Reading D
Reading D
Divisi Psikosomatis
PENDAHULUAN
Etiologi dan mekanisme terjadinya obesitas pada anak-anak dan dewasa sama.
Overweight mungkin dicetuskan oleh kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan.
Namun sulit untuk merubah kebiasaan ini, kemungkinan karena aspek psikologikal masih
belum sepenuhnya dimengerti. Telah diketahui bahwa orang obes menunjukkan kebiasaan
makan yang berbeda: kebiasaan memakan makanan sehat, membatasi makanan, perilaku diet
yang diselingi pesta makan, makan secara emosional dan makan berlebihan yang tidak
terkendali. Sehingga perilaku makan ternyata lebih kompleks dibandingkan dengan yang
dipikirkan sebelumnya dan setiap perilaku makan tersebut masih diteliti. Beberapa model
psikologikal telah dibuat untuk mengetahui kenungkinan mekanisme dari perilaku makan
yang berbeda ini. Kebanyakan dari mereka fokus terhadap 1 atau 2 perilaku yang
disfungsional.
yang dialami, dan peningkatan berat badan yang diakibatkannhya menyebabkan mood
dismorfik karena ketidakmampuannya untuk mengontrol stres. Hal ini akan mereaktivasi
siklus, menyebabkan pola tersebut berlanjut terus, menggunakan makanan dengan emosi
untuk mengatasinya. Pola ini terbentuk terutama jika ada predisposisi genetik obesitas atau
lingkungan toksik dimana makanan dengan kalori tinggi selalu tersedia dan aktivitas fisik
terbatas.
Sebagai tambahan pada depresi dan ansietas, faktor resiko lain adalah perilaku makan
seperti mindless eating, snack dengan kalori tinggi, makan yang berlebihan dan makan
pada malam hari. Pesta gangguan makan (binge eating disorder/BED) saat ini termasuk
dalam bagian Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) dan
ditandai dengan: periode makan berulang dalam periode waktu yang berbeda (paling tidak 2
hari dalam seminggu dalam periode 6 bulan); memakan makanan dalam jumlah yang lebih
besar
dibandingkan
dengan
kebanyakan
orang
dalam
waktu
yang
bersamaan,
ketidakmampuan dalam mengontrolnya pada episode tersebut, dan cemas atau stress setelah
episode tersebut. Sekitar 2% dari populasi umum terkena BED dan sekitar 10-25% populasi
bariatrik. Perbedaan penting antara BED dan bulimia/anoreksia adalah bahwa BED tidak
berhubungan dengan kompensasi regular manapun, seperti purging, puasa atau olahraga yang
banyak, sehingga kebanyakan individu dengan BED adalah overweight.
Makan pada malam hari merupakan gangguan lainnya yang dapat menyebabkan
peningkatan berat badan yang signifikan, meskipun sindroma makan malam (Night Eating
Syndrome/NES)
ditemukan pada tahun 1955, NES ditandai dengan konsumsi makanan yang berlebihan pada
malam hari (>35% dari kalori harian setalah makan petang), makanan yang tidak sehat,
morning anoreksia, insomnia dan stres. NES terjadi pada sekitar 1% dari populasi umum
dan sekitar 5-10% popullasi bariatrik. Didapatkan juga bahwa NES merupakan gangguan
irama sirkandian dimana didapatkan selera makan yang terlambat (delay appetite) pada pagi
hari dan selera makan dan kelebihan makan pada malam hari.
pekerjaan, yang membuat rendah diri dan merasa tidak nyaman pada bentuk badan mereka
(mis: ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh). Perasaan ini akan mengganggu hubungan
pribadi dan asmaranya.
Orang obes biasanya mempunyai beberapa usaha untuk mengurangi berat badannya,
namun perubahannya hanya sedikit ataupun tidak berhasil. Usaha yang tidak berhasil ini
menyebabkan keputusasaan, frustasi, ketidakadaan harapan dan ketidakberdayaan terhadap
pengurangan berat badan dengan usaha sendiri dimasa mendatang. Karena alasan ini, banyak
yang mencoba pembedahan bariatrik sebagai usaha terakhir. Pengurangan berat badan yang
signifikan membuat keuntungan baik psikologikal dan medis, dengan perbaikan mood,
kepercayaan diri, motivasi dan hubungan keakraban. Sebuah metaanalisis terhadap 40 studi
yang fokus terhadap outcome psikososial pada pembedahan bariatrik didapatkan bahwa
psikologikal kesehatan dan status psikososial termasuk hubungan sosial dan kesempatan
bekerja meningkat; serta gejala dan komorbiditas psikiatrik menurun terutama gangguan
afektif. Perubahan ini terutama menyebabkan peningkatan kualitas hidup pada orang yang
kehilangan berat badan dengan operasi.
seharusnya menjalani evaluasi psikologikal sebelum operasi dan diikuti dengan monitoring
faktor psikologikal dan perilaku sebelum dan sesudah operasi. Kebanyakan perusahaan
asuransi memerlukan penilaian psikologikal sebelum dilakukannya operasi bariatrik dan pada
88% operaso untuk menurunkan berat badan. Ada 2 alasan utama kenapa ketentuan ini
dilakukan: (1) untuk mengetahui pasien mana yang mempunyai psikopatologi yang membuat
mereka beresiko untuk tidak berhasil setelah dilakukannya operasi, (2) untuk menseleksi
individu yang mempunyai psikologikal yang stabil dan mempunyai kemungkinan untuk
berhasil setelah dilakukannya operasi bariatrik. Evaluasi sebelum operasi seharusnya melihat
karakteristik dari pasien seperti: (1) kesadaran terhadap prosedur yang akan dilakukan dan
kapasitas untuk memberikan inform consent, (2) motivasi dilakukannya pembedahan, (3)
kesadaran dan kepatuhan untuk menaati pembatasan setelah operasi dan perubahan perilaku,
(4) stress, perilaku dan pola makan saat ini yang dapat menjadi penghambat perubahan gaya
hidup yang penting dalam kesuksesan outcome, dan (5) psikologikal kesejahteraan dan
stabilitas, efikasi diri, dan kegembiraan dalam menangani stress.
KESIMPULAN
Masalah psikologikal dan perilaku memegang peranan penting baik dalam
perkembangan dan konsekuensi obesitas. Pendekatan multidisiplin dalam pengobatan
obesitas yang melibatkan faktor psikologikal, sosial, lingkungan dan biologi merupakan hal
penting untuk memastikan penanganan yang komprehensif. Dalam 2 dekade belakang ini,
aspek psikologikal merupakan hal penting dalam pengobatan obesitas. Bukan hanya peran
psikolog dan assesment psikologikal sebelum pembedahan yang penting dalam pengobatan
obesitas, namun juga ahli bedah untuk membantu mereka merubah gaya hidup dan
emosional, perilaku serta sosial yang terjadi setelah pembedahan. Pencapaian penurunan
berat badan tertentu dengan bedah bariatrik atau pendekan non-bedah berhubungan secara
signifikan dengan kemampuan seseorang dalam membuat perubahan yang permanen
terhadap gaya hidup yang tidak hanya patuh terhadap intake makanan dan olahraga, tetapi
juga meningkatkan kemampuan dalam menangani stres dan emosi dengan mengurangi
kepercayaan bahwa makanan adalah penghibur.
DAFTAR PUSTAKA
Clinics
of North
America2007;91:451-69
4. Stunkard AJ, Grace WJ, Wolff HG. The night-eating syndrome: A pattern of food
intake among certain obese patients. American Journal of Medicine 1995;19:78-86
5. Anderson DA, Wadden TA. Treating the obese patient: Suggestions for primary
care practice. Archives of Family Medicine 1999;8:156-67
6. Carr D, Friedman MA. Is obesity stigmatizing? Body Weight, perceived
discrimination, and psychological well-being in the United States. Journal of
Health and Social Behavior 2005;46(3):244-259
7. Herpetz S, Kielmann R, Wolf AM, Langkafel. Does obesity surgery improbe
psychosocial functioning? A systematic-review. International Journal of Obesity
2003;27:1300-14
8. Wing RR. Behavioral weight control. In: Wadden TA, Stunkard AL (Eds).
Handbook of obesity treatment. New York: Gulford Press; 2002
9. Cooper Z, Fairburn CG. A new cognitive behavioral approach to the treatment of
obesity. Behabiour Research ang Therapy 2001;39:499-511
10. Kushner RF. Obesity Management. Gastroenterology Clinics of North America
2007;36:191-210