(Pa).
tekanan
dirumuskan
sebagai
berikut
P=F/A
Keterangan :
F : Gaya (N)
A : Luas Permukaan (m)
P ; Tekanan (N/m = Pa)
b. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi den benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan
oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa
segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu
tetesan kecil cairan. tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi
pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis)
permukaan yang kecil pula. Besarnya tegangan permukaan yang dipengaruhi oleh
suhu yaitu semakin tinggi suhu zat cair, semakin kecil tegangan permukaannya. Dan
semakin kecil tegangan permukaan, semakin besar atau baik kemampuan air untuk
membasahi benda.
Suatu benda mengapung, tenggelam, atau melayang hayna ditentukan
oleh massa jenis rata rata benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis rata rata
benda lebih kecil daripada massa benda zat cair, benda mengapung di permukaan zat
cair. Jika massa jenis rata rata benda lebih besar daripada massa jenis zat cair, benda
tenggelam di dasar wadah zat cair. Jka massa jenis rata rata benda sama dengan massa
jenis zat cair, benda melayang dalam zat cair diantara permukaan dan dasar wadah zat
cair.
Ketika gaya kohesi cairan lebih besar daripada gaya adhesi, maka sudut kontak
yang terbentuk umumnya lebih kecil dari 90o. Sebaliknya, apabila gaya adhesi lebih
besar daripada gaya kohesi cairan, maka sudut kontak yang terbentuk lebih besar dari
90o. Gaya adhesi dan gaya kohesi secara teoritis sulit dihitung, tetapi sudut kontak
dapat diukur.
c. Kenapa Air Dalam Suatu Wadah Dapat Naik Pada Pipa Kecil
Karena disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya kohesi yang menentukan
tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan akan mempengaruhi besar
kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler. Tegangan permukaan bekerja
sepanjang keliling pipa kapiler yang menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan
mengadakan reaksi sebagai balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan
gaya yang sama besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik dinding
sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan permukaan air raksa yang
mengalami kenaikan atau penurunan juga merupakan akibat tegangan permukaan.
d. Bagaimana Kejadian Pada Tanah Kering di Daerah Padang Pasir, Kenapa Tanaman
Masih Dapat Tumbuh
Pada umumnya, tumbuhan yang hidup di gurun berdaun kecil seperti duri atau
tidak berdaun. Tumbuhan tersebut berakar panjang sehingga dapat mengambil air dari
tempat yang dalam dan dapat menyimpan air dalam jaringan spon.
Daerah gurun banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang
rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun biasanya makin jauh makin
gersang. Curah hujan di gurun adalah rendah, yaitu sekitar 250 mm/tahun atau
kurang. Hujan lebat jarang terjadi dan tidak teratur. Pancaran matahari sangat terik
dan penguapan tinggi sehingga suhu siang hari sangat panas. Pada musim panas, suhu
dapat lebih dari 40C. Perbedaan suhu siang dan malam hari (amplitude harian)
sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat
beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat.
4. Pergerakan Air Dalam Tanah Jenuh
a. Potensi Air Tanah
Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan tanah.
Kedalaman ait tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada tebal-tipisnya
lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air tanah tersebut. Permukaan
yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut permukaan preatik. Volume air
yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua
jenis lapisan dalam tanah yaitu lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap
air (permeable).
Kadar pori lapisan kedap sangat kecil sehigga kemampuan untuk meneruskan air
juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-butir tanah yang dinyatakan
dalam bilangan persen. Sedangka pori kadar lapisan tak kedap air cukup besar. Oleh
karena itu kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di
daerah ini akan terus meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah
tertahan oleh lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil
dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air yang baik
karena merupakan tempat berkupulnya air sehingga pada-lapisan-lapisan tersebut
terbentuk tubuh air.
