Anda di halaman 1dari 21

PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA NOMOR


109 TAHUN 2012
PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG
ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU
BAGI KESEHATAN

Mengatur mengenai:
1. Produk Tembakau
2. Tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah
3. Penyelenggaraan (produksi dan impor,
peredaran, perlindungan khusus bagi
anak dan perempuan hamil, dan
kawasan tanpa rokok)
4. Peran serta masyarakat
5. Pembinaan dan pengawasan.

GRI-G4
KATEGORI: LINGKUNGAN
Aspek: Bahan BAHAN YANG
DIGUNAKAN BERDASARKAN BERAT
ATAU VOLUME
a. Laporkan berat atau volume total bahan yang
digunakan untuk memproduksi dan mengemas
produk dan jasa utama organisasi selama periode
pelaporan, berdasarkan:
Bahan tak terbarukan yang digunakan
Bahan terbarukan yang digunakan

PP Nomor 109 Tahun


2012
Pasal 10 (1) Setiap orang yang
memproduksi Produk Tembakau berupa
Rokok harus melakukan pengujian
kandungan kadar Nikotin dan Tar per
batang untuk setiap varian yang
diproduksi.
Pasal 11 (2) Hasil pengujian kandungan
kadar Nikotin dan Tar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada
Kepala Badan.

KATEGORI: SOSIAL
SUB-KATEGORI: TANGGUNG JAWAB
ATAS PRODUK
Aspek: Kesehatan dan Keselamatan
Pelanggan PERSENTASE KATEGORI
PRODUK DAN JASA YANG SIGNIFIKAN
YANG DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN
DAN KESELAMATAN YANG DINILAI UNTUK
PENINGKATAN
a. Laporkan persentase kategori produk dan jasa yang
signifikan dampak kesehatan dan keselamatannya telah
dinilai untuk ditingkatkan.

PP Nomor 109 Tahun


2012
Pasal 2 (1) Penyelenggaraan
pengamanan penggunaan bahan
yang mengandung Zat Adiktif berupa
Produk Tembakau bagi kesehatan
diarahkan agar tidak mengganggu
dan membahayakan kesehatan
perseorangan, keluarga, masyarakat,
dan lingkungan.

Pasal 2 (2) Penyelenggaraan pengamanan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan
Zat Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat menyebabkan
penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup;
b. melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan
hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi
untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan
yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau;
c. meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap
bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok; dan
d. melindungi kesehatan masyarakat dari asap Rokok orang lain.

Aspek: Pelabelan Produk dan Jasa JENIS


INFORMASI PRODUK DAN JASA YANG
DIHARUSKAN OLEH PROSEDUR ORGANISASI
TERKAIT DENGAN INFORMASI DAN PELABELAN
PRODUK DAN JASA, SERTA PERSENTASE
KATEGORI PRODUK DAN JASA YANG SIGNIFIKAN
HARUS MENGIKUTI PERSYARATAN INFORMASI
SEJENIS
a. Laporkan apakah informasi produk dan jasa berikut
diharuskan berdasarkan prosedur organisasi terkait dengan
informasi dan pelabelan produk dan jasa: ..
b. Laporkan persentase kategori produk dan jasa yang signifikan
yang dicakup oleh dan dinilai berdasarkan kepatuhan
terhadap prosedur tersebut.

PP Nomor 109 Tahun


2012
Pasal 19 Setiap orang yang
memproduksi dan/atau mengimpor
Produk Tembakau berupa Rokok
wajib mencantumkan informasi
kandungan kadar Nikotin dan Tar
sesuai hasil pengujian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 pada Label
setiap Kemasan dengan penempatan
yang jelas dan mudah dibaca.

KELEMAHAN DAN
KEKUATAN PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 109
TAHUN 2012

KELEMAHAN
1. Adanya dasar-dasar hukum yang belum jelas.
Pasal 10 PP Nomor 109 Tahun 2012 industri tembakau
mengadakan uji kadar nikotin dan tar pada rokok tanpa
menyebutkan batas nikotin dan tar.
Pasal 11 ayat (2) diperjelas dengan hasil penelitian
dilaporkan pada Kepala Badan dengan masih belum
menyebutkan batas nikotin dan tar yang aman.
Pasal 10 ayat (1) Setiap orang yang memproduksi Produk
Tembakau berupa Rokok harus melakukan pengujian
kandungan kadar Nikotin dan Tar per batang untuk setiap
varian yang diproduksi.
Pasal 11 ayat (2) Hasil pengujian kandungan kadar Nikotin
dan Tar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada Kepala Badan

2. Pada pasal 21 secara jelas


menyebutkan bahwa kemasan rokok harus
mencantumkan kode produksi, tanggal,
bulan, dan tahun produksi, serta nama
dan alamat produsen, namun belum jelas
mengenai kewajiban mencantumkan
tanggal kadaluarsa.
3. Secara tidak langsung bentuk
pengamanan yang dilakukan pemerintah
ini juga akan menurunkan penjualan
produk tembakau dan merugikan pihak
industri rokok.

KEKUATAN
1. Disebutkan beberapa bentuk pengamanan
penjualan termasuk pembatasan iklan produk
tembakau di Indonesia agar hukum
mengenai penjualan produk tembakau di
Indonesia tegas, jelas, dan memiliki batas.
2. Dalam Peraturan Pemerintah ini diperjelas
perihal mengenai gambar pembungkus harus
mengandung nilai edukasi dengan tujuan
pengamanan mendorong pengembangan
kajian dan penelitian serta diversifikasi produk
tembakau.

Aspek Komunikasi
Pemasaran
Peraturan G4-PR7 :
a.) laporkan jumlah total insiden
ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela tentang komunikasi
pemasaran, termasuk iklan
b.) Jika organisasi tidak mengidentifikasi
ketidakpatuhan apa pun terhadap
peraturan dan koda sukarela, pernyataan
singkat mengenai fakta ini sudah cukup.

Pasal 46 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran:


.. Siaran iklan niaga dilarang melakukan :
c.)promosi rokok yang memperagakan wujud rokok
.
Pasal 26 PP 109 tahun 2012 :
(1) Pemerintah melakukan pengendalian Iklan
Produk Tembakau.
(2) Pengendalian Iklan Produk Tembakau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada media cetak, media penyiaran, media
teknologi informasi, dan/atau media luar ruang.

Peraturan G4-PR6:
a) laporkan apakah organisasi menjual produk
yang:
) Dilarang di pasar tertentu
) Menjadi subjek dari pertanyaan
pemangku kepentingan atau debat publik
b) Laporkan cara organisasi menjawab
pertanyaan atau kekhawatiran mengenai
produk tersebut

Pasal 25 PP No. 109 Tahun 2012 :


Setiap orang dilarang menjual Produk
Tembakau:
a. menggunakan mesin layan diri;
b. kepada anak di bawah usia 18
(delapan belas) tahun; dan
c. kepada perempuan hamil.

Pasal 1 PP No. 109 Tahun 2012:


Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan Produk Tembakau ..
Notes: pasal diatas melarang penjualan di
daerah yang telah ditetapkan sebagai
kawasan tanpa rokok

Laporan Sampoerna terkait Aspek


Komunikasi Pemasaran
Pemerintah RI menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan pada bulan Desember 2012,
yang antara lain mengatur pembatasan iklan, sponsor dan promosi
produk tembakau yang lebih ketat.Kami menyambut baik adanya
ketentuan mengenai larangan penjualan terhadap anak (berusia di
bawah 18 tahun) di regulasi tersebut. Sampoerna senantiasa konsisten
mendukung regulasi yang menyeluruh dan berimbang serta
mempertimbangkan realita, skala dan sejarah sektor tembakau di
Indonesia.
Sebagai salah satu wujud dukungan atas regulasi yang berlaku,
Sampoerna telah meluncurkan program yang bekerjasama dengan
Sampoerna Retail Community dan mitra pedagang lainnya. Program ini
bertujuan untuk memberikan dan meningkatkan pemahaman mitra
pedagang mengenai larangan penjualan dan pembelian rokok oleh
anak, seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai