Anda di halaman 1dari 24
& MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENUMPANG PADA PELABUHAN LAUT YANG DISELENGGARAKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 21 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN KAPAL, BARANG OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) KANTOR PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat scone metres Se. MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa dalam rangka pemberdayaan industri pelayaran nasional sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor § Tahun 2005, perlu menciptakan kelancaran pelayanan kapal, barang dan penumpang pada pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan; bahwa sampai saat ini belum ada keseragaman pengaturan tentang sistem dan prosedur pelayanan kapal, barang dan penumpang pada pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan; bahwa_berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan sistem dan prosedur pelayanan kapal, barang dan penumpang pada pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 98 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3493); Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 187 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3907); Menetapkan 10. aks 12. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Yang Beriaku Pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3940); Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 127 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4145); Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 160 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4001); Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 95 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4222); Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 17 Tahun 2000 tentang Pedoman / Penanganan Bahan / Barang Berbahaya Dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut; Keputusan Menteri Pethubungan Nomor KM. 63 Tahun 2002 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 37 Tahun 2006; MEMUTUSKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN KAPAL, BARANG DAN PENUMPANG PADA PELABUHAN = LAUT_—- YANG DISELENGGARAKAN OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) KANTOR PELABUHAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan as Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal, Barang dan Penumpang adalah tata cara pelayanan operasional yang mengatur keluar/masuk kapal, kegiatan bongkar muat, keluar/masuk barang dan orang di pelabuhan, yang dilakukan untuk menjamin terselenggaranya ketertiban dan kelancaran kegiatan operasional pelabuhan; Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitamya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi; Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum; Kantor Pelabuhan yang selanjutnya disingkat dengan Kanpel adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Pelabuhan yang selanjutnya disingkat dengan Kakanpel, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut; Perusahaan angkutan laut nasional (Indonesia National Shipping Company) adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri; Penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan faut khusus untuk melayani kepentingan sendiri dalam menunjang kegiatan usaha pokoknya dan tidak untuk melayani kepentingan pihak lain, baik dalam wilayah perairan Indonesia dan atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri; Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah; 10. " 12. 13, 14. 15. 16. 47, 18. Barang adalah semua jenis komoditi termasuk hewan yang dibongkar/dimuat dari dan ke kapal; Perusahaan Bongkar Muat yang selanjutnya disingkat dengan PBM adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar/muat barang dari dan ke kapal; Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut yang selanjutnya disingkat dengan EMKL adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk mengurus dokumen dan melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui laut; Pemilik barang adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kuasa atas barang yang diterima/dikirim melalui laut dengan menggunakan kapal, Tenaga Kerja Bongkar Muat yang selanjutnya disingkat dengan TKBM adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan; Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal adalah kegiatan yang meliputi Stevedoring, Cargodoring dan Receiving/Delivery di pelabuhan; Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga Itongkangj/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat; Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya; Receiving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya; Telegram nakhoda (master cable) adalah surat kawat (telegram) yang berisi rencana kedatangan kapal (hari, tanggal dan jam) dan rencana bongkar muat serta kebutuhan operasional lainnya (air, bahan bakar minyak, spareparts, dll ); Pemberitahuan Kedatangan Kapal yang selanjutnya disingkat dengan PKK adalah suatu bentuk pelaporan mengenai pemberitahuan rencana kedatangan kapal yang disampaikan oleh perusahaan angkutan laut nasional, penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus dan perusahaan pelayaran rakyat; 19. 20. 24 22 2a 24. (4) Pemberitahuan Kegiatan Bongkar Muat Barang yang selanjutnya disingkat dengan PKBM adalah suatu bentuk pelaporan mengenai pemberitahuan rencana kegiatan bongkarlmuat barang di pelabuhan yang disampaikan oleh perusahaan angkutan laut nasional dan perusahaan bongkar muat; Agen Umum (General Agent) adalah perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus yang ditunjuk oleh perusahaan angkutan laut asing di luar negeri untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan kapalnya (baik kapal milik, kapal charter maupun kapal yang dioperasikannya); Sub Agen adalah_-—perusahaan = angkutan —_ laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus yang ditunjuk oleh agen umum untuk melayani kepentingan kapainya di pelabuhan tertent Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarding) yang selanjutnya disingkat dengan JPT adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk mengurus pengiriman dan penerimaan barang melalui angkutan darat, laut dan/atau udara; Pelaksana kegiatan bongkar muat adalah perusahaan bongkar muat dan atau perusahaan angkutan laut nasional yang diizinkan melakukan kegiatan bongkar muat barang dan dari ke kapal berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku; Forum Pelayanan Kapal, Barang dan Penumpang yang selanjutnya disingkat dengan FPKBP adalah perangkat kerja bersama antara Kanpel, instansi pemerintah terkait dan mitra kerja lainnya di pelabuhan dalam merencanakan/menetapkan pelayanan kapal, barang dan penumpang yang dikoordinasikan oleh Kakanpel BAB Il JENIS KEGIATAN, KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB. Pasal 2 Pelaksanaan_ kegiatan pemerintahan dan pengusahaan di pelabuhan dilakukan sesuai tugas, fungsi, kewenangan dan fanggung jawab dari setiap instansi Pemerintah terkait di pelabuhan dan unit terkait lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pengusahaan di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Kakanpel dalam bentuk Forum Pelayanan Kapal, Barang dan Penumpang (FPKBP). (3) Kakanpel menyusun prosedur tetap teknis operasional dan berkoordinasi dengan instansi Pemerintah terkait lainnya di pelabuhan. Pasal 3 Kegiatan dari masing-masing instansi Pemerintah dan unit kerja terkait di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) meliputi a. Kanpel mempersiapkan fasilitas pelabuhan antara lain berupa dermaga, fasilitas labuh/tambat, gudang, terminal penumpang dan lapangan penumpukan serta peralatan bongkar muat; b. Kantor Karantina melakukan pemeriksaan secara fisik dan menyelesaikan dokumen yang terkait dengan hewan, tumbuh- tumbuhan dan ikan; cc. Kantor Imigrasi melakukan pemeriksaan dan penyelesaian dokumen yang terkait dengan awak kapal dan penumpang asing; . Kantor Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan dan menyelesaikan dokumen klasifikasi barang dan bea-bea lainnya; e. PBM mempersiapkan rencana dan melaksanakan bongkar/muat barang dengan menyiapkan peralatan bongkar muat dan TKBM sesuai dengan kebutuhan; f. Perusahaan JPT dan EMKL menyelesaikan dokumen - dokumen yang berkaitan dengan pengiriman/penerimaan barang dan mempersiapkan fasilitas darat dari dan ke pelabuhan sesuai dengan kebutuhan; g. Perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara_kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen mempersiapkan dokumen-dokumen rencana pelayanan kapal dan persiapan- persiapan lainnya yang berkaitan dengan Clearance In/Clearance ‘Out dan diwajibkan menyerahkan dokumen dan surat-surat kapal ke Kanpel untuk pemeriksaan kelaiklautan kapal atau pelaksanaan Port State Control (PSC) untuk kapal-kapal asing; h. Koperasi TKBM mempersiapkan tenaga kerja bongkar muat untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan permintaan. sc coms sir 3 : (1) (2) 0) (2) BAB Ill TATA CARA PELAYANAN PADA PELABUHAN YANG TIDAK TERBUKA BAGI PERDAGANGAN LUAR NEGERI Pasal 4 Nakhoda atau pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana kedatangan kapal dengan mengirimkan telegram Nakhoda (master cable) kepada Kakanpel dan perusahaan angkutan laut nasionalipenyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umumisub agen serta memberikan informasi berita cuaca kepada Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) setempat melalui Stasiun Radio Pantai atau menggunakan faksimili dan sarana komunikasi lainnya dalam waktu paling singkat 1 x 24 jam sebelum kapal tiba di pelabuhan. Dalam hal waktu pelayaran kurang dari 24 jam, Nakhoda atau pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana kedatangan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada saat kapal meninggalkan pelabuhan asal menunju ke pelabuhan tujuan. Pasal 5 Perusahaan angkutan taut nasional/penyelenggara _kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, mengajukan Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) kepada Kakanpel sebagaimana contoh pada Lampiran | Peraturan ini. Pengajuan Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan melampirkan salinan manifest atau dokumen muatan kapal serta formulir menurut urutan dalam Lampiran Il Peraturan ini yang terdiri dari: a. Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PKK); b. Laporan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal (LK-3); Salinan Spesifikasi Kapal berbendera Indonesia yang dimiliki/charter ‘oleh perusahaan angkutan laut nasionaVpenyelenggara _—kegiatan = angkutan—laut khusus/pelayaran rakyat yang —dikeluarkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur/Direktur Jenderal Perhubungan Laut atau Ship's Particular, d. Salinan Rencana Pola Trayek (RPT) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut: e. Salinan Persetujuan Kelonggaran Syarat Bendera (Dispensasi) Penggunaan Kapal Asing yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Pasal 6 (1) Kakanpel setelah menerima pengajuan permintaan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 melakukan penilikan terhadap dokumen kapal dan barang, menyusun rencana pelayanan serta menyiapkan fasilitas pelayanan _jasa kepelabuhanan. (2) Kakanpel setelah melakukan penilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan koordinasi dengan perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen pada FPKBP serta memberikan clearance in untuk menetapkan pelayanan kapal. (3) PBM setelah mendapat penunjukan dari perusahaan angkutan laut nasionalipenyelenggarakegiatan angkutan laut_ khusus/agen umum/sub agen pemilik barang menyampaikan PKBM kepada Kakanpel untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan kegiatan bongkar muat sebagaimana contoh pada Lampiran Ill Peraturan (4) Kakanpel setelah menerima PKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan penilikan mencakup aspek-aspek penggunaan TKBM, produktivitas bongkar muat dan persyaratan keselamatan kerja. (©) Hasil peniikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikoordinasikan dengan PBM, Koperasi TKBM dan perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara_kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen pada FPKBP untuk mencapai target kinerja bongkar muat yang optimal. (8) Kakanpel memberikan Nota Persetujuan Kegiatan Bongkar/Muat Barang di Pelabuhan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran IV Peraturan i (7) Setelah mendapatkan Nota Persetujuan Kegiatan Bongkar/Muat Barang Di Pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), PBM yang ditunjuk dapat melakukan kegiatan bongkar/muat barang dari dan ke kapal dan menempatkan/mengambil barang ke dan atau dari gudang/lapangan penumpukan yang telah ditetapkan. Pasal 7 Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan bongkar/muat barang di pelabuhan, Kakanpel melakukan tugas a. mengawasi kegiatan bongkar muat; Secicemereeenee * b. dalam hal terjadi hambatan, melakukan pengarahan pelaksanaan kegiatan bongkar muat, penumpukan barang di gudang dan lapangan penumpukan serta kegiatan receiving /delivery barang; c. mengawasi pelaksanaan kerja dan perlengkapan kerja TKBM dalam kaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta pencapaian produktivitas kerja Pasal 8 Pelayanan barang umum di dermaga konvensional dilaksanakan sesuai prosedur sebagai berikut : a. Pelayanan kegiatan bongkar muat dilakukan melalui gudang atau lapangan penumpukan dengan menggunakan peralatan bongkar muat yang tersedia; b. Pelayanan kegiatan bongkar muat langsung (truck losing) diperuntukkan bagi sembilan bahan pokok, barang strategis, barang militer serta barang/bahan berbahaya yang memerlukan penanganan khusus sesuai kondisi pelabuhan setempat; c. Untuk —barang-barang yang dikeluarkan dari_tempat penumpukan/gudang, pemilik barang/perusahaan EMKLiperusahaan JPT berdasarkan otorisasi/surat perintah kerja dari pemilik barang mengambil Delivery Order (DO) dari perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara _kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen yang bersangkutan untuk kemudian menyelesaikan kewajiban keuangannya kepada Bendahara Penerima Kanpel sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku; d. Berdasarkan bukti pembayaran jasa_kepelabuhanan, pemilik barang/perusahaan EMKL/perusahaan JPT menyampaikan Pemberitahuan Pengeluaran Barang (P2B) kepada Kakanpel untuk mendapatkan persetujuan; . Kakanpel setelah melakukan penilikan terhadap Pemberitahuan Pengeluaran Barang (P2B) sebagaimana dimaksud pada huruf d, memberikan persetujuan pengeluaran barang. Pasal 9 (1) Pelayanan bongkar/muat barang umum yang dilakukan tidak melalui dermaga dilaksanakan dengan menggunakan sistem rede transport, ship-to-ship (STS) transfer, floating transshipment dan lainnya (2) Pelaksanaan rede transport, ship-to-ship (STS) transfer, floating transshipment dan lainnya dilakukan dengan menggunakan tongkang atau kapal sejenis. sn ner ars 3 Pasal 10 Setelah kapal selesai melakukan kegiatan bongkar muat serta telah menyelesaikan semua persyaratan teknis, administratif dan biaya pelayanan jasa transportasi laut serta telah mendapatkan Clearance Out/Surat Izin Berlayar (SIB) dari Kakanpel, maka perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen dapat memberangkatkan kapainya dari pelabuhan BAB IV TATA CARA PELAYANAN PADA PELABUHAN YANG TERBUKA BAGI PERDAGANGAN LUAR NEGERI Pasal 11 Nakhoda atau pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana kedatangan kapal dengan mengirimkan telegram Nakhoda (master cable) kepada Kakanpel dan perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen, serta memberikan informasi berita cuaca kepada Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) setempat melalui Stasiun Radio Pantai atau menggunakan faksimili dan sarana komunikasi lainnya dalam waktu paling singkat 1 x 24 jam sebelum kapal tiba di pelabuhan Pasal 12 (1) Perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11, mengajukan Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) kepada Kakanpel dengan tembusan kepada instansi pemerintah terkait di pelabuhan (Bea dan Cukai, Imigrasi dan Karantina) sebagaimana contoh pada Lampiran | Peraturan ini (2) Pengajuan Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan melampirkan salinan manifest atau dokumen muatan kapal serta formulir menurut urutan sesuai Pasal 5 ayat (2) pada Lampiran Il Peraturan ini, dan Salinan Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing (PKKA) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebagaimana contoh pada Lampiran V Peraturan ini Pasal 13 (1) Kakanpel setelah menerima Pengajuan Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 melakukan penilikan tethadap dokumen kapal dan barang, menyusun rencana pelayanan serfa menyiapkan fasilitas pelayanan jasa kepelabuhanan ACER meson a (2) (3) 0) (2) (3) (4) (6) Kakanpel setelah melakukan penilikan sebagaimana pada ayat (1) melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait di pelabuhan (Bea dan Cukai, Imigrasi dan Karantina) dan pengguna jasa pelabuhan pada FPKBP dan memberikan clearance in serta menetapkan penyandaran bagi kapal keagenan berbendera asing, Perpindahan kapal dari dermaga ke dermaga lain (shifting) atau dan dari dermaga ke luar kolam pelabuhan atas permintaan perusahaan angkutan laut nasional dapat dilakukan setelah mendapat izin olah gerak dari Kakanpel dengan ketentuan : a. Perpindahan kapal dari dermaga ke dermaga lainnya (shifting) dan/atau dari dermaga ke luar kolam pelabuhan atas perintah Kakanpel, dibebaskan dari biaya pandu dan tunda; b. Perpindahan kapal dari dermaga ke dermaga lainnya (Shifting) dan/atau dari dermaga ke luar kolam pelabuhan atas permintaan perusahaan angkutan laut nasional/agen umum atau dikarenakan kesalahan yang ditimbulkan oleh perusahaan angkutan laut nasional/agen umum, dikenakan biaya pandu dan tunda. Pasal 14 PBM setelah mendapat penunjukan dari perusahaan angkutan laut nasional/pemilik barang menyampaikan PKBM kepada Kakanpel untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan kegiatan bongkar muat sebagaimana pada Lampiran Ill Peraturan ini Kakanpel setelah menerima PKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan penilikan mencakup aspek-aspek penggunaan ‘TKBM, produktivitas bongkar muat dan persyaratan keselamatan kerja Hasil penilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikoordinasikan dengan PBM, Koperasi TKBM dan perusahaan angkutan laut nasional/agen umum pada FPKBP untuk mencapai target kinerja bongkar muat yang optimal. Kakanpel memberikan Nota Persetujuan Kegiatan Bongkar/Muat Barang di pelabuhan sebagaimana pada Lampiran IV Peraturan ini Setelah mendapatkan Nota Persetujuan Kegiatan Bongkar/Muat Barang di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PBM yang ditunjuk dapat melakukan kegiatan bongkar/muat barang dari dan ke kapal dan menempatkan/mengambil barang ke dan atau dari gudang/lapangan penumpukan yang telah ditetapkan. n Pasal 15 Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan bongkar/muat barang di pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, Kakanpel melakukan tugas a, _mengawasi kegiatan bongkar muat; b. dalam hal terjadi hambatan, melakukan pengarahan pelaksanaan kegiatan bongkar muat, penumpukan barang di gudang dan lapangan penumpukan serta kegiatan receiving/delivery barang; ©. mengawasi pelaksanaan kerja dan perlengkapan kerja TKBM dalam kaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta pencapaian produktivitas kerja Pasal 16 Pelayanan barang umum di dermaga konventional dilaksanakan sebagai berikut a. Pelayanan kegiatan bongkar muat langsung (truck lossing) diperuntukkan bagi sembilan bahan pokok, barang strategis, barang militer serta barang/bahan berbahaya yang memerlukan penanganan khusus sesuai kondisi pelabuhan setempat; b. Untuk barang-barang yang dikeluarkandari_tempat penumpukan/gudang, pemilik barang/perusahaan EMKLiperusahaan JPT berdasarkan otorisasi/surat perintah kerja dari pemilik barang mengambil Delivery Order (DO) dari perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara_kegiatan angkutan laut khusus/agen umum /sub agen yang bersangkutan untuk kemudian menyelesaikan kewajiban keuangannya kepada Bendahara Penerima Kanpel sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku; c. Berdasarkan bukti pembayaran jasa kepelabuhanan dan penyelesaian kewajiban dengan instansi pemerintah terkait di pelabuhan, pemilik barang/perusahaan EMKLiperusahaan JPT menyampaikan Pemberitahuan Pengeluaran Barang (P2B) kepada Kakanpel untuk mendapatkan persetujuan; d. Kakanpel setelah melakukan penilikan terhadap Pemberitahuan Pengeluaran Barang (P2B) sebagaimana dimaksud pada huruf c, memberikan persetujuan pengeluaran barang, scones Ln rn Nt 2 Pasal 17 Setelah kapal selesai melakukan kegiatan bongkar muat serta telah menyelesaikan semua persyaratan teknis, administratif, biaya pelayanan jasa transportasi laut dan penyelesaian kewajiban dengan instansi pemerintah terkait di pelabuhan serta telah mendapatkan Clearance Out/Surat \zin Berlayar (SIB) dari Kakanpel, maka perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen dapat memberangkatkan kapalnya dari pelabuhan BABV SANKSI Pasal 18 (1) PBM yang tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 14 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara_ kegiatan angkutan laut khusus/agen umum/sub agen yang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 12, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (3) Pemilik barang/perusahaan EMKL yang ditunjuk, yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (4) Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sebagai berikut a. Teguran lisan dan tertulis dilakukan oleh Kakanpel setempat; b. Penghentian pelayanan terhadap jasa kepelabuhanan untuk jangka waktu tertentu dan larangan beroperasi untuk jangka waktu tertentu, dilakukan oleh Kakanpel setempat; c. Rekomendasi pencabutan surat izin usaha/surat izin operasi diusulkan oleh Kakanpel setempat dan disampaikan kepada Gubernur/Direktur Jenderal Perhubungan Laut/ Bupati/Walikota untuk mendapatkan keputusan lebih lanjut. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Direktur Jenderal Perhubungan Laut melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. on nen NN Sa ak ‘3 Pasal 20 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Juni 2007 MENTERI PERHUBUNGAN ttd Ir, JUSMAN SYAFI'l DJAMAL SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth. Menko Bidang Perekonomian; Menteri Sekretaris Negara; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Menteri Dalam Negeri; Menteri Perindustrian; Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri Perdagangan; Menteri Keuangan; Sekretaris Kabinet; 10. Kapolri; 11. Para Gubernur/Bupati/ Walikota seluruh Indonesia; 12.Sekjen, Injen, Dirjen Perhubungan Laut dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan; 13. Kepala Biro Perencanaan, Kepala Biro Keuangan, dan Kepala Biro Hukum dan KSLN, Sekretariat Jenderal Departemen Perhubungan; 14.Para Kepala Kantor Pelabuhan; 15.Ketua DPP INSA, PELRA, GPEl, GINS], GAFEKSI/INFA dan APBMI SENogaena Salinan sgsuai dengan aslinya .. Kepaia Bito Hukuin dan KSLN LAMPIRAN | PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NoMoR a a TAMU at TANGO wt — TNL NOT ‘cONTOH POKUMBN PERMINTAAN PELAVANAN KAPAL DAN BARANG (PPK) Ne pte Yr kaKanreL oe 1, Pembalan 2 Ronen = }xetuap =] sven 3 Ropes i fan Nama Kapa Voy 9g Kap : Sa 10, Bram Depenttang 3 Penlt Kapal Seer ih Saiehan 4 Reem Umar Agen ‘Alsat 12. ABK/Peog Ember Dear Teepe 1h Peabo aa 5. sum Repl 1 auton Tan i SS 1S Pec apa 2 Sleep Ue Tg Mel Bengt i Stowe Tae —— aa Raa Ta Ta tat Kor Weer feet, EEEGEEI (GEEE! coon ie CEERI (Gee coo oo om ooo Perundn tide) « EEEEED) GEE EEEEEE! EEEEES) «GEES oon oo a CD ton cronekanePina TT tron crongkan/Pins) Ur Tapsom Gung Tsk Fn Gover Taine Pesan Lain va gps hE ee ee ee ee a eee eee el eee falesce eet ae ee eee Se EE is ee ee ae ene nee es $0) Stauber Mat ©) rt Stn Peayran “Ton eas een BO cc opie meme sane stent semen comer © Oe Gene Soe a eee eee 5 eer ey ae Union 0 C/) Dats Petites Khusus PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT NASIONAL RHUSUS " TEMBUSAN: 1.BenCuiai__2.Kantina 3 igri 4 Kean Pelsban MeNTERA PERHUBLNGAN oa |r, JUSMAN SAFI'L DIAMAL LAMPIRAN Il PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR ‘KM. 21 TAHUN 2007 TANGGAL —: 12 JUNI2007 A. PEMBERITAHUAN KEDATANGAN KAPAL (PKK), Nomor wren Kepada Lamp: ee Yih. Kakanpel Perihal : Pemberitahuan Kedatangan Kapal aes = (PKK) di- “Menunjuk PP. 82 TAHUN 1999 tanggal § Oktober 1999 tentang angkutan di perairan tangeal 4 Oktober 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahan Angkutan Laut Kapal sebagai berikut; 1. Nama Kapa / Voyage 2: DWI/GT 3. Bendera 4 Pemilik/ Principle 5. Agen Umum Sub Agen 6 ABK 7. Operator 3 =e 8 Trayek = Liner /Tramper *)\ 9. Jenis Perusahaan Angkutan Laut ‘Angkutan Laut Nasional / Khusus /Pelayaran Rakyat *) 10. Panjang / Draft Kapal aie Meter. 1 ETA/ETD yee eee ee teat 12 Pelabuhan Asal /Tujuan *) SIDA nna, ae 153, Tambat, Labub yang diminta SUBIR races Dati Tg! wal 14, Jenis barang yang akan di : ‘a. Bongkar * 1) Non Kontainer Barang Umum (GC) / Cura Kring / Cae*) 2) Kontainer FIL Meme IG sv TON 20a ORES. Ton, Kosong 40° Boxes, 20”. Boxes b. Must: 1)Non Kontainer ‘Barang Umum (GC) / Curah Kering / Cai*) 2) Kentainer Oe mee Tt 20" Kosong 40". 15. PBM yang ditunjuk PT. PBM. 16. Surat Penunjukan PBM No. 17, Rencana Debarkasi Penumpang i 18, Rencana Embarkasi Penumpang 19; Rencana Bongkar / Muat Rencane Kegiatan Bongiar iar 30, Reterangan lain-aianya eset 21, Lampiran: a. Copy Master Cable i. Manifest Bongkar / Muat ‘i Tembusan ka Ben & Oka 2 Ka. imigasi Pelabuan 3. Ka Kesehatan Plabuban 44 Ka. Karntina Pertanian Hewan *) Coret yang tidak perla Pimpinan B, LAPORAN KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL. Nomor Kepada Lampiran Perihal Yth. Kakanpel 0. di- LAPORAN KEDATANGAN / KEBERANGKATAN KAPAL Dasar Kep. Men. Hub. No. 33 Tabun 2001 tgl. 4 Oktober 2001 ‘Nama Kapal Noy. Bendera : 2 Ukuran DWT. GT. Type os ce Status : Milik / Charter /Keagenan*) Trayek Liner / Tramper*) Pemilik/ Principal é ‘Agen Umum Sub Agen ‘Nama Nahkoda NO. | TIBA BERANGKAT 1. Dari Tujuan 2. fTanggal Tanggal 3. Bongkar Muat Jenis Barang a. Jenis Barang Jumlah b. Jumlah f. Kontainer é c. Kontainer - kosong/MT 20” Boxes | - Kosong/MT 20” 40” -Isi 20” 40” 4 Naik a. Penumpang b. Hewan 5. Keterangan MENGETAHUI : KAKANPEL... C. SPESIFIKASI KAPAL BERBENDERA INDONESIA YANG DIMILIKUCARTER OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT NASIONAL/KHUSUS/PELAYARAN RAKYAT [Nama Kapal ‘Nama panggilan (call sign) ‘Nama galangan pembuat kapal:-, Tempat/Tahun pembangunan : Benders Konstruksl Dikelaskan pada Code Klas Daerah pelayaran Type Ukuran a. Ukuran berat )) Dwr 2) Displacement Ukr ii 1) GTi is kotor cr. 2) NT isi bersin Nr. 3) Grain Space 4) Bale Space & Panjang kapal : ‘a Panjang kapalsoluruh (Length Over All) 'b, Panjang antara garistegak (Length Between Perpendicular) 9. Lebar kapal 10, Draft kapal ‘Sarat musim pans (Summer Draft) '. Sarat musim dingin (Winter Draft) © Sarat musim tropica (Tropical Draft) Draft pada air tawar 11, Tumlah pall 12, Crane kapal Derrick) a Jumlah b _ Kapasitas angkat: 13, Mesin mesin induk dan mesin bantu) Mesin banty a Merk a Mek os = b. Tahun b Tahun s+ & Nomor: © Nomor: = 14, Keespatan / Speed a Maksimum b. Normal © Ekonomis| 15, Bahan Bakar 16. Jumlah Awak Kapal (Crew) 17 Kapasitas Penumpang. 