Anda di halaman 1dari 7

Reading Assignment

Divisi Psikosomatis

ASPEK PSIKOLOGIKAL PASIEN OBESITAS


Dedi Shauqi S
Divisi Psikosomatis Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan

PENDAHULUAN
Etiologi dan mekanisme terjadinya obesitas pada anak-anak dan dewasa sama.
Overweight mungkin dicetuskan oleh kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan.
Namun sulit untuk merubah kebiasaan ini, kemungkinan karena aspek psikologikal masih
belum sepenuhnya dimengerti. Telah diketahui bahwa orang obes menunjukkan kebiasaan
makan yang berbeda: kebiasaan memakan makanan sehat, membatasi makanan, perilaku diet
yang diselingi pesta makan, makan secara emosional dan makan berlebihan yang tidak
terkendali. Sehingga perilaku makan ternyata lebih kompleks dibandingkan dengan yang
dipikirkan sebelumnya dan setiap perilaku makan tersebut masih diteliti. Beberapa model
psikologikal telah dibuat untuk mengetahui kenungkinan mekanisme dari perilaku makan
yang berbeda ini. Kebanyakan dari mereka fokus terhadap 1 atau 2 perilaku yang
disfungsional.

FAKTOR RESIKO PSIKOLOGIKAL OBESITAS


Etiologi dasar gangguan makan dan obesitas biasanya merupakan kombinasi dari
lingkungan, psikososial, dan pengaruh genetik atau biologi. Individu yang menderita
gangguan psikologikal (mis; depresi, cemas dan gangguan makan) lebih sulit untuk
mengontrol konsumsi makanannya, olahraga yang adekuat dan mempertahankan berat badan
ideal.
Makananan sering digunakan sebagai mekanisme pelarian pada mereka dengan
masalah berat badan, terutama ketika mereka sedih, cemas, stres, kesepian dan frustasi. Pada
banyak individu yang obes, hal ini terjadi mengikuti siklus perubahan mood, makan yang
berlebihan dan peningkatan berat badan. Ketika mereka merasa stres, mereka akan mencari
makanan untuk menolong dan berpikir mendapatkan kenyamanan yang sementara dari stress
1

yang dialami, dan peningkatan berat badan yang diakibatkannhya menyebabkan mood
dismorfik karena ketidakmampuannya untuk mengontrol stres. Hal ini akan mereaktivasi
siklus, menyebabkan pola tersebut berlanjut terus, menggunakan makanan dengan emosi
untuk mengatasinya. Pola ini terbentuk terutama jika ada predisposisi genetik obesitas atau
lingkungan toksik dimana makanan dengan kalori tinggi selalu tersedia dan aktivitas fisik
terbatas.
Sebagai tambahan pada depresi dan ansietas, faktor resiko lain adalah perilaku makan
seperti mindless eating, snack dengan kalori tinggi, makan yang berlebihan dan makan
pada malam hari. Pesta gangguan makan (binge eating disorder/BED) saat ini termasuk
dalam bagian Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) dan
ditandai dengan: periode makan berulang dalam periode waktu yang berbeda (paling tidak 2
hari dalam seminggu dalam periode 6 bulan); memakan makanan dalam jumlah yang lebih
besar

dibandingkan

dengan

kebanyakan

orang

dalam

waktu

yang

bersamaan,

ketidakmampuan dalam mengontrolnya pada episode tersebut, dan cemas atau stress setelah
episode tersebut. Sekitar 2% dari populasi umum terkena BED dan sekitar 10-25% populasi
bariatrik. Perbedaan penting antara BED dan bulimia/anoreksia adalah bahwa BED tidak
berhubungan dengan kompensasi regular manapun, seperti purging, puasa atau olahraga yang
banyak, sehingga kebanyakan individu dengan BED adalah overweight.
Makan pada malam hari merupakan gangguan lainnya yang dapat menyebabkan
peningkatan berat badan yang signifikan, meskipun sindroma makan malam (Night Eating
Syndrome/NES)

bukan merupakan salah satu diagnosis dari DSM-IV-TR. Pertama kali

ditemukan pada tahun 1955, NES ditandai dengan konsumsi makanan yang berlebihan pada
malam hari (>35% dari kalori harian setalah makan petang), makanan yang tidak sehat,
morning anoreksia, insomnia dan stres. NES terjadi pada sekitar 1% dari populasi umum
dan sekitar 5-10% popullasi bariatrik. Didapatkan juga bahwa NES merupakan gangguan
irama sirkandian dimana didapatkan selera makan yang terlambat (delay appetite) pada pagi
hari dan selera makan dan kelebihan makan pada malam hari.

PSIKOLOGIKAL PADA OBESITAS


Pandangan orang mengenai obesitas sangat negatif dan cenderung mempercayai
bahwa orang obes weak-willed dan unmotivated. Orang obese sering menyadari
pandangan negatif ini dan memikirkannya, membuat mereka pada resiko gangguan mood,
cemas dan substance abuse. Mereka menyadari diskriminasi interpersonal dan hubungan
2

pekerjaan, yang membuat rendah diri dan merasa tidak nyaman pada bentuk badan mereka
(mis: ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh). Perasaan ini akan mengganggu hubungan
pribadi dan asmaranya.
Orang obes biasanya mempunyai beberapa usaha untuk mengurangi berat badannya,
namun perubahannya hanya sedikit ataupun tidak berhasil. Usaha yang tidak berhasil ini
menyebabkan keputusasaan, frustasi, ketidakadaan harapan dan ketidakberdayaan terhadap
pengurangan berat badan dengan usaha sendiri dimasa mendatang. Karena alasan ini, banyak
yang mencoba pembedahan bariatrik sebagai usaha terakhir. Pengurangan berat badan yang
signifikan membuat keuntungan baik psikologikal dan medis, dengan perbaikan mood,
kepercayaan diri, motivasi dan hubungan keakraban. Sebuah metaanalisis terhadap 40 studi
yang fokus terhadap outcome psikososial pada pembedahan bariatrik didapatkan bahwa
psikologikal kesehatan dan status psikososial termasuk hubungan sosial dan kesempatan
bekerja meningkat; serta gejala dan komorbiditas psikiatrik menurun terutama gangguan
afektif. Perubahan ini terutama menyebabkan peningkatan kualitas hidup pada orang yang
kehilangan berat badan dengan operasi.

PENGOBATAN OBESITAS DENGAN PENDEKATAN PERILAKU (BEHAVIORAL)


DAN PSIKOLOGIKAL
Terapi perilaku (behavioral) atau kognitif dapat digunakan sebagai bagian dari
modifikasi gaya hidup dengan diet dan olahraga pada individu yang tidak masuk dalam
kriteria dan tidak mau bedah bariatrik. Classical and operant conditioning merupakan 2
model tradisional terapi perilaku, biasanya dilakukan seminggu sekali selama 1-1,5 jam
dalam periode 6 bulan. Berat badan partisipan secara umum akan berkurang 10% dari berat
badan awal.
Pada classical conditioning, perilaku makan berhubungan dengan aktivitas lainnya.
Suatu perilaku dikondisikan untuk dilakukan bersamaan, seperti seseorang makan nachos
ketika sedang menonton berita sore. Jika 2 perilaku dilakukan bersamaan berulang-ulang, hal
ini akan membuat hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya, yang akan membuat
setiap menghidupkan berita akan merangsang untuk memakan nachos. Intervensi perilaku
melibatkan identifikasi dan menghilangkan psikologikal yang tidak sesuai atau pengaruh
lingkungan.

Operant conditioning menggunakan penguatan dan konsekuensi. Seseorang yang


menggunakan makanan sebagai hadiah atau untuk menghilangkan stres sementara akan
menganggap makanan sebagai sesuatu yang menyenangkan, dan akan membuatnya menjadi
perilaku yang harus diulang. Meskipun terapi perilaku membuat perubahan gaya hidup dan
penurunan berat badan dalam waktu yang pendek, belum ada evidence keefektifannya dalam
jangka panjang.
Akhir-akhir ini terapi kognitif dan terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral
therapy/CBT) menjadi aspek oentung pengobatan obesitas, dan tidak dapat dilupakan saat
mengobati obesitas. Dalam mengobati obesitas, CBT digunakan sebagai cara untuk menolong
orang berubah dari perilaku makan yang negatif dan tidak benar menjadi gaya hidup sehat.
Intervensi CBT merupakan teknik memonitor diri sendiri (self-monitoring techniques),
penanganan stres, kontrol rangsangan (mis: makan hanya pada meja makan), dukungan
sosial, penyelesaian masalah, dan restrukturisasi kognitif (mis: menolong pasien memiliki
target penurunan badan yang realistik dan meyakinkan bahwa hal tersebut dapat tercapai.

PSIKOLOGI OPERASI BARIATRIK


Konsensus NIH menyimpulkan bahwa

pasien yang menjalani operasi bariatrik

seharusnya menjalani evaluasi psikologikal sebelum operasi dan diikuti dengan monitoring
faktor psikologikal dan perilaku sebelum dan sesudah operasi. Kebanyakan perusahaan
asuransi memerlukan penilaian psikologikal sebelum dilakukannya operasi bariatrik dan pada
88% operaso untuk menurunkan berat badan. Ada 2 alasan utama kenapa ketentuan ini
dilakukan: (1) untuk mengetahui pasien mana yang mempunyai psikopatologi yang membuat
mereka beresiko untuk tidak berhasil setelah dilakukannya operasi, (2) untuk menseleksi
individu yang mempunyai psikologikal yang stabil dan mempunyai kemungkinan untuk
berhasil setelah dilakukannya operasi bariatrik. Evaluasi sebelum operasi seharusnya melihat
karakteristik dari pasien seperti: (1) kesadaran terhadap prosedur yang akan dilakukan dan
kapasitas untuk memberikan inform consent, (2) motivasi dilakukannya pembedahan, (3)
kesadaran dan kepatuhan untuk menaati pembatasan setelah operasi dan perubahan perilaku,
(4) stress, perilaku dan pola makan saat ini yang dapat menjadi penghambat perubahan gaya
hidup yang penting dalam kesuksesan outcome, dan (5) psikologikal kesejahteraan dan
stabilitas, efikasi diri, dan kegembiraan dalam menangani stress.

Sayangnya, tidak hanya karakteristik psikologikal atau karakteristik psikologikal pada


individu dengan obese yang ekstrem yang dapat memprediksi keberhasilan ataupun
kegagalan dari operasi bariatrik, berbagai karakteristik psikologikal yang berbeda
berhubungan dengan kemampuan untuk mempertahankan berat badan dann relaps pada obes.
Penelitian campuran mengenai hubungan antara komorbiditas gangguan psikiatri dan
komplikasi setelah operasi bariatrik. Sebuah studi mengenai outcome evaluasi psikologikal
pada kandidat operasi bariatrik mendapatkan bahwa mayoritas (81,5%) individu tidak
mempunyai kontraindikasi psikologikal untuk dilakukannya operasi. Meskipun diagnosis
psikiatri tidak penting sebagai kontraindikasi untuk dilakukannya operasi, hal ini merupakan
indikasi jika menginginkan keberhasilan dalam operasi bariatrik. Secara tipikal, penilaian
psikologikal kandidat operasi bariatrik mendapatkan 3 rekomendasi yang berbeda; (1) tidak
ada konraindikasi psikologikal untuk dilakukannya operasi, (2) diperlukan pengobatan
psikologikal dan psikiatri sebelum operasi, atau (3) kontraindikasi psikologikal untuk
dilakukannya operasi.
Bagian yang penting dalam penilaian psikologikal yang sering terlupakan karena
terlalu menekankan adanya psikopatologi adalah mengidentifikasi pola makan yang tidak
sehat, seperti menggunakan makanan sebagai penghibur, memakan makanan yang tidak
teratur, atau membuat pilihan makanan yang tidak sehat. Psikolog yang khusus bekerja untuk
populasi bariatrik dapat meminta untuk dilakukannya psikoedukasi untuk diet post operasi
dan menekankan pentingnya perubahan perilaku untuk menurunkan dan mempertahankan
berat badan post operasi. Pasien perlu untuk diingatkan bahwa operasi bariatrik adalah
operasi lambung, bukan operasi otak, dan memerlukan kontrol dalam berpikir dan perilaku
untuk membuat pilihan yang sehat sepanjang hidup.
Perlawanan terhadap emosi merupakan hal yang biasa terjadi post operasi, karena
operasi bariatrik mempunyai efek psikis yang signifikan. Pasien terkadang merasa berat
badan mereka menurun kurang dari yang mereka antisipasi dan memerlukan waktu yang
lama. Frustasi dapat membuat kurangnya motivasi dan kesulitan untuk mematuhi diet post
operasi. Psikolog dapat membantu pasien ini dengan merestruktur kognitif untuk menolong
mereka mengevaluasi progresnya secara rasional, seperti halnya perubahan perilaku menjadi
perilaku sehat. Sebagai tambahan, beberapa pasien yang memiliki perlawanan emosi makan
sebelum operasi akan kembali mengalami perilaku yang sama post operasi, yang akhirnya
mendapatkan penurunan berat badan yang kurang optimal. Psikolog dapat membantu pasien
ini untuk mengetahui pencetus emosional makan dan mendorong mereka untuk melakukan
perilaku konstruktif dibandingkan makan.
5

KESIMPULAN
Masalah psikologikal dan perilaku memegang peranan penting baik dalam
perkembangan dan konsekuensi obesitas. Pendekatan multidisiplin dalam pengobatan
obesitas yang melibatkan faktor psikologikal, sosial, lingkungan dan biologi merupakan hal
penting untuk memastikan penanganan yang komprehensif. Dalam 2 dekade belakang ini,
aspek psikologikal merupakan hal penting dalam pengobatan obesitas. Bukan hanya peran
psikolog dan assesment psikologikal sebelum pembedahan yang penting dalam pengobatan
obesitas, namun juga ahli bedah untuk membantu mereka merubah gaya hidup dan
emosional, perilaku serta sosial yang terjadi setelah pembedahan. Pencapaian penurunan
berat badan tertentu dengan bedah bariatrik atau pendekan non-bedah berhubungan secara
signifikan dengan kemampuan seseorang dalam membuat perubahan yang permanen
terhadap gaya hidup yang tidak hanya patuh terhadap intake makanan dan olahraga, tetapi
juga meningkatkan kemampuan dalam menangani stres dan emosi dengan mengurangi
kepercayaan bahwa makanan adalah penghibur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Glinski J, Wetzler S, Goodman E. The psychology of gastric bypass surgery.


Obesity Surgery 2001;11:581-88
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders, Fourth Edition. Text Revision. Washington, D.C: American Psychiatric
Association; 2000.
3. Wadden TA, Sarwer DB, Fabricatone AN, Jones L, Stack R, Williams NS.
Psychosocial and behavioral status of patients undergoing bariatric surgery: what
to expect before and after surgery. The Medical

Clinics

of North

America2007;91:451-69
4. Stunkard AJ, Grace WJ, Wolff HG. The night-eating syndrome: A pattern of food
intake among certain obese patients. American Journal of Medicine 1995;19:78-86
5. Anderson DA, Wadden TA. Treating the obese patient: Suggestions for primary
care practice. Archives of Family Medicine 1999;8:156-67
6. Carr D, Friedman MA. Is obesity stigmatizing? Body Weight, perceived
discrimination, and psychological well-being in the United States. Journal of
Health and Social Behavior 2005;46(3):244-259
7. Herpetz S, Kielmann R, Wolf AM, Langkafel. Does obesity surgery improbe
psychosocial functioning? A systematic-review. International Journal of Obesity
2003;27:1300-14
8. Wing RR. Behavioral weight control. In: Wadden TA, Stunkard AL (Eds).
Handbook of obesity treatment. New York: Gulford Press; 2002
9. Cooper Z, Fairburn CG. A new cognitive behavioral approach to the treatment of
obesity. Behabiour Research ang Therapy 2001;39:499-511
10. Kushner RF. Obesity Management. Gastroenterology Clinics of North America
2007;36:191-210

Anda mungkin juga menyukai