Anda di halaman 1dari 23

SIFAT FISIK AIR

1. Sifat Fisik Air


a. Saat Menjadi Gas
Gas adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume yang tidak tetap. Hal ini
disebabkan karena susunan molekul-molekul gas sangat tidak teratur sehingga gaya
tarik-menarik antarmolekulnya sangat lemah.
b. Saat Menjadi Beku
Air yang didinginkan dapat berubah menjadi es. Uap air yang mengalami
pendinginan dapat berubah menjadi titik-titik air kembali. Contohnya, uap minuman
yang menempel pada tutup gelas akan berubah menjadi butiran air kembali.Jadi,
pendinginan menyebabkan benda mengalami perubahan wujud, Wujud cair berubah
menjadi padat.
Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Dilihat dari
susunan molekul dan ikatan antarmolekulnya, zat padat mempunyai susunan molekul
yang teratur dan gaya tarik-menarik antarmolekulnya yang kuat
c. Saat Menjadi Cair
Adapun zat cair adalah zat yang mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya selalu
berubah-ubah mengikuti tempatnya. Dilihat dari susunan molekul dan ikatan
antarmolekulnya zat cair mempunyai susunan molekul yang kurang teratur dan jarak
antarmolekulnya yang agak renggang sehingga gaya tarik menarik antarmolekulnya
relatif lebih rendah dibandingkan dengan zat padat.
2. Tekanan dan Tegangan Permukaan
a. Definisi tekanan.
Tekanan atau dalam bahasa inggrisnya adalah Pressure merupakan gaya per
satuan luas bidang yang ditekan secara tegak lurus. Satuan tekanan adalah N/m =
pascal

(Pa).

tekanan

dirumuskan

sebagai

berikut

P=F/A
Keterangan :
F : Gaya (N)
A : Luas Permukaan (m)
P ; Tekanan (N/m = Pa)
b. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi den benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan
oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa
segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu
tetesan kecil cairan. tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi
pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis)

c. Konsep Suatu Benda Dapat Tertahan Di Muka Air


Penyebab terjadinya Tegangan permukaan karena adanya kohesi di bawah zat cair
yang lebih besar dari pada kohesi dipermukaan zat cair, sehingga permukaan air akan
cendrung mengerut dan membentuk luas permukaan sekecil mungkin. Hal tersebut
dapat membuktikan bahwa titik-titik embun yang menempel di atas rumput berbentuk
seperti bola karena luas permukaan terkecil adalah bangun yang berbentuk bola.
Besarnya tegangan permukaan diperngaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
cairan, suhu, dan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika
cairan memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar.
salah satu factor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa
jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan muatan
atau partikel-partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin
besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal
ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat.
Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan

permukaan yang kecil pula. Besarnya tegangan permukaan yang dipengaruhi oleh
suhu yaitu semakin tinggi suhu zat cair, semakin kecil tegangan permukaannya. Dan
semakin kecil tegangan permukaan, semakin besar atau baik kemampuan air untuk
membasahi benda.
Suatu benda mengapung, tenggelam, atau melayang hayna ditentukan
oleh massa jenis rata rata benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis rata rata
benda lebih kecil daripada massa benda zat cair, benda mengapung di permukaan zat
cair. Jika massa jenis rata rata benda lebih besar daripada massa jenis zat cair, benda
tenggelam di dasar wadah zat cair. Jka massa jenis rata rata benda sama dengan massa
jenis zat cair, benda melayang dalam zat cair diantara permukaan dan dasar wadah zat
cair.

3. Konsep Sudut Kontak dan Kapilaritas


a. Pengertian Sudut Kontak dan Kapilaritas
Sudut kontak adalah sudut di mana antarmuka cair / uap memenuhi permukaan
padat atau sudut yang dibentuk oleh lengkungan itu dinamakan sudut kontak (teta).
Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu
pipa kapiler (pipa dengan luas penampang yang sempit).

b. Kenapa Sudut Kontak Dapat Terbentuk


Ketika gaya kohesi molekul cairan lebih kuat daripada gaya adhesi (gaya tarik
menarik antara molekul cairan dengan molekul gelas) maka permukaan cairan akan
membentuk lengkungan ke atas. Sebaliknya apabila gaya adhesi lebih kuat maka
permukaan cairan akan melengkung ke bawah.

Ketika gaya kohesi cairan lebih besar daripada gaya adhesi, maka sudut kontak
yang terbentuk umumnya lebih kecil dari 90o. Sebaliknya, apabila gaya adhesi lebih
besar daripada gaya kohesi cairan, maka sudut kontak yang terbentuk lebih besar dari
90o. Gaya adhesi dan gaya kohesi secara teoritis sulit dihitung, tetapi sudut kontak
dapat diukur.

c. Kenapa Air Dalam Suatu Wadah Dapat Naik Pada Pipa Kecil
Karena disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya kohesi yang menentukan
tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan akan mempengaruhi besar
kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler. Tegangan permukaan bekerja
sepanjang keliling pipa kapiler yang menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan
mengadakan reaksi sebagai balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan
gaya yang sama besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik dinding
sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan permukaan air raksa yang
mengalami kenaikan atau penurunan juga merupakan akibat tegangan permukaan.

d. Bagaimana Kejadian Pada Tanah Kering di Daerah Padang Pasir, Kenapa Tanaman
Masih Dapat Tumbuh
Pada umumnya, tumbuhan yang hidup di gurun berdaun kecil seperti duri atau
tidak berdaun. Tumbuhan tersebut berakar panjang sehingga dapat mengambil air dari
tempat yang dalam dan dapat menyimpan air dalam jaringan spon.
Daerah gurun banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang
rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun biasanya makin jauh makin
gersang. Curah hujan di gurun adalah rendah, yaitu sekitar 250 mm/tahun atau
kurang. Hujan lebat jarang terjadi dan tidak teratur. Pancaran matahari sangat terik
dan penguapan tinggi sehingga suhu siang hari sangat panas. Pada musim panas, suhu

dapat lebih dari 40C. Perbedaan suhu siang dan malam hari (amplitude harian)
sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat
beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat.
4. Pergerakan Air Dalam Tanah Jenuh
a. Potensi Air Tanah
Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan tanah.
Kedalaman ait tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada tebal-tipisnya
lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air tanah tersebut. Permukaan
yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut permukaan preatik. Volume air
yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua
jenis lapisan dalam tanah yaitu lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap
air (permeable).

Kadar pori lapisan kedap sangat kecil sehigga kemampuan untuk meneruskan air
juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-butir tanah yang dinyatakan
dalam bilangan persen. Sedangka pori kadar lapisan tak kedap air cukup besar. Oleh
karena itu kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di
daerah ini akan terus meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah
tertahan oleh lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil
dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air yang baik
karena merupakan tempat berkupulnya air sehingga pada-lapisan-lapisan tersebut
terbentuk tubuh air.
Selain lapisan kedap dan lapisan tak kedap juga terdapat lapisan peralihan yang
merupakan variasi dari kedua jenis lapisan tersebut. Tekanan air yang timbul dari air

tanah tak bebas tergantung pada perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah
tangkapan hujannya. Pada daerah yang letak air tanahnya lebih rendah dari
permukaan air tanahpada daerah tangkapan hujannya, ir akan memancar keluar dari
sumur yang di bor atau biasa disebut sumur artesis. Air artesis ini biasanya sangat
penting bagi daerah yang kondisi tanahnya kering, air artesis ini dapat memberikan
air sebanyak 8.000.000 m3 per hari.

Lapisan tanah kaitannya dengan kemampuan menyimpan dan meloloskan air


dibedakan atas empat lapisan yaitu :
1) Aquifer, adalah lapisan yag dapat menyipan dan mengalirkan air dalam
jumlah besar. Lapisan batuan ini bersifat permeable seperti kerikil, pasir
dll.
2) Aquiclude, adalah lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
3)

mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff halus dan silt.
Aquifuge, adalah lapisan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan

air, contohnya batuan granit dan batuan yang kompak.


4) Aquifard, adalah lapisan atau ormasi batuan yang dapat menyimpan air
tetapi hanya dapat melooskan air dalam jumlah yang terbatas.
Untuk menjaga agar kelestraian air tanah tetap terjamin, maka perlu dilakukan
upaya sebagai berikut :
1) Mencegah penggunaan air yang tidak berlebihan oleh pengusaha untuk
keperluan industri,agar tidak mempercepat penurunan air tanah.
2) Mencegah pertambahan penduduk dan pemukiman yang berlebihan, hal
ini berkaitan dengan bertambahnya penggunaan air tanah.
3) Penetapan peraturan pemerintah dalam pemanfaatan air tanah di sekitar
pantai, agar tidak terjadi perluasan daerah peresapan air laut.

4) Mencegah kerusakan hutan dan daerah penghijauan agar tidak


menimbulkan ketimpangan tata air.
5) Memperhitungkan dampak dan manfaat konversi penggunaan lahan dalam
suatu daerah aliran sungai secara lebih matang.
6) Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingungan (AMDAL) harus
lebih diperketat terutama terhadap penggunaan air tanah dan rencana
pembangunan.
7) Menghindari pembuangan atau kontaminasi limbah terhadap air tanah,
baik limbah domestik maupun limbah industri.

b. Hukum Darcy
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu fluida
mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada prinsip bahwa
jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding lurus dengan perbedaan tekanan
antara titik-titik dan kemampuan media melalui yang mengalir untuk menghambat
arus. Berikut tekanan mengacu pada kelebihan tekanan lokal atas tekanan hidrostatik
cairan normal yang, karena gravitasi, meningkat dengan mendalam seperti di kolom
berdiri air. Ini faktor impedansi aliran ini disebut sebagai permeabilitas. Dengan kata
lain, hukum Darcy adalah hubungan proporsional sederhana antara tingkat debit
sesaat melalui media berpori dan penurunan tekanan lebih dari jarak tertentu.
Dalam format modern, menggunakan konvensi tanda tertentu, hukum Darcy
biasanya ditulis sebagai:
Q =-KA dh / dl
dimana:
Q = laju aliran air (volume per waktu)
K = konduktivitas hidrolik
Sebuah kolom = luas penampang lintang
dh / dl = gradien hidrolik, yaitu, perubahan kepala panjang bunga.

Berikut ini adalah ekspresi diagram Hukum Darcy:

Saat menghitung kemungkinan aliran fluida dari zona hidrolik retak ke zona air
tawar penerapan hukum Darcy sangat penting karena akan menetapkan kondisi
spesifik di mana cairan dapat mengalir dari satu zona ke yang lain dan akhirnya akan
menentukan apakah atau tidak rekah hidrolik cairan dapat mencapai zona air segar.
Darcy direferensikan untuk campuran sistem unit. Sebuah medium dengan
permeabilitas 1 Darcy memungkinkan aliran 1 cm / s dari cairan dengan viskositas 1
cP (1 MPa s) di bawah gradien tekanan 1 atm / cm akting di seluruh luas 1 cm .
Sebuah millidarcy (mD) sama dengan 0,001 Darcy.

5. Pergerakan Air Dalam Tanah Tidak Jenuh


Dalam pergerakan air tidak jenuh, sebagian aliran berbentuk cairan, dan sebagian
lagi berbentuk gas Gaya penyebab pergerakan air tidak jenuh berasal dari gradien
potensial (pergerakan air menuju potensial yang lebih rendah) Potensial air pada
keadaan tidak jenuh adalah negatif (lebih kecil dari tekanan atmosfir) . Karena dalam
kondisi tidak jenuh, konduktivitas hidrolik tanah tidak jenuh biasanya dihubungkan
dengan kadar air (water content) atau potensial matriks tanah,
Perbedaan antara penerapan Hukum Darcy untuk tanah jenuh dan tidak jenuh
adalah, bahwa konduktivitas hidrolik pada kondisi jenuh adalah konstan atau tidak
berubah yaitu sebesar Ks , sedangkan pada kondisi tidak jenuh, konduktivitas hidrolik

tergantung dari kondisi kadar air tanah, K = f ( ) atau K ( ), sehinga rumusnya


menjadi :
q=K ( )

d
dx

Untuk Fase Cairan

q=D ( )

d
dx

Untuk Fase Uap

INFILTRASI
1. Definisi Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi
tidak mesti) melaliu permukaan dan secara vertical (Arsyad, 2010). Jika cukup air,
maka air infiltrasi akan bergerak terus kebawah yaitu kedalam profil tanah. Gerakan
air kebawah di dalam profil tanah disebut perkolasi.
2. Laju Infiltrasi
Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu
tertentu. Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,
2004).