Selain lapisan kedap dan lapisan tak kedap juga terdapat lapisan peralihan yang
merupakan variasi dari kedua jenis lapisan tersebut. Tekanan air yang timbul dari air
tanah tak bebas tergantung pada perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah
tangkapan hujannya. Pada daerah yang letak air tanahnya lebih rendah dari
permukaan air tanahpada daerah tangkapan hujannya, ir akan memancar keluar dari
sumur yang di bor atau biasa disebut sumur artesis. Air artesis ini biasanya sangat
penting bagi daerah yang kondisi tanahnya kering, air artesis ini dapat memberikan
air sebanyak 8.000.000 m3 per hari.
mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff halus dan silt.
Aquifuge, adalah lapisan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan
b. Hukum Darcy
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu fluida
mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada prinsip bahwa
jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding lurus dengan perbedaan tekanan
antara titik-titik dan kemampuan media melalui yang mengalir untuk menghambat
arus. Berikut tekanan mengacu pada kelebihan tekanan lokal atas tekanan hidrostatik
cairan normal yang, karena gravitasi, meningkat dengan mendalam seperti di kolom
berdiri air. Ini faktor impedansi aliran ini disebut sebagai permeabilitas. Dengan kata
lain, hukum Darcy adalah hubungan proporsional sederhana antara tingkat debit
sesaat melalui media berpori dan penurunan tekanan lebih dari jarak tertentu.
Dalam format modern, menggunakan konvensi tanda tertentu, hukum Darcy
biasanya ditulis sebagai:
Q =-KA dh / dl
dimana:
Q = laju aliran air (volume per waktu)
K = konduktivitas hidrolik
Sebuah kolom = luas penampang lintang
dh / dl = gradien hidrolik, yaitu, perubahan kepala panjang bunga.
Saat menghitung kemungkinan aliran fluida dari zona hidrolik retak ke zona air
tawar penerapan hukum Darcy sangat penting karena akan menetapkan kondisi
spesifik di mana cairan dapat mengalir dari satu zona ke yang lain dan akhirnya akan
menentukan apakah atau tidak rekah hidrolik cairan dapat mencapai zona air segar.
Darcy direferensikan untuk campuran sistem unit. Sebuah medium dengan
permeabilitas 1 Darcy memungkinkan aliran 1 cm / s dari cairan dengan viskositas 1
cP (1 MPa s) di bawah gradien tekanan 1 atm / cm akting di seluruh luas 1 cm .
Sebuah millidarcy (mD) sama dengan 0,001 Darcy.
d
dx
q=D ( )
d
dx
INFILTRASI
1. Definisi Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi
tidak mesti) melaliu permukaan dan secara vertical (Arsyad, 2010). Jika cukup air,
maka air infiltrasi akan bergerak terus kebawah yaitu kedalam profil tanah. Gerakan
air kebawah di dalam profil tanah disebut perkolasi.
2. Laju Infiltrasi
Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu
tertentu. Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,
2004).
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, jenis liat, tutupan taju vegetasi,
tindakan pengolahan tanah dan laju penyediaan air. Secara langsung, laju infiltrasi
dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan. Kapasitas infiltrasi
ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting
adalah ukuran, jumlah dan distribusi pori, serta kemantapan agregat tanah (Haridjaja
dkk, 1991).
Menurut Boedi Susanto (2008), laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya
seperti pada tabel berikut:
Jenis Tanah
Tanah ringan (sandy soil)
Tanah sedang (loam clay, loam
silt)
Tanah berat (clay, clay loam)
0,004 0,042
3. Infiltrasi Komulatif
Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi.
Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu
periode infiltrasi.
Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara vertikal maupun
secara horizontal disebut infiltrasi. Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan
waktu disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau
mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi tersebut
lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f fp dan f I (Soemarto, 1999).
Infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah
mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan
kecepatan absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasinya
berbeda-beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuhtumbuhan dan lain-lain. Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah
karena dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
(Maryono, 2004).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah
sebagai berikut:
1) Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang jenuh.
