Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Ion kalsium memiliki peranan yang penting dalam aktivasi sel, influk ion kalsium ke
dalam sel melalui kanal ion spesifik diperlukan untuk kontraktilitas miokard, untuk menentukan
resistensi vaskuler perifer melalui regulasi tergantung kalsium dari tonus otot polos vaskuler dan
berfungsi untuk membantu inisiasi jaringan presmeker jantung yang mana teraktivasi secara
besar dengan adanya arus kalsium yg masuk secara lambat.
Konsep inhibisi canal kalsium pertama kali pada tahun 1960 ditemukan bahwa
prenylamine yang baru ditemukan sebagai vasodilator koroner depresi kerja jantung dalam kanin
jantung dan preparasi paru. Penelitian awal pada verapamil menunjukkan efek innotropic negatif
pada miokardium yang diisolasi dalam rangka sebagai agen vasodilator. Efek innotropik negatif
yang poten inilah yang membedakan obat tersebut dari vasodilator koroner klasik seperti
nitrogliserin dan papaferin dengan hanya memiliki sedikit bahkan hampir tidak ada aktivitas
depresi miokardial. Tidak seperti antagonis beta adrenegik banyak dari kalsium antagonis
mendepresi kontraksi jantung tanpa merubah tinggi ataupun bentuk potensial aksi monofasik
yang dapat mencampuri eksitasi dan kopling kontraksi. Penutupan reversible canal ion kalsium
spesifik pada membran sel miokard mamalia diduga dapat menjelaskan efek yang diobservasi
tersebut1
Antagonis kalsium yang relatif sudah lama dikenal penggunaannya sebenarnya sudah
menjalani masa pengembangan yang cukup panjang. Berbagai penelitian/percobaan yang telah
dilakukan antara lain sejak 1882, kira-kira 100 tahun yang lalu oleh Sidney Ringer telah
menunjukkan peranan ion Ca2+ terhadap kontraksi miokard. Bukti-bukti lain menyusul dalam dua
dekade ini mengenai pengaruh bahan-bahan obat terhadap peran ion Ca2+ ini seperti telah
ditunjukkan oleh Prof. Albrecht Fleckenstein 1964 yang telah memberikan sumbangannya dalam
pengembangan antagonis kalsium dalam klinik.
Sejak tahun 1980 obat-obat antagonis kalsium ini sudah masuk dalam golongan obat-obat
kardiovaskular. Misalnya nifedipin yang dibicarakan kali ini pada selesainya studi pertama pada
tahun 1971,baru menunjukkan efek anti angina saja. Selain dari penggunaan kardiovaskular,
berbagai penelitian sedang dijalankan terhadap penggunaan lain dari antagonis kalsium ini.

Calsium Channel Blocker

Page 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Calsium Channel Blocker
2.1.1. Definisi
Calcium Channel Blocker atau sering disebut penyekat-kanal-kalsium adalah sekelompok
obat yang bekerja dengan menghambat masuknya ion Ca+ melewati slow channel yang terdapat
pada membran sel (sarkolema). Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas
5 golongan obat:
(1)Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine,
Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine.
(2) Dyphenilalkilamine : Verapamil dll
(3) Benzotiazepin : Diltiazem dll,
(4) Piperazine : Sinarizine dll,
(5) lain-lain : Bepridil dll.
Beberapa tipe penyekat kanal kalsium adalah tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf),
tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N (tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat
ditemukan saraf purkinje serebral).
Cara kerja kanal kalsium tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot
polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine
dan dyhidropyridine lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga
mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya.
Ikatan obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan
dyhidropyridine. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang
mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada
enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener nifedipin yang secara optis aktif.
Penyekatan oleh obat tersebut menyerupai penyekatan pada kanal natrium oleh anastetika
local : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di
dalam membran yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja
kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang
Calsium Channel Blocker