Laju infiltrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, jenis liat, tutupan taju vegetasi,
tindakan pengolahan tanah dan laju penyediaan air. Secara langsung, laju infiltrasi
dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan. Kapasitas infiltrasi
ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting
adalah ukuran, jumlah dan distribusi pori, serta kemantapan agregat tanah (Haridjaja
dkk, 1991).
Menurut Boedi Susanto (2008), laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya
seperti pada tabel berikut:
Jenis Tanah
Tanah ringan (sandy soil)
Tanah sedang (loam clay, loam

Laju Infiltrasi (mm/menit)


0,212 0,423
0,042 0,212

silt)
Tanah berat (clay, clay loam)

0,004 0,042

Sifat transmissi lapisan tanah tergantung pada lapisan-lapisan dalam tanah.


Lapisan tanah dibedakan 4 horizon (Soesanto, 2008) :
1) Horizon A, yang teratas, sebagian bahan organik tanaman
2) Horizon B, merupakan akumulasi dari bahan koloidal A, ketebalan permeabilitas
sangat menentukan laju infiltrasi
3) Horizon C, kadang-kadang disebut sub soil, terbentuk dari pelapukan bahan induk
4) Horizon D, merupakan bahan induk (bed rock)

3. Infiltrasi Komulatif
Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi.
Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu
periode infiltrasi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi

Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara vertikal maupun
secara horizontal disebut infiltrasi. Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan
waktu disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau
mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi tersebut
lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f fp dan f I (Soemarto, 1999).
Infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah
mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan
kecepatan absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasinya
berbeda-beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuhtumbuhan dan lain-lain. Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah
karena dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
(Maryono, 2004).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah
sebagai berikut:
1) Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang jenuh.
2) Kadar air atau lengas tanah
3) Pemadatan tanah oleh curah hujan
4) Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan
dari partikel liat
5) Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah
6) Struktur tanah
7) Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan organik)
8) Proporsi udara yang terdapat dalam tanah
9) Topografi atau kemiringan lahan
10) Intensitas hujan
11) Kekasaran permukaan tanah

12) Kualitas air yang akan terinfiltrasi


13) Suhu udara tanah dan udara sekitar
Apabila semua faktor-faktor di atas dikelompokkan, maka dapat dikategorikan
menjadi dua faktor utama yaitu:
1) Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air
mendapat kesempatan untuk terinfiltrasi (oppurtunity time).
2) Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.

Selain dari beberapa factor yang menentukan infiltrasi diatas terdapat pula sifatsifat khusus dari tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi (Arsyad,
1989) sebagai berikut:
a. Ukuran pori
Laju masuknya hujan ke dalam tanah ditentukan terutama oleh ukuran pori dan
susunan pori-pori besar. Pori yang demikian itu dinamakan pori aerasi, oleh karena
pori-pori mempunyai diameter yang cukup besar yang memungkinkan air keluar
dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik.
b. Kemantapan pori
Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas semula tetap tidak
terganggu selama waktu tidak terjadi hujan.
a. Kandungan air
Laju infiltrasi terbesar terjadi pada kandungan air yang rendah dan sedang.
d. Profil tanah
Sifat bagian lapisan suatu profil tanah juga menentukan kecepatan masuknya air
ke dalam tanah. Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, maka proses infiltrasi
tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan
tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah.
Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi

dan gaya kapiler tanah. Oleh karena itu, infiltrasi juga biasanya disebut sebagai aliran
air yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi. Laju air
infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter poripori tanah. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil
dibandingkan dengan tanah dalam keadaan kering (Asdak, 2002).
Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir vertikal kedalam tanah
melalui profil tanah. Dengan demikian, mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses
yang tidak saling mempengaruhi (Asdak, 2002):
a) Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
b) Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
c) Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalam
tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi
serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Hal itu
tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas hidraulik diketahui,
seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika dapat diperkirakan. Laju
infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair, evaluasi potensi
lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran air
dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lainnya
(Kirkby, M.J., 1971).
Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang berukuran
besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas
dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus dan miskin akan pori besar.
Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan
demikian kapasitas infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah
liat.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah yang ringan.
Sebaliknya tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur tanah yang halus

menyebabkan terbentuknya tanah-tanah yang bertekstur berat. Tanah dengan struktur


tanah yang berat mempunyai jumlah pori halus yang banyak dan miskin akan pori
besar. Sebaliknya tanah yang ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori
halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi dari kedua jenis tanah tanah tersebut akan
berbeda pula, yaitu tanah yang berstruktur ringan kapasitas infiltrasinya akan lebih
besar dibandingkan dengan tanah-tanah yang berstruktur berat (Saifuddin, 1986).

5. Model-model Infiltrasi Menurut Para Ahli Fisika


Penentukan besarnya infiltrasi dapat dilakukna dengan melalui tiga cara yaitu:
1) Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada
percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode simulasi
laboratorium).
2) Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan).
3) Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi
hidrograf).

Singh (1989) menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah diusulkan dan
digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang berkaitan dengan
sistem keairan. Model - model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kelas
yakni: (1) model empiris, dan (2) model konseptual.
Model empiris menyatakan kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu. Dimana
kadar lengas tanah memiliki sifat dinamis terhadap waktu, sehingga laju infiltrasi
ditentukan oleh kondisi lengas tanah mula-mula saat proses infiltrasi mulai terjadi.
Adapun model- model empiris infiltrasi diantaranya adalah Model Kostiakov, Model
Horton, Model Holtan dan Model Overton. Uraian masing-masing model disajikan
sebagai berikut:
a. Model Kostiyakov

Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak


memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap) sebagai
komponen fungsi. Fungsi infiltrasi dan laju infiltrasi disajikan pada persamaan 6.1
dan persamaa 6.2.
F = atb , 0<b<1 .. (6.1)
f=

dF
=abt
dt

b-1

.. (6.2)

Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung pada


karakteristik tanah dan kadar air tanah awal. Konstanta ini tidak bisa ditentukan
sebelumnya dan biasanya ditentukan dengan penarikan sebuah garis lurus pada
kertas grafik untuk data empirik atau dengan menggunakan metode pangkat
terkecil. Karena kesederhanaannya, metode ini sering diterapkan pada pelajaran
irigasi permukaan.

b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis
mengikuti persamaan 6.3:
f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc dan k = konstan .. (6.3)

Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan
utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan
ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.

c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi pada
model ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga
fungsi matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi
eksponensial seperti pada Model Horton. Fungsi matematik model Holtan
disajikan sebagai berikut:
f f

= aFpn(6.4)

Dengan Fp adalah infiltrasi potensial. a dan n adalah konstanta untuk vegetasi


tanah. Holtan berpendapat bahwa kapasitas infiltrasi berbanding lurus dengan
ruang pori yang tersedia. Model Holtan agak cocok dimasukkan untuk model
batas air dalam ilmu tata air karena dia menghubungkan laju infiltrasi (f) dengan
kelembaban tanah. Kekurangan dari model ini adalah spesifikasi kedalaman
permukaan air tanah bebas. Kedalaman mempengaruhi infiltrasi secara signifikan.

d. Model Overton

Overton pada tahun 1964 merumuskan kembali model Holtan. Dia mencatat
bahwa ruang pori-pori yang tersedia pada awal terjadinya hujan tidaklah selalu
terisi seluruhnya sebelum kapasitas infiltrasi menjadi tetap. Jarak antar ruang
pori-pori yang terisi tergantung pada tumbuh-tumbuhan penutup tanah.
Persamaan matematik infiltrasi dan laju infiltrasi Model Overton disajikan pada
persamaan 6.5 dan 6.6.
0

F=b S d tan J t
f =f

t ........................... (6.5)

sec2 J tc t

............................ (6.6)

Dimana d = (fc/a)0.5 dan J = (afc)0.5.


