Anda di halaman 1dari 18

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH


(AIR LIUR & EMPEDU)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu.
2. Waktu Praktikum
Senin, 7 April 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan,
yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu
dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat
penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke
duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan
keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451).
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ionion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti
musin dan enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05.
Pada umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan
pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai,
adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga
menimbulkan selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan
keluarnya saliva karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik,
sedangkan rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulka rangsangan yang
disebut rangsangan kimiawi (Poedjadi, 1994: 236).
Analisis asam empedu seluruh sistem enterohepatik gf dan conv - r tikus
mengungkapkan bahwa kadar asam empedu dalam kehadiran mikrobiota usus
berkurang di kantong empedu dan usus kecil tapi meningkat di sekum , usus besar, tinja
, dan serum ( gambar 1a ) . Dengan menggabungkan jumlah diukur dalam semua
jaringan , kami menunjukkan bahwa asam empedu renang berkurang 71 % 2 % pada
tikus conv - . Kantong empedu dari tikus gf memiliki tertinggi kadar asam empedu dari

semua jaringan dianalisis dan secara signifikan lebih besar dari kantong empedu dari
conv - r rekan-rekan. Di sebaliknya, kadar kolesterol dan fosfolipid berkurang dalam
kantong empedu gf (angka 1d dan 1e ) . Yang lebih besar ukuran kantong empedu dan
diubah komposisi empedu pada tikus gf tidak terkait dengan peradangan kandung
empedu ( angka 1f dan 1g ) (Ba Ckhed,2013).
Setelah tiga minggu lintah kelaparan mulai mengisap solusi phagostimulatory.
Larutan sangat ditoleransi oleh lintah. Ekstrak lintah air liur dikumpulkan oleh
menempatkan mereka pertama dalam wadah es selama 7 menit. Lintah dibawa dekat
dengan parafilm membran (gambar. 1). Untuk melengkapi ekstraksi, lintah meremas
lancar dari posterior ke arah anterior (mulut) pengisap. Air liur dikumpulkan dari 140
lintah. Berat badan lintah ini berkisar antara 0,2 -7 gram. Volume mengisap solusi
dengan lintah berkisar antara 0,9-17 ml. Diamati bahwa beberapa lintah memberikan
ekstrak air liur berdarah. Alasannya adalah mungkin karena darah yang masih belum
sepenuhnya dicerna dalam usus mereka (baru-baru ini makan). Ini ekstrak air liur
berdarah entah bagaimana berhubungan dengan berat badan lintah. Massa tubuh berat
lintah lebih rentan untuk memberikan ekstrak air liur berdarah daripada yang lebih
ringan. Sangat menarik untuk mengamati bahwa masa kelaparan tidak memainkan
peran penting dalam jumlah cairan tersedot (Alaama,2011).
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
pengukuran secara subjektif (niosh general job stress questionnaire) dan objektif
(aktivitas amilase dalam air liur) untuk mengukur tingkat stres masinis serta menelusuri
faktor pemicu stres yang bersangkutan. Sedangkan metode pengukuran performansi
dilakukan secara objektif menggunakan pengukuran waktu reaksi (Desrianty,2014).
Sebanyak 13 isolat bal asal asi memiliki ketahanan yang tinggi terhadap garam
empedu, namun hanya satu isolat yang memiliki ketahanan tinggi terhadap ph rendah,
yaitu leuconostoc r3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 13 isolat yang diujikan
memiliki kemampuan untuk mengasimilasi kolesterol yaitu pada kisaran 0,8614,97g/ml. Pediococcus pentosaceus 1-a38, pediococcus pentosaceus 2-b2 dan
pediococcus pentosaceus 2-a16 memiliki aktivitas asimilasi kolesterol terbesar. Isolat
bal asal asi memiliki daya dekonjugasi natrium taurokolat yang lemah, jumlah asam
kolat yang dibebaskan berkisar antara 0,06-0,25 mol/ml, dengan kemampuan
mendekonjugasi terbesar pada isolat pediococcus pentosaceus 1-a38 dan pediococcus
pentosaceus 1-a22. Tidak ada korelasi antara ketahanan terhadap garam empedu dan ph
dengan kemampuan asimilasi kolesterol atau dekonjugasi natrium taurokolat.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, pediococcus pentosaceus 1-a38 merupakan isolat