Page 2

terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium
transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di
dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan
pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler.
Respons otot polos terhadap aliran masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan
reseptor juga menurun pada penggunaan obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan
tersebut berubah secara parsial dengan peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun kadar kalsium
yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Penyakatan juga dapat berubah secara
parsial dengan penggunaan obat yang dapat meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti
simpatomimetika.
Calcium Channel Blocker merupakan penurunan kekuatan kontraksi miokardium (otot
jantung) yang mempunyai efek negatif inotropik yang berpengaruh terhadap Calcium Channel
Blockers sehingga harus digunakan dengan hati-hati pada penderita kardiomiopati.
Calsium Channel Blocker juga memperlambat aktivitas konduksi listrik di dalam jantung,
dengan menghalangi saluran kalsium selama fase dataran tinggi dari potensial aksi jantung. Hal
ini mempunyai efek negatif chronotropic sehingga menurunkan denyut jantung dan potensi
untuk blok jantung.
Efek chronotropic negatif dari Calcium Channel Blockers biasanya sering terjadi pada
penderita atrial fibrilasi atau flutter yang mengendalikan denyut jantung. Chronotropic negatif
dapat bermanfaat dalam peningkatan denyut jantung sehingga kerja jantung secara signifikan
lebih tinggi dan mengakibatkan gejala anginal: detak jantung yang lebih rendah merupakan
kebutuhan oksigen jantung lebih rendah.
Farmakologis blokade Beta unggul blokade saluran Kalsium tentang chronotropic
properti dari miokardium . Titrasi dari Beta Blocker untuk yang diinginkan detak jantung
yang jelas lebih mudah dari pada titrasi non dihydropyridine CCB

Calsium Channel Blocker

Page 3

2.1.2. Struktur kimia dari Calsium Channel Blocker

Gambar 1. Struktur kimia Verapamil, Diltiazem, Nifedipine 2

2.1.3. Mekanisme kerja CCB


Fungsi optimum jantung dan pembuluh darah tergantung dari sesuainya jumlah kalsium
dalam sel miokard dan pembuluh darah. Sewaktu depolarisasi, peningkatan membran potensial
yang tiba-tiba berhubungan dengan lewatnya Na+ dan Ca2+ kedalam sel. Ion Ca2+ berasal dari
ruang ekstra seluler atau dari tempat penyimpanannya di dalam membran.
Influx dari ion Ca2+ ini lebih lambat daripada ion Na+ dan melalui saluran khusus
Channels. Sebagian besar ion Ca2+ yang masuk ke dalam sel (mediator kalsium) langsung ke terminal cistern dari sarcoplasmic reticulum. Banyaknya ion Ca2+ yang dilepaskan ke dalam sel
sesuai dengan banyaknya ion Ca2+ yang masuk ke membran sel tetapi sedikit lebih tinggi.
Peningkatan ion Ca2+ intraseluler ini panting karena kontraksi terjadi apabila konsentrasi Ca2+
mencapai 10' mole.

Calsium Channel Blocker

Page 4

Tabel 1. Mekanisme kerja antagonis kalsium


Vasodilatasi arteolar

Koroner
Perifer
Serebral

Innotropik negatif
Cronotropik negatif
Dromotropik negatif
Inhibisi
Influx dari ion Ca2+ ini lebih lambat daripada ion Na+ dan melalui saluran khusus

Channels. Sebagian besar ion Ca2+ yang masuk ke dalam sel (mediator kalsium) langsung ke terminal cistern dari sarcoplasmic reticulum. Banyaknya ion Ca2+ yang dilepaskan ke dalam sel
sesuai dengan banyaknya ion Ca2+ yang masuk ke membran sel tetapi sedikit lebih tinggi.
Peningkatan ion Ca2+ intraseluler ini panting karena kontraksi terjadi apabila konsentrasi Ca2+
mencapai 10' mole.
Sebelumnya kita melihat bahwa satuan fungsionil dari sistim kontraksi miokard adalah
sarkomer. Pada tiap sarkomer terdapat protein kontraktil yang tersusun berupa filamen tebal dan
tipis yang dikenal sebagai myosin dan actin. Pada waktu kontraksi filamen actin bergeser ke
dekat filamen myosin; perpindahan ini tergantung dari suatu interaksi biokemis. Untuk hal
tersebut dibutuhkan suatu jembatan penghubung antara actin dan myosin. Energi yang
dibutuhkan untuk itu dilepaskan pada waktu hidrolisis ATP. Untuk hal tersebut dibutuhkan pula
ATP-ase yang terletak pads molekul myosin.3