Model infiltrasi selain model empiris adalah model konseptual yang
menganalogikan proses infiltrasi sebagai faktor terinterasi dengan aspek hidrologi
lain. Beberapa model konseptual adalah Model SCS, Model HEC, Model Philip,
dan Model Hidrograf. Uraian model konseptual adalah sebagai berikut:

a) Model SCS
Model Soil Conservation Services (SCS) merupakan model konseptual yang
dikembangkan

oleh

USDA.

Model

ini

menggunakan

pendekatan

penggunaan/penutupan lahan, jenis tanah dan kondisi hidrologi wilayah. Hasil


yang diperoleh dalam model ini adalah nilai infiltrasi dan laju infiiltrasi wilayah
(unit lahan) pada suatu DAS atau Sub-DAS.
f = p(1b) .................................... (6.7)

b=

P.2 S
P+.8 S

.................................... (6.8)

Dimana b adalah persentase faktor vegetasi, P adalah laju curah hujan (cm/s)
dan p adalah intensitas curah hujan (cm/s), dan S adalah potensial storage (cm).
Soil Concervation Service (SCS), mengembangkan suatu prosedur yang sering
disebut metode curve-number untuk menaksir runoff. Metode ini selanjutnya
dikenal dengan model SCS.

b) Model HEC
Model HEC merupakan model infiltrasi dasar pada suatu hubungan non linear
antara intensitas curah hujan dan kapasitas infiltrasi.
'

f =k k p
'

k =0,21

. (6.9)

F F
F
'
, 1 dan k =0, >1
D D
D

(6.10)

Dimana k adalah koefisien penurunan air ke dalam tanah, k adalah perubahan


koefisien penurunan air, p adalah intensitas curah hujan (cm/s), D adalah
defisiensi kelembaban tanah dan x adalah eksponen antara 0 dan 1. Jika x = 0, f
tidak terikat oleh P, asumsi ini dibuat normal dan termasuk dalam kebanyakan
persamaan infiltrasi. Jika x = 1, f berbanding lurus dengan parameter p. Study
hidrology yang di kembangkan oleh HEC mengindikasikan bahwa x biasanya
antara 0,3 sampai 0,9 untuk konsistensi.
c) Model Philip Tanah Dua-Lapis
Pada satu seri dari papernya, Philip memperkenalkan analisis dari infiltrasi
berdasarkan persamaan Fokker-Planck, atau persamaan aliran untuk tanah
homogen dengan kadar lengas tanah awal dan suplai air yang berlebihan
dipermukaan.
Parameter S dan C merupakan fungsi difusi air tanah awal dan kadar air
permukaan dari tanah

1
f = St
2
S=

-0,5

+C

(2.14)

F .t F .t
2 t . t t . t

(2.15)

F .t 2 S .t . t
t . t

.... (2.16)

C=

Keterangan, = laju ifiltrasi (cm/h)


S = Sportivity (cm/h)
C = kostanta (cm/h)
t = interval waktu (s).

d) Model Hydrograf
Jika akurasi data curah hujan dan runoff yang tersedia pada suatu bidang tanah
kecil, jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan model yang disebut model hydrograf. Model ini didasarkan pada
pendapat berikut: (1) intersepsi dan infiltrasi kecil, (2) infiltrasi merupakan
abstrak utama bahwa curah hujan dikurang dengan infiltrasi akan mendekati
aliran permukaan. Model ini lebih sering digunakan untuk menentukan neraca air.
f=

F
q + q
= p p
tDD
................. (2.17)
t
2

Keterangan; P = curah hujan (cm/s),


q = discharge (cm/s)
D = surface detention (cm)
F = kapasitas infiltrasi (cm)
Laju infiltrasi umumnya tergantung dari horizon A dan B, karena kapasitas
infiltrasi C tidak akan terpenuhi oleh laju infitrasi, sedangkan D tidak tertembus
air, sehingga sifat transmissi lapisan tanah dikelompokkan menjadi 2 fenomena.