yang paling potensial untuk digunakan pada pengembangan produk probiotik dengan
sifat fungsional spesifik untuk menurunkan kolesterol dengan mekanisme asimilasi dan
dekonyugasi garam empedu. Namun demikian kajian dalam penelitian ini terbatas pada
pengujian in vitro, sehingga masih diperlukan kajian lebih lanjut (kajian in vivo)
sebagai dasar aplikasi isolat ini pada pengembangan produk probiotik (Hana,2011).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Praktikum
a. Tabung reaksi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Penjepit tabung reaksi


Pipet volume 5 mL
Pipet volume 2 mL
Rubber bulb
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 250 mL
Gelas kimia 600 mL
Corong kaca 75 mm
Spatula
Rak tabung reaksi
pH stick

2. Bahan Praktikum
a. Aquades
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

HCl 1M
Asam asetat encer (CH3COOH 2 M)
BaCl2 2%
Saliva
Empedu ayam
Pereaksi Molisch
CuSO4 0,1 M
NaOH 10%
HNO3 pekat
Sukrosa 5 %
H2SO4 pekat
Minyak goreng
Kertas label
pH stick universal
Tissue
Kertas saring
-naftol 1%

D. SKEMA KERJA
1) Air Liur

a. Penetapan pH Air liur


Air liur tanpa penyaringan

Ukur pH

Hasil

b. Uji Biuret

2 mL Air liur tanpa penyaringan

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 2 mL NaOH 10%

Dikocok

+ CuSO4 0,1 M

dikocok

Hasil

c. Uji Molisch
2 mL Air liur tanpa penyaringan

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 2 tetes pereaksi Molisch

Dikocok

Miringkan tabung dgn hati-hati

+ 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung

Hasil
d. Uji Presipitasi
2 mL Air liur yang telah disaring

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 1 tetes asam asetat encer

Campur dgn baik

Hasil
e. Uji Sulfat
1 mL Air liur yang telah disaring

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 3-5 tetes HCl

+ 5-10 tetes BaCl2 2%

dikocok

Hasil

2) Empedu
a. Sifat Empedu
Dicatat sifat-sifat fisik empedu
b. Preparasi empedu
Empedu

Dilumatkan
+ aquades
disaring

Hasil
c. Uji Gmelin

3 mL HNO3 pekat

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 3 mL larutan empedu encer dengan


hati-hati

Hasil: perhatiakan warna yang


terbentuk pada pembatasan kedua
cairan

d. Uji Pettenkofer

5 mL larutan empedu encer

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 5 tetes larutan sukrosa 5%

+ 3 mL H2SO4 pekat melalui


dinding tabung

kocok

Hasil: cincin yang terbentuk pada


perbatasan kedua lapisan dicatat

e. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator


Tabung 1

+ 3 mL air suling

+ 1 tetes minyak

Hasil

Tabung II

+ 3 mL air suling

+ 1 tetes minyak

+ 3 mL larutan empedu encer

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji sifat fisik dan kimia Air Liur
Air Liur
N
o
1

Langkah Kerja
Penetapan pH Air liur
Diukur pH air liur tanpa

Hasil Pengamatan

pH = 7

Warna larutan putih keruh,terdapat dua

penyaringan.
2

Uji Biuret
2 ml air liur tanpa penyaring an
+ 2 ml NaOH 10%

lapisan, lapisan atas kental dan bawah


berwarna bening .

+ CuSO4, Dikocok

Warna larutannya berubah menjadi


ungu dan terdapat endapan biru
dibawah tabung

Uji Molisch
2 ml air liur + 2 tetes pereaksi

Warna larutan krem dengan endapan


kecil-kecil berwarna merah maroon

molisch
+ 2 ml H2SO4 melalui dinding

Larutan berwarna coklat


Terdapat endapan coklat tua didasar

tabung

tabung
Keluar asap
4

Uji Presipitasi
2 ml Air liur yang sudah

menjadi putih keruh dan terdapat

disaring + 1 tetes CH3COOH


5

2M
Uji Sulfat
1 ml air liur yang telah disaring
+ 3-5 tetes HCl
+ 5-10 tetes BaCl2 2%

Larutan yang awalnya putih keruh


endapan putih.

Setelah ditambah HCl, ada gumpalan

putih.
Terdapat gumpalan putih kental.

2. Uji sifat fisik dan kimia Empedu Ayam


Empedu
No
Langkah kerja
1
Sifat Empedu

Hasil Pengamatan
Warna hijau tua,ada selaput yang
didalamnya tedapat cairan empedu.

Preparasi empedu
Dilumatkan,ditambah
aquades dan disaring
Uji Gmelin
3 ml HNO3 pekat + 3 ml

Larutan empedu encer berwarna hijau

Terbentuk 3 fase ,Pada bagian atas

empedu melalui dinding

adalah cairan empedu berwarna hijau;

tabung reaksi

di tengah terbentuk cincin berwarna


kuning keorange; pada bagian bawah
berwarna kuning bening .

Uji Pattenkofer
5 ml empedu encer + 5 tetes
sukrosa 5 %

Larutan berwarna hijau

+ 3 ml asam H2SO4 pekat

Terbentuk 3 lapisan: lapisan bawah:


kuning bening; lapisan tengah: larutan
hitam dan ada lapisan kemerahan;
lapisan atas: warna hijau pekaty dan
terdapat gumpalan hitam.

Fungsi Empedu sebagai


emuglator
Tabung 1 : 3 ml air suling + 1

Warna larutan bening, terbentuk 2 fase


(tidak bercampur). Minyak di bagian

tetes minyak

atas (berwarna kuning) dan air di


Tabung II : 3 ml air suling + 1

tetes minyak

bagian bawah
Warna larutan bening, terbentuk 2 fase
(tidak bercampur). Minyak di bagian

+ 3 ml larutan empedu

atas dan air di bagian bawah


Warna larutan bening, terbentuk 3 fase
(tidak bercampur). Minyak di bagian
tengah (berwarna kuning) dan air di
bagian atas dan empedu dibagian
bawah

F. ANALISIS DATA
Air Liur
1. Uji Biuret
HO
O
R

O - Na
+

NaOH

CH

O
R

NH3 +

CH
NH3 +

OO
R

CH
NH3 +

CuSO4

Larutan ungu

2. Uji Molish
O

OH

HO

OH

H2SO 4

HO

OH

O
Hidroksimetilfulfural

OH
heksosa

OH
naftol

O
HO

OH

OH
OH
pentosa

H2SO 4

O
O
fulfural

+
OH
naftol

OH
O

+
H

HO

H 2SO4

OH
Hidroksi metil furfural

SO3 H

OH

naftol

O
cincin ungu

3. Uji Presipitasi
O - Na

O+ CH3 COOH

O
R

CH3 COONa
O

CH

CH
NH3 +

NH3 +

penggumpalan/endapan putih

Na+ + CH3COOH CH3COONa (mengendap)


4. Uji Sulfat
2-

BaCl2 + SO4

Penguraiannya:
BaCl2 + HCl
Ba2+ + SO42-

HCl

BaSO4(s) + 2 Cl-

Ba2+ + 3Cl- + H+
BaSO4(s) (endapan putih)

Empedu
1. Sifat-sifat empedu
a. Berbentuk bulat memanjang (seperti kantong)
b. Terdapat cairan hijau kehitaman (hijau pekat) di dalamnya dengan ditutupi oleh
selaput bening bagian luarnya.
c. Berbau amis jika didiamkan beberapa jam.
2. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 kompleks senyawa warna-warni
3. Uji Pattenkofer

O
OH
HO

OH

O H

H
OH

O
O

H
HO

terhidrolisis

HO
OH

HO
H

OH

OH

OH
H

OH

OH

H
OH

sukrosa

glukosa

O
H

OH

HO

OH

OH

H2SO 4

H2C
OH

CH

CH CH

OH
5-hidroksimetil furfural
glukosa

H2SO4(l)

garam empedu

asam empedu

O
O
H2C
OH

CH

asam-asam empedu

kompleks coklat kehitaman (merah bata)

CH CH

5-hidroksimetil furfural

4. Fungsi Empedu sebagai Emulgator


Garam-garam empedu + minyak
Micelles + air

micelles
larut

G. PEMBAHASAN
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam
tubuh. Enzim bersifat spesifik yang berarti bahwa enzim dapat bekerja secara khas
terhadap suatu substrat tertentu. Hal ini menyebabkan suatu enzim hanya dapat
mengkatalisa suatu reaksi tertentu. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan

molekul zat yang bereaksi sehingga dengan demikian dapat mempercepat reaksi yang
terjadi karena enzim dapat menurunka energi pengaktifan yang menyebabkan terjadinya
reaksi akan lebih mudah. Enzim merupakan suatu protein, oleh karena itu sama halnya
seperti protein, kerja enzim juga dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama substrat, suhu,
keasaman, kofaktor, dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH optimum yang
berbeda-beda. Dimana enzim dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan pH
berubah sehingga dapat menyebabkan enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
bahkan dapat mengalami kerusakan (denaturasi) (Poedjadi, 1994).
Air liur atau saliva memiliki peran penting dalam system pencernaan makanan.
Saliva berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi rongga mulut
dari kekeringan, panas, asam dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi. Pada
umumnya pH saliva berada sedikit dibawah 7. dalam mulut. Ada tiga set kelenjar ludah
pada manusia : parotid, submaksilaris, dan sublingual. Ludah (saliva) kaya akan ion dan
mengandung sejumlah enzyme. Fungsi ludah sebagai pembasah makan dalam mencerna
mkanan di mulut. Enzim yang di miliki oleh saliva berupa amylase (ptyalin). Selain itu
ludah juga memiliki anti bakteri dalam mulut dan cukup efektif membunuh bakteri Saliva
adalah cairan yang lebih kental dari pada air biasa. Setiap harinya klenjar ludah dapat
menghasilkan 1-1,5 L air ludah. Kandungan air alam ludah sekitar 99,24%. Saliva sendiri
memiliki pH sedikit dibawah 7.
Praktikum kali ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan
kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh yang digunakan adalah air liur
dan empedu. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari kelenjar submaksilaris,
sublingualis, parotis serta kelenjar pipi. Kelenjar kadar zat lendirnya sedikit akan tetapi
kaya akan enzim amilase yang dikenal dengan nama ptialin. Enzim dapat mengekskresi
obat-obatan tertentu seperti alkohol dan morfin. Empedu manusia memililki warna kuning
keemasan tapi kalau dibiarkan pada udara terbuka akan berubah menjadi hijau,biru,dan
coklat karena pigmen empedu teroksidasi.Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai preaksi
akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna.
Pada saliva (air liur) dilakukkan beberapa pengujian yaitu penetapan pH,uji Biuret,
uji Molisch, uji Presipitasi, dan uji Sulfat. Pada percobaan yang pertama yaitu uji air
liur,dilakukan penetapan pH air liur dimana indikator universal dicelupkan ke dalam air
liur yang tidak disaring dan didapatkan pH air liur =7. Pada umumnya pH air liur manusia

adalah 6,6 jika masih segar. Pada percobaan tersebut didapatkan pH 7 karena pada saat air
liur sudah didapatkan air liur tersebut tidak langsung di ukur namun di kumpulkan hingga
banyak, inilah yang menyebabkan PH air liur bertambah. Karena air liur jika dibiarkan
agak lama pH-nya dapat meningkat karena kehilangan CO2.
Pada uji Biuret dan Uji Molisch,air liur tidak disaring supaya semua bahan atau
kandungan yang ada didalamya utuh atau alami. Air liur berwarna putih keruh tidak
berbuih kemudian di tambah dengan NaOH 10%, larutan menjadi terbentuk dua fase
atasnya kental dan bawahnya bening. Dimana pada pereaksi biuret dalam suasan basa
akan bereaksi dengan polipeptida dan merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah protein terlarut dalam larutan. Setelah itu di tambahkan beberapa tetes
CuSO4 0,1 M warna larutan menjadi ungu terdapat endapan didasar tabung klarena
mengandung protein. Pereaksi biuret terdiri dari CuSO4 dalam basa kuat. Pereaksi ini
mengikat ikatan peptida pada sampel. Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan
NaOH) Cu akan bereaksi dengan gugus CO dan NH2 pada asam amino dalam protein
2+

