Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIKA 2

(TERMODINAMIKA 1 & 2)

Disusun Oleh:

Pande putu septiananda 072.11.090


Khairatul wiza 072.11.069
Joshua s Kushartanto 072.11.066
Ramot Siregar 072.11.093

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya maka tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Termodinamika 1dan 2
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Fisika 2 pada program studi teknik geologi universitas Trisakti. Tugas ini
dimulai dengan membahas Hukum termodinamika 1 dan penerapannya pada
proses

isothermal, isokhorik,

adiabatic,

Hukum II termodinamika dan

penerapannya pada mesin kalor .


Dalam Penulisan makalah ini tim penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat tim penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan
tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat, dan dapat
memberikan ilmu yang baik bagi para pembaca. Terima kasih.
Jakarta,April 2015
Tim penulis

Definisi Hukum Termodinamika


Pada umumnya hukum termodinamika sangat berkaitan dengan energi dan
lingkungan yang kita ditinggali. Hal ini berkaitan dengan asal kata termodinamika
yang diambil dari bahasa Yunani. Thermos yang artinya panas dan dinamic yang
berarti perubahan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa hukum termodinamika
adalah hukum yang berkaitan dengan kekekalan energi. Dan menentukan bahwa
adanya peristiwa perpindahan panas merupakan suatu bentuk lain dari
perpindahan energi tersebut.
Sistem Termodinamika
Sejak ditemukan hukum termodinamika, hukum ini telah menjadi salah
satu hukum terpenting dalam lingkup ilmu fisika. Sehingga hukum ini sering
dikaitkan dengan konsep konsep yangbersifat universal. Hal ini dikarenakan
hukum termodinamika memiliki kebenaran yang bersifat umum. Dan tidak
dibatasi dengan adanya rincian dari konsep atau sistem yang mengacu pada
penggunaan hukum termodinamika. Untuk sistem termodinamika sendiri telah
diklasifikasikan menjadi 3 jenis sistem yang didasarkan pada pertukaran yang
terjadi antara sistem dan lingkungannya.
Adapun jenis-jenis termodinamika adalah :
-

Sistem terbuka : dimana pada sistem ini terjadi pertukaran benda, energi
(panas dan kerja) dengan lingkunganya. Contoh dari sistem ini adalah

samudra
Sistem tertutup : yaitu keadaan di mana terjadi pertukaran energi (panas dan
kerja) namun tidak ada pertukaran yang terjadi antara benda dan

lingkungannya, contoh dari sistem ini adalah rumah hijau


Sistem terisolasi : sistem isolasi bisa dikatakan merupakan kebalikan dari
sistem terbuka, karena dalam sistem ini tidak terjadi pertukaran energi (panas
dan kerja) ataupun pertukaran benda dengan lingkungannya.

Walaupun pada kenyataannya sebuah sisten tidak mungkin terisolasi sepenuhnya


dari pertukaran energi, bahkan dalam wadah terisolasi seperti tabung gas. Karena
pada dasarnya tetap ada gaya gravitasi bumi dalam wadah tersebut. Dalam

analisisnya, pada sistem isolasi biasanya energi yang masuk sama dengan energi
yang keluar. Sehingga energi yang tersisa dalam sistem ini adalah nol, atau bisa
dikatakan seperti tidak ada pertukaran benda, energi dengan ligkungannya.
A.Pengertian Hukum 1 Termodinamika
Hukum ini berbunyi: Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar.
Sesuai dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan, namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sesuai
dengan hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja
eksternal yang dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena
kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan
bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya,
jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem
tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam
yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam.
Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan
usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum
kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika.
Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan keadaan awal (1)
U = U2 U1
Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai
Q = W + U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan U adalah perubahan energi


dalam. Tapi rumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya
dan melakukan kerja W pada lingkungannya.

Gambar 1. Sistem pada Termodinamika


Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U),
perpindahan panas (Q), dan kerja (W)

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka

A. Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika


1. Proses Isotermal

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi


perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi
berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena
berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (U = 0)
dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha
yang dilakukan sistem (Q = W).
Dari persamaan umum gas :
PV = nRT
Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah :
dW = P.dV
dW =

n. R . T
V
Vf

W= nRT

dV

V dV
Vi

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p V di bawah ini. Usaha yang
dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Gambar 2. Grafik Proses Isotermal

Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :

2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan,
gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume
konstan (V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan
sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada volume konstan QV.

