Anda di halaman 1dari 13

1

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROFORESTRI MILIK MASYARAKAT


(KAGROMAS)
UNTUK MELESTARIKAN SUMBER AIR
(diabstraksikan oleh Soemarno-fpub 2010)

1.

Latar Belakang

Pengembangan kawasan agroforestri pada lahan milik masyarakat


pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan serta
pelestarian hutan dan lahan di suatu wilayah. Secara bertahap
berkembangnya kegiatan produksi agroforestri diupayakan untuk dapat
diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi terkait,
baik secara horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di
sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian masyarakat.
Agar pembangunan kawasan agroforestri dapat berhasil, kegiatan
dan pendanaan yang tersebar secara parsial harus dapat dikoordinasikan
dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling bersambung, membentuk
sistem agroforestri yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan
pengendalian sejak di tingkat propinsi hingga tingkat lokasi, yang menjamin
terfokusnya berbagai sumberdaya dan dana untuk pengembangan sentra
dimaksud merupakan aspek yang sangat penting. Sehubungan dengan
hal itu peranan Pemerintah Daerah sebagai penguasa yang mengatur gerak
pembangunan daerah sangat penting.
2. Tujuan
Pengembangan Kawasan Agroforetri Milik Masyarakat (KAGROMAS)
di kawasan lahan milik masyarakat dan kawasan hutan yang berdampingan
ini harus didukung dengan rencana induk serta rencana operasional multi
tahun atas pengembangan KAGROMAS, untuk memberi kekuatan awal,
memfasilitasi dan memandu masyarakat dan kelembagaan tradisionalnya
setempat dalam melaksanakan usaha agroforestrinya secara ekonomis dan
lestari.
3. Sasaran
Penyusunan kegiatan menyeluruh kawasan pengembangan
KAGROMAS Emas di kawasan resapan sumber air ini diharapkan dapat
disepakati oleh semua stakeholder yang terkait, dan memuat hal-hal sebagai
berikut :
a. Rancangan Kawasan Agroforestri yang memuat output, target grup
(kelembagaan sosial-tradisional yang ada), manfaat yang dihasilkan,
dilengkapi dengan disain bio-fisik yang relevan (sistem wanatani tiga
strata :
Strata I = Pohon / tegakan hutan yang permanen,
Strata II = Tanaman buah yang ekonomis,
Strata III = Sayur-sayuran, sayur-sayuran.
b. Rencana tahapan kegiatan hingga terwujudnya kawasan dimaksud,
memuat rencana kegiatan sinergis lintas sektor, subsektor, program dan
institusi, beserta volume fisik.

c. Rencana operasional rinci yang harus dilaksanakan oleh masing- masing


pelaku (CLUSTER) terkait, terutama kelompok tani yang telah ada.
d. Mekanisme koordinasi penyelenggaraan dan pemberdayaan di tingkat
lokasi desa, PEMKOT BATU, dan PERHUTANI.
4. Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis Usaha
Pemilihan lokasi KAGROMAS didasarkan atas fungsi kawasan
resapan air , ketersediaan lahan, kesesuaian lahan serta agroklimatnya
untuk budidaya tanaman, kesiapan kelembagaan sosial penunjang ,
kesediaan masyarakat dan tersedianya tenaga kerja serta sumberdaya lain
yang membentuk keunggulan komparatif wilayah untuk agroforestri.
Pemilihan komoditas utama serta komoditas penunjang tanaman
pangan (jagung, dan sayuran) serta jenis usahanya didasarkan atas:
(1). Potensi menghasilkan keuntungan ekonomis, melestarikan hutan jati
dan lahan kering milik masyarakat sekitar,
(2). Produksi pangan dan potensi pemasaran produk-produknya mudah,
(3). Akses sosioteknologi: kesiapan dan penerimaan masyarakat atas usaha
agroforestri komoditi unggulan,
(4) Keunggulan tegakan hutan dan ekonomis dalam memanfaatkan dan
melestarikan sumberdaya lahan kering - kritis di kawasan sumber air.
(5). Kesesuaian sumberdaya lahan dan agroklimat bagi tanaman tegakan
dan sayuran
5. Beberapa Permasalahan SISTEM AGROFORESTRI
Beberapa permasalahan agroforestri di kawasan resapan air Kota
Batu, yang dapat diidentifikasikan saat ini adalah:
(a). Volume produksi dan perdagangan hasil pertanian selama ini mengalami
fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang
terkait dengan masalah ini adalah fluktuasi potensial-demand pasar luar
daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang
jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik
penanganan budidaya tanaman dan pascapanen buah; serta kendalakendala kontinyuitas dan peningkatan produksi.
(b). Sebagian besar tanaman
sayuran ditanam penduduk di lahan
pekarangan dan lahan tegalan di sela-sela tanaman lainnya, sehingga
total populasi pohon sangat rapat. Sejumlah besar ditanam pada lokasi
yang tingkat kesesuaian lahannya rendah, terutama dari sudut pandang
agroklimat dan ketinggian tempat.
(c). Alternatif pengembangan kebun agroforestri tiga strata pada lahan
tegalan atau perkebunan masih belum meyakinkan masyarakat, apakah
tanaman yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible)
baik ditinjau dari aspek finansial/ ekonomi, ekologi/lingkungan, maupun
sosio-teknologi.
(d). Biaya investasi untuk pengusahaan tanaman apabila dilakukan secara
komersial (kebun monokultur) cukup besar,
sulit terjangkau oleh
individual petani.

6. Prospek Pengembangan Agroforestri


Jenis buah dan sayuran unggul yang saat ini dijumpai di wilayah Kota
Batu sangat beragam. Keberhasilan pengembangannya menghadapi
beberapa tantangan, yaitu:
(a). Penyediaan bahan pangan bergizi
Pengembangan tanaman buah dan sayuran haruslah diarahkan pada
lahan kering kritis (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan hutan
rakyat ). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Program Pemberdayaan Ekonomi
masyarakat Desa yang menggelarkan "gerakan Agribisnis", yaitu menanam
tanaman produktif pada setiap jengkal lahan kritis yang kosong dalam sistem
wanatani.
(b). Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan kritis di wilayah Kota Batu, Jawa Timur sampai saat ini
masih terus memerlukan penanganan yang lebih serius, terutama yang
berada di kawasan lahan masyarakat dan kawasan hutan di sekitarnya.
Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan khusus untuk menggerakkan
program penghijauan yang ekonomis. Jenis tanaman yang dianjurkan adalah
poon buah-buahan berdampingan dengan tanaman sela sayuran, karena
tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat .
(c). Respons petani
Respon petani untuk menanam pohon buah dan tanaman sayuran pada
lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun, dan lahan-lahan terlantar)
cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini diperlukan
adanya Kawasan Pengembangan Agroforestri sebagai sentra untuk
menampung dan menyalurkan hasil-hasil produksi kebun rakyat /hutan
rakyat
(d). Intensifikasi penggunaan lahan
Intensitas penggunaan lahan kering-kritis masih sangat rendah yakni satu
kali setahun (tanam yang ke dua kadang-kadang berhasil dipanen dan
kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim
kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga
lazimnya dikategorikan sebagai lahan "Sleeping Land". Dengan demikian
penanaman buah=buahan
pada lahan seperti ini diharapkan dapat
meningkatkan intensitas produktivitasnya.
(e). Peningkatan pendapatan petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman buah dan sayur
memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa apabila pengembangannya diarahkan pada lahan-lahan petani
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
(f). Kesesuaian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat
Komoditi Buah Salak

