Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne & Bare, 2002). Sirosis hepatis adalah penyakit progresif kronis
yang di karakteristikan oleh inflamasi menyebar dan fibrosis dari hepar (Ester,2002)
Sirosis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang di tandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Gambaran ini terjadi karena nekrosis
hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat,
distorsi jaringan vascular, dan regenerasi nodular parenkim hati (Sudoyo, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien serosis hepatis ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan serosis
1.3.2
hepatis.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
1.4
Manfaat
Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat
memberi manfaat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi Hepar
Hati yang merupkan organ terbesar tubuh, dapat dianggap sebagai sebuah pabrik
kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar
substansi yang terlibat dalam metabolismee. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksnaan
fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus
gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrien
ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan
metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan
metabolismee glukosa dan protein. Hati membuat dan mensekresikan empedu yang
memegang peranan utama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam
traktus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah
dan mensekresikannya kedalam empedu. Empedu yang dihasilkan hati akan disimpan
sementara waktu dalam kandung empedu (vesika felea) sampai kemudian dibutuhkan
dalam proses pencernaan; pada saat ini, kandung empedu akan mengosongkan isinya dan
empedu akan memasuki intestinum (usus).
2.1.1 Anatomi Hepar
Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah
kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 g, dan dibagi menjadi 4 lobus. Setiap
lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus
itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil yang disebut
lobules.
Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan
fungsi hati. Darah yang mengalir ke hati berasal dari dua sumber. Kurang lebih 75%
suplai darah dating dari vena porta yang mengalirkan darah yang kaya akan nutrien
dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk kedalam hati
lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Cabang-cabang terminalis
kedua pembuluh darah ini bersatu untuk membentuk capillary beds bersama yang
merupakan sinusoid hepatic. Dengan demikian sel-sel hati (hepatosit) akan terendam
oleh campuran darah vena dan arterial. Sinusoid mengosongkan isinya ke dalam
venule yang berada pada bagian tengah masing-masing lobu;us hepatic dan dinamakan
vena sentralis. Vena sentralis bersatu membentuk vena hepatica yang merupakan
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya ke dalam vena kava inferior di
dekat diafragma. Jadi, terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam
hati dan hanya terdapat satu lintasan keluarnya.
Di samping
hepatosit,
sel-sel fagositik
yang
termasuk
dalam system
retikuloendotelial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang mengandung sel-sel
retikuloendotelial adalah limpa, sumsum tulang, nodus limfatikus (kelenjar limfe) dan
paru-paru. Dalam hati, sel-sel ini dinamakan sel kuppfer. Fungsi utama sel kuppfer
adalah memakan benda partikel (seperti bakteri) yang masuk kedalam hati lewat darah
portal.
Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak diantara lobulus hati.
Kanalikulus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan membawanya kesaluran empedu
yang lebih besar yang akhirnya akan membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus
dari hati dan duktus sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus
koledokus yang akan mengosongkan isinya kedalam intestinum. Aliran empedu ke
dalam intestinum dikendalikan oleh sfingter oddi yang terletak pada tempat
sambungan dimana duktus koledokus memasuki duodenum.
Kandung empedu yang merupakan organ seperti buah per, beronga yang
menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hinga 10 cm, terletak dalam suatu cekungan
yang dangkal pada permukaan inferior hati dimana organ tersebut terikat pada hati oleh
jaringan ikat yang longgar. Kapasitas kandung empedu adalah 30 hingga 50 ml
empedu. Dindingnya terutama tersusun oleh otot polos. Kandung empedu dihubungkan
dengan duktus koledokus lewat duktus sistikus.
2.1.2
Fisiologi Hepar
Metabolisme Glukosa. Hati memegang peranan penting dalam metabolismee
glukosadan pengaturan kadar glukosa darah. Sesudah makan, glukosa diambil dalam
vena portal oleh hati dan diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit.
Selanjutnya glikogen diubah lagi menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan ke
dalam aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal. Glukosa
tambahan dapat disintesis melalui proses yang disebut glukoneogenesis. Untuk
melaksanakan proses ini, hati menggunakan aam-asam amino hasil pemecahan protein
atau laktat yang diproduksi oleh otot yang bekerja.
Konversi Amonia. Pengguanaan asam-asam amino dalam proses glukoneogenesis
akan membentuk amonia sebagai hasil sampingan. Hati mengubah ammonia yang
dihasilkan oleh proses metabolic ini menjadi ureum. Ammonia yang diproduksi oleh
bakteri dalam intestinum juga akan dikeluarkan dalam darah portal untuk sintesis
ureum. Dengan cara ini, hati mengubah ammonia yang erupakan toksin berbahaya
menjadi ureum yaitu senyawa yang dapat diekskresikan kedalam urin.
Metabolismee Protein. Hati juga memegang peranan yang sangat penting dalam
metabolisme protein. Organ ini mensintesis hampir seluruh plasma protein (kecuali globulin), termasuk albumin, -
protein transport yang yang spesifik dan sebagian brsar lipoprotein plasma. Vitamin K
diperlukan oleh hati untuk mensintesis protrombin dan sebagian faktor pembeku
lainnya. Asam-asam amino berfungsi sebagai unsure pembangun bagi sintesis protein.
Metabolism Lemak. Hati juga berperan aktif dalam metabolism lemak. Asamasam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energy dan bahan keton (asam
asetoasetat, asam -hidroksibutirat serta aseton). Badan keton merupakan senyawasenyawa kecil yang dapat masuk kedalam aliran darah dan menjadi sumber energy
bagi otot serta jaringan tubuh yang lain. Pemecaan asam lemak menjadi badan keton
terutama terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk metabolism sangat terbatas seperti
pada kelaparan atau diabetes yang tidak terkontrol. Asam lemak dan produk
metaboliknya juga digunakan untuk mnsintesis kolesterol, lesitin, lipoprotein dan
bentuk-bentuk lipid kompleks lainnya. Dalam kondisi yang sama, lipid dapat tertimbun
dalam hepatosit dan mengakibatkan keadaan abnormal yang dinamakan fatty liver.
Penyimpanan Vitamin dan Zat Besi. Vitamin A, B 12, D dan beberapa vitamin Bkompleks disimpan dengan jumlah besar dalam hati. Substansi tertentu, seperti besi
dan tembaga, juga disimpan dalam hati. Karena hati kaya akan substansi zat-zat
tersebut, ekstrak hati banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam kelainan
nutrisi.
2.2 Pengertian
Sirosis hepatis adalah keadaan yang mewakili stadium akhir jalur histologis umum
untuk berbagai penyakit hati kronis. Istilah sirosis pertamakali digunakan oleh rene
laennec (1781-1826) untuk menggambarkan warna hati yang abnormal pada individu
dengan penyakit hati akibat riwayat alkohol. Kata sirosis berasal dari kata Yunani
scirrhus, digunakan untuk menggambarkan permukaan orange atau coklat dari hati yang
telah diotopsi (Bielski,1965). Sirosis hati merupakan entitas patologik yang ditandai
dengan (Chandrasoma, 2005: 594) :
1. Nekrosis sel hati, progresif lambat dalam waktu lama yang akhirnya menyebabkan
2.
3.
4.
5.
fibrosis hati akibat perubahan struktur hati yang derastis dan hilangnya fungsi hati. Proses
yang mendasari timbulnya sirosis adalah kematian sel hati dengan pembentukan jaringan
parut dan regenerasi massa sel yang menyebabkan distorsi struktur sistem limfa dan
lapisan kapiler (sinusoid) memperlambat aliran vena porta dan kemudian meningkatkan
volume dan tekanan vena porta (Barbara C. Long, 1996).
Sirosis hati adalah penyakit menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukan jaringan ikat saja seperti pada
kelainan jantung, obstruksi saluran empedu, juga pembentukan nodul saja seperti pada
sindrom felty dan transformasi nodular parsial bukanlah suatu sirosis hati. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan,nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan
ikat dan nodul tersebut (Tarigan,1996).
2.3 Jenis Jenis Sirosis Hepatis
Jenis
Sirosis
(Sirosis
Etiologi
Alkoholisme,
Laennec
nutrisional,
Gambaran penyakit
Pembentukan kolagen
malnutrisi
portal, alkoholik)
perlemakan
dini
dan
pada
keras;
besar
fase
Nekrosis
karena
Sirosis biliaris
masiv
hepatotoksin,
nodul
dan
jaringan fibrosa.
Kegagalan drainase
hati
empedu
dan
duktus
koledokus.
kronis;
mula
hati
mula-
membesar
Gagal
jantung
kongestif kanan.
ikterus
agagal
jantung
dengan
metabolik,
infiltratif,
Masalah
penyakit
gastrointestinal.
2.4 Etiologi
Sirosis hati diklasifikasikan menurut penyebab dibagi menjadi (Chandrasoma,2005) :
1. Sirosis kriptogenik
Dikatakan kriptogenik bila evaluasi lengkap atas diri pasien gagal untuk
mengidentifikasi penyebab (penyebab tidak diketahui). Sirosis kriptogenik mencakup
sirosis yang meliputi hepatitis kronis aktif diperantarai imun atau cidera akibat obatobatan atau bahan kimia. Banyak pasien sirosis mempunyai riwayat menggunakan
obat, tetapi sulit membuktikan peran kausal obatobatan tersebut.
2. Sirosis alkoholik
Sirosis alkoholik seringkali dihubungkan dengan adanya perlemakan atau hepatitis
alkoholik akut. Sirosis alkoholik secara khas merupakan sirosis perlemakan
mikronodular dimana terdapat nodul regeneratif. Pada pasien yang berhenti minum,
nodul tersebut tidak jarang membesar dan tidak mengandung lemak.sirosis alkoholik
cenderung mempunyai kecepatan perkembangan yang rendah, terutama jika pasien
berhenti minum. Penyakit ini bersifat irreversible dan menyebabkan kematian.
3. Sirosis terinduksi virus
Sirosis dapat terjadi setelah hepatitis kronis aktif akibat infeksi virus hepatitis B dan
C. Pasien yang datang dengan sirosis dapat mempunyai atau tidak mempunyai riwayat
hepatitis. Secara khas, sirosis terinduksi virus adalah makronodular.gambaran
hepatitis kronis aktif dapat timbul persamaan. Sirosis terinduksi virus cenderung
berkembang cepat, dan kematian terjadi akibat gagal hati kronis, hipertensi porta, atau
karsinoma hepato seluler.
4. Sirosis Biliar
Sirosis biliar primer menimbulkan fibrosis porta, tetapi perubahan ini tidak
mencukupi definisi sirosis karena nodul regeneratif biasanya tidak ada. Sirosis biliar
sekunder terjadi pada penderita obstruksi duktus biliaris besar yang berkepanjangan
(batu empedu, striktur, tumor, kolangitis). Kolestasis nyata menyebabkan nekrosis sel
hati, dan kolangitis yang berkepanjangan menyebabkan fibrosis porta. Sirosis biliar
menyebabkan nodularis halus (mikronodul). Pada akhirnya terjadi gambaran gagal
hati kronis dan hipertensi portal.
Penyebab sirosis (wolf, 2008)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hepatitis C (26 %)
Penyakit hati alkoholik/sirosis Laennec (21 %)
Hepatitis C ditambah penyakit alkoholik (15 %)
Penyebab kriptogenik (18 %)
Hepatitis B (15 %)
Lain-lain (5 %), meliputi :
a). Metabolic.
b). Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic.
c). Obstruksi aliran vena hepatic.
d). Gangguan imunologis hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif.
e). Toksik dan obat INH, metilpoda.
f). Operasi pintas usus halus pada obesitas.
g). Malnutrisi, infeksi seperti malaria.
Hipertensi portal
Ikterik
Kecenderungan pendarahan dan anemia
Penurunan resistensi terhadap infeksi
Asites
Edema
Pada fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau bisa juga keluhan samar-samar
tidak khas seperti pasien merasa tidak bugar, merasa kurang kemampuan kerja, selera
makan berkurang, perasaan perut gembung, mual, kadang mencret atau konstipasi
BB menurun, kelemahan otot dan perasaan cepat lelah akibat deplesi protein atau
penimbunan air di otot.
2. Fase dekomensasi
Pasien sirosis hati dalam fase ini sudah dapat ditegakkan diagnosisnya dengan
bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal dengan
manifestasi seperti eritema palmaris, spider navy, vena kolateral pada dinding perut,
ikterus, edema pretibial dan asites.
2.6 Patofisiologi
Beberapa faktor yang terlibat dalam kerusakan sel hati adalah defisiensi ATP (akibat
gangguan metabolisme sel), peningkatan pembentukan metabolik oksigen yang sangat
reaktif dan defisiensi antioksidan atau kerusakan enzim perlindungan (glutatoin
piroksida) yang timbul secara bersamaan. Sebagai contoh metabolik oksigen akan
bereaksi denagn asam lemak tak jenuh pada fosfolipid. Hal ini membantu kerusakan
membran plasma dan organel sel (lisosom, retikulum endoplasma), akibatnya konsentrasi
kalsium di sitosol meningkat, serta mengaktifkan protease dan enzim lain yang akhirnya
kerusakan sel menjadi ireversibel. (sibernagl, 2007)
Pembentukan jaringan fibrotik didalam hati terjadi dalam beberapa tahap, jika
hepatosit (sel hati) yang rusak atau mati, diantaranya akan terjadi kebocoran enzim
lisosom dan pelepasan sitokin dari matriks ekstra sel. Sitokin dengan debrisel yang mati
akan mengaktifkan sel kufler di sinusoid hati dan menark sel inflamasi (granulosit,
limfosit dan monosit). Berbagai faktor pertumbuhan dann sitokin kemudian dilepaskan
dari sel kufler dan dari sel inflamasi yang terlibat. Faktor pertumbuhann dan sitokin akan
memberikan manifestasi sebagai berikut :
