Konsep Dasar Perencanaan Tambang
Konsep Dasar Perencanaan Tambang
KONSEP
DASAR
PERENCANAAN
TAMBANG
PENGERTIAN
Perencanaan
adalah
penentuan
persyaratan
dalan
mencapai
sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya
perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara
menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan
biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan
penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran.
dan
metode area of influence. Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah
data loging bor spasi 50 meter x 50 meter,dengan data elevasi terbaru.
9. Kondisi pasar
Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
1. Menentukan Ultimate Pit Slope (UPS)
Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi
penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih
dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Stripping ratio yang diperbolehkan.
b) Sifat fisik dan mekanik batuan
c) Struktur Geologi
d) Jumlah air dalam di dalam batuan
2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir
operasi
3. Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.
Dimensi jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan
alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran
aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi,
lebar, dan panjang jenjang.
4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan
curah hujan daerah penambangan.
5. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan,
kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan
jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.
6. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
a. Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
b. Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
7. Kondisi geografi dan geologi
a. Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat
ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan overburden,
penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan
sistem penirisan tambang.
b. Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan
dan gerakan-gerakan tektonis.
c. Penyebaran batuan
7. Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan
rekahan. Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan
tegangan air pori.
DASAR PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN
Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam
tiga sistem penambangan yaitu:
a) Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh
kegiatan penambangannya berhubungan langsung dengan udara
luar.
b) Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas
penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah.
c) Tambang bawah air (Under water Mining)
Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh
dari permukaan.
Pertimbangan teknis
Pertimbangan Teknologi.
Pit slope bervariasi antara 20 - 70. Dari horizontal. Hal ini diaksud agar
mendapatkan perolehan bijih yang lebih banyak lagi.
Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor
keamanan. Untuk menghindari kecelakaan, beberapa cara dapat dilakukan
yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang menempel pada
dinding jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan memonitor
pergerakan dan pergeseran.
Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :
b) Lebar jenjang
Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat
mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat
angkut.Untuk menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan
menggunakan
persamaan:
Wmin = 2R +JP + C + JA .. (3.4)
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan BH
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman
c) Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang
ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari
faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian
dari alat gali yang digunakan.
Dimana:
Fk > 1 berarti lereng aman
Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng
diantaranya adalah:
1. Geometri lereng
2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
3. Struktur geologi
4. Pengaruh air tanah
5. Pengaruh gaya-gaya luar
6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
7. Faktor waktu.
Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau
cara. Hal ini yang membuat analisa dari kemantapan lereng sangat penting
menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsoran dapat dibagi atas :
1. Longsoran busur
Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran.
Longsoran ini biasanya terjadi pada lereng dengan batuan yang sudah
mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan anatarbutirnya relatif
lemah. Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busur adalah
yang paling banyak dipakai terutama pada pekerjaan sipil dan
pertambangan atau tambang terbuka di daerah tropis.
Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masingmasing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto
berikut:
Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan berupa
air hujan dan air tanah berupa rembasan. Upaya yang dilakukan pada
penirisan tambang ini diantaranya adalah:
Pemompaan
Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak
bisa dialirkan langsung menuju saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air
yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluran penirisan dan
pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan dapat
dihitung dengan menggunakan metode rasional dengan persamaan
sebagai berikut:
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)
Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan Manning berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
n = Koefisien kekerasan saluran
S = gradien kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis