Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGGUNAAN TINDAKAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM,

DISTRAKSI, GATE KONTROL, TERHADAP PENURUNAN SENSASI NYERI CA


MAMMAE DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Sumiati1, Erna Kadrianti2, Muhammad Basri3
1

STIKES Nani Hasanuddin Makassar


STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
2

ABSTRAK
Nyeri merupakan pengalaman yang menyeluruh dirasakan oleh semua manusia dan bersifat
subjektif, sehingga nilainya dapat berbeda-beda dari satu orang dengan orang lain serta bervariasi
dirasakan oleh orang dari waktu ke waktu.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahan
nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam, distraksi dan gate kontrol pada pasien Ca
Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy experiment
dengan rancangan pre dan post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Ca Mammae
di ruang bedah RSUD Labuang Baji Makassar Pengambilan sampel menggunakan teknik aksidental
sampling, didapatkan 20 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0.
Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan
uji paired sample T test(p<0,05). Hasil analisis bivariat menunjukkan pengaruhsignifikan antara sensasi
nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam dan
sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam(p=0,000), terdapatpula pengaruh antara
sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan distraksi dan sesudah
penggunaan tindakan distraksi(p=0,000), terdapatperbedaansignifikan antara sensasi nyeri yang
dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan gate kontrol dan sesudah penggunaan tindakan
teknik gate kontrol(p=0,008).
Kata Kunci :Sensasi Nyeri, Relaksasi, Distraksi, Gate Kontrol
PENDAHULUAN
Untuk
mengimbangi
pesatnya
perkembangan IPTEK dibidang kesehatan
serta tingkat pengetahuan masyarakat yang
semakin
tinggi
menuntut
upaya
penyelenggaran
kesehatan
yang
lebih
bermutu. Profesi keperawatan diupayakan
untuk memenuhi pelayanan kearah kesatuan
upaya peningkatan (promotive), pencegahan
(preventive), penyembuhan (curative), dan
pemulihan (rehabilitative) yang bersifat
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinambungan(Baradero, 2008).
Adapun planning pemerintah dalam
menurunkan kasus lama yaitu dengan
melakukan
upaya
pencegahan
primer,
sekunder, dan tersier.Upaya pencegahan
primer dilakukan dengan promosi, edukasi,
pola hidup sehat dan pencegahan factor resiko
kanker serta pengkajian dan pengembangan
vaksin.Pencegahan sekunder dilakukan degan
deteksi dini dan pengobatan segara,
sedangkan pencegahan tersier dengan
pengobatan komprehensif dan perawatan

valiatif.Selain itu pemerintah juga berusaha


menhilangkan
kendala
itu
dengan
meningkatkan kampanye dan advokasi sambil
terus mengupayakan penurunan kasus melalui
deteksi dini kanker. (Bambang, 2010)
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan
pengalaman emosi yang berhubungan dengan
atau telah rusaknya jaringan. Nyeri merupakan
hal yang sangat kompelks, dengan gejala
multidimensi yang ditentukan tidak saja oleh
kerusakan jaringan dan nosiseptif, tatapi juga
oleh
aspek
kepercayaan
seseorang,
pengalaman nyeri, kondisi psikis, motivasi,
serta lingkungan sekitarnya.
Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan
nonfarmakaologis. Menangani nyeri secara
farmakologis dilakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik. Sedangkan
tindakan nonfarmakologis adalah dengan
memberikan teknik relaksasi nafas dalam,
teknik distraksi dan gate kontrol.
Teknik relaksasi nafas dalam, teknik
distraksi dan gate kontrol merupakan metode