W = P dV = P.0 = 0

Gambar 3. Grafik Proses Isokhorik


3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap
konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam
tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan
sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika,
pada proses isobarik berlaku

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai


W = P dV = nR dT

Gambar 4. Grafik Proses Isobarik

4. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang
dilakukan oleh gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak
ada energi yang masuk maupun yang keluar (Q) selama proses itu berjalan.
(Hukum Termodinamika I menyatakan : Perubahan energi internal gas

(dU)

adalah banyaknya energi kalor yang disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan
oleh gas (P.dV).
Kondisi proses adiabatik adalah :
dU = Q - P.dV = - P dV
P V = K (konstan)

Gambar 5. Grafik Proses Adiabatik

B. Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
suatu sistem sebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa, panas yang
diberikan kepada sistem akan mengakibatkan kenaikan temperatur. Ada 2 jenis
kapasitas kalor, yaitu ada kapasitas kalor saat volume tetap (C V) dan kapasitas
kalor saat tekanan tetap (CP). Sedangkan rumus kapasitas kalor itu sendiri adalah :

Q = C . T C = dQ/dT
Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif didefinisikan
sebagai besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebesar
1oC. Dengan demikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal atau J/K.
Sedangkan T tidak lain adalah menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum
dan sesudah diberi energi panas Q.

Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

dQv = Cv dT
dQv = n Cv dT
Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus,
tergantung pada gas idealnya itu sendiri. Apakah monoatomik, diatomik, atau
polyatomic.
Saat monoatomik

Cv = 3/2R

Saat diatomik

Cv = 5/2R

Saat polyatomic

Cv = 5/2R

Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQp = CP dT
dQp = n CP dT

Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

1. Proses Isotermal
Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :

U Q W

Q U W nCV T nRT ln

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

U nCV T

2. Proses Isokhorik
Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :

Q nCV T nCV (T f Ti )
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

U Q W

U nCV T

3. Proses Isobarik
Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

Q nC P T nC P (T f Ti )
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

Vf
Vi

U Q W
pV nRT

U nC P T pV

pV nRT

C P CV R U nC P T nRT nCV T
4. Proses Adiabatik

Adiabatik : pV kons tan


C
p CV
V
Vf

Vf

pdV CV

Vi

dV

Vi

Vf
1
V 1
Vi
1
C

V f 1 Vi 1
1

W C

Pada

proses

adiabatik,

tidak

ada

perubahan kalor yang terjadi karena kalor yang diterima dan dikeluarkan sama
besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan proses adiabatik pada gas
ideal yaitu :

pV C

piVi p f V f

W C
W

V f 1 Vi 1
1

pV C
W

piVi p f V f

1
1
p f V f piVi
p f V f V f 1 piVi Vi 1
1
1

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

Q 0 U Q W

U W

1
p f V f piVi
1

C. Entalpi (H)
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah
energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan
untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer panas antara sistem dan
lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan konstan (isobarik). Secara
matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
H = U + PV
di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m2)
PV hanya targantung kedaan awal dan akhir sistem. Besarnya perubahan entalpi
dari sistem :
H

= H2 H1
= (U2+P2V2) (U1+P1V1)
= (U2-U1) + (P2V2-P1V1)

pada tekanan (P) tetap :


H

= U + P(V2-V1)

= U+P V

= U + P V , maka

H = Q
dH = dQ

Entalpi dan Kalor

Entalpi sebagai fungsi T dan p; H= f(T,P)

H
H
dT
dP
T P
P T
H
dU C P dT
dP
P T
dH

Pada tekanan tetap :

dH C P dT
dH C P dT
or
H C P T

Pada volume tetap :

dU CV dT
dU CV dT
or
U CV T

HUKUM TERMODINAMIKA 2
Hukum ini sangat berkaitan dengan entropi atau keseimbangan
termodinamis, yang menyatakan bahwa pada umumnya energi hanya bisa
berpindah dari tempat yang mengandung banyak energi ke tempat yang kurang

mengandung

energi.

Hukum kedua ini bisa digambarkan dengan terjadinya angin.


Proses yang tidak dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel.
Proses yang dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel. Peristiwa di atas
mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika. Hukum II termodinamika
membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat
terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain,
hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: Kalor mengalir secara
spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir
secara spontan dalam arah kebalikannya; hukum II termodinamika dalam
pernyataan tentang mesin kalor:
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah
seluruhnya menjadi usaha luar; hukum II termodinamika dalam pernyataan
entropi: Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan
bertambah ketika proses ireversibel terjadi.

Penerapan Hukum II Termodinamika


Hukum I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat mengubah energi
kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum kekekalan energi.
Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah sekehendak
Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu ketinggian
tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi energi
kinetik. Saat bola besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah
menjadi energi panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi. Sekarang,
jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga memiliki
energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah, mungkinkah

energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah menjadi
energi potensial sehingga bola besi dapat naik? Peristiwa ini tidak mungkin terjadi
walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun. Hal ini menunjukkan
proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat berlangsung dalam satu arah
dan

tidak

dapat

dinamakan proses

dibalik.

Proses

irreversibel.

yang

Proses

tidak
yang

dapat
dapat

dibalik

arahnya

dibalik

arahnya

dinamakan proses reversibel.


Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika.
Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi
dan yang tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai
cara, antara lain, hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: Kalor
mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan
tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya; hukum II
termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: Tidak mungkin membuat
suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap
kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar;
hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: Total entropi semesta tidak
berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel
terjadi.
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan
energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
1.

Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima

kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha
luas (Kelvin Planck).
2.

Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus

mengambil

kalor

dari

sebuah reservoir rendah

dan

memberikan

pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3.

Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan

bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).

Penerapan pada mesin kalor:


Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat
yang menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini
tidak ideal, pasti ada kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa
ciri khas yang menggambarkan mesin kalor, yaitu :

Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas)

dengan temperatur tinggi lalu dikirimkan ke mesin.


Kalor yang dikirimkan ke dalam mesin sebagian besar melakukan kerja
oleh zat yang bekerja dari mesin, yaitu material yang ada di dalam mesin

melakukan kerja.
Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang
disebut reservoir dingin

Gambar 3. Skema Mesin Kalor


Mesin kalor bekerja menurut siklus carnot, siklus carnot bekerja dalam 4
tahap proses, tetapi hanya isotermal dan adiabatik.

Gambar 4. Siklus Carnot

Tahap pertama yaitu isotermal reversibel secara ekspansi atau penurunan


tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan A sampai B

Q W
QH Wab nRTH ln

Vb
Va

Tahap kedua yaitu adiabatik reversibel secara ekspansi, dengan melakukan


kerja (W) dari keadaan B sampai C

W = Cv (T1 T2) = Cv (TH TC)

Tahap ketiga yaitu isotermal reversibel secara kompresi atau penaikan

tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan C sampai D


Tahap keempat yaitu adiabatik reversibel secara kompresi, dengan
melakukan kerja (W) dari keadaan D kembali ke A
Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam

sistem. Itu sesuai dengan Hukum I Termodinamika

U Q W

Q QH QC QH QC

0 Q W
Q W

W Q QH QC
W QH QC

QH

: besarnya input kalor

QC

: besarnya kalor yang dibuang

: kerja yang dilakukan


Dalam mesin carnot, ada yang dinamakan efisiensi mesin. Efisiensi dari

suatu mesin didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan (W)
dengan kalor yang masuk (QH).

W QH QC

Atau bisa juga dalam bentuk

Q QC
Q
W
H
1 C
QH
QH
QH

Referensi
http://www.slideshare.net/BughisBerkata/hukum-i-termodinamika

http://dosen.tf.itb.ac.id/~amoranto/ITENAS/Teknik%20Elektro/f2el
%20Termodinamika.ppt
http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/bab1-2-tm1.pdf

http://endwati.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/09/Hukum-Termod-nol-dan-pertama09.ppt
http://www.forumsains.com/artikel/488/?print

Anda mungkin juga menyukai