Calsium Channel Blocker

Page 5

Gambar 2. Alur regulasi kalsium seluler


Induksi ion Ca2+ guna aktivasi dari ATP-ase myosin ini secara langsung dan sangat
kompleks, termasuk di dalamnya interaksi antara ion Ca 2+ dengan regulator protein yaitu
troponin dan tropomyosin; bila kalsium kurang, regulator protein ini akan mencegah aktivasi
ATP-ase myosin oleh actin. Bila jumlah Ca2+ cukup efek penghambatan dari troponin dan
tropomyosin ini terhalang dan actin mengaktivasi enzim ini. Dengan cukupnya ATP untuk
dihidrolisis, ATP-ase myosin diaktivasi dan dengan adanya berbagai co-faktor seperti Mg 2+,
maka pertukaran dari diastole ke sistole tergantung sekali pada adanya Ca 2+ ion yang bebas di
dalam sel di atas kadar ambang tertentu.
Ion Ca2+ yang tersedia di dalam sel tidak saja mengubah sistole ke diastole dan
sebaliknya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap kuatnya kontraksi miokard. Pemecahan ATP
untuk energi kontraksi bergantung pada konsentrasi ion Ca 2+. Ion Ca2+ ini dengan demikian
mengatur proses pemecahan ATP, terutama metabolisme kerja oksidasi, juga jumlah oksigen
yang dibutuhkan. Dengan meningkatnya kebutuhan oksigen, maka Ca intrasel dan juga kontraksi
Calsium Channel Blocker

Page 6

bertambah. Sebaliknya, pads insuffisiensi koroner, suplai oksigen berkurang karena aliran darah
kurang, dengan demikian pengurangan kebutuhan oksigen dengan mengurangi Ca intraseluler
merupakan hal yang penting.
Tabel 2. Efek kardiovaskuler dari CCB 1

Pada sel otot polos pembuluh darah koroner penghambatan influx Ca 2+ pada
transmembran oleh antagonis kalsium mengurangi tonus pembuluh darah. Dengan demikian
antagonis kalsium ini mendilatasi bukan saja arteriol tetapi juga pembuluh epikardial yang besar.
Hal ini telah ditunjukkan oleh peneliti terdahulu pads model-model percobaan. Perlu
diperhatikan pula bahwa bukan hanya arteriol yang dilatasi tetapi juga dibutuhkan dilatasi dari
pembuluh koroner utama, karena bila pembuluh yang lebih besar tidak turut dilatasi akan terjadi
suatu pengurangan aliran ke daerah iskhemi yang menyebabkan kekurangan oksigen yang lebih
banyak (steal phenomenon). Beberapa antagonis kalsium mempunyai efek tersebut diatas
sehingga sangat berguna untuk pengobatan spasme koroner.
Pada otot polos pembuluh darah perifer antagonis kalsium mengurangi tonus pembuluh
darah dan menimbulkan vasodilatasi. Akibat kurangnya tahanan pembuluh perifer, secara tidak
langsung mempengaruhi pengurangan kebutuhan oksigen dengan mengurangi afterload dan
secara langsung pada hipertensi menurunkan tekanan darah.4
Calsium Channel Blocker

Page 7

2.1.4. Penggunaan terapi CCB


CCB tersedia di USA untuk terapi pada pasien dengan angina pectoris (diltiazem,
nifedipine, amlodipine, nicardipine, verapamil, bepridil), pengobatan kronis untuk hipertensi
sistemik (verapamil, isradipine, diltiazem, amlodipine, nicardipine, nesoldipine, velodipine),
untuk menejemen kegawatdaruratan hipertensi dan hipertensi perioperatif (nicardipine
intravena), untuk pengobatan dan profilaksis aritmia dan supraventrikuler (verapamil dan
diltiazem) serta untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien subaranoid hemorage
(nimodipine). Obat-obatan ini telah dievaluasi dan digunakan baik dalam kondisi pada
cardiovaskuler maupun non cardiovaskuler. 1
1. Angina pectoris
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada yang
khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit
dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang
bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Angina (rasa nyeri) disebabkan oleh akumulasi metabolit di dalam otot bergaris. Angina
pectoris merupakan rasa nyeri pada dada parah yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak
memadai untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh jantung. Penyebab utama angina
pectoris adalah suatu ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dengan jumlah
oksigen yang dipasok ke jantung melalui pembuluh darah koroner. Gangguan keseimbangan ini
dapat terjadi apabila suplai menurun (misalnya aterosklerosis atau spasme koroner) atau
kebutuhan meningkat (misalnya kerja fisik).
Penanganan angina pectoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi pemberian obatobatan, menghilangkan factor predisposisi dan pencetus dan sebagainya.Tujuan pegobatan
angina adalah mengembalikan aliran darah koroner fisiologis pada jaringan jantung iskemik dan
atau mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung.
Pemberian obat antiangina bertujuan untuk (1) mengatasi atau mencegah serangan akut
angina pectoris dan (2) pencegahan jangka panjang serangan angina. Tujuan inidapat dicapai
dengan mengembalikan imbangan dan mencegah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard, dengan cara meningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran

Calsium Channel Blocker

Page 8

darah koroner) ke bagian miokard yang iskemik dan atau mengurangi kebutuhan oksigen jantung
(mengurangi kerja jantung)
Obat antagonis kalsium makin sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk
terapi jangka panjang angina stabil kronik, karena secara umum, obat antagonis kalsium dan beta
bloker efektivitasnya sebanding untuk jenis angina ini. Selain itu obat antagonis kalsium lebih
jarang menimbulkan efek samping yang serius dibandingkan beta bloker.
Obat antagonis kalsium menjadi obat terpilih terutama bila :
1. Beta bloker merupakan kontra indikasi, misalnya pada gagal jantung, sick sinus
syndrome, blok AV derajat 2 atau lebih (untuk keadaan-keadaan ini sebaiknya dipilih
nifedipin), penyakit paru obstruktif, penyakit vaskular perifer atau diabetes melitus yang
berat.
2. Penderita tidak dapat mentoleransi efek samping beta bloker.
Obat antagonis kalsium juga untuk angina varian seperti angina sewaktu istirahat, angina
of effort dengan elevasi segmen ST, angina of effort dengan ambang serangan yang bervariasi
sewaktu kerja fisik pada jam atau hari yang berlainan dan angina yang muncul segera setelah
terjadinya infark miokard.
Obat antagonis kalsium merupakan penghambat vasospasme yang kuat, karena kerjanya
langsung mendilatasi arteri epikardial tempat spasme terjadi, sehingga langsung dapat mengatasi
atau mencegah terjadinya vasospasme tersebut. Pada penangan angina tidak stabil, obat
antagonis kalsium biasanya digunakan untuk kombinasi dengan golongan nitrat bila hasil
pengobatan dengan nitrat kurang memuaskan.
Kebanyakan efek samping obat antagonis kalsium berhubungan dengan besarnya dosis.
Oleh karena itu dosis untuk setiap penderita harus ditentukan untu mendapatkan dosis efektif
sekecil mungkin. Efek samping kardiovaskular akibat dosis obat antagonis kalsium berlebih
dapat dihilangkan dengan garam kalsium dan atau adrenalin bila perlu atropin.5
2. Aritmia
Sifat antiarrhythmic dari CCB terkait dengan kemampuan mereka untuk mengurangi laju
pembakaran alat pacu jantung dalam hati, tetapi lebih penting terkait dengan kemampuan mereka
Calsium Channel Blocker

Page 9

untuk mengurangi kecepatan konduksi dan memperpanjang repolarisasi, terutama pada node
atrioventrikular. Tindakan ini terakhir di node atrioventrikular membantu untuk memblokir
masuk kembali mekanisme, yang dapat menyebabkan takikardia supraventricular.
3. Sistemik hipertensi
CCB efektif dalam pengobatan hipertensi sistemik dan kegawatdaruratan hipertensi, obatobatan CCB secara potensial dapat digunakan terapi lini pertama sebagai pengobatan inisiasi
pada banyak pasien dengan hipertensi kronis. Pada pengalaman yang luas di USA yang
dikumpulkan dari pemakaian verapamil, diltiazem, nifedipine, amlodipine, nicardipine,
felodipine, nisoldipine dan isradipine pada pasien dengan hipertensi, verapamil, nicardipine,
nifedipine, nisoldipine, felodipine dan diltiazem. Tersedia di USA dalam bentuk biasa maupun
formulasi oral sustained release dengan dosis 1 sampai 2x sehari. Verapamil tersedia dalam
sistem penghantaran pelepasasan terus menerus onset lambat yang unik untuk menyediakan
kadar darah tertinggi pada saat tekanan darah meningkat selama terbangun.
CCB menurunkan tekanan sistol dan diastol dengan efek samping minimal termasuk
ortostatis. Mereka dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri untuk menurunkan pasien dengan
hipertensi. Obat-abatan ini juga menunjukkan aktivitas anti adrenergik dan natriuretik dan dapat
menormalkan gerakan pembuluh darah koroner yang abnormal yang kadang ditemukan pada
pasien dengan hipertensi. Obat-obatan ini dapat dikombinasikan dengan obat-obatan anti
hipertensi yang lain jika diperlukan (-blocker ACE inhibitor dan diuretik).
Ditemukan juga pada penelitian lebih lanjut kombinasi terapi CCB pada hipertensi.
kombinasi inofatif formulasi anti hipertensi telah dievaluasi pada penelitian klinis dan sekarang
telah tersedia: enalapril dan diltiazem jangka panjang, benazepril dan amlodipine, trandilapril
dan verapamil jangka panjang, serta felodipin jangka panjang dan enalapril.1
CCB sama-sama efektif digunakan untuk pasien kulit hitam maupun putih serta usia
muda maupun tua. Wanita memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dengan efek yang lebih
rendah dibandingkan dengan laki-laki dengan dosis terbagi. Mereka tidak boleh memiliki
tekanan darah yang lebih rendah dibanding pasien dengan normotensif, obat-abatan ini sangat
berguna pada pasien hipertensi dengan renin yang rendah dan tergantung garam. Disamping itu
obat-obatan ini juga menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mengobati pasien dengan
hipertensi setelah transplantsasi jantung dan ginjal. 1

