TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kiambang berasal dari Bahasa Latin yaitu dari kata Azollaceae, yang merupakan
tumbuhan paku air yang termasuk ordo Salviniales, family Azollaceae, dan
mempunyai 6 spesies. Sangat mudah berkembang terkadang dianggap petani sebagai
gulma, penduduk Indonesia menyebutnya Kiambang. Kiambang pada daerah
persawahan akan mengambang diatas permukaan air dan bila air surut akan menempel
pada tanah yang lembab. Pemanfaatan Kiambang sebagai pupuk pengganti urea telah
banyak dilaporkan karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Spesies yang
banyak terdapat di Indonesia terutama di Pulau Jawa adalah Kiambang, dan biasa
tumbuh bersama sama padi di sawah ( Lumpkin dan Plucknet, 1982 ).
2.1.1
Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata
belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman Kiambang untuk usaha taninya.
Padahal manfaat tanaman air yang satu ini cukup banyak. Selain biasa untuk pupuk
dan media tanaman biasa, Kiambang juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
ikan.
Di Bali, Kiambang biasa dan sering dijumpai terapung diperairan sawah dan
kolam ikan, karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk
dan dibuang begitu saja. Padahal bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di
sawah, Kiambang ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 kg / Ha.
Bila melihat kandungan unsur hara yang tertera pada tabel 2.1, maka
Kiambang sudah dapat dijadikan pupuk. Bila Kiambang diberikan secara rutin setiap
musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk lagi. Dibanding
pupuk buatan, Kiambang memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga mudah
karena Kiambang mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.
2.1.2
Berikut susunan unsur hara dan asam amino yang terkandung didalam Kiambang.
Kandungan
Abu
10,50
Lemak kasar
3,0 3,30
Protein kasar
24 30
Nitrogen
4,5
Fospor
0,5 0,9
Kalium
2,0 4,5
Pati
6,54
Magnesium
0,5 0,6
Mangan
0,11 0,16
Zat besi
0,06 0,26
Gula terlarut
3,5
Kalsium
0,4 1,0
Serat kasar
9,1
Klorofil
0,34 0,55
(http://tanggamushelau.blogspot.com/2012/05/manfaat-azolla-kiambang.html)
2.2 Tanah
Penghancuran batuan pada kerak bumi terjadi secara fisik maupun kimia. Energi sinar
matahari yang mengenai bumi berpengaruh besar terhadap penghancuran batuan bumi
ditambah dengan adanya air yang mempercepat lapuknya batuan menjadi bagian yang
lebih kecil dan halus, inilah awal terjadinya tanah.
Tanah, sebenarnya tersusun atas mineral primer dan mineral sekunder serta
bahan organik, tetapi kemudian diklasifikasikan berdasarkan komponen komponen
penyusun tanah, yaitu :
1. Partikel mineral yang merupakan hasil perombakan batuan dipermukaan bumi
dan ini merupakan bagian terbesar tanah
2. Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran binatang serta
bangkainya
3. Air
4. Udara
5. Kehidupan mikroorganisme
2.3.
Unsur hara yang diperlukan tanaman terbagi dua yaitu unsur hara makro dan mikro.
Ketiga unsur ini didapat dari udara dan air. Karbon diambil dari udara dalam bentuk
CO2, oksigen selain berasal dari CO2 juga berasal dari udara dan bahan organik.
Hidrogen banyak terdapat dalam air juga pada bahan organik. Unsur tersebut dapat
langsung diserap oleh tanaman.
2. Unsur Nitrogen ( N )
Unsur ini diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif ( pertumbuhan daun dan batang ),
dan untuk berkembangnya mikroorganisme dalam tanah. Nitrogen diserap akar
tanaman dalam bentuk nitrat atau ammonium, yang berpengaruh mempercepat sintesis
karbohidrat diubah menjadi protein. Nitrogen memang banyak terdapat diudara yaitu
sekitar 78%, tetapi untuk dapat diserap tanaman harus dalam bentuk nitrat dan
amoniak ( Isnaini, M., 2006 ).
3. Unsur Fosfor ( P )
4. Unsur Kalium ( K )
Meskipun bukan elemen pembentuk bahan organik tetapi peran kalium penting untuk
pembentukan karbohidrat protein, mengeraskan batang tanaman, meningkatkan
ketahanan tanaman dari penyakit, dan meningkatkan kualitas biji. Ion kalium sangat
penting bagi berlangsungnya fotosintesis, tanpa kalium fotosintesis berhenti. Sumber
sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa tanaman, air irigasi, abu tanaman,
dan pupuk buatan.
5. Unsur Kalsium ( Ca )
Unsur ini penting untuk pertumbuhan ujung tanaman bulu bulu akar. Kalsium
berhubungan
langsung
dengan
pembentukan
dinding
sel
sehingga
sangat
6. Unsur Magnesium ( Mg )
Merupakan bagian dari klorofil yang sangat berpengaruh pada proses fotosintesis.
Unsur ini banyak terdapat dalam buah atau bagian generatif tanaman. Sumber
magnesium antara lain adalah hasil dekomposisi batuan yang mengandung mineral
misalnya batu kapur dolomite.
7. Unsur Belerang ( S )
Unsur ini diperlukan oleh tanaman yang masih muda, dan penting untuk pembentukan
klorofil, dan meningkatkan daya tahan pada penyakit. Sumber sumber belerang
adalah sisa tanaman atau hewan yang banyak mengandung protein yang telah
mengalami dekomposisi, juga dari pupuk ( ammonium sulfat, superfosfat ).
Selain unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak, ada
unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit, biasa disebut unsur hara
mikro, unsur hara minor atau trace element. Dalam satu hektar lahan misalnya hanya
memerlukan beberapa gram sampai satu kilogram unsur hara mikro saja. Sumber
utama unsur hara mikro ini antara lain batu batuan mineral, sisa sisa bahan
organik, dan air irigasi. Unsur unsur hara mikro ini yaitu Besi ( Fe ), Boron ( B ),
Mangan ( Mn ), Tembaga ( Cu ), Seng ( Zn ), Molybdenum ( Mo ), dan yang terakhir
adalah Khlor ( Cl ) (Isnaini, M., 2006).
2.4.
Pupuk
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah, karena berisi satu atau lebih unsur yang
akan habis dihisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara kedalam
tanah dan tanaman ( Lingga, P., 2004 ).
Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman,
pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Jika dalam makanan
manusia dikenal ada istilah gizi, maka dalam pupuk dikenal dengan nama zat atau
unsur hara. Pupuk yang beredar saat ini terdiri dari bermacam macam jenis, bentuk,
warna, dan merk. Namun, berdasarkan cara aplikasinya hanya ada dua jenis pupuk,
yaitu pupuk akar dan pupuk daun ( Sigit, P., 2001 ).
Berdasarkan cara pemberiannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk akar dan pupuk
daun.
1. Pupuk Akar
Disebut pupuk akar karena lebih tepat sasaran bila diberikan lewat akar atau
tanah. Pupuk akar merupakan pupuk yang pertama dikenal manusia.
Pemberian pupuk lewat akar sebenarnya relatif aman tetapi efisiensinya relatif
rendah. Pada pemberian pupuk akar, sebagian unsur hara didalamnya akan
hilang tercuci lewat air penyiraman atau air hujan. Dengan demikian, sebagian
unsur yang dibutuhkann tanaman menjadi berkurang ( Sigit, P., 2001 ).
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Pupuk Fast Release
Jika pupuk ini ditebarkan ke tanah, dalam waktu singkat, unsur hara yang
dikandungnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini
adalah cepat habis, bukan hanya diserap oleh tanaman, tetapi juga
menguap atau tercuci oleh air. Contohnya, urea.
b. Pupuk Slow Release
Sering disebut dengan pupuk lepas terkendali ( controlled release ) akan
melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan
dari satu kali aplikasi lebih lama dibandingkan dengan pupuk diatas.
Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow
release dilindungi secara kimiawi dan mekanis ( Novizan, 2005 ).
2. Pupuk Daun
Jenis pupuk ini baru dikembangkan setelah manusia mengenal penyerapan
unsur hara lewat mulut daun ( stomata ). Pemberian pupuk ini juga lebih
efisien diserap oleh tanaman bila dibandingkan dengan pupuk akar. Namun,
pemberiannya harus dilakukan dalam jumlah yang tepat karena pupuk daun
yang diberikan secara berlebihan dapat menyebabkan daun seperti terbakar
dan dapat merusak daun.