1. Mengubah sel penyimpana lemak menjadi miofibroblast
2. Mengubah monosit yang bermigrasi menjadi makrofag aktif
3. Memicu proliferasi fibroblast.
Berbagai interaksi ini memberikan manifestasi peningkatan pembentukan matriks
ekstra sel oleh miofibroblast. Hali ini menyebabkan peningkatan akumulasi kolagen (tipe
I, III, IV), proteoglikan, dan glikoprotein di hati.
Jumlah metriks yang berlebihan dapat dirusak mula-mula oleh metaloprotease dan
hepatosit dapat mengalami regenerasi. Jika nekrosis terbatas pada lobulus hati maka
pergantian struktur hati yang sempurna memungkinkan terjadi. Namun, jika nekrosis
telah meluas menembus parenkim perifer lobular hati, maka akan terbentuk jaringan ikat.
Akibatnya terjadi regeneras fungsional dan arsitektur yang tidak sempurna dan terbentuk
nodul-nodul (sirosis).
2.7 Komplikasi
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis, dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
a. Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
b. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena
esophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena kolateral dinding perut.
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan
berupa
- Asites.
- Ensefalopati.
- Peritonitis bacterial spontan.
- Sindrom hepatorenal.
- Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma).
10
11
12
Pengkajian
13
a.
f.
Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima,
ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis dimungkinkan terjadi
14
perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi.
Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga
terjadi gangguan body image akibat dari edema, gangguan integument, dan
terpasangnya alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya
hidup, perubaha peran dan tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial
(Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
Pengkajian Data
a.
Istirahat/aktivitas
DS : Kelemahan, Fatique.
DO: Menurunkan massa otot.
b. Sirkulasi :
DS : Riwayat ganggguan kongesti (CHF), Penyakit rematik, jantung, kanker (Malfungsi
hati akibat gagl hati).
DO : Hipertensi / hipotensi
c.
Eliminasi :
DS : - Flatulensi
- Diare/konstipas
DO : Distensi abdominal, Urin pekat, Feses seperti dempul, melena.
d. Makanan/minum
DS : Anoreksia
DO : Penurunan BB, mukosa bibir kering
e.
Neurosensori
DS : Depresi mental
DO : Berbicara tidak jelas
Hepatik enchelopati.
15
f.
Nyeri/kenyamanan
DS : Kembung, pruriyus
DO : Tingkah laku membingungkan
g. Respirasi
DS : Dyspnoe
DO : Tachypnoe
Terbatasnya ekspirasi dada.
h. Sexualitas
DS : Gangguan menstruasi
DO : Atropi testis, Ginekomasti, Rambut rontok
i.
Pengetahuan
DS : Riwayat pemakaian alcohol yang lama.
Riwayat penyakit empedu, hepatitis, pemakaian obat yang merusak fungsi hati, dll.
Pemeriksaan Fisik
a.
b. Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar tidak sadar (composmentis coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi dari
hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan
kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan
kurang termasuk pada otak.
c.
16
1) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya cirosis
hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi biasanya
kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati.
Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya pembesaran walaupun minimal
(USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan hipertensi portal.
2) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :
Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I-IV) dan
3) Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena kolateral dan
acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian
atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya
diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias
juga ditemukan hemoroid.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
f.
Resiko tinggi perdarahan yang berhubungan dengan riwayat darah yang abnormal,
hipertensi portal.
3. Intervensi Keperawatan
17
a.
Tindakan perawatan
Rasional
Mandiri
1. Ukur masukan diet harian dengan 1.Memberikan
jumlah kalori
informasi
tentang
kebutuhan
pemasukan/defisiensi
2. Timbang sesuai indikasi. Bandingkan 2. Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sbg
perubahan status cairan, riwayat berat
3. Bantu
dan
dorong
pasien
mungkin
mungkin
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan intra-abdomen/asites
5. Berikan
tambahan
garam
18
ammonium
6. Batasi masukan kafein, makanan yang 6. Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/ diare
menghasilkan gas atau berbumbu dan
dan
7. Berikan
makanan
halus,
ketidaknyamanan
abdomen
yang
dapat
8. Berikan perawatan mulut sering dan 8. Pasien cenderung mengalami luka atau pendarahan
sebelum makan
9. Tingkatkan
periode
tidur
laboratorium,
contoh glukosa serum, albumin, total 11.Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis,
protein, ammonia
Peningkatan
kadar
ammonia
perlu
status
puasa
diindikasikan
13. Konsul
dengan
ahli
diet
untuk 13.Makanan
tinggi
kalori
dibutuhkan
pada
19
bila perlu.
asam folat.
Sink
menurunkan diare
- Digunakan dengan hati- hati untuk menurunkan
Enzim pencernaan, contoh : pankreatin
mual/ muntah dan meningkatkan masukan oral
(viokase)
- Antiemetik, contoh: trimetobenzamid
(tigan)
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran.
b. Berat badan stabil
c. Tanda- tanda vital dalam rentang normal
d. Tidak ada edema
21
Tindakan perawatan
Rasional
Mandiri
1. Ukur masukan dan haluaran, catat 1.
keseimbangan
melebihi
positif
pengeluaran).
(pemasukan
Menunjukkan
sirkulasi,
Timbang
status
volume
terjadinya/
perpindahan
perbaikan
cairan
dan
terhadap
terapi.
respon
Keseimbangan
cairan
keluar
area
dan
vena
abdominal
sehubungan
Peningkatan
dapat
mengakibatkan
gangguan
kongesti
pulmonal
konsolidasi,
pertukaran
gas
dan
gallop S3/S4.
5. Kaji derajat perifer/ edema dependen. 4.
ketidakseimbangan elektrolit.
5.
asites
ADH.
Menunjukkan
akumulasi
cairan
Kolaborasi
peritoneal.
7.
Dapat
meningkatkan
posisi
8.
9.
mempengaruhi
22
12. Berikan
albumin
koloid
tekanan
plasma,
osmotic
mengakibatkan
pembentukan edema.
c.
Rasional
Mandiri
1.
Tingkatkan
tirah
baring,
berikan 1.
3.
pasif/aktif.
sirkulasi.
Catat
perubahan
mental
tingkat 3.
kesadaran
4.
Tawarkan
diet
tinggi
kalori,
4.
6.
hipoksemi.
Memberikan kalori bagi tenaga dan
protein bagi proses penyembuhan
5.
6.
latihan
yang
dengan
ditingkatkan
periode 7.
secara
bertahap.
d. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ascites, menurunya
ekspansi paru.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x jam, diharapkan pola nafas
kembali efektif
Kriteria hasil:
23
Rasional
Mandiri
1. Awasi frekuensi, kedalaman dan 1. Pernafasan dangkal cepat/dispnea mungkin
upaya pernafasan
2. Auskultasi
bunyi
adanya
bunyi
tambahan
menunjukkan
perubahan
tingkat 3. Perubahan
kesadaran
hipoksemia
mental
dan
dapat
gagal
menunjukkan
pernafasan,
yang
secret
suhu.
Catat
adanya
timbulnya
infeksi,
contoh
pneumonia
tambahan
O2
sesuai
indikasi
mobilitas secret
24
untuk/bantu
untuk
prosedur, contoh:
-
parasentesis
Pirau peritoneova
e.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan sirkulasi
atau status metabolic.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam diharapkan terjadi
perbaikan integritas kulit
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan integritas kulit
b. Mengidentifikasi factor resiko dan menunjukkan prilaku/teknik untuk mencegah
kerusakan kulit
Tindakan perawatan
Rasional
Mandiri
1.
Gunakan
lotion
minyak,
batasi
3.
sirosis berat.
dan
perbaikan
/mempertahankan
mobilitas sendi
4.
25
5.
sarung
tangan
bila
diindikasikan
6.
Kelembaban
meningkatkan
pruritus
8.
Berikan
lotion
kalamin,
empedu
7.
berikan
Menurunkan
tekanan
kulit,
Mungkin
sehubungan
menghentikan
dengan
26
ikterik,
gatal
garam
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne & Bare, 2002). Sirosis hepatis adalah penyakit progresif kronis
yang di karakteristikan oleh inflamasi menyebar dan fibrosis dari hepar (Ester,2002)
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan asuhan
keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis:
1. Diharapkan klien/keluarga mengerti dan memahami tentang pengertian,penyebab,
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E. Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi : 3. Jakarta : EGC
Carpenito, Lyndajual. (2000). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi : 2,
Jakarta : EGC
27
Muttaqin, Arif, dkk. (2010). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Askep Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
Taylor, Cynthia M & Ralph, Sheila S. (2012). Diagnosa Keperawatan dengan Rencana
Asuhan. Edisi : 10, Jakarta: EGC
T Heather, Herdman. (2011). Nanda Internasional: Diagnosa Keperawatan 2009-2011,
Jakarta : EGC
28