18 Gross Akte Nomor 19, Dikeluerkan oleh veers BUPATI/WALIKOTA/GUBERNUR/DIRJEN HUBLA D. SALINAN RENCANA POLA TRAYEK LINER/TRAMPER 1, Rencana Pola Trayek Tramper Nomor Jakarta Lampiran Perihal Pengoperasian Kapal Tramper Kepada 4i Dalam Negeri Yth, Dirut a ai 1.Menunjuk surat saudara No. tanggal. perihal Laporan Pengoperasian Kapal Tramper Angkutan Leut Dalam Negeri, serta mengacu kepada Kepmenhub No. M3 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut 2.Tersebut butir 1 (satu) , dengan ini dibertahukan bahwa kapal Saudara telah dicetat sebagai potensi armada dalam trayek tramper dengan data sebagai berikut a. Nama Kapal ». Ukuran (DWT/GTHP) «. Bendera 4 Type «. Status £ Pelabuhan yang akan di singgahi & Urgensi 3. Sehubungan dengan perhal tersebut di atas, Saudara wali memperhatikan a. Kepmenhub No. KM 33 Tahun 2001 Pasal 38 ayat 2). 6, Melaporkan realissi perjalanan kapal (voyage report) per triwulan © Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tidak bertanggung jawab terhadap perjanjian pengangkuian yang dilakukan pemilik barang dengan pengangkut 4. Tia dpertenantan menyaahgunkan BBM menurtpersuran yng, bra ©. Masa berlaku trayektanggal.. i. 4, Demikian disampaikan untuk dapat digunakan sebagaimane mestinya DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT ‘Tembusan Yh 1. Bapak Dirjen Hubla; 2. Sesditjen Hubla; 3. Kadishub Prop. Ybs; 4, Adpel/Kakanpel ybs; 5. PT. Pelindo ybs. 2. Rencana Pola Trayek Liner ‘Nomor Lampiran Perial ‘Tembusan Yth 1. Bapak Dirjen Hubla; 2. Sesditjen Hubla; Jakarta Pengoperasian Kapal Liner Kepada di Dalam Negeri Yeh, Dirt nono a di 1. Memunjuk surat saudara No. sanggal. perihal Laporan Pengoperasian Kapal Liner Angkutan Laut Dalam Negeri, serta mengacu kepada Kepmenhub No. KM.33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut. 2.Tersebut butir 1 (satu) , dengan ini diberitahukan bahwa kapal Saudara telah dicatat sebagai potensi armada dalam trayek liner dengan data sebagai berikut : ‘Nama Kapal Ukuran (DWT/GT/HP) Bendera Type Kapasitas angkut Status ,. Kode Trayek Pelabuhan Pangkal ‘Susunan Trayek Urgensi 3. Schubungan dengan perihal tersebut di atas, Saudara wajib memperhatikan Kepmenhub No. KM 33 Tahun 2001 Pasal 38 ayat (2). ‘Melaporkan realsasiperjlanan kapal (Voyage report) per triwulan; ©. DirektoratJenderal Pechubungan Laut tidak bertanggung jawab terhadap perjanjian penganekutan yang dilakukan pemilik barang dengan pengangkut; 4. Tidak diperkenankan menyalahgunakan BBM menurut peraturan yang berlaku; ©. Masa berlaku trayektanggal sid 4, Demikian disampaikan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya, DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT. 3. Kadishub Prop. Ybs; 4. Adpel/Kakanpel ybs; 5. PT. Pelindo ybs. E, SALINAN PERSETUJUAN KELONGGARAN SYARAT BENDERA (DISPENSASI) Nomer Jakarta, Lampiran PerihalPerstyjuan Kelonggaran Kepada Syarat Bendera (Dispensasi) Penggunaan Kapal Asing Yh Dinu PT, ‘Angkotan Laut Dalam Negeri © 1. Menunjuk surat Saudare No, sanggal.....perhal Pembertahuan Penggunaan Kapal Asing “Angktan Laut Dalam Negeri 2. Memperhatikan Kepmenhub No. KM33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan ‘Angkutan Laut Pasa 3 (1), Pasal 4 ayat (1) Pasa 5 dan Pasal 14, dengan ini diberikan Perstujuan Kelonggaran Syara Bendera (Dispensas) kepada a Nama Kapal / TP. b.Bendera/Call Sign © Ukun Principal Owner Periode Chater 43, Perstujuan Kelonggaran Syarat Bendera(Dispenssi) tersebut butr 2 (du) di ata, dapat diberikan dengan ketetuan sebagai berikut ‘2 Melayani Trayek Tramper ', Menunjang angkuta laut dalam neges, untuk kegiatan © DispensasiSyarat Bendera (DSB) ini hanya berlak di wilaysh periran Indonesia. 4, Apabila kapal tersebut akan berlayar ke Iuarneger /

Anda mungkin juga menyukai