yang dapat dilakukan terutama pada pasien


yang mengalami nyeri, merupakan latihan
pernafasan yang menurunkan konsumsi
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung
dan
ketegangan
otot
yang
menghentikan siklus nyeri, ansietas dan
ketegangan otot. Teknik relaksasi,teknik
distraksi,gate kontrol perlu diajarkan bebarapa
kali agar mencapai hasil yang optimal.
Ada beberapa perangkat yang dapat
digunakan untuk menilai nyeri yaitu Simple
Descriptive Pain Distress Scale, Visual Analog
Scale (VAS), Pain Relief Visual Analog Scale,
Percent Relief Scale serta 0 10 Numeric Pain
Distress Scale , diantara kelima metode
tersebut diatas 0 10 Numeric Pain Distress
Scale yang paling sering digunakan, dimana
pasien diminta untuk merating rasa nyeri
tersebut berdasarkan skala penilaian numerik
mulai angka 0 yang berarti tidak da nyeri
sampai angka 10 yang berarti puncak dari rasa
nyeri, sedangkan 5 adalah nyeri yang
dirasakan sudah bertaraf sedang.
Kanker payudara sering di temukan di
seluruh dunia dengan insidens relatiftinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan.Dari 600.000
kasus kanker payudara baru yang didiagnosis
setiap
tahunnya.Sebanyak
350.000
di
antaranya ditemukan di Negara maju,
sedangkan 250.000 di Negara yang sedang
berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini
paling sering terjadi pada wanita dewasa.
Diperkirakan
di
AS
175.000
wanita
didiagnosikan menderita kanker payudara yang
mewakili 32% dari semua kanker yang
menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari
150.000 penderita kanker payudara yang
berobat ke rumah sakit,44.000 orang di
antaranya meninggal setiap tahun. ( George.al,
2008 ).
Menurut Kemenkes RI, Di Indonesia
prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000
penduduk. Kanker merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB,
Hipertensi, cedera, perinatal, dan DM.
Sedangkan berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker
payudara menempati urutan pertama pada
pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia
(16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).
Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR)
tahun 2002. Ditambahkan, kanker tertinggi
yang diderita wanita Indonesia adalah kanker
payudara dengan angka kejadian 26 per
100.000 perempuan, disusul kanker leher
rahim dengan 16 per 100.000 perempuan.
Menurut data SIRS 2007, kanker bronchus dan
paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8% dari
seluruh jenis kanker. (Faizin S M. 2012).

Data yang di peroleh dari rekam medik


RSUD Labuang Baji tahun 2010 terdapat 80
orang pasien kanker payudara, sedangkan
tahun 2011 jumlah pasien kanker payudara
sejumlah 96 orang (Rekam medik, RSUD
Labuang Baji tahun 2012).
Mengingat
betapa
pentingnya
penanganan
nyeri
dengan
cara
non
farmakologis pada pasien Ca mammae maka
penulis akan mengadakan penelitian dengan
judul
Pengaruh
penggunaan
tindakan
relaksasi napas dalam, distraksi, gate kontrol,
terhadap penurunan sensasi nyeri Ca Mammae
di RSUD Labuang Baji Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti,
maka metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah quasy experiment, dengan
rancangan pre dan post test, Sampel dilakukan
pengukuran sebelum intervensi dan setelah
intervensi pemberian teknik relaksasi napas
dalam,teknik distraksi dan teknik gate
kontrol.Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Bedah RSUD Labuang Baji Makassarpada
tanggal 18 Desember2012 sampai 18 Januari
2013.
Populasi Penelitian adalah semua pasien ca
mammae di ruang Bedah RSUD Labuang Baji
Makassar Penentuan jumlah besar sampel
dengan menggunakan teknik Aksidental
samplingdidapatkan 20 orang responden
sesuai dengan kriteria inklusi.
1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a) Pasien
yang
mengalami
reaksi
analgetiknya telah hilang / 6 (enam) jam
setelah pemberian analgetik dan belum
mendapatkan analgetik lagi.
b) Klien dalam tingkat kesadaran yang
optimal (sadar penuh).
c) Pasien yang berumur di atas 20 tahun
d) Bersedia menjadi sampel
e) Pasien yang di rawat di ruang perawatan
bedah.
2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a) Pasien yang menjalani tinadakan operasi
Ca mammae hari ke empat dan
seterusnya
selama
penelitian
berlangsung
b) Klien yang mengalami gangguan
kesadaran atau tidak sadar.
c) Pasien yang tidak bersedia menjadi
sampel.
d) Pasien yang berumur kurang dari 20
tahun.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan data primer
yaitu data yang diperoleh dari responden

dengan obervasi, dimana sampel akan dikaji


terlebih dahulu tentang riwayat nyeri dan terapi
obat-obatan yang telah diberikan. Sampel
dibagi tiga kelompok, yaitu kelompok dengan
teknik relaksasi napas dalam teknik distraksi
dan gate kontrol.Selanjutnya di berikan teknik
relaksasi napas dalam, teknik distraksi dan
gate kontrol. Setelah itu dilakukan observasi
ulang.
Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
Melihat apakah data telah terisi dengan
lengkap.
2. Codding
Mengelompokkan jawaban responden
menurut jenisnya dan memberi kode pada
masing-masing jawaban menurut item
pada lembar instrumen.
3. Skoring
Skoring yaitu memberi skor data yang
telah dikumpulkan, bila tidak ada nyeri ( 0
), nyeri ringan (skor 1-3 ) , nyeri sedang
(skor 4-6) dan nyeri berat (skor 7- 9), dan
nyeri sangat berat (skor 10)
4. Tabulasi
Memasukkan data dalam tabel distribusi
frekuensi untuk memudahkan analisa data
Analisis data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi
dalam tabel dengan variabel yang hendak
diukur.Analisa data dilakukan melalui tahap
editing, koding, tabulasi dan uji statistik.Analisis
univariat dilakukan dengan menggunakan
analisis distribusi frekuensi.
Menggunakan bantuan program SPSS for
windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan,
kemudian
data
dianalisis
dengan
menggunakan metode uji statistik univariat
dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap
terkait dengan penelitian dan analisis bivariat
menggunakan uji statistik, Paired Sample T
Test.Penggunaan uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui selisih hasil pengukuran sebelum
dan sesudah penggunaan tindakan non
farmarkologi terhadap sensasi nyeri yang
dirasakan oleh responden.
Analisis data dilakukan dengan pengujian
hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan
ditolak. Dengan menggunakan uji Paired
Sample T Test. Batas kemaknaan = 0,05, Ho
ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p >
0,05.

HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1 : Distribusi responden berdasarkan
kelompok
umur,
di
RSUD
Labuang
Baji
Makassar,
Desember 2012 Januari 2013.
Kelompok Umur
Frekuensi
(%)
20 - 29 Tahun
4
20.0
30 - 39 Tahun
6
30.0
40 - 49 Tahun
7
35.0
50 - 59 Tahun
3
15.0
Total
20
100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari
2013

Tabel 1. memperlihatkan bahwa


responden terbanyak berada pada interval
umur 40 49 tahun sebanyak 7 responden,
terdapat pula 6 responden yang berada
pada rentang usia 30 39 tahun, 4
responden berusia antara 20 29 tahun dan
hanya 3 responden yang berada pada
rentang usia 50 59 tahun.
Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin, di RSUD Labuang
Baji Makassar, Desember 2012
Januari 2013.
Jenis Kelamin
Frekuensi
(%)
Perempuan
20
100.0
Total
20
100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari
2013

Tabel 2. memperlihatkan bahwa


semua
responden
berjenis
kelamin
perempuan, sebanyak 20 responden.
Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan
pendidikan terakhir, di RSUD
Labuang
Baji
Makassar,
Desember 2012 Januari 2013.
Pendidikan Terakhir Frekuensi
(%)
SD
3
15.0
SMP
6
30.0
SMA
8
40.0
Akademi/ PT
3
15.0
Total
20
100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari
2013

Tabel 3. memperlihatkan bahwa


terdapat 8 responden yang berpendidikan
terakhir SMA,6 responden berpendidikan
terakhir SMP, dan masing-masing 3
responden berpendidikan terakhir SD dan
Akademi/ Perguruan Tinggi.

Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan


pekerjaan, di RSUD Labuang Baji
Makassar, Desember 2012
Januari 2013.
Pekerjaan
Frekuensi
(%)
Tidak Bekerja
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Total

4
3
2
11
20

20.0
15.0
10.0
55.0
100.0

Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari


2013

Tabel 4. memperlihatkan bahwa


responden terbanyak bekerja sebagai
wiraswasta berjumlah 8 responden,
terdapat 4 responden yang tidak bekerja, 3
responden bekerja sebagai pegawai negeri
dan 2 resonden bekerja sebagai pegawai
swasta.
Tabel 5 :Distribusi responden berdasarkan
status perkawinan, di RSUD
Labuang
Baji
Makassar,
Desember 2012 Januari 2013.
Status Perkawinan Frekuensi
(%)
Kawin
14
70.0
Belum Kawin
6
30.0
Total
20
100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari
2013

Tabel 5. memperlihatkan bahwa


terdapat 14 responden yang sudah
menikah, dan 6 responden belum menikah.
Tabel 6 :Distribusi responden berdasarkan
Agama, di RSUD Labuang Baji
Makassar, Desember 2012
Januari 2013.
Agama
Frekuensi
(%)
Islam
20
100.0
Total
20
100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 Januari
2013

Tabel 6. memperlihatkan
semua
responden
beragama
sebanyak 20 responden.

bahwa
islam

2. Analisis Bivariat
Analisis pengaruh penggunaan tindakan
teknik relaksasi napas dalam, distraksi,
gate kontrol terhadapan perubahan sensasi
nyeri Ca Mammae di RSUD Labang Baji
Makassar, dengan menggunakan uji
statistik, Paired Sample T Test.

a. Teknik Relaksasi Napas Dalam


Tabel 7 : Distribusi responden berdasarkan sensasi nyeri yang
dialami sebelum dan sesudah penggunaan tindakan
teknik
relaksasi
napas
dalam,di RSUD Labuang Baji
Makassar.
Teknik Relaksasi
Napas Dalam
Total
Pre
Post
n
%
n
%
n
%
Ringan
3
7.5
8 20.0 11 27.5
Sedang
7 17.5 5 12.5 12 30.0
Berat
10 25.0 7 17.5 17 42.5
Total
20 50.0 20 50.0 40 100,0
Mean
6,45
4, 85
r = 0,888 , sig = 0,000
t hitung= 7,610, df = 19 , sig = 0,000
Sensasi
Nyeri