1. Kondisi Iklim
Temperatur BERKISAR 15-40oC, dan kisaran optimumnya adalah 22 28oC; curah hujan berkisar antara 750 - 2500 mm/tahun dengan bulan
kering mencapai 6 bulan.
2. Tanah
Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, kedalaman (>50 cm),
konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik,
tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu; pH
tanah berkisar 4.5 - 8.2, dan kisaran optimum pH 5.5 - 7.8
Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan DHL > 1 dS/m.
Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 6 dS/m atau
ESP mencapai 20%; dan tidak mampu berproduksi apabila DHL
mencapai 9dS/m. Tanaman memerlukan pupuk yang banyak terutama
pupuk organik pada masa pertumbuhan.
3. Hasil buah
Produksi kebun Salak komersial dapat mencapai 14-20 ton/ha atau 38440 kg /pohon. Kebun Salak jenis unggul dapat menghasilkan hingga
30-40 ton/ha atau 271-620 kg/pohon
7. RANCANGAN KAGROMAS:
SALAK - SENGON - JATI SUPER SAYURAN
7.1. SASARAN YANG INGIN DICAPAI
Tujuan utama dari pengembangan Kawasan Agroforestri Salak - Jati
SUPER + Sengon - Sayur-sayuran ini khususnya adalah peningkatan
pendapatan petani di wilayah lahan kering kawasan resapan sumber air yang
direncanakan menjadi sentra produksi komoditi buah dan sayuran. Tujuan
lainnya adalah meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar
sentra produksi tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa
perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya.
Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai untuk menjadikan
Kawasan resapan sumber air sebagai sentra pengembangan agribis
komoditas buah dan sayuran adalah :
1. Pengembangan atau pembangunan kebun-rakyat komoditi utama Salak
dan Jati Super di wilayah KAGROMAS dengan total areal yang tersedia
di kawasan resapan sumber air.
2. Penumbuhan
dan
peningkatan
peran
kelembagaan
dalam
pembangunan pertanian meliputi : Kelompok Tani sebagai Kelompok
Usaha Bersama Agroforestri (KUBA) Salak , Koperasi Petani Salak ,
perusahaan/swasta, Balai Penyuluhan Informasi Pertanian (BIPP) dan
FORKA (Forum Komunikasi Agroforestri).
3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di
wilayah KAGROMAS, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra
agroforestri akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara
lain : sistem pengairan air hujan (PAH), Pengairan Air sumur (PAS), jalan
desa/jalan kebun, pasar/kios desa dan pusat informasi agro-teknologi.

4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pengolahan dan sistem pemasaran


tradisional.
5. Menjaga kelestarian kawasan hutan Negara yang berada di sekitarnya.
7.2. Pengembangan Komoditas
1. Pembangunan Agroforestri Salak - Jati Super +Sengon - Sayursayuran
Salak SS1 dan Jati Super , serta jagung genjah dan ubikayu Ardira
ditetapkan sebagai kultivar yang akan ditanam pada lokasi Kawasan
Agroforestri (KAGROMAS) Salak - Jati Emas +Sengon - Sayur-sayuran .
Target pembangunan sentra produksi pada seluruh kawasan resapan
sumber air; sebagian lahan ini merupakan kawasan lahan tegalan dan hutan
belukar milik PERHUTANI dan sebagian lainnya merupakan lahan
masyarakat sekitar. Agar pembangunan kebun Salak dapat dilaksanakan
secara terpadu dan berada pada areal yang kompak (saling berdekatan),
maka dasar pembangunan kebun-rakyat adalah satu KAGROMAS.
Disamping pembangunan kebun-rakyat tiga strata sebagai inti, diharapkan
pula akan tumbuh partisipasi
petani
untuk
menanam
di
lahan
pekarangannya dengan bantuan penyediaan bibit buah dan sayuran jenis
unggul.
Teknologi Agroforestri Salak - Jati Emas +Sengon - Sayur-sayuran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa
pengembangan sistem agroforestri Salak-Jati Emas+Sengon - Sayursayuran ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas
kebun wanatani Salak - Jati Emas - Sayur-sayuran dengan pusat-pusat
inovasi agroteknologi yang ada.
Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang
pengembangan KAGROMAS ini, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan
pembibitan salak dan Jati Emas; (2). Teknologi off-season tanaman salak;
(3). Teknologi penghambatan pematangan buah; (4). Pengembangan pusat
informasi; (5). Teknologi pengolahan buah dan sayuran .
2. Pola Pengelolaan Kawasan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pada setiap wilayah yang
terpilih akan dikembangkan sentra produksi Salak seluas 1000 ha (100 ha
kebun inti dan 900 ha daerah dampak). Sekitar 5 Ha dari kebun inti tersebut
dapat dikelola oleh Pendamping Lapangan (PL), merupakan kebun inti
sekaligus berfungsi sebagai Kebun Teknologi Salak - Jati Emas. Sedangkan
selebihnya merupakan kebun campuran yang dikelola kelompok Tani.
3. Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /Pembatas
Pada areal KAGROMAS di antara pohon Salak muda yang ditanam
dengan jarak 8 x 8 meter akan ditanam tanaman palawija ubikayu, jagung
genjah, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok yang dapat
dipanen setelah 3 - 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara
lain agar
petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan
usahataninya sebelum tanaman Salak berproduksi. Salah satu dari kedua

palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon Salak mencapai
usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa Jati Emas.
4. Kondisi Fisik
Setelah kurun waktu beberapa tahun, diharapkan tercipta sentra
produksi Salak milik petani di wilayah KAGROMAS dengan kondisi sebagai
berikut :
a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200
pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.
b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun Salak atau 50 - 75
pohon produktif.
c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.
d. Terdapat sumur gali (PAS) atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air
bersih.

KEBUN-RAKYAT SALAK: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun Salak


(Lahan kawasan hutan dan / atau lahan masyarakat sekitar)

Tanm pagar : JATI MAS

10 m
Phn Salak
10 m
jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah

tnm sela JAGUNG, KAC HIJAU

arah slope
Kandang ternak:
Kambing/
Sapi kereman

PAH/sumur

batas lahan
Unit pengolah
rabuk-kandang

7.3. Penataan Kelembagaan


Kelembagaan yang ingin diwujudkan kurun waktu tersebut di atas
adalah sebagai berikut.
1. Kelompok Usaha Bersama Agroforestri (KUBA) Salak
Mengingat bahwa sasaran areal pengembangan agroforestri tersebar
di wilayah resapan sumber air dalam kurun waktu 5 tahun adalah seluas
1000 Ha, maka target penumbuhan kelompok tani sebagai lembaga inti
pengembangan sentra agroforestri Salak
dalam kurun waktu tersebut
mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani sebanyak 50
KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan 20 Ha
kebun/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja
secara efektif.
Satu KUBA Salak
terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang
diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha
lahan akan ditanami Salak sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu
KUBA Salak mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon Salak .
Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agroforestri seyogyanya
didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud mempermudah
menghadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena penumbuhan kelompok tani berdasarkan kedekatan hamparan usahataninya, maka melalui
pelatihan-pelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan Petugas
Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam kelompok
tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

Kebun-rakyat 3-strata salak seluas 200 ha

RTPLK-2

RTPLK-400

RTPLK-1
0.5 ha tegalan
125 ph Salak
tnm sela

0.5 ha tegalan
125 phn Salak
tnm sela

0.5 ha tegalan
125 ph Salak
tnm sela

PPL
5 ha Tegalan
1250 phn Salak
tnm sela

KUBA-1
25 RTPLK
12.5 ha kebun
3125 ph Salak

KUBA-2
25 RTPLK
12.5 ha kebun

KUBA-...
.......

25 RTPLK
.... ha kebun
.... ph Salak

KOPERASI PETANI salak


Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon Salak SS1
Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA
Industri Olahan

PASAR

BRI/BPD

Pedagang

KKPA, KUT

10

2. Pengembangan Koperasi Petani


Koperasi dan Kios/Waserda adalah prasarana pelayanan yang akan
dikembangkan menjadi lembaga pemasaran. Pelayanan yang dimaksud
berupa :
- Penyediaan saprodi
- Membantu menyediakan modal
- Sebagai lembaga pemasaran
- Investasi armada pengangkutan
Koperasi diharapkan tumbuh dan keberadaannya dibutuhkan oleh
para petani baik dalam fungsinya sebagai lembaga yang menyediakan
kebutuhan para petani maupun sebagai lembaga pemasaran bersama yang
dapat memasarkan hasil produksi milik petani. Karena itu pengurus koperasi
sedapat mungkin berasal dari para kontak tani (Ketua KUBA) dalam
kelompok-kelompok tani dalam di wilayah kecamatan yang sama.
Dalam fungsinya sebagai lembaga pemasaran bersama, Kontak Tani
Andalan (Ketua KUBA) sebagai pengurus kelompok tani serta sebagai
pengurus Koperasi diharapkan mampu mengadakan rintisan kemitraan
dengan pengusaha/swasta agar bersedia menampung hasil panen petani.
Dengan demikian petani memperoleh kepastian pasar bagi produksinya.
3. Perusahaan/swasta
Fungsi perusahaan/swasta adalah :
1. Penyediaan saprodi
2. Membantu penyuluhan
3. Membantu pemasaran
Asperti di Jawa Timur diharapkan merupakan perusahaan swasta
yang akan memelopori pola kemitraan usaha dengan petani dengan prinsipprinsip saling menguntungkan dan saling membutuhkan dalam arti
pengusaha membutuhkan pasokan bahan produk/baku dan petani
memerlukan penampungan hasil. Selain Asperti sebagai penampung dan
pembeli produk Salak dalam bentuk buah segar, maka pada kurun waktu
tertentu ( 15/20 tahun) diharapkan munculnya usaha agroindustri
pengolahan Salak yang bahan bakunya dapat dipasok dari kebun-kebun
petani khususnya dari lokasi sentra agroforestri.
Dengan terjalinnya kemitraan antara pengusaha dan petani,
pengusaha dapat menjadi alternatif penyedia modal bagi petani disamping
lembaga keuangan/ permodalan resmi. Pembayaran kembali pinjaman petani
dapat diperhitungkan dari hasil penjualan produk petani kepada pengusaha
tersebut.
4. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP)
BIPP merupakan pusat penyuluhan yang diharapkan mampu
mengakomodasikan seluruh permasalahan di bidang penyuluhan khususnya
pada komoditi unggulan .
Setiap Kecamatan yang dialokasikan untuk tanaman diharapkan
dapat dikembangkan 1 BIPP yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
penyuluhan dan merupakan Home Base bagi para penyuluh yang melakukan
pembinaan khusus dalam komoditi unggulan .

11

Sebagai lembaga kepanjangan Pemerintah yang berada dan terdekat


dengan petani maka diharapkan BIPP akan mampu menjadi pusat untuk :
- Meningkatkan kemampuan manajerial kelompok tani antaranya
memantapkan/membudayakan usaha bersama antar petani dalam satu
kelompok dan antar KUBA yang bergabung dalam satu wadah koperasi.
- Membina para kontak tani sebagai pengurus koperasi dalam
kemampuan pengurus Koperasi mengelola usaha dalam hal
perencanaan pengadaan saprodi yang dibutuhkan petani (anggota
koperasi).
- Mendukung kebutuhan modal petani melalui menyediakan informasi
fasilitas kredit yang layak.
- Mendukung tersebarnya informasi pasar harga dan permintaan kepada
para petani sebagai jaminan petani memperoleh harga yang wajar bagi
produknya.
- Mendukung peningkatan kerjasama/kemitraan antara petani dan
pengusaha.
- Pusat disseminasi informasi teknologi spesifik lokasi sebagai
kepanjangan dari BPTP.
- Pusat disseminasi informasi pasar dan pengembangan pasar.
- Menjalin kerjasama dengan Lembaga Keuangan (BRI Unit Desa) dan
Koperasi Unit Desa untuk pelatihan penyusunan proposal pinjaman
kredit usaha.
- Penyebaran informasi standard Pertanian Indonesia bagi produk buah
dan sayuran .
Petugas Pendamping Lapangan (PL II)
PL II merupakan tenaga pendamping lapangan yang dalam tugasnya
sehari-hari berhubungan langsung/memberikan bimbingan langsung kepada
kelompok-kelompok tani (KUBA). Dengan mempertimbangkan bahwa satu
orang PL II mampu membina areal seluas 200-300 Ha atau 15 KUBA,
maka pada lokasi sentra agroforestri harus terdapat minimal 5 orang
petugas PL II yang profesional dalam agroforestri.
Diharapkan ke 5 orang PL II tersebut merupakan mediator antara
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai penyedia informasi yang
dibutuhkan petani dengan kelompok-kelompok tani yang memanfaatkan
informasi-informasi tersebut melalui program- program Sekolah Lapang (SL).
Pendamping Lapangan ini terdiri atas para Petugas Penyuluh
Pertanian, Tokoh masyarakat, Sarjana/ Mahasiswa Pertanian yang berminat.
7.4. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan
1. Pengairan
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada
saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem
Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak
memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan (PAH)
melalui pembangunan embung penampung air hujan. Idealnya, 2 buah
sumur harus terdapat pada 1 ha kebun Salak . Dengan standard tersebut
maka selama 5 tahun pembangunan Kebun Salak (KAGROMAS Salak )

