PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang
sembarangan ( Depkes RI 2004 ) Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi
lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian
semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan
dapat menimbulkan hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya
ataupun kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2006).
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang
diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan
yang
menitikberatkan
pada
pengawasan
berbagai
faktor
lingkungan
yang
penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium
perpindahan penyakit dan menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Sanitasi yang buruk, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan yang buruk
berkaitan dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera,
typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis,
hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis,
malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi. (Semba et al, 2011,
Do Thuy Trang et al, 2007, Rodgers et al, 2007, Jacobsen, 2007)
Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah
penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%,
hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus
kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies
1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04% . (WSP-EAP,2008)
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TEORI DAN KONSEP
A. Pengertian sanitasi
dan
kesehatan
lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang
mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya
(Adisasmito, 2006).
Sedangkan menurut WHO sanitasi lingkungan adalah pengawasan terhadap
lingkungan fisik manusia yang dapat memberikan akibat yang merugikan kesehatan
jasmani dan kelangsungan hidup.
menitikberatkan
pada
pengawasan
berbagai
faktor
lingkungan
yang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit- penyakit
yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air.
Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana
(Chandra,2007). Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua
syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana
sanitasi berhubungan langsung dengan
I
Kesehatan.
Semua
penyakit
yang
berhubungan
dengan
air
yang
tidak
benar.
Memperbaiki
yang
satu
tanpa
2 water-based mechanism
a Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di
dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat
Dracunculus medinensis
3 Water related insect vector mechanism
Nasional
untuk
Persediaan
Air
Bersih
dan
Sanitasi
mewujudkan
manfaat
kesehatan,
sosial
dan
ekonomi
yang
samping pengolahan air limbah. Hal ini tidak mesti melibatkan investasi infrastruktur
berskala besar; sistem kecil terdesentralisasi bahkan dapat lebih efektif.
Sanitasi berkelanjutan menawarkan inovasi dalam sanitasi produktif melalui
penggunaan ulang nutrien yang terdapat pada air limbah dan endapan. Penggunaan
ulang tersebut memiliki sejumlah keuntungan. Itu dapat digunakan sebagai pupuk di
pertanian organik, sehingga memungkinkan diproduksinya lebih banyak pangan
dengan sedikit lahan. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi penggunaan
pupuk inorganik yang mahal. Menangkap energi dalam endapan untuk produksi
biogas membantu menghilangkan ketergantungan pada sumber energi konvensional
dan menyediakan sumber energi terjangkau untuk memasak. Penggunaan ulang air
limbah yang sudah diolah untuk irigasi mengurangi penggunaan air minum untuk
tujuan ini. Semua praktik ini harus dilakukan secara aman dan sesuai dengan
standar seperti Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia untuk penggunaan ulang air
limbah yang aman.
Bila ditangani secara benar, sanitasi yang baik dan pembuangan limbah
manusia yang produktif dapat menciptakan lapangan kerja seraya meningkatkan
kesehatan masyarakat dan ekosistem. Alih-alih menjadi sumber masalah, limbah
manusia, apakah itu dikelola di tingkat rumah tangga atau dikumpulkan di sistem
pengolahan air limbah kota, dapat menadi aset lingkungan sehingga meningkatkan
ketahanan pangan dan energi, kesehatan dan aktivitas ekonomi.
penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium
perpindahan penyakit dan menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Berdasarkan hal tersebut, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan penduduk. Limbah cair dan padat dari hasil aktivitas manusia serta
limbah dari tubuh manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke lingkungan dapat
mempengaruhi kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu:
1) melalui air minum yang terkena limbah.
2) masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran, dan ikan.
3) mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar
4) limbah menjadi tempat berkembangbiak lalat dan serangga yang dapat
menyebarkan penyakit.
Lingkungan yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan pada
akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya berbagai Limbah
berupa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Air juga merupakan komponen lingkungan yang berpotensi besar menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit. Tidak cukupnya jumlah air dan kualitasnya
menyebabkan jutaan orang miskin meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan
dengan kesehatan melalui berbagai cara berikut ini :
1) Air yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit
yang bersumber dari air seperti hepatitis, tipes, kolera, disentri dan penyakit
lainnya yang menyebabkan diare.
2) Tanpa air yang cukup, maka infeksi mata dan kulit dapat menyebar dengan
mudah.
3) Air menjadi habitat bagi nyamuk dan parasit yang dapat menyebabkan malaria,
schistomsomiasi dan lain-lain.