Jika kapasitas perkolasi lebih besar dari kapasitas infiltrasi maka lapisan di
bawah lapisan permukaan tidak akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh
infiltrasi. Jika kapasitas perkolasi lebih kecil dari kapasitas infiltrasi maka lapisan
bawah akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh laju perkolasi. Untuk
lahan yang sulit pengambilan sample konduktivitas hidrauliknya di lapangan,
maka dapat juga dilakukan pendekatan nilai kondukttivitas hidraulik dengan
menggunakan data tekstur tanah.

6. Contoh-contoh Perlakuan Infiltrasi


Data pengukuran kapasitas infiltrasi (f) dan waktu (t) tercantum pada
Tabel 1. Buatlah persamaan kurva kapasitas infiltrasi tersebut menurut model
Horton?.
Tabel 3.1 Data infiltometer (double ring)
t (jam)
f(cm/jam)

0
10,4

0,25
5,6

0,50
3,2

0,75
2,1

1,00
1,5

1,25
1,2

1,50
1,1

1,75
1,0

Tabel 3.2 Perhitungan parameter infiltrasi


Waktu (t)

kapasitas

fc

f - fc

log (f - fc)

infiltrasi( f )
(jam)

(cm/jam)

0,00

10,4

1,0

9,4

0,973

0,25

5,6

1,0

4,6

0,663

0,50

3,2

1,0

2,2

0,342

0,75

2,1

1,0

1,1

0,041

1,00

1,5

1,0

0,5

-0,301

1,25

1,2

1,0

0,2

-0,699

1,50

1,1

1,0

0,1

-1,000

1,75

1,0

1,0

0,0

2,00

1,0

1,0

0,0

2,00
1,0

Persamaan liner regresi y = m X + C atau y = t dan X = log (f - fc)


Dengan memplot hubungan t dan log (f - fc)

pada kertas grafik atau

menggunakan kalkulator maka diperoleh persamaan sbb.


y = -0,7527 X + 0,7521 (lihat Gambar 3.1)
1.6

waktu, t

1.4
1.2
1.0
0.8

y = -0.7527x + 0.7521
2
R = 0.9985

0.6
0.4
log (f-fc)

0.2

-1.00

-0.75

-0.50

0.0
-0.25 0.00

0.25

0.50

0.75

1.00

Gambar 3.1 Kurva mencari gradien m


Dari persamaan liner tersebut diperoleh gradien, m = -0,7527, dengan
menggunakan rumus K =

-1 /0,434 m,

maka K = 3,06, dengan diketahuinya

nilai pada Tabel 3.2, maka nilai


fc = 1.0
fo = 10,4
K = 3,06
maka persamaan kurva kapasitas infiltrasinya adalah
f = fc + (fo - fc) e-Kt atau
f = 1,0 + (10,4 - 1,0) e-3,06t atau
f = 1,0 + 9,4 e-3,06t
Gambar 2, memperlihatkan bagaimana model Horton yang digunakan
dapat menduga nilai pengamatan lapangan. Ini berarti model Horton sangat
tepat (fitting) dengan pengamatan lapangan.

12
Kapasitas infiltrasi, f (cm/jam)

10

model

lapangan

model, f = 1,0 + 9,4 e-3 ,0 6 t

4
2
0
0.00

0.25

0.50

0.75

1.00

1.25

1.50

1.75

2.00

w aktu, t (jam)

Gambar 3.2 Kurva fitting persamaan model Horton

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.

2014.

Perubahan

Sifat

Benda.

Di

Unduh

Dari

http://zhalabe.blogspot.com/2012/01/perubahan-sifat-benda.html#.VJBCGZRdVBR.
Diakses pada tanggal 9 Desember 2014
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Insitut Pertanian Bogor Press. Bogor
Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Maulia,

Feny.

2013.

Agrohidrologi

Infiltrasi.

Di

Unduh

http://fmazones.blogspot.com/2013/01/agrohidrologi-infiltrasi.html.
tanggal 15 Desember 2014

Dari

Diakses

:
pada

Sridianti. 2014. Ciri-Ciri Bioma Gurun. Di Unduh Dari : http://www.sridianti.com/ciri-ciribioma-gurun.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai