Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG

KONSEP

DASAR

PERENCANAAN

TAMBANG

PENGERTIAN
Perencanaan
adalah
penentuan
persyaratan
dalan
mencapai
sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya
perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara
menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan
biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan
penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran.

dan

Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu


perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu
pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan
perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-program kegiatan yang
sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan
penambangan disebut rancangan teknis penambangan

Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar


atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya tambang
bijih nikel.

PERHITUNGAN CADANGAN BIJIH

Salah satu tahapan dalam melakukan perencanan tambang adalah


melakukan prhitungan cadangan. Untuk setiap blok atau lubang dalam bijih
harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan
data hasil perhitungan cadangan maka rencana produksi dapat dibuat.

Untuk mengetahui cadangan bijih =, dapat dihitung dengan menggunakan

metode area of influence. Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah
data loging bor spasi 50 meter x 50 meter,dengan data elevasi terbaru.

Untuk menghitung volume cadangan maka didapat dengan


mengalikan antara luas blok dengan ketebalan yang mengandung bijih
pada data log bor tersebut.
Volume = luas x tebal

Sedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali


volume blok dengan density insitu.Tonnage = Volume x Density

PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN TAMBANG


Dalam suatu perencanaan tambang, terdapat dua pertimbangan dasar yang
perlu diperhatikan, yaitu:
Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran/ Budget.
1. Nilai (value) dari endapan
2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan
produk.
3. Ongkosstripping of overburdendengan terlebih dahulu mengetahui
stripping rationya.
4. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui Economic Stripping
Ratio.
5. Biaya pembangunan infrastruktur seperti jalan, tempat permukiman
dan sarana ibadah, olahraga dan hiburan untuk karyawan (dan
masyarakat sekitar).
6. Biaya transportasi karyawan dan delivery hasil tambang.
7. Capitalisasi dari biaya eksplorasi.
8. Biaya Pengolahan limbah, CSR dan Reklamasi

9. Kondisi pasar

Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
1. Menentukan Ultimate Pit Slope (UPS)
Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi
penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih
dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Stripping ratio yang diperbolehkan.
b) Sifat fisik dan mekanik batuan
c) Struktur Geologi
d) Jumlah air dalam di dalam batuan
2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir
operasi
3. Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.
Dimensi jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan
alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran
aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi,
lebar, dan panjang jenjang.
4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan
curah hujan daerah penambangan.
5. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan,
kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan
jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.
6. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
a. Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
b. Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
7. Kondisi geografi dan geologi

a. Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat
ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan overburden,
penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan
sistem penirisan tambang.
b. Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan
dan gerakan-gerakan tektonis.
c. Penyebaran batuan
7. Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan
rekahan. Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan
tegangan air pori.
DASAR PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN
Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam
tiga sistem penambangan yaitu:
a) Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh
kegiatan penambangannya berhubungan langsung dengan udara
luar.
b) Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas
penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah.
c) Tambang bawah air (Under water Mining)
Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh
dari permukaan.

Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan


yang maksimal dengan Mining Recovery yang maksimal dan relatif aman.

Pertimbangan teknis

Pertimbangan Teknologi.

Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai


kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik
dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan
dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah
metode open pit, open mine, open cut, dan open cast. Perbedaan dari
keempat
metode
ini
dapat
dilihat
pada
gambar
berikut:

Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih


berasal dari penggalian excavator baik dilakukan sendiri atau dengan
kombinasi alat lain cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada metode
penambangan open pit,open cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench)
Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan galian
yang relatif dangkal dan memungkinkan unutk beroperasi dengan jenjang
tunggal.
Tinggi jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya tergantung pada jenis
batuan yang ditambang. Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan dengan
mempertimbangkan keselamatan pekerja dan peralatan.
Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan permukaan yang
aman adalah apabila alat-alat yang berioperasi dan pekerja dalam kondisi
tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat kemungkinan
akan
runtuh/longsor.
Besarnya hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat
terbatas dan ditentukan oleh kapasitas alat. Selain itu juga ditentukan oleh
luas permukaan kerja (front).
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench)
Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk
menambang bahan galian yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal
yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan
jenjang tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat
mendukung beban yang ada diatasnya.
Kemiringan lereng dapat dibuat lebih vertikal jika daya dukung batuan besar.

Pit slope bervariasi antara 20 - 70. Dari horizontal. Hal ini diaksud agar
mendapatkan perolehan bijih yang lebih banyak lagi.
Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor
keamanan. Untuk menghindari kecelakaan, beberapa cara dapat dilakukan
yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang menempel pada
dinding jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan memonitor
pergerakan dan pergeseran.
Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :

Jumlah Tanah Penutup


Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan
bijih. Sebelum pengambilan bijih, terlebih dahulu tanah penutupnya harus
dikupas. Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk
menentukan
nilai
Stripping
Ratio.
Jumlah Cadangan Bijih
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan
bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil
perhitungan cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang
digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery. Standar
pengurangan tersebut dapat berupa:
- Geologi factor
- Mining loss
- Dilution
Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio
Batas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak
untuk diproduksi. Cara penentuannya adalah dengan memisahkan daerah
yang layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar adalah cut of
grade (COG). COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih
menguntungkan. Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung
stripping ratio (SR). SR adalah perbandingan antara volume tanah penutup
yang dipindahkan per satuan berat bijih (satuan m3/ton). Sehingga dengan
mengetahui nilai SR, maka dari daerah yang sudah memenuhi syarat COG
dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar dari SR yang ditentukan
perusahaan, maka daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN


Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan
tambang. Rancangan penambangan ini merupakan program penambangan
yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan aturan tegas yang
harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan
perencanaan tambang tersebut.
Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka
dibuat suatu rancangan penambangan atau teknis pelaksanaan
penambangan tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan
yang akan diterapkan.
Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas
penambangan. Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang
akan ditambang (Land Clearing), pembuatan jalan tambang, penanganan
masalah air (drainase) dan pengupasan tanah penutup (Stripping OB).
Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan
penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan
pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan
dan mempersiapkan akses masuk ke tambang atau Pembuatan jalan
angkut.
Penanganan masalah air tambang mencakup pembuatan saluran, sumuran,
dan kolam pengendapan. Dimensi saluran, sumuran dan kolam pengendapan
harus dibuat sesuai dengan debit air yang ada sehingga air tambang tidak
langsung mengalir ke air bebas yang dapat menimbulkan masalah
lingkungan.
Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya
dilakukan bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alat
bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah
penutup didorong ke bawah ke arah yang lebih rendah sehingga alat dapat
bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
Desain Jenjang dan Analisis Kemantapan Lereng
Karena letak bijih berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh
lapisan tanah penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya

dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu menampung


dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas
pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih.
Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi
yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali,
jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas
kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik
dan sifat fisik batuan unutk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenjang
adalah:
a) Panjang jenjang
Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari
areal penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang
direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yang digunakan
mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya.

b) Lebar jenjang
Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat
mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat
angkut.Untuk menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan
menggunakan
persamaan:
Wmin = 2R +JP + C + JA .. (3.4)
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan BH
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman

c) Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang
ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari
faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian
dari alat gali yang digunakan.

Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan


untuk memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada
suatu lereng. Lereng pada daerah penambangan dapat mengalami
kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng
tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi karena pengaruh alam atau
karena aktivitas penambangan.

Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu


gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force)
yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang
gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang
gelincir atau sudut lereng.

Menurut prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam


bentuk faktor keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:
Fk > 1 berarti lereng aman
Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng
diantaranya adalah:
1. Geometri lereng
2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
3. Struktur geologi
4. Pengaruh air tanah
5. Pengaruh gaya-gaya luar
6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
7. Faktor waktu.

Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau
cara. Hal ini yang membuat analisa dari kemantapan lereng sangat penting
menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsoran dapat dibagi atas :

1. Longsoran busur
Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran.
Longsoran ini biasanya terjadi pada lereng dengan batuan yang sudah
mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan anatarbutirnya relatif
lemah. Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busur adalah
yang paling banyak dipakai terutama pada pekerjaan sipil dan
pertambangan atau tambang terbuka di daerah tropis.

2. Longsoran bidang (Plane failure)


Pergerakan material pada jenis longsoran ini akan melalui satu bidang
luncur. Bidang luncur adalah bidang lemah pada lereng perlapisan, sesar,
dan kekar. Longsoran ini dapat terjadi jika terdapat bidang luncur dan arah
bidang luncur relatif sejajar dengan kemiringan lereng. Kemiringan lereng
lebih besar dari sudut geser dalam dan terdapat bidang bebas pada kedua
sisi lereng.

3. Longsoran baji (wedge failure)


Bidang luncur dari longsoran jenis ini merupakan dua bidang lemah yang
saling berpotongan. Arah pergerakan akan searah dengan garis perpotongan
bidang lemah tersebut.

4. Longsoran guling ( topling failure)


Longsoran guling terjadi pada jenis batuan yang keras dan pada batuan
tersebut banyak terdapat bidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain.
Kondisi yang memungkinkan terjadinya longsoran ini adalah jika kemiringan
lereng berlawanan arah dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.

Longsoran tanah pada daerah penambangan diasumsikan bahwa:


a) Material yang membentuk lereng dianggap homogen dngan sifat
mekanik akibat beban sama ke segala arah
b) Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa
busur
c) Tinggi permukaan air pada lereng adalah jenuh sampai kering
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Untuk menganalisa keungkinan longsoran, ada beberapa macam cara yang


digunakan. Salah satu diantara cara yang digunakan adalah dengan
menggunakan diagaram Hoek & Bray dimana tanah dengan lima macam
kondisi permukaan air tanahnya dibagi ke dalam lima diagram. Pemilihan
metode ini selain dan cepat hasilnya juga cukup teliti dan sering
dipergunakan untuk tahap perancangan.
Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan
Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari
batuan induknya baik dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali
maupun dengan cara pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaran
ini bertujuan agar batuan dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta
alat muat dapat dengan mudah memuat material ke alat angkut.

Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada


loading point yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut
kemudian diangkut ke titik dumping baik itu grizzly atau pada disposal area.

Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masingmasing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto
berikut:

a. Produksi alat gusur


Dimana:
P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam)

Fk = faktor koreksi (%)


BF = Blade faktor (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
D = density (ton/m3)
b. Produksi alat muat/gali
Dimana:
P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam)
Ef. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)

c. Produksi alat angkut


Dimana:
P(DT) = produksi dump truck (ton/jam)
Ef. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)
n = jumlah pengisian
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
Penirisan Tambang
Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air
yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan yang dapat
aktivitas penambangan.

Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan berupa
air hujan dan air tanah berupa rembasan. Upaya yang dilakukan pada
penirisan tambang ini diantaranya adalah:

Pembuatan drainage/saluran air


Saluran air tambang berfungsi untuk mencegah air dari luar tambang serta
menampung air limpasan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat
yang lain. Saluran air ini dibuat di luar areal penambangan.

Pemompaan
Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak
bisa dialirkan langsung menuju saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air
yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluran penirisan dan
pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan dapat
dihitung dengan menggunakan metode rasional dengan persamaan
sebagai berikut:
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)

Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan Manning berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
n = Koefisien kekerasan saluran
S = gradien kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis

Beberapa bentuk-bentuk saluran yaitu:


a) Bentuk penampang segitiga
Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal.
Saluran bentuk ini tidak mudah digerus oleh air. Kelemahannya
adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pembuatannya.

b) Bentuk penampang segiempat


Bentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar
kelebihannya yaitu mudah dalam pembuatannya dan biasanya
dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lainlain. Kelemahannya adalah mudah terjadi pengikisan sehingga
terjadi pengendapan pada dasar saluran.
c) Bentuk penampang trapesium
Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga
dan segiempat. Biasanya digunakan untuk saluran yang
berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab stabilitas kemiringan
dinding dapat disesuaikan.Bentuk ini sering digunakan pada
daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah
digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap
pengikisan dan mudah dalam pembuatannya serta cocok untuk
debit air yang besar.
Dan untuk menghitung dimensi saluran yang optimum dapat digunakan
persamaan efisiensi hidrolis:
A = (b + zh) h ............................................ (3.11)
1 + (z)2 . (3.12)/P = b + 2h
R = A/P (3.13)
Dimanan :
b = Lembar dasar saluran (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolik (m)
Pembuatan sump / sumuran
Sumuran dibuat untuk menampung air yang masuk kedalam tambang dan
dibuat pada dasar bukaan kemudian dipompa keluar menuju
kolampengendapan atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang
tersebut diendapkan, sebagian dipergunakan untuk keperluan tambang
sebagian dialirkan ke laut sekitar.

Anda mungkin juga menyukai