Sumber:Data Primer Desember 2012 Januari 2013

Tabel Paired Sampel Test


menyajikan analisa penting yaitu nilai
perbedaan rerata (mean of difference), t
hitung, df (degree of freedom) dan nilai
signifikansi.Berdasarkan tabel Paired
Sampel Test diperoleh nilai perbedaan
rerata sebesar 1.600.T hitung sebesar
7.610, sedangkan t tabel berdasarkan df=
19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar
2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.000.
Oleh karena t hitung > t tabel
(7.610>2.093) dan nilai signifikansi lebih
kecil dari 5% (p=0.000<0.05) sehingga
dapat
dinyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh antara sensasi nyeri yang
dirasakan
responden
sebelum
penggunaan dan sesudah penggunaan
tindakan teknik relaksasi napas dalam
yang berarti ada pengaruh positif dan
hipotesis diterima.
b. Distraksi
Tabel 8:Distribusi responden berdasarkan
sensasi nyeri yang dialami
sebelum
dan
sesudah
penggunaan tindakan distraksi, di
RSUD Labuang Baji Makassar
Distraksi
Total
Pre
Post
N
%
n
%
n
%
Ringan 5 12.5 14 35.0 19 47.5
Sedang 10 25.0 6 15.0 21 52.5
Berat
5 12.5 0 0.0 5 12.5
Total 20 50.0 20 50.0 40 100,0
Mean
4,20
3,15
r = 0, 901 , sig = 0,000
t hitung= 9,200 , df = 19 , sig = 0,000
Sumber:Data Primer Desember 2012
Januari 2013
Sensasi
Nyeri

Berdasarkan
tabel
Paired
Sampel Test diperoleh nilai perbedaan
rerata sebesar 1.050. T hitung sebesar
9,200, sedangkan t tabel berdasarkan
df= 19 dengan taraf signifikansi 5%
sebesar 2.093 dan nilai signifikansi
sebesar 0.000. Oleh karena t hitung > t
tabel (9,200>2.093) dan nilai signifikansi
lebih kecil dari 5% (p=0.000<0.05)
sehingga dapat dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara
sensasi nyeri yang dirasakan responden
sebelum penggunaan tindakan distraksi
dan sesudah penggunaan tindakan
distraksi yang berarti ada pengaruh
positif dan hipotesis diterima.
c. Gate Kontrol
Tabel 9 : Distribusi responden berdasarkan sensasi nyeri yang
dialami
sebelum
dan
sesudah penggunaan tindakan gate kontrol, di RSUD
Labuang Baji Makassar
Gate Kontrol
Total
Pre
Post
n
%
n
%
n
%
Ringan 12 30.0 12 30.0 24 60.0
Sedang 5 12.5 8 20.0 16 40.0
Berat
3 7.5 0 0.0 3
7.5
Total 20 50.0 20 50.0 40 100,0
Mean
3,45
3,05
r = 0,865 , sig = 0,000
t hitung= 2.990, df = 19, sig = 0,008
Sumber :Data Primer Desember 2012
Januari 2013
Sensasi
Nyeri

Berdasarkan
tabel
Paired
Sampel Test diperoleh nilai perbedaan
rerata sebesar 0,400. T hitung sebesar
2.990, sedangkan t tabel berdasarkan
df= 19 dengan taraf signifikansi 5%
sebesar 2.093 dan nilai signifikansi
sebesar 0.008. Oleh karena t hitung > t
tabel (2,990>2.093) dan nilai signifikansi
lebih kecil dari 5% (p=0.008<0.05)
sehingga dapat dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara
sensasi nyeri yang dirasakan responden
sebelum penggunaan tindakan gate
kontrol dan sesudah penggunaan
tindakan gate kontrol yang berarti ada
pengaruh positif dan hipotesis diterima.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh penggunaan tindakan teknik
relaksasi napas dalam terhadap perubahan
sensasi nyeri Ca Mammae.
Pengaruh penggunaan tindakan
teknik relaksasi napas dalam terhadap

perubahan sensasi nyeri Ca Mammae di


RSUD Labuang Baji Makassar. Dari hasil uji
statistik
Paired
Sampel
Test
diperolehkesimpulan
bahwa
terdapat
perbedaan signifikan antara sensasi nyeri
yang dirasakan responden sebelum
penggunaan tindakan teknik relaksasi
napas dalam dan sesudah penggunaan
tindakan teknik relaksasi napas dalam yang
berarti ada pengaruh positif dan hipotesis
diterima.dengan taraf signifikan 0,000.
Dari hasil pengukuran intensitas nyeri
sebelum
menggunakan
relaksasi
pernapasan didapat bahwa responden
mengalami sensasi nyeri berbeda-beda,
yaitunyeri ringan, sedang, dan berat.Dan
sesudah meggunakan teknik relaksasi
sensasi nyeri yang dirasakan responden
masih tergolong dalam tiga kategori yaitu
nyeri ringan, sedang dan berat. Pada
tingkatan nyeri ringan, sebelum dilakukan
teknik relaksasi napas dalam terdapat 3
responden (7.5%) yang mengalami nyeri
ringan tetapi setelah dilakukan teknik
relaksasi napas dalam bertambah menjadi 8
responden (20%) yang mengalami nyeri
ringan. Peningkatan ini disebabkan karena
responden yang mengalami nyeri sedang
dan berat mengalami penurunan nyeri ke
nyeri ringan sehingga junlah responden
setelah diberikan perlakuan menjadi
bertambah.Pada nyeri sedang dan berat
terjadi penurunan jumlah responden.Pada
nyeri sedang dari 7 responden (17.5%)
menjadi 5 (12,5%) responden yang
mengalami nyeri sedang setelah melakukan
teknik relaksasi napas dalam. Begitu pula
dengan nyeri berat dari 10 responden (25%)
menurun menjadi 7 responden (17,5%)
setelah melakukan teknik relaksasi napas
dalam.
Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Potter dan Perry (2005)
bahwa nyeri merupakan pengalaman yang
menyeluruh dirasakan oleh semua manusia
dan bersifat subjektif, sehingga nilainya
dapat berbeda-beda dari satu orang dengan
orang lain serta bervariasi dirasakan oleh
orang dari waktu ke waktu.
Tehnik relaksasi merupakan tindakan
keperawatan dalam mengurangi nyeri
dengan cara merelakskan ketegangan otot.
Pernyataan ini sesuai dengan Smeltzer &
Bare
(2002)
mendefinisikan
bahwa
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri.
Tehnik Relaksasi juga merupakan suatu
tindakan untuk membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan dan stress, sehingga


dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri.
Mekanisme
metode
relaksasi
pernapasan terhadap perubahan nyeri
adalah menurunkan intensitas nyeri melalui
tiga mekanisme merelaksasikan otot skelet
yang mengalami spasme akibat perusakan
jaringan.
Relaksasi
otot
skelet
meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami perusakan sehingga nyeri yang
dialami berkurang. Metode relaksasi
pernapasan dipercaya mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opiodendogen
yaitu endorgen dan enkefalin. ( Suddarth.,
Brunner. 2001).
Hasil penelitian ini didukung oleh
hasil penelitian Ni Putu Ani Priyani (2009)
dengan variabel yang sama berjudul
Pengaruh PemberianTeknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri diPanti
Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta, dari
30 orang remaja putri yang mengalami
nyeridismenore terdapat sebanyak 3 orang
(10%) dari 30 orang tidak mengalami nyeri
dismenore,nyeri ringan 19 orang (63%) dari
30 orang, nyeri sedang 6 orang (20%) dari
30 orang, dan nyeriberat 2 orang (7%) dari
30 orang. Ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikanpemberian teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
nyeri dismenore pada remaja putri.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Van Koutententang efek strategi
manajemen
nyeri
non
farmakologis
menggunakan teknik relaksasi pada klien
post operasi coronary artery by pass graft.
Hasilnya ditemukan bahwa pada kelompok
yang mendapatkan terapi farmakologis
yang dikombinasikan dengan terapi non
farmakologis teknik relaksasi menunjukan
penurunan nyeri yang lebih banyak
dibandingkan kelompok yang hanya
mendapatkan terapi farmakologis.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh teknik relaksasi napas
dalam terhadap penurunan nyeri yang
dirasakan pasien Ca Mammae.Apabila hasil
penelitian ini dikombinasikan dengan teori
yang ada serta hasil penelitian terdahulu
mempunyai
keseragaman.Teori
menyatakan bahwa metode relaksasi
pernapasan menurunkan intensitas nyeri.
Begitu pula dengan hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Ni Putu Ani
Priyani sejalan dengan hasil penelitian ini
yang sama-sama menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara teknik relaksasi


napas dalam terhadap penurunan nyeri.
2. Pengaruh penggunaan tindakan distraksi
terhadap perubahan sensasi nyeri Ca
Mammae.
Berdasarkan
analisa
dengan
menggunakan uji T-test sample paired
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara sensasi nyeri
yang dirasakan responden sebelum
penggunaan tindakan distraksi dan sesudah
penggunaan tindakan distraksi yang berarti
ada pengaruh positif. Hal ini ditandai
dengan diperolehnya hasilt hitung sebesar
9,200, sedangkan t tabel berdasarkan df=
19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar
2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.000.
Oleh karena t hitung > t tabel (9,200>2.093)
dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5%
(p=0.000<0.05)
Tabel
8.memperlihatkan
bahwa
sensasi nyeri yang dialami responden
bervariasi. Pada tingkatan nyeri ringan,
sebelum dilakukan teknik distraksi terdapat
5 responden (12.5%) yang mengalami nyeri
ringan tetapi setelah dilakukan teknik
distraksi bertambah menjadi 14 responden
(35%) yang mengalami nyeri ringan.
Peningkatan
ini
disebabkan
karena
responden yang mengalami nyeri sedang
dan berat mengalami penurunan nyeri ke
nyeri ringan sehingga junlah responden
setelah diberikan perlakuan menjadi
bertambah.Pada nyeri sedang dan berat
terjadi penurunan jumlah responden.Pada
nyeri sedang dari 10 responden (25%)
menjadi 5 (15%) responden yang
mengalami nyeri sedang setelah melakukan
distraksi. Begitu pula dengan nyeri berat dari
5 responden (12,5%) menurun menjadi
tidak da lagi responden yang mengalami
nyeri berat setelah melakukan teknik
distraksi.
Tamsuri
(2007)
menjelaskan
mekanisme teknik distraksi sehingga
menurunkan nyeri yang menjabarkan
bahwa tehnik distraksi adalah pengalihan
dari fokus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa
aktivasi retikuler menghambat stimulus
nyeri jika seseorang menerima input sensori
yang berlebihan dapat menyebabkan
terhambatnya inpuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh
pasien).Stimulus yang menyenangkan dari
luar juga dapat merangsang sekresi
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang
dirasakan oleh pasien menjadi berkurang

peredaan nyeri secara umum berhubungan


langsung dengan pertipasi aktif individu,
banyak modalitas sensori yang digunakan
dan minat individu dalam stimulasi, oleh
karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri.
Di sebuah studi lainnya, Musik
sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun
Masehi, dan ini dikembangkan oleh
Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan
penelitian di State University of New York di
Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi
musik kebutuhan akan obat penenang pun
turun dratis hingga 50%. Musik juga
merangsang pelepasan hormon endorfin,
hormon tubuh yang memberikan perasaan
senang yang berperan dalam penurunan
nyeri sehingga musik dapat digunakan
untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga
pasien merasa nyeri nya berkurang
(Salampessy, 2004)
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
hasil penelitian Jihan Rabial tahun 2010
yang berjudul Efektivitas terapi prilaku
kognitif relaksasi dan distraksi pada pasien
kanker dengan nyeri kronis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
memiliki kesimpulan bahwa terapi relaksasi
dan distraksi sama sama efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri pada pasien
kanker dan tidak ada perbedaan keefektifan
antara kedua terapi tersebut.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh teknik distraksi terhadap
penurunan nyeri yang dirasakan pasien Ca
Mammae.Apabila hasil penelitian ini
dikombinasikan dengan teori yang ada serta
hasil penelitian terdahulu mempunyai
keseragaman.Teori menyatakan bahwa
teknik
distraksi
dapat
mengatasi
nyeri.Begitu pula dengan hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Jihan Rabial
menyimpulkan bahwa teknik distraksi efektif
dalam menurunkan intensitas nyeri pada
pasien kanker. Jadi tidak terdapat adanya
kesenjangan antara hasil penelitian ini
dengan teori dan hasil penelitian terdahulu.
3. Pengaruh penggunaan tindakan gate
kontrol terhadap perubahan sensasi nyeri
Ca Mammae.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang
lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri
bersifat subjektif dan sangat individualis.
Nyeri
mengarah
pada
penyebab
ketidakmampuan.
Seiring
dengan
peningkatan usia harapan hidup, lebih
banyak orang mengalami penyakit kronik
dengan nyeri merupakan gejala yang

