Anda di halaman 1dari 5

PERBANDINGAN PEMANAS AIR SURYA KONVENSIONAL DENGAN

PEMANAS AIR SURYA KOMERSIL


*)

Zulkifli Lubis*)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU

Abstrak
Energi surya merupakan salah satu energi yang tak pernah habis. Selain itu energi surya merupakan salah satu
energi terbarukan yang dapat diandalkan sebagai sumber energi karena memiliki beberapa keunggulan yang
lebih dari sumber energi lain. Energi ini terutama untuk kebutuhan akan air panas dalam jumlah besar yang
sangat diperlukan untuk proses-proses industri atau kebutuhan rumah tangga. Dalam kehidupan kita seharihari kita masih banyak menjumpai pemanas air yang menggunakan energi listrik. Ada beberapa kelemahan
pemanas air yang menggunakan energi listrik dan juga beresiko terhadap manusia yang menggunakannya.
Tulisan ini akan membahas pemanfaatan energi surya sebagai energi utama untuk pemanasan air guna
memenuhi kebutuhan rumah tangga khususnya air panas.
Kata-kata kunci: Pemanas air, Energi konvensional, Energi komersil

1. Pendahuluan

Energi surya merupakan salah satu energi


terbarukan yang dapat diandalkan sebagai sumber
energi karena memiliki beberapa keunggulan yang
lebih dari sumber energi lain. Selain energi surya
tidak pernah habis, tersedia secara gratis (sangat
ekonomis), sistem teknologinya tidak memerlukan
perawatan yang rumit dan energi surya juga tidak
polusif (ramah lingkungan). Seperti kita ketahui
bersama bahwa saat ini terjadi bencana internasional
dimana terjadinya efek ramah kaca (green house
effect) di bumi akibat dari penipisan lapisan ozon
yang salah satu akibat dari proses pembakaran bahan
bakar fosil yang menghasilkan gas CO2, di mana gas
tersebut juga mencemari udara yang dapat
mengganggu pernafasan makhluk hidup yang ada di
muka bumi ini.
Indonesia khususnya Sumatera Utara sebagai
daerah yang beriklim tropis, di mana matahari
bersinar cerah sepanjang tahun dan tidak ada musim
dingin sehingga intensitas energi surya disini cukup
potensial untuk dimanfatkan.
Kebutuhan akan air panas dalam jumlah yang
besar sangat diperlukan untuk proses-proses industri
atau untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, kita masih banyak
menjumpai pemanas air dengan menggunakan
energi listrik. Ada beberapa kelemahan pemanas air
yang menggunakan energi listrik selain beresiko
terhadap manusia yang disebabkan oleh sengatan
listrik. Pemanas air energi lislrik juga tidak
ekonomis lagi di mana saat ini biaya listrik semakin
melambung tinggi.
Makalah ini secara khusus akan membahas
pemanfaatan energi surya sebagai energi utama
untuk pemanasan air guna memenuhi kebutuhan

250

rumah tangga khususnya air panas yang akan


digunakan untuk mandi.

2. Ruang Lingkup Pembahasan


1.
2.

3.
4.

5.
6.

Model pemanas air surya konvensional


(hasil rancangan sendiri).
Perhitungan intensitas radiasi surya
(data dari Badan Meteorologi
dan
Geofisika) secara khusus untuk kotamadya
Medan.
Gambar, ukuran pemanas air surya
komersil dan
pemanas air
surya
konvensional (hasil rancangan sendiri).
Membandingkan pemanas air surya
komersil (Wika Solar Hot Water) dengan
pemanas air surya konvensional (hasil
rancangan) yang memiliki dimensi ukuran
yang
sama
namun
bahan
dalam
pembuatannya berbeda.
Analisa dan perhitungan pemanas surya
konvensional (hasil rancangan sendiri).
Efisiensi koleklor pemanas air surya
konvensional namun tidak termasuk
efisiensi tangki penyimpanan air panasnya
karena sulitnya data unluk mengetahui
harga konduktivitas (k) isolasi pada tangki
pemanas air surya konvensional.

3. Tujuan dan Metodologi Penulisan


3.1 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah;
a. Untuk mengetahui intensitas radiasi surya yang
dapat dimanfaatkan oleh pemanas air surya
secara khusus di Sumatera Utara.

Kaji Eksperimental Performansi Motor Diesel (Tulus Burhanuddin Sitorus)

b.

c.
d.

Merencanakan suatu pemanas air surya (solar


hot water collector) yang akan dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga khususnya untuk
mandi dengan model yang sesederhana
mungkin sehingga biaya yang dikeluarkan
dalam perancangan atau pembuatannya dapat
seminimal mungkin namun tidak terlalu
megurangi keefektifan energi surya yang
diserap oleh kolektor.
Untuk mengetahui efisiensi kolektor pemanas
air surya konvensional (hasil rancangan sendiri).
Untuk mengetahui data intensitas radiasi surya
yang diperoleh dari BMG (Badan Meteorologi
dan Geofisika) kotamadya Medan.

3.2 Metodologi Penulisan


Metodologi penulisan yang digunakan dalam
tulisan ini adalah:
a. Metode perbandingan.
Membandingkan dengan pemanas air surya
komersil merk Sun Heater produksi PT. WIKA
Intrade (PT. Wijaya Karya Intrade) dalam
perancangan pemanas air surya konvensional
(hasil rancangan) dengan dimensi yang sama
namun menggunakan bahan yang berbeda.
b. Studi pustaka.
Mempelajari buku maupun literatur yang
berhubungan dengan teori tenaga surya, sistem
kolektor, dan perpindahan panas dasar.
c. Metode konsultasi.
Berkonsultasi langsung dengan Teknisi Wika
Solar Hot Water Collector maupun kepada Dosen
Pembimbing sebagai masukan penulisan.

4. Jenis-Jenis Sistem Pemanas Air Surya


Pada kenyataannya pada kehidupan kita seharihari ada beberapa sistem pemanas air surya di
antaranya yaitu:
a. Pemanas air surya termosifon
Sistem konversi energi surya yang paling
sederhana tetapi paling efektif adalah pemanas air
termosifon. Seperti yang dilihat pada Gambar 2,
sistem ini hanya terdiri atas sebuah tangki
penyimpan yang ditempatkan lebih tinggi pada jarak
paling sedikit 25 cm di atas bagian atas dari deretan
kolektor. Oleh perbedaan massa jenis antara fluida
dalam kolom AB dan fluida dalam kolom AB.
Apabila fluida dalam kolektor (kolom AB) dipanasi
oleh matahari, maka massa jenisnya turun: segera
setelah perbedaan massa jenis antara AB dan A'B'
telah cukup untuk mengatasi tinggi gesekan dari
sistem, maka terjadilah suatu sirkulasi searah jarum
jam, air hangat dari kolektor dipindahkan ke tangki
penyimpan dan diganti oleh air yang lebih dingin
dari dasar tangki. Sirkulasi berlanjut sampai seluruh
sistem kira-kira mencapai temperatur yang uniform.

Gambar 1: Pemanas air termosifon


b. Sistem sirkulasi paksa glikol air
Apabila diperlukan perlindungan terhadap
pembekuan, maka suatu larutan anti beku dapat
disirkulasikan melalui kolektor-kolektor tersebut,
panas yang diserap dipindahkan ke air di dalam
tangki penyimpan dengan menggunakan sebuah
penukar panas (Gambar 1). Apabila larutan beku itu
beracun, maka diperlukan penukar panas yang
dibuat dengan dinding rangkap dua.

Gambar 2 : Sistem pemanas air dengan


larutan anti beku

Gambar 3: Sistem aliran balik (drainback)


dengan air lunak
c. Sistem aliran balik
Satu di antaranya disebut sistem aliran balik
(drainback system) yang menggunakan udara tekan
untuk mengembalikan air yang bersirkulasi melalui
koleklor ke tangki penyimpan, jika isolasinya tidak
cukup. Udara tekan dapat dipasok oleh sebuah
kompresor untuk penyemprotan cat yang kecil. Air
yang bersirkulasi itu adalah air minum biasa, dalam
hal ini tidak digunakan penukar panas. Air dipasok

Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 3 No. 3 Desember 2004 : 249 253

251

dari tangki pemanas awal (preheated tank) ke


pemanas air panas biasa sesuai dengan yang
diperlukan. Dalam Gambar 2 diperlihatkan sebuah
sistem aliran balik di mana air lunak disirkulasikan
melalui kolektor untuk mencegah pengendapan pada
tabung
dan tangki polipropilen diberi lubang
ventilasi.
d. Pemanas air pelat rata
Pemanas air surya pelat rata terdiri dari selembar
bahan konduktif termal yang disebut pelat penyerap
yang menyambung pipa-pipa/pembawa air pembawa
panas. Radiasi surya ditransmisikan melalui penutup
yang transparan dan diubah menjadi panas pada
pelat penyerap tersebut. Bagian dasar dan sisisisinya diisolasi, seperti ditunjukkan pada Gambar
4.

Gambar 4: Penampang lintang suatu pemanas


air surya pelat rata

5. Perbandingan Dimensi dan Bahan


Antara Pemanas Air Surya Komersil
dengan Pemanas Air Surya
Konvensional
Yang menjadi perbedaan mendasar antara
pemanas air surya komersil merk Sun Heater dengan
pemanas air surya konvensional (hasil rancangan
sendiri) yaitu di mana pemanas air surya komersil
tersebut juga menggunakan pemanas air tenaga
listrik yang terdapat pada tangki penampungan air
panas guna membantu pemanasan air di dalam
tabung apabila suhu air di dalam tabung tidak
mencapai temperatur yang diinginkan apabila radiasi
matahari yang diserap kolektor guna mamanaskan
air sangat sedikit.
5.1 Perbandingan Bahan Antara Pemanas Air
Surya Komersil dengan Pemanas Air Surya
Konvensional
Pemanas air surya konvensional (hasil
rancangan sendiri) menggunakan bahan yang
berbeda pada pemanas air surya komersil.
Bahan yang dipergunakan pada pemanas air
surya komersil adalah:
a. Cover tangki terbuat dari plat Zincalume yang
di-finish dengan bahan pelapis yang tahan cuaca
yang berdiameter.

252

b.

Isolasi tangki terbuat dari bahan isolasi


Polyurethane dengan kerapatan tinggi guna
menjaga air tetap panas.
c. Tabung tangki mempergunakan bahan steinless
steel 304L dengan ketebalan 1,5 mm yang tahan
terhadap karat berdiameter dalam sebesar 190
mm.
d. Pipa penghubung tangki ke panel menggunakan
pipa karet (flexible hose), sehingga mudah
dalam pemasangannya.
e. Boks kolektor terbuat dari bahan Zincalume
yang tahan terhadap cuaca.
f. Tutup kaca menggunakan kaca dengan
ketebalan 3,5 mm, dengan daya serap yang baik
dan tidak mudah pecah.
g. Plat absorber terbuat dari plat aluminium yang
dilapisi black paint finish sehingga penyerapan
panas berlangsung maksimal.
h. Pipa/alur air terbuat dari pipa tembaga diameter
inchi serta pipa header berdiameter inchi.
i. Isolasi kolektor menggunakan glass wool yang
dilapisi dengan aluminium foil yang berfungsi
menjaga pelepasan panas plat absorber secara
minimal.
Bahan yang dipergunakan pada pemanas air
surya konvensional adalah:
a. Cover tangki dilapisi dengan kulit untuk bahan
pelapis jok mobil dan dilapisi cat dengan
ketebalan 0,5 mm agar isolasi tangki yang
terbuat dari karpet dan busa yang terdapat pada
bagian dalam tidak basah apabila terkena air
yang juga dapat sebagai isolasi sehinga
pelepasan panas menjadi seminimal mungkin.
b. Isolasi tangki terbuat dari bahan isolasi busa dan
kain karpet guna mencegah pelepasan panas
secara maksimal sehingga air di dalam tabung
tangki tetap panas.
c. Tabung tangki mempergunakan potongan pipa
baja dan ditutup dengan plat baja pada kedua
ujungnya serta dilapisi dengan cat pada bagian
dalamnya guna mencegah korosi dengan
ketebalan 4 mm dan berdiameter dalam sebesar
190 mm.
d. Pipa penghubung tangki ke kolektor (pipa
masuk dan keluar air dari tangki).
Menggunakan pipa PVC dengan ketebalan 2
mm dan berdiameter dalam sebesar 21,5 mm
dan dilapisi dengan kain karpet dengan
ketebalan 2 mm dan dibalut dengan isolasi,
guna mencegah pelepasan panas secara
maksimal ketika air masuk dan keluar dari
tabung tangki.
e. Boks kolektor. Kerangka boks kolektor terbuat
dari kayu dan dilapisi dengan plat seng pada
bagian luarnya sehingga tidak cepat terjadi
pembusukan pada kayu.
f. Tutup kaca menggunakan kaca dengan
ketebalan 3,5 mm.

Perbandingan Pemanas Air Surya Konvensional dengan (Zulkifli Lubis)

g.

h.

i.

j.

Plat absorber terbuat dari plat seng dengan


ketebalan 0,6 mm yang dilapisi dengan cat
hitam sehingga penyerapan panas berlangsung
maksimal.
Pipa/alur air terbuat dari pipa tembaga yang
berdiameter dalam sebesar 11 mm dan
ketebalannya sebesar 1 mm serta pipa header
berdiameter dalam sebesar 21 mm dengan
ketebalan sebesar 1 mm.
Isolasi kolektor menggunakan lapisan kain
karpet yang mempunyai tebal sebesar 2 mm dan
juga menggunakan serbuk gergaji dengan
ketebalan sebesar 50 mm yang berfungsi
mencegah pelepasan panas plat absorber secara
maksimal.
Termometer memiliki 2 termometer guna
mengukur temperatur air yang masuk ke dalam
kolektor (inlet) serta untuk mengukur
temperatur air yang keluar dari kolektor menuju
ke tabung tangki.

5.2 Perbandingan Dimensi (Ukuran) Antara


Pemanas Air Surya Komersil dengan
Pemanas Air Surya Konvensional
Pemanas air surya konvensional (hasil rancangan
sendiri) pada dasarnya memiliki dimensi (ukuran)
yang sama dengan pemanas air surya komersil,
perbedaan dimensinya hanya terletak pada
perbedaan panjang pipa penghubung tangki ke
kolektor di mana pipa penghubung pada pemanas
surya konvensional lebih panjang yang disebabkan
oleh penambahan pipa sebagai tempat termometer.
1. Dimensi pada pemanas air surya komersil.

Gambar 5: Dimensi pemanas surya merk Sun


Heater (pandangan dari samping dan pandangan
dari atas)
2. Dimensi pada pemanas air surya konvensional
(hasil rancangan sendiri).

780mm

600 mm
685 mm

Gambar: Dimensi pemanas surya merk Sun


Heater (pandangan dari samping dan pandangan
dari atas

6. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan
studi kajian
secara teori,
perbandingan dengan produk Sun Heater, dan
percobaan terhadap pemanas air surya konvensional,
maka dapat diambil kesimpulan:
1. Energi surya di Indonesia khususnya di
Sumatera Utara cukup potensial sebagai energi
alternatif untuk dimanfaatkan dalam proses
pemanasan air untuk keperluan rumah tangga
khususnya untuk keperluan mandi, hal ini
ditinjau dari energi yang dihasilkan dan efek
yang tidak polusif serta gratis untuk
dimanfaatkan.
2. Pemanfaatan energi surya sangat memadai
mengingat Indonesia merupakan negara
beriklim tropis di mana matahari terus bersinar
sepanjang tahun.
b. Saran
Mengingat penghematan energi yang menjadi
issue dunia saat ini akibat semakin menipisnya
cadangan energi yang memanfaatkan bahan bakar
fosil yang kita manfaatkan selama ini, maka
pemanfaatan energi matahari yang merupakan energi
yang gratis digunakan dan tidak pernah habis serta
sangat ramah lingkungan perlu digalakkan,
didukung pula dengan iklim Indonesia yang beriklim
tropis di mana matahari bersinar sepanjang tahun
sehingga pemanfaatan energi surya sangat memadai
dan cukup potensial di negara kita ini. Oleh karena
itu ide, ilmu pengetahuan, dan penelitian mengenai
teknologi energi surya tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal dan penerapannya lebih tepat guna
sehingga energi surya yang merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak sia-sia.

Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 3 No. 3 Desember 2004 : 249 253

253

Daftar Pustaka
Mariam Jacobs Fisk & H. C. William Anderson.
Instruction to Solar Energy. 1982. Edition
Wesley Publishing Company, Inc. Canada.
Mariam Jacobs Fisk & H. C. Wlliam Anderson.
1982. Introduction to Solar Technology.
Marshall Henrics Courtesy of Acorn Structures
inc, Consord MA.
J.P. Holman, terjemahan Ir. E. Jasfi, M.Sc. 1984.
Perpindahan Kalor (Heat Transfer), Penerbit
Erlangga, Edisi kelima.
Merdang Sembiring. 1993. Penelitian dan
Perhitungan Energi Surya
yang Dapat
diabsorbsi oleh Alat Penyerap Kalor Absorber
(Lokasi Medan), USU, Medan.
Jhon A Duffie & William A Beckman 1980. Solar
Engineering of Thermal Processes. John Willey
& Sons Inc.
Harris, Norman, C, Cyndey. Emiller & Irving. E.
Thomas. 1985. Solar Energi System Design
Jhon Willey & Sons, USA.
Lunde J. Peter. 1980. Solar Thermal Engineer. Jhon
Willey and Sons, New York.
A. A. M. Syigh. 1977. Solar Energy Engineer.
Academica Press Inc, New York.
Donald Rapp. 1981. Solar Energy. Prentice Hall
Inc, Englewood Cliffs N. J.
Ted J. Jansen. 1995. Teknologi Rekayasa Surya
terjemahan Prof. Wiranto Arismunandar,
cetakan pertama Penerbit Pradnya Paramita
Jakarta.

254

Perbandingan Pemanas Air Surya Konvensional dengan (Zulkifli Lubis)

Anda mungkin juga menyukai