Calsium Channel Blocker

Page 10

Di Amerika Serikat (AS), antagonis kalsium yang digunakan sebagai antihipertensi antara
lain amlodipin, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nisoldipin dan verapamil.
Semuanya menurunkan tekanan darah selama pemberian peroral jangka panjang. Kebanyakan
mempunyai waktu kerja panjang sehingga dapat diberikan 1 kali sehari. Di AS, antagonis
kalsium direkomendasikan sebagai terapi lini pertama jika ada alasan yang kuat untuk tidak
menggunakan tiazid atau -blocker. On et al melaporkan bahwa pemberian amlodipin dan
vitamin C secara terus menerus dalam jangka waktu lama akan memperbaiki fungsi endotel pada
pasien hipertensi. Pada terapi dengan antihipertensi, jika target tekanan darah 125/75 mmHg
tidak tercapai seperti direkomendasikan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD),
penambahan antagonis kalsium dihidropiridin dapat bermanfaat, namun pemantauan tekanan
darah dan protein urin harus dilakukan secara ketat 4
4. Kegawatdaruratan hipertensi dan hipertensi periopratif
Beberapa CCB juga menunjukkan adanya keuntungan dan keamanan pada pasien dengan
hipertensi yang berat dan krisis hipertensi, penggunaan dosis tunggal peroral, sublingual dan
intravena pada obat-obatan ini secara cepat dan halus menurunkan tekanan darah orang dewasa
dan anak-anak tanpa menyebabkan efek yang tidak baik secara signifikan. Reduksi absolit dari
tekanan darah dengan pengobatan tampak berbanding terbalik dengan tingginya pretreatment
tekanan darah dan beberapa episode dari hipotensi kadang terjadi. Monitoring hemodinamik
secara kontinyu pada pasien tidak terlalu penting pada banyak kasus.
Nicardipine intravena terbukti secara klinis penggunaannya dalam pengobatan kegawatdaruratan
hipertensi dan hipertensi perioperatif. Penggunaan klinisnya dibandingkan dengan pengobatan
praenteral lainnya termasuk CCB intravena lainnya (clevidipine) dapat diberikan. 1
5. Silent miocardial iskemia
Disamping efek yang baik dalam mengurangi episode kesakitan pada iskemik miokard
CCB juga efektif untuk mengurangi episode iskemik miokard transient (dpt diditeksi melalui
ECG) yang tidak berhubungan dengan gejala (silent miokard iskemia). Diltiazem, nifedipine
(dosis rendah), amlodipine dan verapamil sendiri maupun dikombinasikan dengan -blocker dan
nitrat menunjukkan hasil secara efektif dalam menurunkan angka spisode eskemik dan
durasinya.1

Calsium Channel Blocker

Page 11

6. Infark miokard
Beberapa studi penelitian mengindikasikan bahwa nifedipine, verapamine dan diltiazem
dapat mengurangi ukuran dari nekrosis miokard yang diinduksi pada penelitian iskemia. Iskemia
dapat mengarah pada pengurangan produksi adenosin triphosfat dimana akan mempengaruhi
pompa ion kalsium dan sodium, dengan konsekuensi utama adanya akumulasi ion kalsium
didalam sitoplasma dan overload kalsium dalam mitokondria. CCB dapat mengurangi konsumsi
oksigen miokard dan menghambat influk ion kalsium kedalam miofibril sehingga akan
mempengaruhi outcome dari pembuntuan koroner yang dilakukan eksperimental. Observasi
eksperimental memberi kesan dasar bahwa pengggunaan CCB untuk mngurangi atau
menghambat luasnya infark miokard selama oklusi arteri koroner akut. 1
Antagonis kalsium mempunyai cara yang kompleks sejauh yang dibicarakan mengenai
pengurangan ischemic-reperfusion induced injury :
1. Karena obat-obat ini adalah dilator koroner ini dapat memperbaiki suplai oksigen pada daerah
yang cedera, serta memulai mengeluarkan H+ dan produk samping lainnya dari glikolisis
anerobik.
2. Obat ini mempunyai efek energy-sparing karena:
a) mendilatasi pembuluh perifer
b) mengurangi kontraktilitas, dan
c) dengan phenylalkilamine dan benzothiazepine mereka mengurangi frekuensi denyut jantung.
3. Mengurangi kehilangan adenosine precursors (de Jong et al, 1982).
4. Mempunyai efek protektif langsung pads sel endotel.
5. Melambatkan pelepasan enzim lisosom. (Ichihara et al,1987).
6. Inhibisi agregasi platelet (Ikeda et al, 1981).
7. Mengurangi reperfusion induced arrhythmia.
8. Menguatkan efek protektif langsung pada sarcolemma (Dalyet al, 1985).
9. Melambatkan akumulasi Ca2+ selama postischemic reperfusion :
a) Bila digunakan sebagai profilaksis
b) Lamanya serangan ischemic tidal lebih dari 60 menit.
10. Mempunyai efek protektif pads mitochondria (Nayler et al,1980) 3

Calsium Channel Blocker

Page 12

7. Cardiomiopati hipertrofi
Propanolol tetap menjadi pilihan pengobatan untuk simtomatik pasien dengan
kardiomiopati hipertropik. Efek yang menguntungkan yang dihasilkan oleh derifat propanolol
berasal dari penghambatan stimulasi simpatetik jantung.
Studi klinis menunjukkan bahwa pemberian verapamil dapat juga meningkatkan
kapasitas latihan dan gejala pada banyak pasien dengan kardiomiopati hipertropik, mekanisme
pasti bagaimana verapamil dapat menghasilkan efek yang menguntungkan ini masih belum
diketahui. Pemberian verapamil secara akut maupun kronis mengurangi obstruksi dari outflow
ventrikel kiri, tetapi pemeriksaan mengindikasikan fungsi sistolik ventrikel kiri selama terapi
kronis menunjukkan bahwa efek bukan berasal dari pengurangan hiperkontraktilitas ventrikel
kiri. Karena pasien dengan kardiomiopati hipertropik juga menunjukkan abnormalitas fungsi
diastolik maka dari itu pningkatan pengisian diastolik menjadi salah satu bagian yang
bertanggung jawab pada keuntungan dari pemberian verapamil. Untuk mempertinggi awal
pengisian diastolik dan peningkatan antara tekanan diastolik dan volume dapat diperkirakan
menghasilkan peningkatan volume diastolik akhir ventrikel kiri dimana menurunkan tekanan
venturi yang bekerja untuk menggerakkan katub mitral anterior melewati jalur outflow menuju
septum. Pengurangan ini menyebabkan berkurangnya obstruksi, penurunan tekanan ventrikel kiri
dan tegangan dinding miokard yang semuanya itu meningkatkan ambang rangsang saat gejala itu
muncul.
Jika efek penghambatan masukan kalsium oleh verapamil berespon pada kerja terapetik
dalam kardiomiopati hipertropik, obat lainnya yang berada dalam satu kelas mungkin juga
berguna. Walaupun demikian hasil penelitian double blind membandingkan verapamil dengan
nifedipine mengindikasikan bahwa verapamil lebih efektif dengan nifedipine dalam
meningkatkan toleransi latihan dan gejala klinis. Diltiazem akhir-akhir ini menunjukkan
peningkatan fungsi diastolik aktif pada pasien kardiomiopati hipertropik. Bagaimanapun juga
berapa pasien ditengarai terjadi peningkatan obstruksi outflow.1