umum. Salah satu ketakutan paling dini


dirasakan setiap klien yang didiagnosis
suatu penyakit ialah kekawatiran nyeri yang
akan mereka rasakan.
Berdasarkan
analisa
dengan
menggunakan uji T-test sample paired
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara sensasi nyeri
yang dirasakan responden sebelum
penggunaan tindakan gate kontrol dan
sesudah penggunaan tindakan gate kontrol
yang berarti ada pengaruh positif. Hal ini
ditandai dengan diperolehnya hasilthitung
sebesar 2.990, sedangkan t tabel
berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi
5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi
sebesar 0.008. Oleh karena t hitung > t tabel
(2,990>2.093) dan nilai signifikansi lebih
kecil dari 5% (p=0.008<0.05)
Tabel 9.memperlihatkan bahwa nyeri
yang dirasakan responden menetap pada
kategori nyeri ringan dimana sebelum
dilakukan gate control terdapat 12
responden (30%) yang mengalami nyeri
ringan dan begitu pula setelah dilakukan
gate control. Pada nyeri sedang sebelum
dilakukan gate control terdapat 5 responden
(12.5%) yang mengalami nyeri sedang
tetapi setelah dilakukan teknik distraksi
bertambah menjadi 8 responden (20%)
yang mengalami nyeri sdang. Terjadi pula
penurunan
jumlah
responden
yang
mengalami sensasi nyeri berat sebelum
dilakukan gate kontrol terdapat 3 responden
(7,5%) tetapi setelah dilakukan gate kontrol
tidak terdapat lagi responden yang
mengalami nyeri berat.
Teori
Gate
Control
yang
dikembangkan oleh Melzack dan Wall
(1965) dalam Eva Maria, 2008 menjelaskan
mekanisme
gate
control
terhadap
penurunan nyeri yang menyatakan bahwa
impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat
saat
sebuah
pertahanan
tertutup.
Mekanisme pertahanan ini dapat ditemukan
di sel-sel gelatinosa substansia didalam
kornu dorsalis pada medulla spinalis,
talamus dan sistem limbik. Apabila masukan
yang dominan berasal dari serabut beta A,
mekanoreseptor yang lebih cepat akan
melepaskan neurotransmiter penghambat
untuk menutup pertahanan. Dengan
demikian adanya efek panas yang dominan
dalam waktu yang cukup lama dapat
menstimulasi mekanoreseptor sehingga
dapat dilepaskan neurotransmiter yang
menghambat
terbukanya
gerbang
pertahanan di sel-sel gelatinosa substansia

dalam medulla spinalis sehingga impuls


tidak ditransmisikan ke pusat otak yang
lebih tinggi bahkan ke korteks serebri untuk
dipersepsikan.
William Ganong (1978) dalam Jihan
Rabial, 2010 menjelaskan bahwa nyeri yang
terjadi pada seseorang akibat adanya
rangsang tertentu seperti tindakan operasi,
dapat diblok ketika terjadi interaksi antara
stimulus nyeri dan stimulus pada serabut
yang mengirimkan sensasi tidak nyeri diblok
pada
sirkuit
gerbang
penghambat.
Pemblokan ini dapat dilakukan melalui
mengalihkan perhatian ataupun dengan
tindakan relaksasi. Namun demikian
tindakan relaksasi hanya akan efektif untuk
menurunkan nyeri skala sedang dan nyeri
ringan.
Hasil penelitian ini didukung dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Joni
Haryanto, Kusnoto, Ari Sumarno (2003)
mengenai efek teknik gate kontrol pada klien
dengan nyeri akibat penyakit glaukoma
dimana diperoleh hasil penurunan skala
nyeri yang sangat signifikan dimana =
0,001( p<0,05).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara gate control
terhadap penurunan nyeri yang dirasakan
pasien Ca Mammae.Apabila hasil penelitian
ini dikombinasikan dengan teori yang ada
serta hasil penelitian terdahulu mempunyai
keseragaman.Teori yang dikembangkan
oleh Melzack dan Wall menyatakan
mekanisme gate kontrolsehingga dapat
mengatasi nyeri.Begitu pula dengan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Joni Haryanto, Kusnoto, Ari Sumarno
menyimpulkan mengenai efek teknik gate
control yang dapat menurunkan nyeri
secara signifikan. Jadi tidak terdapat
adanya kesenjangan antara hasil penelitian
ini
dengan teori dan hasil penelitian
terdahulu.
4. Teknik non farmakologi yang dominan
pengaruhnya terhadap penurunan nyeri.
Tindakan
yang
dominan
pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan
hasil uji paired sample T-test yang
menunjukkan nilai mean penurunan sensasi
nyeri dari penggunaan teknik relaksasi
napas dalam sebesar 1600. Mean
penurunan sensasi nyeri dari penggunaan
teknik distraksi sebesar 1050. Sedangkan
mean penurunan sensasi nyeri dari
penggunaan teknik gate kontrol sebesar

0.400. Dari nilai mean tersebut peneliti


dapat menyimpulkan bahwa teknik relaksasi
napas dalam lebih dominan pengaruhnya
terhadap penurunan sensasi nyeri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh antara penggunaan teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan
sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD
Labuang Baji Makassar.
2. Ada pengaruh antara penggunaan teknik
distraksi terhadap penurunan sensasi nyeri
Ca Mammae di RSUD Labuang Baji
Makassar.
3. Ada pengaruh antara penggunaan teknik
gate control terhadap penurunan sensasi
nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji
Makassar.
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas,
maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang baru dalam
penekanan materi terutama sebagai terapi
modalitas dunia pendidikan keperawatan.
2. Bagi Praktek Keperawatan
Peran
perawat
sebagai
frontlinersdalam pemberian pelayanan
keperawatan saat ini perlu disandingkan
dengan aplikasi perkembangan ilmu
keperawatan Indonesia sehingga nursing
care khususnya tindakan relaksasi napas
dalam, distraksidan gate kontrol dapat
membudaya
dalam
pembangunan
kesehatan Indonesia. Perawat diharapkan
dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi
pasien Ca. Mammae demi membantu
menurunkan nyeri yang dirasakan pasien
tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh terapi modalitas dalam
perubahan sensai nyeri dengan sampel
yang lebih banyak. Hasil penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi peneliti selanjutnya dengan topik dan
ruang lingkup yang sama dengan penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang.2010.kejadian kanker payudara masih tertinggi.http//www.Antaranews.com.berita.

Baradero.M..et al. 2008. Seri AsuhanKeperawatanKlienkanker.Bukukedokteran EGC. Jakarta


Brunner &suddart. 2002. KeperawatanMedikalBedah, Vol 1& 2, Edisi 8. BukuKedokteran EGC, Jakarta
Dinkes Sulawesi selatan. 2010. Insidencapayudara. (www.depkes.com).
Djausi.S.et al. 2003.PerawatanPaliatif Dan BebasNyeriPadaPenyakitkanker.PelitaMandiri Indonesia. Jakarta
Doenges. M. et al. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan, Edisi 3. Bukukedokteran, EGC. Jakarta
Eva Maria, 2008. Pengaruh Tehnik Distraksi (Mendengarkan Musik) Terhadap Penurunan Nyeri Saat Menstruasi
Hari Ke-1 Pada Mahasiswa Psik Umy. Skripsi : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
George, D. 2008. Atlas of human functional anatomy edition.(www.enclopedia britannica.com). Jakarta
Harnawati .2008. askepcamammae. (www.harnawati.com). Jakarta
Haryanto, Joni dkk. 2003. Efek Teknik Relaksasi Progresif pada Klien Dengan nyeri Akibat Penyakit Glaukoma.
http://www.journal.unair.ac.id
Jihan Rabial (2010) , Efektivitas terapi prilaku kognitif relaksasi dan distraksi pada pasien kanker dengan nyeri
kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Thesis : Universitas Sumatera Utara.
Kristeana.A. 2006. Efektivitas teknik relaksasi dengan teknik distraksi dalam mengontrol nyeri pada pasien post
operasi laparatomi. (www.anita kristeana.com).malang
Mansjoer. 2008. KapitaSelektaKedokteran. Jilid II. Edisi 3.Media Aesculapius. Jakarta
Ni Putu Ani Priyani (2009) Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri di Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta Skripsi : Fakultas
Keperawatan Andalas Padang
Notoatmojo,S. 2002. MetodologiPenelitianKesehatan. RinekaCipta. Jakarta.
Nursalam. 2011. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Prasetyo, S.N, 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Price.A& Lorraine. M. 2006. Patofisiologi, konsepklinis proses- proses penyakit. Edisi 6, Vol 2. BukuKedokteran
EGC. Jakarta
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing. 6th Edition. USA : Mosby Year Book
Potter, Patricia A. 2005.Buku ajar Fundamental :Konsep, proses danpraktek. Edisi4 .Bukukedokteran, EGC.
Jakarta
RivaI, A. 2009.Nursing research. A. Qualitative perspective. (www.ahmad.com).
Schott, J., Priest, J. (2008). Kelas Antenatal, Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Smeltzer & Bare (2002). Brunner & Suddarth textbook of medical surgical nursing. (8th Ed.). Philadelphia:
Lippincott raven publisher
Suddarth., Brunner, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung
TamsuriAnas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. BukuKedokteran, EGC. Jakarta
Risbar,2008 gate control ca mammae ( www.risbar.com). surabaya
Van Kouten, M.E. (1999). Nonpharmacologis pain management for postoperative coronary artery by pass surgery
patients. The Journal of nursing scholarship 152 (31) : 127.

Anda mungkin juga menyukai