Menurut unsur hara yang dikandungnya, pupuk buatan dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
a. Pupuk Tunggal
Ialah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur, misalnya urea
b. Pupuk Majemuk
Ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur, misalnya NPK,
beberapa jenis pupuk daun, dan kompos
c. Pupuk Lengkap
Ialah pupuk yang mengandung unsur secara lengkap ( keseluruhan ), baik
unsur mikro maupun makro ( Lingga, P., 2004 ).
2.5.
Kompos
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik alami yang banyak dikenal oleh
petani. Istilah kompos lazim digunakan untuk pupuk organik yang berasal dari daun
atau bagian tanaman lainnya. Setelah dilapukkan, daun atau bagian tanaman lain akan
menjadi bahan yang berbeda dengan asalnya dan sebagai penyedia unsur hara bagi
tanaman. Selain sisa tanaman, untuk membuat kompos dapat juga digunakan sampah
kota atau sampah rumah tangga. Secara alamiah, bagian atas tanah yang disebut
serasah merupakan kompos hasil pelapukan sisa tanaman.
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya,
tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu sesuai dengan suhu ruangan.
Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya
menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Manfaat kompos yaitu :
1. Memberikan nutrisi bagi tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara terbagi atas unsur
hara makro dan unsur hara mikro, yang keduanya dapat dilengkapi apabila
menggunakan kompos sebagai pupuk.
2. Memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir butir tanah dan mampu menjadi
penyeimbang tingkat kerekahan tanah. Kehadiran kompos pada tanah juga
menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakkukan aktivitas pada
tanah. Dengan demikian, tanah yang semula keras dan sulit ditembus air dan
udara, kini dapat menjadi gembur akibat dari adanya mikroorganisme tersebut.
3. Meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation ( KTK ) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi akan lebih mampu menyediakan
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dari pada tanah yang memiliki KTK
yang rendah.
bahwa proses dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah
matang.
2. Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi
pengomposan adalah 40 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai angka
60oC, bakteri akan berhenti bekerja.
3. Tingkat Keasaman ( pH )
Pengaturan pH selama proses pengomposan sangat penting untuk selalu
dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena masih
terjadi perombakan asam asam organik sederhana. Namun pH akan beralih
naik sejalan dengan proses pengomposan yang mulai berhenti dan akhirnya
akan stabil pada pH netral.
4. Jenis mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan cenderung menghabiskan banyak waktu. Untuk itu sering
digunakan bakteri atau starter atau aktivator yang berfungsi untuk
mempercepat berlangsungnya proses pengomposan. Biasanya aktivator ini
mengandung mikroorganisme ( kultur bakteri ), enzim, dan asam humat.
Mikroorganisme yang ada didalam aktivator ini akan merangsang aktivitas
mikroorganisme yang ada dalam bahan bahan yang akan dikomposkan tadi
agar cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang ada dalam bahan
kompos akan semakin banyak dan proses dekomposisi pun akan semakin
cepat.
5. Aerasi
Dalam proses pengomposan, aerasi yang baik sangat diperlukan agar proses
pengomposan dapat berjalan dengan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi
dilakukan dengan cara membolak balikkan tumpukan bahan kompos secara
berkala.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum yang diperlukan dalam proses pengomposan ini adalah
sekitar 50 60% setelah dilakukan pencampuran bahan organik.
7. Ukuran bahan baku
Semakin kecil ukuran bahan baku maka proses pengomposan akan
berlangsung dengan lebih cepat.
Kompos dikatakan bagus dan siap digunakan jika sudah memiliki tingkat kematangan
yang sempurna. Kompos yang baik dapat dikenali dengan memperhatikan bentuk
fisiknya, yaitu sebagai berikut :
a. Jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati
suhu normal ruangan.
b. Tidak berbau busuk
c. Bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah yang berwarna kehitaman
d. Jika dilarutkan kedalam air, kompos yang sudah matang tidak akan larut
e. Strukturnya remah dan tidak menggumpal
2.5.5. Aktivator
Membuat kompos sebenarnya sangat mudah, bahkan tanpa tempat dan peralatan /
mesin khusus sekalipun, secara alami sampah organik akan terurai menjadi kompos.
Namun, dengan membiarkannya begitu saja, proses pengomposan tersebut akan
memakan waktu lama. Saat ini, banyak aktivator yang beredar dipasaran.
