Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

PENGARUH PAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP


KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus)
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah fisologi hewan
Dosen Pengampu : Yuyun Maryuningsih, S.Si.M.pd

Disusun Oleh :
Tri Asih (14121620648)
Biologi- C / VI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )


SYEKH NURJATI CIREBON
2015

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rokok merupakan salah satu olahan tembakau dengan menggunakan
bahan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok dengan bahan tambahan berupa
cengkeh disebut rokok kretek, sedangkan rokok tanpa bahan tambahan cengkeh
disebut sebagai rokok putih. Selain salah satu olahan tembakau, rokok juga
merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat.
Proses dari merokok terbagi menjadi

dua reaksi,

yaitu reaksi

pembakaran dan reaksi pirolisa. Reaksi pembakaran dengan oksigen akan


membentuk senyawa CO2,

H2O2, NO, So, dan Co. Reaksi pirolisa

menyebabkan pemecahan struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa kimia


yang strukturnya sangat kompleks. Setiap satu batang rokok yang dibakar,
maka akan menghasilkan sekitar 4000 macam bahan kimia, diantaranya ada
400 macam bahan kimia tersebut bersifat toksik seperti bahan karsinogen, tar,
nikotin, nitrosamin, karbonmonoksida, senyawa PAH (Polynuclear Aromatic
Hydrogen), fenol, karbonil, klorin dioksin dan furan. .( Immanuel, 2013)
Asap rokok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asap utama (mainstream
smoke) atau asap yang dihisap oleh si perokok dan asap samping (sidestream
smoke) yang merupakan asap yang terus menerus keluar dari ujung rokok. Asap
samping dari rokok memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan
perokok pasif, yaitu orang yang berada di lingkungan yang tercemar asap rokok,
karena dari sebatang rokok yang terbakar akan dihasilkan asap samping dua kali
lebih banyak dari pada asap utama dan bahan berbahaya yang dikandung asap
samping lebih tinggi dari pada asap utama.
Asap rokok yang dihirup oleh perokok aktif maupun perokok pasif,dapat
menimbulkan radikal bebas. Dan mengandung komponen gas

terdiri dari

nitrogen dan senyawa hidrokarbon, sedangkan komponen partikel beberapa


diantaranya terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol dan cadmium. Namun
terdapat tiga komponen toksik utama yang terdapat dalam asap rokok, yaitu
karbonmonoksida, nikotin, dan tar. (Anonim, 2012)

Karbonmonoksida merupakan gas racun yang tidak berwarna dan tidak


berbau. Karbonmonoksida dapat menyebabkan berkurangnya pengiriman dan
pemanfaatan oksigen pada jaringan tubuh. Nikotin merupakan senyawa yang
diserap ke dalam sistem pembuluh darah melalui paru-paru dan selanjutnya
disirkulasikan ke otak dalam waktu yang sangat cepat serta dapat menyebabkan
penurunan kadar hormon testosteron. Tar merupakan bahan karsinogenik yang
tidak sederhana, tetapi merupakan campuran yang sangat kompleks yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit

diantaranya kanker, penyakit jantung,

bronchitis, gangguan kehamilan, dan impotensi.


Efek kimia dari rokok menunjukkan

adanya gangguan pada

spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal bebas atau oksigen yang


reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan menurunkan
antioksidan pada semen serta dapat

menimbulkan kerusakan DNA melalui

fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan ekor)
spermatozoa.
Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS,
reactive oxygen species) dapat merusak sperma, dan ROS telah diketahui
sebagai salah

satu penyebab infertilitas. Diketahui juga bahwa anion

superoksida, radikal

hidroksil dan hidrogen peroksida merupakan beberapa

ROS utama yang terdapat pada plasma semen (Agarwal et all., 2003).
Spermatogenesis

adalah

proses

dinamis

perkembangan

sel-sel

spermatogenik dari tahap spermatogonia sampai terbentuk spermatozoa.


Spermatogenesis

dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor

endogen meliputi hormonal, psikologi, dan genetika.

Faktor eksogen dapat

berupa bahan kimia dan obat-obatan. Asap rokok adalah faktor eksogen yang
dapat

memengaruhi proses spermatogenesis. Gangguan terhadap sel

spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas

semen dan terjadinya

kemandulan. Kemampua spermatozoa membuahi sel telur dipengaruhi oleh


kualitas dan kuantita spermatozoa. Spermatozoa yang kualitasnya rendah tidak
dapat membuahi sel telur.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah asap rokok dapat mempengaruhi konsentrasi spermatozoa mencit ?