2) Kadar air atau lengas tanah
3) Pemadatan tanah oleh curah hujan
4) Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan
dari partikel liat
5) Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah
6) Struktur tanah
7) Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan organik)
8) Proporsi udara yang terdapat dalam tanah
9) Topografi atau kemiringan lahan
10) Intensitas hujan
11) Kekasaran permukaan tanah
Selain dari beberapa factor yang menentukan infiltrasi diatas terdapat pula sifatsifat khusus dari tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi (Arsyad,
1989) sebagai berikut:
a. Ukuran pori
Laju masuknya hujan ke dalam tanah ditentukan terutama oleh ukuran pori dan
susunan pori-pori besar. Pori yang demikian itu dinamakan pori aerasi, oleh karena
pori-pori mempunyai diameter yang cukup besar yang memungkinkan air keluar
dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik.
b. Kemantapan pori
Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas semula tetap tidak
terganggu selama waktu tidak terjadi hujan.
a. Kandungan air
Laju infiltrasi terbesar terjadi pada kandungan air yang rendah dan sedang.
d. Profil tanah
Sifat bagian lapisan suatu profil tanah juga menentukan kecepatan masuknya air
ke dalam tanah. Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, maka proses infiltrasi
tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan
tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah.
Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi
dan gaya kapiler tanah. Oleh karena itu, infiltrasi juga biasanya disebut sebagai aliran
air yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi. Laju air
infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter poripori tanah. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil
dibandingkan dengan tanah dalam keadaan kering (Asdak, 2002).
Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir vertikal kedalam tanah
melalui profil tanah. Dengan demikian, mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses
yang tidak saling mempengaruhi (Asdak, 2002):
a) Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
b) Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
c) Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalam
tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi
serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Hal itu
tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas hidraulik diketahui,
seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika dapat diperkirakan. Laju
infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair, evaluasi potensi
lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran air
dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lainnya
(Kirkby, M.J., 1971).
Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang berukuran
besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas
dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus dan miskin akan pori besar.
Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan
demikian kapasitas infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah
liat.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah yang ringan.
Sebaliknya tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur tanah yang halus
Singh (1989) menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah diusulkan dan
digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang berkaitan dengan
sistem keairan. Model - model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kelas
yakni: (1) model empiris, dan (2) model konseptual.
Model empiris menyatakan kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu. Dimana
kadar lengas tanah memiliki sifat dinamis terhadap waktu, sehingga laju infiltrasi
ditentukan oleh kondisi lengas tanah mula-mula saat proses infiltrasi mulai terjadi.
Adapun model- model empiris infiltrasi diantaranya adalah Model Kostiakov, Model
Horton, Model Holtan dan Model Overton. Uraian masing-masing model disajikan
sebagai berikut:
a. Model Kostiyakov
dF
=abt
dt
b-1
.. (6.2)
b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis
mengikuti persamaan 6.3:
f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc dan k = konstan .. (6.3)
Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan
utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan
ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi pada
model ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga
fungsi matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi
eksponensial seperti pada Model Horton. Fungsi matematik model Holtan
disajikan sebagai berikut:
f f
= aFpn(6.4)
d. Model Overton
Overton pada tahun 1964 merumuskan kembali model Holtan. Dia mencatat
bahwa ruang pori-pori yang tersedia pada awal terjadinya hujan tidaklah selalu
terisi seluruhnya sebelum kapasitas infiltrasi menjadi tetap. Jarak antar ruang
pori-pori yang terisi tergantung pada tumbuh-tumbuhan penutup tanah.
Persamaan matematik infiltrasi dan laju infiltrasi Model Overton disajikan pada
persamaan 6.5 dan 6.6.
0
F=b S d tan J t
f =f
t ........................... (6.5)
sec2 J tc t
............................ (6.6)
a) Model SCS
Model Soil Conservation Services (SCS) merupakan model konseptual yang
dikembangkan
oleh
USDA.
Model
ini
menggunakan
pendekatan
b=
P.2 S
P+.8 S
.................................... (6.8)
Dimana b adalah persentase faktor vegetasi, P adalah laju curah hujan (cm/s)
dan p adalah intensitas curah hujan (cm/s), dan S adalah potensial storage (cm).
Soil Concervation Service (SCS), mengembangkan suatu prosedur yang sering
disebut metode curve-number untuk menaksir runoff. Metode ini selanjutnya
dikenal dengan model SCS.
b) Model HEC
Model HEC merupakan model infiltrasi dasar pada suatu hubungan non linear
antara intensitas curah hujan dan kapasitas infiltrasi.
'
f =k k p
'
k =0,21
. (6.9)
F F
F
'
, 1 dan k =0, >1
D D
D
(6.10)
1
f = St
2
S=
-0,5
+C
(2.14)
F .t F .t
2 t . t t . t
(2.15)
F .t 2 S .t . t
t . t
.... (2.16)
C=
d) Model Hydrograf
Jika akurasi data curah hujan dan runoff yang tersedia pada suatu bidang tanah
kecil, jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan model yang disebut model hydrograf. Model ini didasarkan pada
pendapat berikut: (1) intersepsi dan infiltrasi kecil, (2) infiltrasi merupakan
abstrak utama bahwa curah hujan dikurang dengan infiltrasi akan mendekati
aliran permukaan. Model ini lebih sering digunakan untuk menentukan neraca air.
f=
F
q + q
= p p
tDD
................. (2.17)
t
2
Jika kapasitas perkolasi lebih besar dari kapasitas infiltrasi maka lapisan di
bawah lapisan permukaan tidak akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh
infiltrasi. Jika kapasitas perkolasi lebih kecil dari kapasitas infiltrasi maka lapisan
bawah akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh laju perkolasi. Untuk
lahan yang sulit pengambilan sample konduktivitas hidrauliknya di lapangan,
maka dapat juga dilakukan pendekatan nilai kondukttivitas hidraulik dengan
menggunakan data tekstur tanah.
0
10,4
0,25
5,6
0,50
3,2
0,75
2,1
1,00
1,5
1,25
1,2
1,50
1,1
1,75
1,0
kapasitas
fc
f - fc
log (f - fc)
infiltrasi( f )
(jam)
(cm/jam)
0,00
10,4
1,0
9,4
0,973
0,25
5,6
1,0
4,6
0,663
0,50
3,2
1,0
2,2
0,342
0,75
2,1
1,0
1,1
0,041
1,00
1,5
1,0
0,5
-0,301
1,25
1,2
1,0
0,2
-0,699
1,50
1,1
1,0
0,1
-1,000
1,75
1,0
1,0
0,0
2,00
1,0
1,0
0,0
2,00
1,0
waktu, t
1.4
1.2
1.0
0.8
y = -0.7527x + 0.7521
2
R = 0.9985
0.6
0.4
log (f-fc)
0.2
-1.00
-0.75
-0.50
0.0
-0.25 0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
-1 /0,434 m,
12
Kapasitas infiltrasi, f (cm/jam)
10
model
lapangan
4
2
0
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00
w aktu, t (jam)
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2014.
Perubahan
Sifat
Benda.
Di
Unduh
Dari
http://zhalabe.blogspot.com/2012/01/perubahan-sifat-benda.html#.VJBCGZRdVBR.
Diakses pada tanggal 9 Desember 2014
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Insitut Pertanian Bogor Press. Bogor
Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Maulia,
Feny.
2013.
Agrohidrologi
Infiltrasi.
Di
Unduh
http://fmazones.blogspot.com/2013/01/agrohidrologi-infiltrasi.html.
tanggal 15 Desember 2014
Dari
Diakses
:
pada
Sridianti. 2014. Ciri-Ciri Bioma Gurun. Di Unduh Dari : http://www.sridianti.com/ciri-ciribioma-gurun.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2014