Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Maharani Sandiana Lukito
121710101102
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung
komponen gula, pati, maupun selulosa. Bioetanol biasanya dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai
zat pelarut, pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Bioetanol
dapat dengan mudah diproduksi dari bahan bergula, berpati dan berserat.
Dengan
berkembangnya
proses
sakarifikasi
bahan
bahan
berpati
menggunakan enzim, bahan baku pembuatan etanol juga berkembang dari gula
ke pati. Pati adalah polimer gula atau sakarida. Jika pati dipecah akan
menghasilkan gula yang bisa difermentasi menjadi etanol.
Labu kuning (Cucurbita Moschata Durch) merupakan bahan pangan yang
kaya kandungan gizinya yaitu mengandung Karbohidrat 6,6 g, protein 1,1 g
vitamin A 180 g, Air 91 g, dan mineral (Que et al., 2008). Daging buahnya
mengandung antioksidan sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Tanaman
Labu Kuning biasanya hanya ditanam sebagai tanaman sampingan, namun
jumlah produksi labu tetap melimpah. Jumlah produksi yang melimpah tidak
diimbangi dengan pemanfaatan yang optimal. Saat ini sedang diusahakan
secara intensif pemanfaatan bahan - bahan yang mengandung serat kasar
dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung
karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Mengingat kandungan karbohidrat
dan gula yang cukup tinggi, labu kuning memungkinkan untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuaatan bioetanol.
Produksi bioetanol (alkohol) dihasilkan melalui proses fermentasi gula
sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme utama yang
digunakan dalam fermentasi bioetanol adalah ragi yaitu Saccharomyces
cerevisiae yang dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar (Astuty,1991).
Saccharomy cescerevisiae dapat mengkonversi gula menjadi etanol karena
adanya enzim invertase dan zimase. Jika gula yang tersedia dalam substrat
merupakan gula disakarida maka enzim invertase akan bekerja menghidrolisis
disakarida menjadi monosakarida. Setelah itu, enzim zymase akan mengubah
monosakarida tersebut menjadi alkohol dan CO2.
Untuk
mengetahui
bagaimana
pengaruh
penambahan
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Familia: Cucurbitaceae
Genus
: Cucurbita
Spesies
dikenal
mikroorganisme
dengan
ragi.
istilah
bioetanol
Fermentasi
ini
(alkohol)
selain
dengan
menghasilkan
menggunakan
etanol
juga
menghasilkan zat lain yaitu air. Proses fermentasi untuk menghasilkan alkohol ini
untuk pertama kali dipelajari tahun 1789 oleh ahli kimia berkebangsaan Perancis
bernama Lavosier. Di dalam studi kuantitatifnya, selama proses fermentasi selain
dihasilkan alkohol dan karbondioksida, juga terdapat produk lain yang disebut
asam asetat. Sebanyak 95,5% gula bila difermentasi akan menghasilkan 57,7%
etanol, 33,3% karbondioksida, dan 2,5% asam asetat. Pada tahun 1810 lebih
lanjut Gay Lussac memperkenalkan persamaan reaksi yang dikenal sebagai
persamaan Gay Lussac yang ditunjukkan dibawah ini :
cereviseae.
Secara
umum
khamir
dapat
tumbuh
dan
memproduksi etanol secara efisien pada pH 3,5-6,0 dan suhu 28-35 C. Jika
bioetanol yang terkandung di dalam substrat tinggi maka hal ini justru akan
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Karena
pada kadar alkohol 2,5% pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae akan
terhambat. Hanya Saccharomyces cerevisiae strain tertentu saja yang dapat
bertahan pada kadara lkohol 2,5-5%. Oleh karena itu dibutuhkan lama fermentasi
yang tepat untuk proses fermentasi bioetanol agar didapatkan kadar etano dalam
jumlah yang tinggi, nlai pH rendah, dan produksi gas yang tinggi tetapi tidak
mengganggu pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae.
enzim
invertase
akan bekerja
menghidrolisis disakarida
menjadi
2.5 Hipotesis
Khamir yang sering dipergunakan dalam proses fermentasi etanol adalah
Saccharomyces
cereviseae.
Saccharomyces
cerevisiae
merupakan
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, E. D, Fermentasi Etanol Kulit Buah Pisang, Penerbit UGM, Yogyakarta
,1991.
B. R. Gibson, S. J. Lawrence, J. P. R. Leclaire, C. D. Powell dan K. A. Smart,
Yeast responses to stresses associated with industrial brewery handling
FEMS Microbiology Reviews, vol. 31, no. 5, hal 535569, 2007.
Djoko Wiyono. (1995). Hand out teknologi fermenasi. Yogyakarta: Pascasarjana
UGM.
G.M. Walker, Bioethanol: science and technology of fuel alcohol.
BookBoon.com.Frederiksberg, Denmark, 2010.
Harrison JS. Graham JGJ. 1970. Yeast in Destilery Practice. Academic Press,
New York.
Hendrasty. H. K. 2003. Tepung Labu Kuning Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Kanisus,Yogyakarta.
J. S Harrison dan J. C. J. Graham, Yeast in Distilery Practice, Academic Press.
London, England, 1970.
Kunkee K D, C J Mardon. 1970. Yeast Wine Making. Academic Pre, London.
Pelezar M, Chan EC. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R
S Hadioetomo, T Ima, S S Tjitrosomo, S L Angka. UI-Press, Jakarta.
Ratledge C. 1991. Yeast Physiology-Micro-Synopis. J Bioprocess Engineering
6:195-203.
Taherzadeh MJ, Karimi K. 2007. Enzyme-Based Hydrolysis Process for Ethanol
from Lignocellulosic Material. Review: J Bio Reources 2 (4) : 707-738.