2. Apakah pengaruh asap rokok terhadap motilitas spermatozoa mencit ?


3. Bagaiamana asap rokok terhadap morfologi spermatozoa mencit?
4. Bagaimana

asap

rokok

menyebabkan

penurunan

rata-rata

jumlah

spermatozoa dengan tudung akrosom utuh?


C. Tujuan
1. Mengetahui asap rokok dapat mempengaruhi

konsentrasi

spermatozoa

mencit
2. Mengatahui pengaruh asap rokok terhadap motilitas spermatozoa mencit
3. Mengatahui asap rokok terhadap morfologi spermatozoa mencit
4. Mengatahui

asap

rokok

menyebabkan penurunan rata-rata

spermatozoa dengan tudung akrosom utuh

jumlah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rokok
1. Penegrtian Rokok
Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang
berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung
negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat.
Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah
sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk
menikmati sebatang rokok, perlu dilakukan pembakaran pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujungnya yang lain.

Rokok merupakan produk pasaran yang

berasal dari daun tembakau yang dikonsumsi dengan cara dibakar pada
ujung satu kemudian dihisap melalui rongga mulut pada ujung lain.
Jumlah perokok di dunia hingga kini tak kurang sekitar satu
miliar orang, dengan 80% di antaranya

disumbang dari negara

berkembang. Di Indonesia yang berpenduduk 237,56 juta jiwa, hampir


sepertiga warganya merupakan perokok.(Anonim, 2015)
2. Jenis Rokok
Terdapat 2 jenis rokok yang umum yaitu, rokok putih dan rokok
kretek.Rokok putih umum dikonsumsi di luar negeri sedangkan rokok
kretek biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Perbedaan kedua jenis
rokok tersebut terletak pada komposisinya. Rokok kretek yan merupakan
rokok khas Indonesia memiliki campuran cengkeh didalamnya,
sedangkan rokok putih tidak. Rokok kretek juga terbagi lagi menjadi
rokok kretek

filter dan non-filter. Rokok kretek yang mengandung

cengkeh ini memiliki beberapa

komposisi yang berbeda dari rokok

putih. Rokok kretek mengandung 5 komposisi tambahan yaitu eugenol,


acethyl eugenol, -caryophillene, -humulene, caryophillene epoxide.
Efek

eugenol yang telah diteliti yaitu

eugenol merupakan bahan

anestetik yang digunakan oleh dokter gigi sehingga dapat menimbulkan


efek anestesi pada pengguna rokok kretek. Eugenol juga memiliki efek

lain seperti

antikonvulsan, penghambat

peradangan. Rokok kretek dapat menyebabkan

transmisi neural, dan


pneumonitis aspirasi

yang disebabkan berkurangnya reflek faringeal akibat efek anestesi dari


eugenol tersebut.(Anonim, 2015)
B. Sistem reproduksi Mencit jantan
Sistem reproduksi Mencit jantan tersusun atas organ genital eksternal
dan internal. Pada organ genital eksternal terdapat skrotum yang terletak
didepan anus mencit. Pada Mencit jantan terdapat penis yang digunakan
sebagai alat kopulasi sebagian besar hewan mamalia. Sistem reproduksi
Mencit jantan tersusun atas sepasang testis yang merupakan lokasi
pembuatan sel gamet jantan, selanjutnya terdapat epididimis yang
merupakan tempat pemasakan spermatozoa Mencit. Selanjutnya terdapat
saluran panjang yang disebut vas deferens yang menghubungkan testis
dengan kelenjar aksesori. Di dalam sistem reproduksi Mencit terdapat
beberapa kelanjar aksesori seperti vesikula seminalis dan prostate. Sistem
reproduksi Mencit jantan berakhir pada penis.
Alat reproduksi pada mencit jantan terdiri dari gonad, saluran kelamin,
dan kelenjar aksesori. Gonad jantan dan testis pada mencit dibungkus oleh
skrotum. Kantong skrotum ini terbentk aksi ganda akibat tekanan fisik yang
ditimbulkan oleh testis dan pengaruh stimulus androgen. Skrotum ini
berfungsi menjaga agar testis tetap dalam keadaan suhu intraabdominal.
Testis ini merupakan organ utama yang berfungsi menghasilkan sel kelamin
jantan dan hormon kelamin jantan yaitu testosteron.
Saluran kelamin pada mencit

terdiri dari epididimis, vas deferens,

vesikula seminalis, dan urethra. Epididimis merupakan saluran berkelokkelok terdiri dari tiga bagian yaitu caput, corpus, dan cauda. Bagian caput
berbentuk U, pipih yang merupakan bagian kepala. Bagian corpus
merupakan bahan epididimis. Bagian cauda merupakan bagian ekor
epididimis. Epididimis berfungsi sebagai tempat pemasakan sperma dan
sebagai tempat penyimpanan sperma yang tela terbentuk. Vas deferens
merupakan saluran berotot tebal sehingga menyerupai tali. Saluran ini
berfungsi untuk menyalurkan sperma dari cauda epididimis kedalam urethra.

Kelenjar asesori terdiri atas vesikula seminalis, yang diduga sebagai


tempat untuk menghasilkan cairan semen. Kelenjar postat yang berperan
dalam menghasilkan enzim fosfatase asam, asam sitrat, dan seminin.
Kelenjar kowper menghasilkan secret berupa lendir yang akan ditumpahkan
pada saat ejakulasi. Mencit juga memiliki alat kelamin eksternal yaitu penis
yang berfungsi memindahkan sperma ketubuh betina.
Sel kelamin pada Mencit jantan ditemukan pada bagian testis Mencit
yang kemudian didapatkan lobulus-lobulus yang berisi spermatozoa.
Pembentukan spermatozoa ini dibantu oleh aktivitas enzim testosteron.
Maturasi

atau

pematangan

spermatozoa

terjadi

pada

bagian

epididimis.(Anonim, 2014)
1. Testis Mencit
Testis mencit, dapat kita amati bagian- bagiannya yaitu tubulus
seminiferus. Dimana pada bagian tubulus seminiferus tersebut dapat diamati
bagian lumen, sel-sel spermatosit dan sperma. Spermatogenesis berlangsung di
dalam testis tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses spermatogenesis
berlangsung dari tepi ke bagian dalam (lumen). Adapun tahapan proses tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Spermatogonium: bentuk agak oval, tersusun secara berderet, terletak pada
membran basalis, intinya tidak tampak.
b. Spermatosit: terdiri dari spermatosit primer dan sekunder, dimana spermatosit
primer letaknya agak jauh dari membran basalis, sedangkan spermatosit
sekunder letaknya lebih dekat dari membran basalis.
c. Spermatid: ukurannya kecil, letaknya lebih dekat dengan lumen, bentuknya
bulat.
d. Spermatozoa: pada mikroskop berupa garis-garis panjang bergerombol dan
terletak di dalam lumen.
e. Sel sertoli: berperan dalam menyusun dinding tubulus seminiferus dan berfungsi
nutritive, proteksi, dan regulator.
f. Sel interstitial: terleak di antara tubulus seminiferus dengan komponen seluler
utamanya adalah sel leydig yang berfungsi untuk mensintesis hormon androgen,
misalnya testosteron.

2. Sel Sperma Mencit


Sperma pada mencit yang normal membentuk koma atau bulan sabit.
Bagian-bagiannya adalah kepala, leher dan ekor. Kepala sperma berfungsi
sebagai penerobos jalan menuju dan masuk ke dalam ovum. Sedangkan ekor
berfungsi untuk pergerakan menuju tempat pembuahan dan untu mendorong
kepala menerobos selaput ovum.
Pada sperma mencit, bentuk kepala sperma memanjang dan pada
ujungnya lancip/meruncing serta membengkok kearah samping membentuk
seperti kail. Bagian leher tampak tebal/besar dan cukup panjang yang
disebabkan karena pada bagian ini mengandung mitokondria yang letaknya
berderet/berbaris yang memberikan energi untuk pergerakan sperma, bentuknya
sama seperti pada leher sperma manusia.
Seperti pada mencit yang abnormal ada yang tidak memiliki ekor dan
ada yang berbentuk lonjong dan lurus. Sperma pada mencit memiliki dua
sentriol, yaitu sentriol proksimal yang tertanam pada connecting piece, dan
terdapat pula sentriol distal. Selama perkembangan, ekor sentriol distal dapat
dijumpai, namun berdegenerasi selama perkembangan connecting piece,
sedangkan middle piece ditandai dengan adanya seludang mitokondria yang
mengelilingi aksonema dan berfungsi untuk menghasilkan energy yang penting
bagi pergerakan sperma. Middle piece diakhiri dengan satu struktur yang disebut
annulus. Dibelakang annulus, aksonema dikelilingi oleh seludang serabut.
Daerah ini disebut principal piece. Pada bagian belakang principal piece disebut
end piece. (Anonim,2014)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
o Ruang lingkup penelitian

: Bidang Biologi

o Ruang lingkup tempat

: Laboratorium Dasar Biologi Fakultas

MIPA

Universitas Sam Ratulangi Manado

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap
(Completely randomized design).
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi Penelitian ini adalah tikus jantan (Mus musculus)
2. Sample
Sample Penelitian ini adalah tikus jantan yang memiliki Kriteria:
-

Kriteria inklusi ialah


Mencit jantan Mus musculus, usia 12-16 minggu, Berat badan 20-25
gram.

Kriteria eksklusi ialah mencit tampak sakit, tidak bergerak secara


aktif dan mencit mati dalam penelitian.

3. Besar sample
Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan masing-masing perlakuan
diulang lima kali. kelompok secara acak masing-masing 5

ekor, yaitu:

Kelompok kontrol (P0): tidak diberi perlakuan apapun, Perlakuan I (P1):


diberi paparan asap rokok 1 batang, Perlakuan II (P2): diberi paparan asap
rokok 2 batang, Perlakuan III (P3): diber paparan asap rokok 4 batang,
Perlakuan IV (P4). Perlakuan paparan asap rokok dilakukan setelah hewan
coba mengalami

aklimatisasi selama satu minggu.

Setiap

perlakuan

paparan asap rokok dilakukan dalam kandang perlakuan. Bagian pangkal


rokok dimasukkan ke dalam botol plastik yang dimodifikasi untuk dibakar
bagian ujung rokok. Rokok dimasukkan pada kandang perlakuan dengan
diletakkan pada

tempat yang telah dimodifikasi pada

masing-masing

kandang. Setelah rokok yang terakhir habis terbakar, hewan coba dapat
dikeluarkan dari kandang perlakuan.

Perlakuan paparan asap rokok ini

dilakukan setiap hari selama 30 hari


4. Cara pengambilan sample
Hewan coba dibius terlebih dahulu

menggunakan alkohol 70% dan

dibedah menggunakan disecting kit untuk mengambil organ testis dan cauda
epididimis. Cauda epididimis dipisahkan dengan cara memotong bagian
proximal corpus

epididimis dan

bagian distal vas deferens.

Cauda

epididimis yang sudah dipisahkan dapat diletakkan dalam cawan petri yang
berisi 1 ml NaCl 0,9%. Cauda epididimis dipotong-potong sampai halus dan
diaduk agar tersuspensi dengan NaCl 0,9% sehingga terbentuk suspensi
spermatozoa.

Selanjutnya suspensi tersebut diamati

menggunakan

mikroskop listrik.
D. Pengolahan Analisi Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan One-Way Anova dan
dilanjutkan dengan uji Duncan.
E. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 25 ekor
mencit jantan yang berusia 12-16 minggu dengan berat badan 20-25 gram.
Pelet komersial, air ledeng, rokok kretek dengan kandungan tar dan nikotin 39
mg dan 2,3 mg per batang rokok, larutan NaCl 0,9%, alkohol 70%, giemsa 3%,
akuades.
Alat-alat yang digunakan adalah

kandang pemeliharaan, kandang

perlakuan,
bilik hitung haemasitometer Improved Neubauer, disecting kit, objek gelas,
gelas penutup, pipet tetes, cawan petri, kapas, counter, mikroskop listrik, dan
kamera digital.

F. Metode Penelitian
1. Pengamatan konsentrasi spermatozoa

Suspensi spermatozoa yang diperoleh terlebih dahulu dihomogenkan


dengan cara

digetarkan dengan tangan atau diaduk dengan hati-hati

menggunakan gelas pengaduk.


Suspensi spermatozoa dihisap sebanyak 0,005 ml sampel, lalu hisap cairan
pengencer dalam pipet haemasitometer sampai tanda 1,01.
Teteskan suspensi tersebut pada

pinggir gelas penutup itu hingga

menyebar. Bilik hitung haemasitometer Improved Neubauer diletakkan di


bawah mikroksop

dengan perbesaran 400 kali.

Hitung konsentrasi

spermatozoa pada bidang A,B,C,D, dan E pada bilik hitung haemasitometer


Improved Neubauer dan jumlah total perhitungannya dimasukkan dalam
rumus penentuan konsentrasi atau jumlah spermatozoa/ml suspensi sekresi
cauda epididimis sebagai berikut: konsentrasi spermatozoa = N / 2 105
spermatozoa/ml suspensi, yang mana N adalah jumlah spermatozoa yang
dihitung pada 5

kotak dalam bilik hitung

haemasitometer Improved

Neubauer.
2. Pengamatan motilitas spermatozoa
Suspensi spermatozoa diteteskan pada gelas objek dengan menggunakan
pipet

tetes dan tutup objek gelas menggunakan

gelas penutup. Amati

sediaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali gerakan-gerakan


spermatozoa. Periksa 4-6

lapangan pandang untuk mendapatkan 100

spermatozoa secara berurutan. Kategorikan hasilnya untuk mendapatkan


presentase setiap kategori motilitas

spermatozoa. Kategori motilitas

spermato-zoa yaitu: Motilitas A: gerakan spermato- zoa maju lurus dan


cepat (progresif), motilitas B: gerakan spermatozoa belok-belok, sulit maju
lurus/lambat, Motilitas C: spermatozoa bergerak di tempat, Motilitas D:
spermatozoa diam atau tidak tampak

bergerak. Motilitas yang normal

merupakan jumlah dari motilitas A dan motilitas B.


3. Pengamatan morfologi spermatozoa
Suspensi spermatozoa diteteskan di atas gelas objek untuk dibuat
preparat apus dan dikeringkan di udara. Preparat apus difiksasi dengan
metanol selama 3-5 menit, lalu warnai dengan larutan giemsa 3% selama 45
menit. Preparat dicuci dengan akuades dan dikeringkan. Preparat tersebut

diamati di bawa mikroskop dengan perbesaran 400 kali untuk mengetahui


morfologi

dari 100-150 spermatozoa

mencit. Hitung presentase

spermatozoa yang abnormal dari hasil yang didapatkan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Konsentrasi spermatozoa
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa terjadi penurunan rata-rata
konsentrasi spermatozoa secara bermakna pada mencit yang diberikan paparan
asap rokok dibandingkan dengan kontrol. Pada Tabel 1 dengan menggunakan
One Way Anova

dapat dilihat

bahwa rata-rata konsentrasi

spermatozoa

menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).

(Sumber: Immanuel et all:2013)


Berdasarkan Tabel 1 didapatkan
penurunan

bahwa

konsentrasi spermatozoa mencit setelah

terjadi kecenderungan
dilakukan perlakuan

paparan asap rokok selama 30 hari. Semakin bertambahnya jumlah paparan


asap rokok yang diberikan sejalan dengan penurunan konsentrasi spermatozoa
mencit. Kelompok ontrol (P0) menunjukkan konsentrasi yang paling tinggi,
diikuti berturut perlakuan I (P1), perlakuan II (P2), perlakuan III (P4), dan
perlakuan IV (P4).
2. Motilitas Spermatozoa
Berdasarkan hasil analisis data

didapatkan bahwa terjadi penurunan

rata-rata presentasemotilitas spermatozoa secara bermakna pada mencit yang


diberikan pemaparan asap rokok dibandingkan dengan kontrol. Pada Tabel 2
dengan

menggunakan One Way Anova menunjuk kan bahwa rata-rata

presentase motilitas spermatozoa yang normal menunjukkan perbedaan yang


bermakna (p<0,05). Selanjutnya dengan uji Duncan dengan Post Hoc Test
antara kelompok kontrol (P0) dan perlakuan P1,P2,P3,P4 (angka diikuti dengan
notasi berbeda), masing- masing kelompok didapatkan perbedaan yang
bermakna satu sama lainnya (p<0,05).

(Sumber: Immanuel all:2013)


Dilihat dari Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan
presentase motilitas normal spermatozoa mencit setelah dilakukan paparan asap
rokok selama 30 hari. Semakin bertam bahnya jumlah asap rokok yang diberikan
sejalan dengan penurunan presentase motilitas normal spermatozoa. Kelompok
kontrol (P0) menunjukkan presentase motilitas normal yang paling tinggi, diikuti
berturut-turut kelompok per-lakuan I (P1), perlakuan II (P2), perlakuan III (P3),
dan perlakuan IV (P )
3. Morfologi Spermatozoa
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
presentase morfologi spermatozoa yang abnormal secara bermakna pada mencit
yang diberikan perlakuan paparan asap rokok dibandingkan dengan kontrol
yang tidak diberikan paparan asap rokok. Pada Tabel 3 dengan menggunakan

One Way Anova didapatkan bahwa rata-rata presentase morfologi spermatozoa


abnormal

menunjukkan perbedaan yang bermakna

(p<0,05). Selanjutnya

dengan mengguna kan Post Hoc Test uji Duncan antara kelompok kontrol (P0)
dan perlakuan P2,P3,P4 (angka diikuti dengan notasi berbeda), masing-masing
kelompok di dapatkan perbedaan yang bermakna satu sam lainnya (p<0,05).
Morfologi spermatozoa abnormal pada kelompok perlakuan P1 berbeda tidak
nyata dengan kelompok kontrol.

(Sumber: Immanuel all:2013)

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan


presentase morfologi spermatozoa yang abnormal setelah diberikan paparan asap
rokok selama 30 hari. Semakin bertambahnya jumlah paparan asap rokok yang
diberikan sejalan dengan peningkatan

morfologi spermatozoa yang abnormal.

Kelompok perlakuan IV (P4) menunjukkan presentase morfologi yang abnormal

paling tinggi, diikuti berturut-turut kelompok perlakuan III (P3), perlakuan II (P2),
perlakuan I (P1), dan kontrol (P0).
Pada penelitian ini morfologi abnormal spermatozoa yang ditemukan adalah
spermatozoa mencit dengan 2 kepala dan 2 ekor, kepala abnormal, badan dan
ekor melipat, dan sebagainya. Yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini
adalah spermatozoa mencit dengann badan dan ekor melipat seperti yang terlihat
pada Gambar 2.

BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Asap Rokok Konsentrasi Spermatozoa
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, mencit jantan yang tidak
diberikan paparan asap rokok menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi. Hal
ini

menunjukkan

semakin banyak asap rokok yang dipaparkan maka

konsentrasi spermatozoa semakin sedikit


Penurunan konsentrasi spermatozoa ini terjadi diakibatkan oleh
kandungan zat

kimia pada asap rokok seperti nikotin, tar, karbondioksida

sehingga berpotensi untuk menimbulkan peningkatan produksi radikal bebas. .


Peningkatan dan penurunan tersebut sejalan dengan lamanya pemaparan asap .
Penurunan kualitas spermatozoa diduga akibat radikal bebas asap rokok yang
bersifat sitotoksik akan menghambat pembentukan adenosin trifosfat (ATP)
mitokondria. Mitokondria merupakan tempat proses

perombakan atau

katabolisme untuk menghasilkan energi bagi spermatozoa. (Adrien Jems Akiles


Unitly, 2014:117)
Peningkatan radikal bebas ini akan merusak membran dari sel-sel spermatogenik, mengganggu transport ion-ion
pertumbuhan

penting bagi proliferasi dan

sel-sel spermatogenik, merusak DNA

meningkatkan terjadinya

spermatozoa

dan

apoptosis spermatozoa. Selain itu, kandungan zat

kimia pada asap rokok juga dapat menyebabkan penurunan jumlah spermatosit
pakiten dan spermatid karena dalam asap rokok masih banyak zat-zat kimia
yang menghambat spermatogenesis,

sehingga mengakibatkan

spermatozoa yang dihasilkan menjadi sedikit

konsentrasi

atau terjadi penurunan.( Van

Immanuel, 2013:333)

B. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Motilitas spermatozoa


Molilitas sperma adalah kemampuan sperma dalam bergerak dengan
tepat menuju sel telur. Penurunan motilitas spermatozoa diduga disebabkan oleh
senyawa

radikal bebas pada asap rokok yang dapat mengganggu motilitas

spermatozoa. Radikal

bebas yang terkandung pada asap rokok dapat

menurunkan frekuensi gerakan ekor spermatozoa


berkurangnya

energi

pergerakan

ekor

karena menyebabkan

spermatozoa.

menyebabkan produksi ATP mitokondria rendah.

Radikal

bebas

Mitokondria merupakan

tempat proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi bagi


pergerakan ekor spermatozoa. Alat gerak spermatozoa terletak pada bagian ekor
spermatozoa yang disusun oleh aksonema. Aksonema terdiri dari sepasang
mikrotubulus sentral dan dikelilingi 9 pasang mikrotubulus di sebelah luarnya.
.( Van Immanuel, 2013:333)

Mikrotubulus luar terdiri atas subfibril A dan subfibril B yang disusun


oleh protein dinein. Protein dinein sangat berguna dalam motilitas spermatozoa
karena mempunyai aktifitas ATP-ase yang dapat menghidrolisis ATP yang
dipergunakan sebagai energi motilitas spermatozoa.
Motilitas spermatozoa juga

dapat menurun akibat abnormalitas

spermatozoa. Gerakan maju yang progresif dari spermatozoa ditentukan oleh


keseimbangan ekornya yang tergantung dari bentuk morfologi spermatozoa.
Spermatozoa dengan morfologi abnormal akan menghambat pergerakan dan
keseimbangan ekornya. Dengan menurunnya motalitas normal spermatozoa
mencit maka sejalan dengan meningkatnya motilitas abnormal spermatzoa.
Morfologi spermatozoa yang abnormal merupakan salah satu faktor
infertilitas. Rendahnya motilitas spermatozoa yang

abnormal menyebabkan

spermatozoa kurang mampu melakukan penetrasi ke dalam getah serviks dan


menembus saluran reproduksi secara normal serta tidak dapat menembus sel
telur. (Fitriani, 2010:13-14)
C. Morfologi spermatozoa Akibat paparan Asap Rokok
Mencit tanpa

paparan asap rokok memberikan hasil

spermatozoa yang abnormal

morfologi

lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok

mencit jantan yang diberikan paparan asap rokok. Hal ini menunjukkan semakin
banyaknya jumlah paparan asap rokok yang
spermatozoa

diberikan, maka morfologi

yang abnormal akan semakin meningkat.

spermatozoa dapat

Abnormalitas pada

terjadi karena adanya kelainan-kelainan

spermatogenesis di dalam tubulus

pada saat

seminiferus dan setelah spermatozoa

meninggalkan tubulus seminiferus. Paparan asap rokok dapat mempengaruhi


proses

spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar testosteron.

Pengaruh asap rokok terhadap proses spermatogenesis melalui mekanisme yang


melibatkan nikotin dalam asap rokok yang menstimulasi medula adrenal untuk
melepaskan katekolamin yang mana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
sehingga mengganggu proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron
melalui mekanisme umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior testis.
Apabila proses spermatogenesis terganggu atau terhambat, maka akan
menyebabkan terbentuknya morfologi spermatozoa abnormal yang merupakan
hasil akhir dari proses spermatogenesis.

Peningkatan radikal bebas yang

ditimbulkan oleh asap rokok dapat merusak membran mitokondria sehingga


menyebabkan hilangnya fungsi potensial membran mitokondria. Radikal bebas
juga merusak integritas DNA pada nukleus spermatozoa sehingga kedua hal
tersebut akan menginduksi terjadinya apoptosis sel. Apoptosis sel tersebut selain
mempengaruhi konsentrasi/jumlah spermatozoa, juga menyebabkan perubahan
morfologi spermatozoa pada saat spermatogenesis.

(Sumber:Fitriani all, 2010)


Hasil pengamatan mikroskopis ditemukan kelainan

pada morfologi

spermatozoa mencit perlakuan seperti kepala pecah, kepala pipih, ekor putus
dan kepala kecil (Gambar 3). Abnormalitas pada spermatozoa dibagi menjadi
abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer yaitu
spermatozoa yang mengalami kelainan pada saat spermatogenesis, meliputi

kepala yang terlampau besar, kepala yang terlampau kecil, kepala pendek,
kepala pipih memanjang, kepala

rangkap dan ekor ganda. Abnormalitas

sekunder yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan setelah meninggalkan


tubulus seminiferus, ditandai dengan ekor putus, kepala pecah, dan kepala
tanpa ekor.
Paparan asap rokok dapat mempengaruhi proses

spermatogenesis,

kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh asap rokok
dapat mempengaruhi sintesis hormon testoteron

melalui dua mekanisme.