4) Mengkonsumsi air yang mengandung komponen kimia berbahaya dapat
menimbulkan penyakit yang serius
Ancaman terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak hanya
melalui air dan kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material organik dan
anorganik. Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan, khususnya ke sungai
selama bertahun-tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri.
Padahal sebagian penduduk memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan
mandi, cuci dan kakus. Bahkan, sebagian diantaranya masih memanfaatkannya
untuk air minum. Akibatnya, muncul berbagai penyakit seperti liver, kanker, dan lainlain. Limbah juga bisa menimbulkan eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga
lingkungan perairan terlalu subur untuk tumbuhnya berbagai jenis alga dan
munculnya bakteri yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan kerusakan hati
Sanitasi yang buruk, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan yang buruk
berkaitan dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera,
typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis,
hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis,
malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi. (Semba et al, 2011,
Do Thuy Trang et al, 2007, Rodgers et al, 2007, Jacobsen, 2007)
Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah
penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%,
hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus
kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies
1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04% . (WSP-EAP,2008)
1) Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi usus karena
bakteri vibrio cholera.
2) Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi, ditandai dengan demam insidius yang berlangsung lama dan
kambuhan.
3)
Diare
adalah
suatu
kondisi
kesehatan
yang
disebabkan
oleh
infeksi
mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing
dan protozoa. Bakteri penyebab diare yang sering menyerang adalah bakteri
Entero Pathogenic Escherichia Coli (EPEC).
Laporan WHO (World Health Organization) tahun 2004 menyebutkan sekitar 1,8
juta penduduk meninggal dunia setiap tahunnya karena penyakit diare yang
umumnya balita terutama di negara-negara berkembang. Sekitar empat milyar
kasus diare per tahun menyebabkan 1,5 juta kematian yang sebagian besar
adalah balita
4) Disenteri adalah diare berdarah yang disebabkan oleh shigella.
b. Virus
1) Hepatitis A adalah penyakit yang ditandai dengan demam, malaise, anoreksia,
nausea dan gangguan abdominal serta diikuti munculnya ikterik beberapa hari.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis A kelompok Hepatovirus famili
picornaviridae.
2) Hepatitis E adalah penyakit yang secara gejala klinis mirip Hepatitis A, yang
disebabkan oleh virus Hepatitis E famili Caliciviridae.
3) Gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan demam,muntah dan berak
cair, disebabkan oleh Rotavirus dan sering menyerang anak anak.
c. Parasit
1) Cacing
sanitasi
yang
buruk,
yang
memberikan
kesempatan
bagi
lalat
untuk
berkembangbiak.
2) kesehatan yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air yang rendah.
3) rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang mudahnya penularan berbagai
penyakit di rumah dan antar manusia.
tersebut memanfaatkan
bersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara lain. Kebijakan ini mengikuti
prinsip-prinsip kuat yang responsif terhadap permintaan, menggunakan pendekatan
berbasis masyarakat, dan menekankan perlunya keterlibatan perempuan serta
memfokuskan pada prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan dan pembiayaan
yang berkesinambungan.
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan lima pilarnya
merupakan kerangka kerja yang penting. Kelima pilar tersebut adalah penghapusan
buang air besar di tempat terbuka, mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air
rumah
tangga,
pengelolaan
sampah
padat dan
pengelolaan
limbah
cair.
diperkuat.
Pemerintah
telah
menunjukkan
perhatiannya
dalam
bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015. Terkait dengan upaya pencapaian target
di
atas
pemerintah
berusaha
memadukan
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional. pada saat ini setidaknya
terdapat beberapa tantangan menyangkut lingkungan hidup di Indonesia di
antaranya yang berkaitan dengan penyelamatan air dari tindakan eksploitatif yang
melewati batas-batas kewajaran dan pencemaran air, baik air tanah maupun air
sungai, danau dan rawa bahkan air laut, Berbagai kegiatan terkait dengan
pencemaran air ini misalnya pencemaran akibat kegiatan manusia di antaranya
adalah kegiatan rumah tangga dan juga aktivitas manusia yang melakukan buang air
besar di tempat terbuka.
dan
proses
produksi,
baik pada
skala
rumah
tangga,
industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan
debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah
B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.
Jenis-jenis sampah
Menurut Notoatmodjo (2007), jenis-jenis sampah ialah :
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya :
Sumber-Sumber Sampah
Adapun sumber-sumber sampah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007).
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,
botol, daun, dan sebagainya.
c.
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas,
kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.
e.
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.
f.
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sis
sayur-mayur, dan sebagainya.
g.
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
terhadap
penimbunan,
penyimpanan
(sementara,
pengumpulan,
(engineering),
perlindungan
alam
(conversation),
keindahan
dan
2. Tahap Pengangkutan
Cara pengangkutan di daerah perkotaan dengan pedesaan berbeda. Di kota
umumnya ada petugas khusus yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat penghasil sampah, khususnya
menyangkut pembiayaan. Sedangkan di daerah pedesaan umumnya dapat dikelola
oleh masing-masing keluarga.
3. Tahap pengelolaan dan pemusnahan
Tahapan ini dapat dilakukan dengan dua metode.
a. Metode yang memuaskan
e. Aqua privy
f. Chemical closet
3. latrines suitable for camps and temporary use
a. Shallow trench latrine
b. Deep trench latrine
c. Pit latrine
d. Bore hole latrine
mudah
mengalami
korosi
dan
perlu
sering
diganti.
Operasi
yang disebut auger dibutuhkan untuk menggali lubangnya. Pada tanah yang lunak
dan berpasir, lubang dilapisi dengan bambu untuk mencegah agar tanahnya tidak
runtuh. Plat dengan lubang di tengah dan lubang untuk berpijak diletakkan di atas
lubang hasil pengeboran tersebut. Sistem ini ditujukan bagi keluarga yang
beranggotakan 5-6 jiwa dan dapat dipakai selama 1 tahun. Cara ini juga sesuai
untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena kapasitasnya kecil. Jika isinya
sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat dapat diangkat dan lubang
ditutup dengan tanah. Lubang baru dapat dibuat kembali dengan cara yang sama.
Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi oleh bakteri anaerobik yang akan
mengubahnya menjadi massa yang tidak berbahaya.
Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :
Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut :
Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode ini
dilakukan dengan cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan
kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m.
Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah plat
dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure (rumah-rumahan).
Manfaat tipe ini, antara lain :
1) Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti
auger.
2) Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar
yaitu selama 5 tahun untuk 4-5 orang.
Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini sama
dengan bore hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.
Adapun persyaratan di dalam penerapan sistem water seal latrine, antara lain :
i.
ii.
cepat
bersih,
dan
kering.
Plat
ini
terbuat
dari
iv.
v.
Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok,
dapat disiapkan sebuah pipa penghubung antara keduanya
dengan diameter sekitar 7,5 cm dan panjangnya sekurangkurangnya1 m serta berujung bengkok. Tipe ini disebut tipe
indirect (tidak langsung). Pada tipe direct (langsung), pipa
penghubung tidak digunakan. Tipe langsung paling baik pada
daerah yang tanahnya keras dan tidak mudah runtuh. Tipe
langsung lebih murah dan mudah dibuat serta memerlukan
ruangan yang kecil. Kelebihan dari tipe indirect adalah bahwa
jika lubang telah penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya
dengan mengubah arah pipa penghubung. Oleh karena itu, tipe
indirect lebih disukai.
vi.
vii.
4. Septic Tank
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk
sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang
mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah
masyarakat.
Desain utama dari septic tank antara lain :
1) Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai.
Kapasitas 20-30 galon/orang dinjurkan untuk penggunaan
rumah tangga. Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku
untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum
(kapasitas minimal 50 galon/orang).
2) Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar.
3) Kedalaman lubang antara 1,5-2 m.
4) Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.
5) Ruangan udara minimal 30 cm di antara titik tertinggi cairan di
dalam tank dengan permukaan bawah penutup.
6) Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.
7) Memliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan
keluar.
8) Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal
yang sama.
gas
kotor.
Dengan
demikian
perlu
dibuat
ventilasi
untuk
dapat
mengganggu
proses
pembusukan
yang
Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.
6. Chemical Closet
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik soda) yang
juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk diletakkan langsung
diatas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet.
Jika air dimasukkan ke dalam kloset, cairan kimia yang ada di dalamnya akan
mengalami pengenceran sehingga kloset tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan
penggunaan kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak
digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat terbang.
3. Latrines Suitable for Camps and Temporary Use
Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat
pengungsian). Ada beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya :
b. Sewered Areas
Pada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau
sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari
rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah
tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya dibangun di
ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam pengumpulan dan
pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain :
a) Sistem kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah
tangga dan lainnya dalam satu saluran.
b) Sistem terpisah (separated sewer)
Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem
terpisah dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam
penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.
Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system)
dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan
sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja. Persyaratan sanitasi tersebut
antara lain :
a) Tinja tidak mengotori permukaan tanah.
b) Tinja tidak mencemari air tanah.
c) Tinja tidak mengotori air permukaan.
d) Kotoran tidak boleh terbuka agar tidak dapat dicapai lalat atau
binatang.
e) Tinja tidak menyebarkan bau busuk dan mengganggu estetika.
f) Penerapan teknologi tepat guna :
Penggunaan mudah
Konstruksi murah
Pemeliharaan mudah
c. wash basin
2. Saluran pipa pembuangan dari rumah (house sewers)
Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah
melalui intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe). Pipa
tanah ini menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke house drain
(saluran rumah). Pipa itu juga berfungsi sebagai ventilasi luar (outlet ventilator) untuk
gas-gas kotor. House drain biasanya berdiameter 10 cm dan terletak kira-kira 15 cm
di bawah tanah. House drain akan menyebabkan kotoran mengendap sebelum
masuk ke dalam pipa utama.
3. Pipa pembuangan di jalan (street sewer)
Pipa utama ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang lebih
besar berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3 m di
bawah tanah. Pipa utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan
mengangkutnya ke pembuangan akhir.
4. Peralatan saluran (sewers appurtenance)
Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap (perangkap)
yang dipasang pada sistem pembuangan air kotor. Manholes merupakan bangunan
yang bermuara ke dalam sewer system yang diletakkan pada titik pertemuan 2
sewer atau lebih dan pada jarak 100 m lurus. Lubang ini memungkinkan manusia
masuk ke dalam saluran untuk memriksa, memperbaiki dan membersihkannya.
Pekerja yang memasuki manholes dapat mengalami keracunan dan sesak nafas.
Trap merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke
dalam rumah dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran. Trap
diletakkan dalam 3 situasi berikut :
a. Di bawah basin (baskom) WC.
b. Di titik masuknya permukaan air limbah ke dalam saluran.
c. Di titik persambungan antara saluran rumah dan saluran umum.
Instalasi
pembuangan
air
kotor
ini
sangat
kompleks
dan
membutuhkan
fosfor
akar,
yang
dan
cukup
sangat
pematangan
penting
tanaman.
bagi
Dulu,
pembentukan
penduduk
biji,
Eropa
limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti,
1993).Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat diperoleh dengan
memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau
campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980).
Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor
seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari
digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. Walaupun
terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan organik di dalam limbah
pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan dan estetika. Bahan organik terdiri dari senyawasenyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan
lain-lain.Kadar dan jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan
lingkungan sangat bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun
secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai
secara biologis di alam (biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan
urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa perombakkan dan
penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia dewasa rataan
hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah organik
lain, limbah manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang
diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran
ternak.Kalaupun berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang
berbeda.Pola makan manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang
berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi,
sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi
nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran
ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)
Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan
agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang
ke dalam tangki septik. Lumpur tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik
dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur
tangki septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang
sembarangan ( Depkes RI 2004 ). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air
bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah (tempat
sampah) dan pembuangan air limbah (SPAL). Sanitasi yang buruk, kurangnya
kebersihan diri dan lingkungan yang buruk berkaitan dengan penularan beberapa
penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, typhoid fever dan paratyphoid fever,
disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit kulit,
trakhoma,
schistosomiasis,
cryptosporidiosis,
malnutrisi
dan
penyakit
yang
mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah
padat dan pengelolaan limbah cair.
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan
pengaturan
terhadap
penimbunan,
penyimpanan
(sementara,
pengumpulan,
(engineering),
perlindungan
alam
(conversation),
keindahan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, wiku. Buku Ajar Kebijakan Kesehatan. Departemen AKK FKM UI,
Depok, 2006
Bakker, K. and Kooy, M. (2010): Citizens without a City: The Techno-Politics of
Urban Water Governance, Chapter5 in Beyond Privatization: Governance
failure and the worlds urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell
University Press.
Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta 2011. Jakarta: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD)
Ministr y of Health (2008): Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, Jakarta: Ministr y of Health, National Institute of Health Research
and Development.
Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
Depkes RI.2005. pedoman peran kesehatan masyarakat nasional. Pusat promosi
kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Bakker, K. and Kooy, M. (2010): Citizens without a City: The Techno-Politics of
Urban Water Governance, Chapter5 in Beyond Privatization: Governance
failure and the worlds urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell
University Press.
Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta 2011. Jakarta: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD)
Ministr y of Health (2008): Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, Jakarta: Ministr y of Health, National Institute of Health Research
and Development.
Dr.
Soekidjo
Notoatmodjo.
Prinsip-Prinsip
Dasar
Ilmu
Kesehatan