Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

GANGGUAN BIPOLAR I EPISODE KINI MANIK DENGAN CIRI


PSIKOTIK

Penguji :
dr. Evalina Asnawi, Sp. KJ
Penyusun :
Johana Dianita (2012 061 151)

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Katolik Atma Jaya
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Mood adalah suasana perasaan yang menetap dan mempengaruhi perilaku seorang
individu dan persepsinya terhadap lingkungan. Afek adalah ekspresi eksternal terhadap mood.
Mood dapat normal, meningkat, atau depresi. Orang yang sehat mengalami rentang mood
yang luas dan mempunyai ekspresi afek yang banyak; mereka dapat mengendalikan mood
dan afeknya. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
kehilangan kendali atas mood dan mengalami penderitaan yang berat. Pasien dengan
peningkatan mood memperlihatkan flight of ideas, sulit tidur, dan ide-ide grandiose. Pasien
dengan mood depresif mengalami kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
konsentrasi, kehilangan selera makan, dan ide bunuh diri. Tanda lain dari gangguan mood
adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (tidur,
selera makan, aktivitas seksual, dan ritme biologis lainnya). Gangguan ini selalu dapat
terlihat mengakibatkan gangguan hubungan interpersonal, sosial, dan fungsi okupasional.
Episode mania adalah periode mood abnormal yang terus meningkat, ekspansif, atau
irritabel yang berlangsung selama minimal 1 minggu. Hipomanik episode berlangsung
minimal selama 4 hari dan mirip dengan episode manik, namun tidak menyebabkan
gangguan berat terhadap fungsi sosial maupun okupasional, tidak ada gejala psikotik. Baik
mania dan hipomania berhubungan dengan percaya diri yang meningkat, kebutuhan untuk
tidur berkurang, mudah dialihkan, aktivitas mental dan fisik yang meningkat, dan perilaku
berlebihan terhadap kenikmatan (pleasure). Sebuah episode depresi mayor harus berlangsung
minimal selama 2 minggu, dan biasanya seseorang dengan diagnosis episode depresi mayor
mengalami minimal 4 gejala yaitu perubahan selera makan dan berat badan, perubahan siklus
tidur dan aktivitas, mudah letih, perasaan bersalah, kesulitan dalam berpikir dan membuat
keputusan, dan ide tentang kematian atau bunuh diri yang berulang.
Gangguan bipolar adalah gangguan mood dengan episode manik dan depresif.
Gangguan bipolar I didefinisikan mempunyai perjalanan klinis dari satu atau lebih episode
manik dan sebuah episode depresi mayor yang berlangsung hampir setiap hari. Sebuah varian
dari gangguan bipolar yang ditandai dengan episode-episode depresi mayor dan hipomania
daripada mania disebut sebagai gangguan bipolar II.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan bipolar menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
edisi ke III (PPDGJ-III) adalah gangguan yang bersifat oleh episode berulang (sekurangkurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres dan trauma mental lain
(adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).2
Epidemiologi
Menurut American Psychiatric Association dalam penelitian yang dilakukan dengan
komunitas menunjukkan bahwa gangguan bipolar I mencapai antara 0,8-1,6% dari populasi.
Angka ini konsisten di beragam budaya dan kelompok etnis. Gangguan bipolar I
mempengaruhi pria dan wanita cukup merata sedangkan gangguan bipolar II lebih umum
terjadi pada wanita, hal ini dipengaruhi oleh efek hormone setelah melahirkan dan stressor
psikososial. Episode manik lebih banyak didapatkan pada pria dan episode depresi lebih
umum pada wanita. Saat seorang wanita mengalami episode manik gejala yang timbul dapat
bercampur antara manik dan depresi.1,4
Bipolar I sering diawali dengan episode depresi (75% pada wanita dan 67% pada lakilaki). Sebagian besar pasien mengalami episode depresi dan mania, walaupun 10 20 %
pasien hanya mengalami episode mania. Episode mania biasanya mempunyai onset yang
cepat (dalam hitungan jam atau hari), dan dapat berkembang dalam beberapa minggu.
Episode mania yang tidak ditangani dapat berlangsung hingga 3 bulan; oleh sebab itu
setidaknya pengobatan berlangsung selama 3 bulan. Pada pasien dengan episode mania
tunggal, 90 % akan mengalami rekurensi. Selama gangguan bipolar berkembang, jeda antara