Calsium Channel Blocker

Page 13

8. Cardiomiopati kongestif
Kerja vasodilator sistemik poten dari nifedipine dan dehidropiridine CCB lainnya
membuat mereka berpotensi yang berguna sebagai agen yang menurunkan afterload pada pasien
dengan gagal ventrikel kiri. Tidak seperti obat vasodilator yang lain, nifedipine juga
menggunakan efek inotropik secara langsung pada miokardium yang konsisten pada
kemampuannya untuk menghambat transport kalsium transmembran pada sel otot jantung.
Keberhasilan penggunaan nefidipine sebagai vasodilator pada pasien dengan gagal ventrikel kiri
tergantung pada efeknya yang menurunkan kelebihan afterload ventrikel serta aksi innotropik
negatif yang secara langsung. Itulah yang menyebabkan adanya perbaikan dalam hemodinamik
dan aliran balik
9. Regurgitasi aorta
Dihydropyridine kalsium bloker terbukti sukses digunakan sebagai vasodilator arteri pada
pasien dengan regurgitasi mitral dan aorta asimtomatis kronis, efek himodinamik yang
menguntungkan ini dapat menunda kebutuhan untuk dilakukan penggantian katub.
10. Hipertensi pulmoner primer
Hipertensi pulmoner primer merupakan karakteristik menyeluruh dari vaskonstriksi
pulmoner yang luas dan peningkatan resistensi vaskuler pulmoner yang di induksi stimulasi yang
belum diketahui. Akhir-akhir ini diduga disfungsi sel endotelial dan jejas mungkin bertanggung
jawab atas proses penyakit ini. Secara tipikal pasien yang terkena adalah wanita usia muda
hingga menengah dengan fatique, dispnue, ketidak nyamanan dada ataupun sinkop. Meskipun
banyak sekali usaha yang dikembangkan untuk mencapai terapi yang efektif namun hasil terapi
obat secara umum masih kurang memuaskan dan sindrom masih terus berlangsung sehingga
prognosisnya buruk.
Berdasarkan data terkini yang tersedia dapat disimpulkan bahwa beberapa CCB
menghasilkan respon yang menguntungkan pada beberapa pasien dengan hipertensi pulmoner.
Secara umum pasien dengan hipertensi pulmoner yang tidak parah menunjukkan respon yang
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki penyakit yang lebih serius. Selanjutnya
terapi yang lebih awal dapat menghasilkan perlambatan progresifitas penyakit.

Calsium Channel Blocker

Page 14

Pasien dengan kronik hipoksia yang diinduksi oleh vasokonstriksi pulmoner dengan
penggunaan CCB mungkin berkorelasi dengan pemburukan ventilasi atau perfusi yang tidak
sebanding sekunder yang menyebabkan vasokonstriksi pulmoner hipoksia 1
11. Spasme arteri cerabral dan stroke
Komplikasi mayor dari subarachnoid hemorage adalah spasme arteri serebral dimana
terjdi beberapa hari setelah awal mula kejadian. Spasme dapat terjadi secara fokal maupun
difuse mempersempit satu atau lebih pembuluh darah besar cerebral yang mana dapat
menyebabkan defisit neurologis eskimik yang lain walaupun begitu etiologi pasti dari spasme ini
belum diketahui, kombinasi dari berbagai macam bahan-bahan pembuluh darah dan
neurotransmiter diduga memproduksi suatu kelompok yang dapat mencetuskan vaskuler dari
cerebral. Mekanisme akhir dari vasokonstriksi menghasilkan peningkatan konsentrasi kalsium
bebas intraseluler. Oleh karena itulah alasan yang menjelaskan bahwa CCB memiliki efek yang
menguntungkan untuk mengurangi spasme serebral.1
12. Migrain dan dimensia
Klasik migrain adalah gejala prodromal yang khas dengan defisit neurologis sepintas
(transiet). Aliran darah otak berkurang saat terjadi prodromal ini kemudian meningkat saat terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan sakit kepala hebat. Oleh karena masuknya ion kalsium kedalam
sel otot polos yang mekanisme akhirnya dikontrol oleh tonus vasomotor, antagonis kalsium dapat
mencegah atau memperbaiki inisiasi fokal vasikonstriksi serebral.1
13. Arterosclerosis
Perkembangan arterosclerosis menjadi banyak dan proses yang saling berhubungan
meliputi akumulasi kolesterol, kalsium dan material matrik dalam arteri utama dan pada tempat
lesi. Banyak proses intraseluler dan ekstraseluler meliputi formasi plak arterosclerosis yang
membutuhkan kalsium dan ini diduga bahwa deposit kalsium yang basar menjadi pencetus
perubahan fisiologis pada membran yang mempermuda uptake kalsium menuju otot polos
vaskuler 1
Hasil pada studi kontrol menggunakan angiografi memberi kesan bahwa beberapa CCB
dapat menghambat progresifitas dari arterosclerosis manusia. Pada studi The international
Nifedipine Trial on Atherosclerosis coronary therapy menunjukkan bahwa nifedipine
Calsium Channel Blocker

Page 15

menurunkan pembentukan lesi baru bila dibandingkan dengan plasebo. Walaupun demikian
nifedipine tidak mempunyai efek progresifitas maupun regresi pada lesi koroner yang sudah ada
sebelumnya serta peningkatan mortalitas bila dibandingkan dengan plasebo.1
2.1.5. Efek samping Calsium Channel Blocker

Pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah

Penumpukan cairan di kaki

Detak jantung cepat.

Memperlambat denyut jantung.

Sembelit

Gingiva berlebih
Disamping memiliki efek yang luas dan berbeda-beda dalam fungsi kardiovaskuler agen

inipun mempunyai spektrum yang berbeda pula dalam efek sampingnya. Nifedipine jangka
pendek berhubungan dengan sangat tingginya insidensi dari efek samping minor (hampir
mencapai 40%) tapi efek samping yang serius jarang ditemukan. Efek samping yang paling
sering ditemukan pada nifedipine dan dihydropyridine yang lain adalah sakit kepala pedal
edema, flushing, parastesi, hiperplasi ginggiva dan dissines. Efek samping yang paling serius
pada obat ini adalah eksaserbasi angina dimana kejadiannya mencapai 10% dari pasien, serta
hipotensi okasional. Efek samping ini dapat dikurangi jumlahnya dengan formulasi nefidipine
jangka panjang yang baru dan dihydropyridine kalsium antagonis yang baru. Efek samping pedal
edema dapat dikurangi saat dihydropyridin dikombinasikan dengan ACE inhibitor.
Diltiazem dan verapamil dapat menyebabkan eksaserbasi disfungsi nodus sinus dan
kelemahan konduksi AV node, yang dijumpai pada sebagian pasien dengan penyakit gangguan
sistem konduksi. Efek samping yang paling sering muncul dari verapamil adalah konstipasi, obat
ini dapat memperparah gagal jantung kongestif apa bila digunakan bersama-sama dengan
-blocker atau disopiramide. Berdasarkan laporan terkini verapamil dapat menginduksi gejala
parkinsonisme (verapamil induced parkinsonism). Efek samping yang sering ditemukan pada
deitiazem pada cardiovaskuler dengan sakit kepala dan keluhan gastrointestinal. Efek samping
CCB meningkat apabila agen ini digunakan dalam bentuk kombinasi.1

Calsium Channel Blocker

Page 16

Tabel 2. Efek Calsium Channel Blocker

Dihydropyridine CCBS dapat menyebabkan kemerahan, sakit kepala, hipotensi yang


berlebihan, edema dan takikardi refleks. Aktivasi refleks simpatik dan kurangnya efek jantung
langsung membuat dihydropyridines pilihan yang kurang menguntungkan untuk angina.
Dihydropyridines long-acting telah terbukti obat anti-hipertensi yang lebih aman, sebagian,
karena respon refleks berkurang. Selektif jantung, CCB non-dihydropyridine dapat menyebabkan
bradikardia berlebihan, gangguan konduksi listrik (misalnya, blok nodal atrioventrikular), dan
kontraktilitas tertekan.
Oleh karena itu, pasien memiliki bradikardia praeksisten, cacat konduksi, atau gagal
jantung yang disebabkan oleh disfungsi sistolik tidak boleh diberikan CCB, terutama jantung
selektif, non-dihydropyridines. CCB, terutama non-dihydropyridines, tidak boleh diberikan
kepada pasien yang diobati dengan -blocker karena -blocker juga menekan aktivitas listrik dan
mekanik jantung dan karenanya penambahan CCB menambah efek beta-blokade.

Calsium Channel Blocker

Page 17

DAFTAR PUSTAKA

1. Frishman, William H et.all 2004. Cardiovascular Pharmacotherapeutics Manual. Second


Edition. United States of America. The McGraw-Hill Companies, Inc
2. Epstein, Murray. 1998. Calcium Antagonists in Clinical Medicine. Second Edition.
Philadelphia. Medical Publishers
3. Kasiman, Sutomo et.all. 1992. Penggunaan Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan
Penyakit Jantung Koroner. [serial online]-srv-www-portalkalbe-files-cdk-files
45_PenggunaanAntagonisKalsiumdalamPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner_pdf45_PenggunaanAntagonisKalsiumdalamPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner
4. Aziza, Lucky. 2007. Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan Hipertensi. [serial
online]
5. Anonimous. 2006. Antagonis Kalsium. [serial online]. Medicastore
6. Sihombing, Roulina. 2008. Pengobatan Angina Pectoris menggunakan Calsium Channel
Blocker. [serial onlina]

Calsium Channel Blocker

Page 18

Anda mungkin juga menyukai