Aktivator merupakan bahan
melalui
kultur
jaringan
dalam
biakan
cair.
Hasil
kerja
organik,
mempercepat
pelepasan
unsur
hara,
meningkatkan
mikroorganisme
asli
Indonesia
yang
memiliki
kemampuan
menurunkan C/N ratio dalam waktu relatif singkat dan bersifat antagonis
terhadap beberapa penyakit akar. Mikroba yang terkandung dalam OrgaDec
terdiri dari Trichoderma pseudokoningii dan Cythophaaga sp.
Formula bioaktivator OrgaDec ditemukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia Bogor. Bioaktivator OrgaDec tidak bersifat sebagai
penghancur bahan lognoselulosa, melainkan sebagai biang untuk mempercepat
pelapukan ( menguraikan komponen menjadi lebih sederhana sehingga mudah
diserap oleh tanaman ). Karena itu, secara visual kompos yang dihasilkan
masih menyerupai bahan asalnya dan tidak hancur.
Berikut ini sifat kimia kompos dari berbagai limbah padat organik yang
diproses menggunakan bioaktivator OrgaDec. Data ini merupakan hasil
analisis yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Daun, Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia ( BPBPI ), Bogor.
Sifat
Kimia
pH
0,0
4,2
5,4
Ntotal ( % )
1,5
2,1
1,3
1,76
1,41
Corganik (%)
35,1
34,6
33,7
35,25
35,25
C/N rasio
23,0
16,0
26,0
20,0
18,0
P2O5 (%)
0,8
0,4
0,2
0,8
0,11
K2O ( % )
2,5
0,7
5,5
4,21
1,74
CaO ( % )
1,0
1,5
0,2
0,67
0,11
MgO (%)
0,9
0,4
0,6
0,53
0,13
(Lactobacillus
sp.),
bakteri
fotosintetik
(Rhodopseudomonas
sp.
),
Dedak padi adalah hasil samping dari pabrik penggilingan padi dalam memproduksi
beras, yaitu bagian luar (kulit ari) beras yang dibuang pada waktu dilakukan
(pemutihan) beras. Definisi dedak (bran) adalah hasil samping proses penggilingan
padi, terdiri atas lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji.
Sementara bekatul (polish) adalah lapisan tipis dari butiran padi yang melindungi
butiran beras termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena alat
penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya dedak
dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul saja.
Dedak padi per 100 gramnya mengandung 600 700 mg Mg, Kalsium
sebanyak 500 700 mg, Zink 1,7 mg dan Phosfor sebesar 1000 2000 mg (Kurniati
dan Nugrahaeni, 2009). Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niasin
(Bidura, 1998).
Dedak padi
Protein ( % ) (Nx6,25)
12,0 - 15,6
Lemak ( % )
15,0 19,7
Serat kasar ( % )
7,0 - 11,4
Karbohidrat ( % )
34,1 52,3
Abu (%)
6,6 6,9
Kalsium (mg/g)
0,3 1,2
Magnesium (mg/g)
5 13
Fosfor (mg/g)
11 25
9 22
Silika (mg/g)
6 11
Seng (mg/g)
43 528
Tiamin (g/g)
12 24
Riboflavin (g/g)
1,8 4,3
Niasin (g/g)
267 - 499
(http://chapter-II/2012/dedak-padi.html)
2.6.
Cara ini terutama penting dalam penentuan kadar protein. Pada dasarnya, bahan
didestruksi dengan asam sulfat pekat panas hingga hancur. Disini nitrogen diubah
menjadi ion amonium. Pada tahap berikutnya, larutan ditambah basa kuat sehingga
bereaksi basa lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dengan HCl baku yang
tertentu jumlahnya untuk mengikat NH3. Destilat dititrasi dengan NaOH baku untuk
menentukan kelebihan asam.
Reaksi reaksi :
X + oksidator
NH4+ + OH-
NH3 + HCl
NH4Cl (penampungan)
NH4Cl + NaOH
Atau :
NH3 + H3BO3
NH4BO2 (penampungan)
NH4BO2 + HCl
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan
makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25,
diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum
angka konversi berturut turut sebagai berikut : 5,95; 5,71; dan 5,83. Angka 6,25
berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen.
Tabel 2.6.1. Faktor yang Digunakan untuk Konversi Nitrogen menjadi Protein
Komoditi
5,95
1,05
Gandum biji
5,83
1,07
Tepung
5,70
1,10
Produk
5,70
1,10
Kacang tanah
5,46
1,14
Kacang kedelai
5,71
1,09
Kelapa
5,30
1,18
6,38
0,98
6,25
1,0
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula mula bahan
didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau
butiran Zn. Ammonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator.
Cara Kjeldahl umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan
semimakro ( Sudarmadji, 1992 ).
Material organik tanah merupakan sisa tumbuhan, hewan, dan organisme tanah, baik
yang telah mengalami dekomposisi maupun yang sedang mengalami dekomposisi.
Material organik tanah yang tidak terdekomposisi menjadi humus yang berwarna
coklat sampai hitam dan bersifat koloidal. Pengukuran kandungan bahan organik
tanah berdasarkan jumlah organik yang mudah teroksidasi akan mereduksi Cr2O72yang diberikan secara berlebihan. Reaksi ini terjadi karena adanya energi yang
dihasilkan oleh reaksi H2SO4 pekat dan K2Cr2O7. Keadaan ini menyebabkan Cr6+
direduksi oleh C Organik menjadi warna hijau dari Cr3+ (Nurdin, M. S., 2002 ).
Prosedur Walkey Black ini sangat luas digunakan, sederhana, cepat, dan tidak
memerlukan peralatan yang yang mahal ( Zimmerman, 1997 ).
itu, metode ini lebih sederhana, cepat dan akurat. Akan tetapi reagen yang digunakan
kurang stabil (Bernhart, 1954).
3. Metode Vanadat
Fosfor bereaksi dengan vanadat membentuk senyawa kompleks berwarna
kuning. Pencampuran pereaksi vanadat dan molibdat harus dilakukan beberapa hari
sebelum digunakan karena sangat cenderung untuk mengendap. Bahan-bahan organik
yang turut tercampur harus terlebih dahulu dihilangkan agar tidak mengganggu warna
yang dihasilkan menggunakan pereaksi pengoksidasi (The Tintometer, 1967) .
4. Metode Hidroquinon-molibdat
Salah satu pereduksi yang paling klasik adalah hidrouinon yang pada saat
sekarang ini kurang dianggap penting, namun masih digunakan dalam Association of
Official Analytical chemistry (AOAC). Pada metode ini ammonium molibdat
direaksikan dengan larutan fosfor membentuk ammonium fosfomolibdat berwarna
kuning, kemudian direduksi dengan hidroquinon menjadi senyawa kompleks
berwarna biru (molydenum blue). Waktu tunggu untuk pembentukan warna
maksimum adalah selama 5 menit.
5. Metode molibdat-metol (Tschopp ,s method)
Metol (-methylamino phenol sulphate) salah satu pereduksi yang cukup stabil
dengan harga yang murah. Dalam metode ini, bila sampel mengandung NO3- lebih
dari 1 mg boleh digunakan Comparator, dan jika lebih dari 3 mg harus menggunakan
pereaksi Neshler. Metode ini 500 kali kurang sensitif terhadap silika dibanding fosfat.
Selain itu reaksi arsenit dan fosfor akan memberi warna yang hampir sama sehingga
arsenit perlu dihilangkan dengan penambahan H2S, diikuti penyaringan dan
penguapan. Komponen lain seperti gula, laktat, citrat, tartarat, oksalat dan garamgaram organik lainnya akan menekan intensitas warna yang dihasilkan sehingga
semua komponen tersebut juga harus dihilangkan terlebih dahulu.
Spektrofotometer serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom dimana
atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu tergantung
pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi
untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur
bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti lebih banyak memperoleh energi,
suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi
(Khopkar, 2002).
Metode tanpa nyala lebih disukai daripada metode nyala. Bila ditinjau dari sumber
radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontiniu. Disamping itu sistem dengan
penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan
garis absorbsi yang semonokromatis mungkin. Perangkat sumber yang dapat
memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai
lampu pijar hollow cathode. Lampu ini memiliki 2 elektroda, 1 diantaranya berbentuk
silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampu ini di
isi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus
tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan
dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu
monokromator (Khopkar, 2002).
lain
pada
sampel
(http://bhendjhen.blogspot.com/2010/12/
spektrofotometer-serapan-atom-ssa.html).