Mekanisme pertama melibatkan komponen logam (kadmium dan nikel) dalam


asap rokok yang dapat mengganggu aktifitas

enzim adenil siklase pada

membran sel leydig sehingga mengakibatkan terhambatnya sintesis hormon


testosteron. Mekanisme kedua
dapat

melibatkan

nikotin dalam asap rokok yang

menstimulasi

medula adrenal untuk melepaskan katekolamin.

Katekolamin dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat

mengganggu proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui


mekanisme

umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior testis. Hasil

penelitian menunjukkan bahan-bahan racun dan radikal bebas menimbulkan


perubahan DNA pada spermatozoa yang menyebabkan mutasi secara permanen
yang dapat diwariskan pada keturunan. (Fitriani, 2010:15)
D. Paparan

asap

rokok

menyebabkan

penurunan

rata-rata

jumlah

spermatozoa dengan tudung akrosom utuh.


Paparan asap rokok menyebabkan spermatozoa yang memiliki keutuhan
tudung akrosom ditandai bintik hitam di bagian kepala spermatozoa setelah
dipaparkan dengan larutan formalin 1% (Gambar 4).

(Sumber:Fitriani all, 2010)

Spermatozoa yang tidak memiliki tudung akrosom utuh yang ditandai dengan
kepala berwarna putih. Menurunnya rata-rata jumlah spermatozoa yang
memiliki tudung akrosom utuh diduga disebabkan oleh produksi ROS yang
berlebihan

yang

dihasilkan dari produk metabolisme yang terjadi

alamiah dan berbahaya bagi kelangsungan


terjadinya peroksida

secara

sel. ROS dapat menyebabkan

lipid pada membran plasma spermatozoa yang

dapat

menimbulkan kegagalan fungsi spermatozoa yaitu hilangnya kemampuan untuk


fertilisasi.Terjadinya kerusakan pada membran spermatozoa menyebabkan
gangguan pada spermatozoa itu sendiri. (Fitriani, 2010:16)

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai paparan asap rokok
yang dilakukan pada mencit jantan maka dapat diambil simpulan bahwa:
1. Semakin banyak jumlah paparan yang diberikan maka semakin menurunkan
kuaitas spermatozoa mencit
2. Penurunan konsentrasi spermatozoa ini terjadi diakibatkan oleh

kandungan zat kimia pada asap rokok seperti nikotin, tar, karbondioksida
sehingga berpotensi untuk menimbulkan peningkatan produksi radikal
bebas.
3. Penurunan motilitas spermatozoa diduga disebabkan oleh senyawa

radikal bebas pada asap rokok yang dapat mengganggu motilitas


spermatozoa, asap rokok dapat menurunkan frekuensi gerakan ekor
spermatozoa karena menyebabkan berkurangnya energi pergerakan
ekor spermatozoa.
4. Kelainan pada morfologi spermatozoa mencit perlakuan seperti kepala
pecah, kepala pipih, ekor putus dan kepala kecil
5. Spermatozoa yang tidak memiliki tudung akrosom utuh yang ditandai
dengan kepala berwarna putih

DAFTAR PUSTAKA
Adrien Jems Akiles Unitly, dkk. 2014.Perubahan kualitas spermatozoa dan jumlah selsel spermatogenik tikus yang terpapar asap rokok. Jurnal Kedokteran Hewan
Vol. 8 No. 2 hlm 116-119
Fitriani, Kartini Eriani, dkk.2010. The effect of cigarettes smoke exposured causes
fertility of the effect of cigarettes smoke exposuredcauses fertility of male mice
(Mus musculus), Jurnal Natural. vol.10 No.2 hlm.12-17
Immanuel Van, dkk. 2013.Pengaruh paparan asap rokok kretek terhadap Kualitas
spermatozoa mencit jantan (Mus musculus) Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1,
No1, hlm. 330-337
Anonim.2014..http://pengetahuan-bagus.blogspot.com/2014/02/sel-sel-kelamin

mencit.html.

Diakses tanggal 3 April 2015


Anonim.2012.http://barrardliverpool.blogspot.com/2012/03/perusahaan-pengolahanmanufaktur-rokok.html. Diakses tanggal 3 April 2015
Anonim.2015.http://eprints.undip.ac.id/43917/3/Bab_2.pdf. Diakses tanggal 3 April
2015
Anonim.2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26613/Chapter%2
0I.pdf;jsessionid=B8169217E6F6A27BF79C6830C25F8B78?sequence=5.
Diakses tanggal 3 April 2015

Anda mungkin juga menyukai