episode semakin berkurang. Setelah kurang lebih 5 episode, interval antara episode sering
kali stabil pada bulan ke-6 hingga ke-9. Pada orang dengan gangguan bipolar yang memiliki,
5 15 % mengalami empat atau lebih episode dalam setahun dan dapat diklasifikasikan
sebagai rapid cycler.1
Etiologi
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamin seperti norepinefrin, dopamin,
serotonin, dan histamin menjadi fokus teori dan masih diteliti hingga saat ini. Sebagai
biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang paling
berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.1,3,4
1. Norepinefrin
o Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan sensitivitas dari
reseptor adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh respon pada
penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung adanya
peran langsung dari sistem noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya
melibatkan reseptor 2 presinaps pada depresi karena aktivasi pada
reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor
2 juga terletak pada neuron serotoninergik dan berperan dalam regulasi
pelepasan serotonin.1
2. Serotonin
o Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar serotonin
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya depresi, beberapa pasien dengan
dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam
cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi uptake serotonin
yang rendah pada platelet. 1
3. Dopamin
o Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamin juga diduga memiliki
peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamin dapat mengurangi
depresi dan meningkatkan episode mania. Dua teori mengenai dopamin

dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbik dopamin tidak berfungsi pada
depresi dan reseptor dopamine D1 hipoaktif pda keadaan depresi.1
4. Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
o Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI)
dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia
nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.
Beberapa penelitian menemukan volume amigdala dan hipokampus yang
kecil pada pasien bipolar. Korteks prefrontal, amigdala, dan hipokampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan
afek). Penelitian lain juga menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin
berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit
menghasilkan membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu
mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit
berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan
lancar.1
Faktor genetik
Studi pada keluarga menunjukkan bahwa jika 1 orang tua dengan gangguan
mood, anaknya akan memiliki risiko menderita gangguan mood antara 10-25%. Jika
kedua orang tuanya menderita gangguan mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali
lipat. Risiko ini meningkat jika anggota keluarga yang terkena dari 1 generasi
sebelumnya daripada kerabat jauh. Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan mood secara umum, dan secara spesifik
meningkatkan risiko yang lebih besar untuk terjadinya gangguan bipolar.1
Studi pada anak kembar menunjukan bahwa genetik hanya menjelaskan 5070% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan mood
pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot sekitar 1635%.3,4
Faktor psikososial
o Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang.

Beberapa

penelitian

telah

membuktikan

faktor

lingkungan

memegang peranan penting dalam gangguan perkembangan

perkembangan psikososial dari pasien. Stress yang menyertai


episode pertama dari gangguan bipolar dapat menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut
dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem intraneuronal. Hal ini termasuk
hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik.
Sebagai hasil perubahan tersebut, seseorang memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya, tanpa adanya
stressor eksternal. 1
o Faktor kepribadian.
Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan kepribadian
tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I,
walaupun pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk
dapat berkembang menjadi depresi mayor atau gangguan bipolar I.
Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang kuat adalah prediktor dari
onset episode depresi.1
Pedoman Diagnostik
Mania dengan gejala psikotik (F30.2) menurut PPDGJ III :

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa gejala psikotik)
o Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup
berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan
o Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/grandiose
ideas dan terlalu optimistik

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang


menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan

menjadi wajam kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi


sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent)
Sedangkan gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik (F31.2)

Untuk menegakkan diagnosis pasti:


o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afek lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau

Kriteria episode manik menurut Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorders 4th
Edition - Text Revised (DSM-IV-TR)1

Periode abnormal dari mood yang terus menerus meningkat, ekspansif, atau iritabel,
berlangsung setidaknya satu minggu

Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) dari gejala berikut (empat bila mood
hanya iritabel) dan muncul sampai tingkat yang signifikan:
o Peningkatan kepercayaan diri atau grandiosity
o Penurunan kebutuhan untuk tidur (contoh: merasa cukup istirahat hanya
dengan tidur 3 jam)
o Lebih sering bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus bicara
o Flight of ideas atau pengalaman subyektif bahwa pikirannya terus berpacu
o Mudah teralihkan (perhatian yang terlalu mudah teralihkan pada stumulus
eksternal yang tidak penting atau irelevan)
o Peningkatan pada aktivtias goal-directed (baik secara sosial, pada pekerjaan
atau sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor
o Keterlibatan yang berlebihan terhadap aktivitas kenikmatan yang mempunyai
potensi besar untuk terjadi konsekuensi buruk (contoh: belanja berlebih tanpa
batas, investasi bisnis yang ceroboh, indiskresi seksual)

Tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran

Gangguan mood yang cukup berat hingga menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau dalam aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan orang

lain, atau keperluan dirawat inap untuk mencegah dirinya atau orang lain, atau adanya
gejala psikotik

Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh efek psikologikal langsung dari zat
(contoh: penyalahgunaan narkotika, pengobatan, atau terapi lainnya) atau kondisi
medis umum (contoh: hipertiroid)
o Catatan: Episode seperti manik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik
antidepresan (contoh: pengobatan, terapi elektrokonvulsif, terapi sinar) tidak
termasuk ke arah diagnosis gangguan bipolar I.

Kriteria untuk keparahan/psikotik/remisi untuk episode kini mania (atau episode terakhir
mania) berdasarkan DSM-IV-TR:1

Ringan: Kriteria gejala minimum terpenuhi untuk episode manik

Cukup: Peningkatan aktivitas secara ekstrim atau gangguan dalam mengambil


keputusan

Berat tanpa gejala psikotik: Pengawasan yang dilakukan hampir setiap saat sangat
diperlukan untuk mencegah keadaan yang membahayakan secara fisik terhadap diri
sendiri dan orang lain.

Berat dengan gejala psikotik: Kemungkinan delusi atau halusinasi, tentukan apakah
gejala psikotik mood-congruent atau mood-incongruent.
o Gejala psikotik mood-congruent : Waham atau halusinasi yang kontennya
konsisten dengan tema khas manik yaitu harga diri yang meningkat,
kekuasaan, pengetahuan, identitas, atau hubungan khusus kepada dewa atau
orang terkenal.
o Gejala psikotik mood-incongruent: Waham atau halusinasi yang kontennya
tidak mempunyai hubungan dengan tema khas manik yaitu harga diri yang
meningkat, kekuasaan, pengetahuan, identitas, atau hubungan khusus kepada
dewa atau orang terkenal, termasuk gejala seperti waham kejar (tidak secara
langsung berhubungan kepada ide-ide atau tema-tema grandiose), thought
insertion dan waham dikendalikan.

Remisi parsial: Ditemukan gejala mania, namun tidak memenuhi seluruh kriteria, atau
terdapat satu periode tanpa gejala signifikan dari episode manik yang bertahan kurang
dari dua bulan setelah akhir dari episode mania.

Remisi penuh: Selama dua bulan terakhir, tidak ada tanda-tanda signifikan atau
gejala-gejala gangguan yang terlihat/muncul.

Kriteria diganosa untuk bipolar 1 episode kini manik berdasarkan DSM-IV-TR:5


A. Saat ini (atau yang terbaru) dalam episode manik
B. Sebelumnya terdapat setidaknya satu episode depresi mayor, episode manik, atau
episode campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak diikuti oleh gangguan skizoafektif, dan
tidak superimposed skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau
gangguan psikotik
D. Bila kondisi memenuhi kriteria untuk episode mania, campuran, atau depresi,
nyatakan status klinis dan/atau gejala:
a. Ringan, sedang, berat dengan/tanpa gejala psikotik
b. Dengan gejala katatonik
c. Dengan onset postpartum
E. Bila kondisi tidak memenuhi kriteria untuk episode mania, campuran, atau episode
depresi mayor, nyatakan status klinis kini dari gangguan bipolar I atau gejala dari
episode terkini:
a. Dalam remisi parsial atau remisi penuh
b. Dengan gejala katatonik
c. Dengan onset postpartum
Kriteria untuk bipolar I, episode mania tunggal berdasarkan DSM-IV-TR:5

Hanya ada satu episode mania dan tidak ada episode depresi mayor sebelumnya

Episode mania tidak diikuti oleh gangguan skizoafektif, gangguan skizofreniform,


gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tidak dinyatakan khusus

Bila kondisi memenuhi kriteria untuk episode mania, campuran, atau depresi,
nyatakan status klinis dan/atau gejala:
o Ringan, sedang, berat dengan/tanpa gejala psikotik

o Dengan gejala katatonik


o Dengan onset postpartum

Bila kondisi tidak memenuhi kriteria untuk episode mania, campuran, atau episode
depresi mayor, nyatakan status klinis kini dari gangguan bipolar I atau gejala dari
episode terkini:
o Dalam remisi parsial atau remisi penuh
o Dengan gejala katatonik
o Dengan onset postpartum

Diagnosa Banding
1. Skizofrenia
Sedikit sulit membedakan episode manik dengan skizofrenia, sehingga dapat
menjadi salah satu diagnosis banding. Gembira berlebihan, elasi, dan
hiperaktivitas banyak ditemukan pada episode manik dibandingkan pada
skizofrenia. Onset pada episode manik berlangsung cepat dan menimbulkan
sebuah perubahan pada perubahan perilaku pasien. Pada pasien dengan
skizofrenia harus memiliki gejala gejala psikotik berupa waham atau halusinasi
yang menonjol. Sebagian dari pasien bipolar I memiliki riwayat keluarga dengan
gangguan mood.1
2. Skizoafektif
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif.6,7
3. Hipertiroid
Gangguan bipolar dapat berupa episode manik atau hipomanik maupun
episode depresi. Kondisi hipertiroid dapat menyebabkan pasien menunjukan
gejala-gejala yang mirip dengan gangguan bipolar. Pada hipertiroid pasien akan
merasa mudah tersinggung, dan dapat terjadi hiperaktivitas yang harus dibedakan
dengan episode manik pada gangguan bipolar. Penggalian informasi serta

pemeriksaan fisik yang baik pada dapat membedakan gangguan bipolar dengan
hiper atau hipotiroid.6,7
4. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan obat seperti amfetamin dapat memicu keadaan manik. Selain
itu, penyalahgunaan obat seperti benzodiazepine dapat memicu keadaan
depresif.,6,7
Terapi
Terapi farmakologis dari gangguan bipolar episode mania dapat dibagi menjadi fase akut
dan rumatan.

Terapi mania akut


Pasien dengan mania berat sebaiknya dirawat inap saat perilaku agresif dapat
terjadi dan respon yang adekuat bisa dicapai dalam beberapa hari atau minggu.
Kepatuhan minum obat juga sering kali menjadi masalah karena pasien dengan mania
mempunyai tilikan yang kurang terhadap penyakitnya, sehingga menolak untuk
mendapatkan medikasi. Banyak pasien pada fase mania mendapatkan pengobatan
untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain disekitarnya karena gangguan
pertimbangan, impulsivitas, dan agresi yang bila digabungkan dapat menempatkan
pasien dan orang lain dalam bahaya.1
o Litium karbonat
Litium merupakan salah satu pengobatan yang banyak digunakan
untuk mengatasi gangguan bipolar.8 Dosis harian litium berkisar antara 400
1200 mg per hari. Litium dapat diberikan sebagai dosis tunggal harian pada
pagi atau sebelum tidur. Dosis litium juga dapat dibagi dan diberikan pada
pagi dan malam hari, namun poliuria lebih sering terjadi pada pemberian dua
kali dalam satu hari. Pemberian dosis tunggal harian dapat mengurangi risiko
kerusakan ginjal dan efek samping, oleh sebab itu sebaiknya diberikan satu
kali dalam satu hari.9 Pasien yang mendapatkan litium dapat mengeluhkan
tentang adanya aktivitas psikomotor yang melambat, masalah atensi,
konsentrasi, memori, kreatifitas, dan kelancaran berbicara.8
o Valproat
Asam valproat (Depakene) atau sodium divalproex (Depakote)
mempunyai efektifitas yang lebih baik daripada litium. Valproat hanya

10

diindikasikan untuk akut mania, walaupun sebagian besar ahli berpendapat


valproat juga mempunyai efek profilaksis. Dosis asam valproat antara 750 mg
hingga 2,5 gram perhari.1
o Karbamazepin
Karbamazepin telah digunakan di seluruh dunia sebagai terapi lini
pertama untuk mania akut. Dosis efektif karbamazepin untuk terapi mania
akut adalah 600 1800 mg/hari.1
o Klonazepam dan lorazepam
Klonazepam dan lorazepam adalah antikonvulsan benzodiazepin
potensi tinggi digunakan untuk mania akut. Keduanya efektif dan sering
digunakan sebagai terapi tambahan mania akut dengan agitasi, insomnia,
agresi, disforia, dan panik. Keamanan dan efek samping yang minimal
membuat kedua agen ini ideal sebagai tambahan dari litium, karbamazepin,
dan valproat.1
o Antipsikotik tipikal dan atipikal
Semua antipsikotik atipikal olanzapine, risperidone, quetiapine,
ziprasidone, dan aripiprazole, telah menunjukkan efek antimania dan telah
disetujui oleh Food and Drug Association (FDA) untuk indikasi ini.
Dibandingkan

dengan

antipsikotik

tipikal,

seperti

haloperidol

dan

klorpromazine, antipsikotik atipikal mempunyai liabilitas yang lebih rendah


terhadap potensi postsinaptik eksitatori dan tardive dyskinesia.1

Terapi rumatan
Pencegahan rekurensi episode mood merupakan tantangan terbesar sebagai
klinisi. Tidak hanya regimen yang dipilih dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu
mempertahankan eutimia, juga terapi yang dipilih tidak menghasilkan efek samping
yang mengganggu fungsi sehari-hari. Sedasi, gangguan kognitif, tremor, penambahan
berat badan, dan kemerahan pada kulit merupakan beberapa efek samping yang dapat
berdampak pada diskontinuitas pengobatan.
Litium, karbamazepin, dan asam valproat, baik tunggal maupun dalam
kombinasi, merupakan agen yang paling sering digunakan untuk terapi jangka
panjang. Suplementasi tiroid juga sering dibutuhkan dalam terapi jangka panjang.

11

Banyak pasien yang diobati dengan litium, berdampak hipotiroidisme dan banyak
pula pasien dengan gangguan bipolar mempunyai disfungsi tiroid idiopatik.1
Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang kurang baik dibandingkan
depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan bipolar 1 memiliki kemungkinan mengalami
episode manik kedua dalam 2 tahun episode pertama. Walaupun dengan penggunaan litium
sebagai profilaksis meningkatkan prognosis bipolar I dengan kemungkinan hanya 50-60%
pasien. Pasien bipolar I dengan premorbid status pekerjaan yang tidak mendukung,
ketergantungan alkohol, gejala psikotik, gejala depresi dan jenis kelamin laki-laki juga
mempengaruhi prognosis yang kurang baik. Durasi mania yang pendek dan onset usia yang
tidak terlalu muda menghasilkan prognosis yang lebih baik. Sekitar 7% pasien dengan
gangguan bipolar tidak memiliki gejala rekurensi; 45% memiliki lebih dari 1 episode, dan
40% memiliki gangguan kronik. Pasien mungkin memiliki 2 hingga 30 episode, walaupun
angka rata-ratanya adalah 9 episode. Sekitar 40% dari keseluruhan pasien mengalami lebih
dari 10 episode. Pada follow up jangka panjang 15% dari seluruh pasien dengan bipolar I
dapat hidup dengan baik, 45% hidup dengan baik namun memiliki multirelaps, 30% pasien
dengan remisi parsial, dan 10% pasien dengan sakit kronis.1

12

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan bipolar adalah gangguan yang bersifat oleh episode berulang (sekurangkurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Gangguan bipolar I adalah perjalanan klinis dari satu atau lebih episode
manik dan sebuah episode depresi mayor yang berlangsung hampir setiap hari. Sebuah varian
dari gangguan bipolar yang ditandai dengan episode-episode depresi mayor dan hipomania
daripada mania disebut sebagai gangguan bipolar II.
Gangguan bipolar I terjadi merata pada pria dan wanita. Sebagian besar gangguan ini
didahului oleh episode depresi dan memiliki episode depresi dan mania, walaupun 10 20 %
penderita hanya mengalami episode mania. Bipolar I dapat disebabkan oleh faktor biologis,
genetik, maupun psikososial. Ada sedikit perbedaan antara kriteria diagnosis gangguan
bipolar I episode kini manik dengan ciri psikotik menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa edisi ke-3 (PPDGJ III) dengan Diagnostic and Stastical Manual of Mental
Disorders 4th Edition - Text Revised (DSM-IV-TR).
Gangguan bipolar I episode kini mania akut perlu dirawat inap apabila ada risiko
untuk membahayakan dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya. Pengobatan farmakologis
yang diberikan dapat berupa litium karbonat, valproat, maupun karbamazepin. Gangguan
bipolar I dengan ciri psikotik mempunyai prognosis yang lebih buruk, sedangkan durasi
mania yang singkat dan onset usia muda mempunyai prognosis yang lebih baik.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplans and Sadocks synopsis of psychiatry behavioural
sciences and clinical psychiatry. 11th edition. Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins;2007.527-62
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa di Indonesisa III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
1993.40-50
3. Amir, N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostik dan tatalaksana dengan obat
antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2010.3-32.
4. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of patients with
bipolar disorder. 2nd edition. 2002
5. Lpez-Jaramillo C, Lopera-Vsquez J, Ospina-Duque J, Garca J, Gallo A, Cortez V, et
al. Lithium treatment effects on the neuropsychological functioning of patients with
bipolar I disorder. J Clin Psychiatry. 2010 Aug;71(8):105560.
6. Soreff S, Ahmed I. Bipolar affective disorder. April 2013. Diunduh dari
emedicine.medscape.com
7. Simon H, Zieve D. Bipolar disorder. In-Depth patient education reports. University of
Maryland. 2013. Diunduh dari http://umm.edu/health/medical/reports/articles/bipolardisorder
8. Ellis P. Lithium in general practice. Best Practice Issue 3. 2007 Aug;16-27
9. American Psychiatric Association. Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorders.
4th edition, text revised. Washington, DC: American Psychiatric Association. 2000

14

Anda mungkin juga menyukai