaan Keperawatan
)Menjamin kelancaran jalan nafas dan control
vertebra cervicalis
)Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas
dari secret
)Mempertahankan sirkulasi stabil
)Melakukan observasi tingkat kesadaran dan
tanda tanda vital
)Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi
jangan sampai terjadi hiperhidrasi
)Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah
terjadinya decubitus
)Mengelola pemberian obat sesuai program
1)
2)
Penatalaksanaan Medis
5
5
5
5
o.Terapi
G. Pemeriksaan
Diagnostik
X Ray tengkorak
2) CT Scan
3) Angiografi
4) Pemeriksaan neurologist
1)