12

akan dibutuhkan sejumlah sumur gali atau embung air hujan untuk
memenuhi kebutuhan air pada lokasi KAGROMAS Salak .
2. Jasa Angkutan dan Transportasi
Pembangunan sarana/prasarana angkutan kondisi jalan di sekitar
sentra produksi maupun dari sentra produksi ke jalan Kabupaten
menentukan kecepatan penyaluran saprodi dan pengangkutan/pemasaran
hasil produksi. Kondisi jalan desa disekitar sentra produksi perlu ditingkatkan
dari jalan tanah/makadam ke jalan aspal, sehingga mudah dilalui kendaraan
roda empat walaupun pada musim hujan, yang lebih lanjut meningkatkan
efisiensi pengangkutan hasil/saprodi. Dengan rencana pengembangan
sentra produksi Salak seluas 1000 Ha dan standard kebutuhan jalan
kebun/jalan desa adalah 100 m/ha, maka dalam kurun waktu lima tahun
dibutuhkan perbaikan/ pembangunan jalan kurang lebih sepanjang 100 km.
Dengan meningkatnya kondisi jalan di sekitar sentra, diharapkan akan
meningkatkan frekwensi lalulintas angkutan umum termasuk angkutan
barang disekitar sentra produksi Salak yang pada akhirnya menumbuhkan
dan meningkatkan kegiatan sektor sektor jasa yaitu jasa angkutan umum
termasuk angkutan barang.
3. Pasar buah dan sayur
Pasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup
memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat
Kota Batu. Untuk mengantisipasi melimpahnya produk yang akan dipasarkan
dalam bentuk buah dan sayuran segar, maka lembaga pemasaran di tingkat
kota perlu dilengkapi armada angkutan untuk mendistribusikan hasil produksi
dari desa dan kecamatan.
4. Agro-Teknologi
Petani umumnya masih kurang menerapkan teknologi budidaya
secara intensif maupun penanganan panen dan pasca panen. Dalam hal
budidaya, tanaman belum mendapat perawatan dan pemupukan secara
memadai. Dalam hal panen dan pasca panen tidak dilakukan perlakuan
tertentu karena sebagian besar petani menjualnya dengan sistem tebasan.
Teknologi tepat guna yang diperlukan dan akan dilatihkan kepada
para petani meliputi :
- Teknik penyiapan lahan
- Pembibitan dan penanaman bibit
- Budidaya
- Panen
- Pasca Panen (pengolahan skala kecil).
7.5. Pengolahan dan Pemasaran
1. Pengolahan
Buah dan sayuran dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil
olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas
tinggi meliputi :
a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan
perlakuan fisiko-kimia.

13

b. Penghambatan proses pematangan buah dengan perlakuan fisikokimia.


c. Grading
d. Packing/pengemasan
e. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik.
f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon).
Bauh Salak masih mempunyai prospek besar dijual sebagai buah
segar. Namun demikian tetap perlu dilakukan antisipasi terjadinya fluktuasi
harga atau turunnya harga Salak segar pada saat booming produksi/supply
Salak . Pengolahan buah Salak menjadi produk olahan dapat berupa :
- Manisan/asinan Salak
- Kripik Salak
- Dodol
- Buah potong dalam kaleng atau juice Salak
Industri selai dan sirup dapat dilakukan sebagai home Industri dan
bahan bakunya cukup dipenuhi dari Salak yang bukan kualitas nomor 1.
Untuk industri kripik, buah potong dalam kaleng atau juice Salak
diperlukan pengolahan skala besar, dengan kebutuhan bahan baku (buah
Salak ) yang harus di supply secara kontinue. Paling sedikit dibutuhkan areal
panen seluas 500 Ha untuk dapat memenuhi bahan baku Salak
bagi
industri tersebut.
2. Penanganan Pemasaran
Salak dan sayuran masih memiliki potensi yang cukup besar untuk
dijual dalam bentuk segar. Alur pemasaran buah dan sayuran dalam kurun
waktu lima tahun yang akan datang adalah seperti berikut ini.
Rantai/alur pemasaran A akan terus di tingkatkan dan dikembangkan,
guna memperpendek rantai tata niaga dan sebagai hasilnya diharapkan
meningkatkan market share petani lebih besar dari 45 % dari harga beli
konsumen.
Rantai/alur pemasaran B adalah sistem pemasaran buah dan
sayuran yang telah terbentuk sejak lama. Pada pemasaran dengan sistem
ini, upaya yang diperlukan adalah memberikan/ meningkatkan kesadaran
petani untuk mengurangi penjualan dengan sistem tebasan kontan atau ijon,
guna meningkatkan market share petani dari harga beli konsumen.

Anda mungkin juga menyukai