sehingga membentuk suatu kompleks berwarna. Sampel harus mengandung minimal dua
ikatan peptida. Jika terdapat peptida maka warna larutan akan berubah. Perubahan warna
sesuai dengan kadar protein dalam larutan sampel. Semakin tinggi kadar protein sampel
warna larutan semakin gelap. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya
di dalam air liur terdapat protein. Hal ini karena air liur mengandung enzim amilase yang
merupakan suatu protein dan musin yang merupakan suatu glikoprotein serta senyawasenyawa protein lain yang juga terkandung dalam air liur (Poedjadi, 1994).
Uji Molisch digunakan untuk menguji sifat kimia dan fisik dari air liur. Uji molish
yang dilakukan pada air liur adalah uji warna untuk mengetahui adanya karbohidrat pada
air liur. Air liur berwarna bening, ditambah 2 tetes pereaksi molish, terbentuk larutan
berwarna krem dengan endapan kecil-kecil berwarna mera merah maroon , kemudian di
tambah asam sulfat melalui dinding tabung reaksi, terbentuk 3 lapisan yaitu larutan warna
coklat (atas), cokelat keunguan (tengah/cincin), dan endapan kecoklatan (bawah). Hasil
yang didapat adalah positif yaitu dengan terbentuknya cincin ungu yang merupakan hasil
reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan -naftol (Poedjadi, 2007).
Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi dengan H 2SO4 dengan gula heksosa.
Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa maltose atau glukosa (yang
merupakan gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa
dari proses pencernaan makanan.

Berdasarkan uji presipitasi, dalam air liur (warna larutann putih keruh) terbentuk
presipitasi amorf yang ditandai dengan adanya warna keruh pada kertas saring,setelah
ditambahkan 1 tetes CH3COOH 2 M warnanya tetap yaitu putih dan terdapat endapan
putih. Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein
(misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana protein pada
penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi.Untuk Uji presipitasi adalah
uji pengendapan yang tak terbentuk. Uji presipitasi Adalah proses pengendapan, dimana
proses pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah proses pemisahan. Pada
temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya
jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai
kesetimbangan dengan pelarut itu. Sedangkan yang disebut sebagai preipitasi amorf
adalah pengendapan pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk.
Uji sulfat, yaitu uji sulfat dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya zat
anorganik sulfat di dalam saliva. Berdasarkan konsepnya, untuk pengujian sulfur, dengan
adanya penambahan BaCl2 ke dalam sampel yang telah diberikan HCl 1 M , akan
menyebabkan terjadinya disosiasi atau penguraian dari BaCl 2 menjadi ion-ionnya yaitu
Ba2+ dan Cl-, dengan adanya ion sulfat didalam saliva akan menyebabkan terjadinya suatu
reaksi antara ion SO42- dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang berupa endapan putih, halus
air liur berwarna bening di tambah HCl, warna larutan tetap bening dan terdapat endapan
putih dan terbentuk seperti gel, Kemudian di tambah + BaCl2 2% , terbentuk Warna
larutan berubah menjadi bening. Terdapat gumpalan putih kental. Dari uji yang kami
lakukan, menunjukkan hasil positif sesuai dengan yang diharapkan, karena terbentuknya
endapan/gumpalan putih. Diperolehnya hasil yang positif menunjukkan bahwa terdapat
sulfat pada saliva tersebut.
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan
karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan
oleh hepatosithati pada

sebagian

besar vertebrata.Setiap

harinya

cairan

empedu

disekresikan oleh hati sebanyak 500-1000cc dimana sekresinya berjalan terus menerus,
jumlah yang disekresikan akan meningkat jikamencerna lemak. Bagian-bagian dari
kantong empedu: Fundus vesika felea, merupakan bagian kantong empedu yang paling
akhir setelah korpus vesika felea; Korpus vesika felea, bagian dari kantong empedu yang
dalamnya berisi getah empedu(cairan empedu); leher kandung kemih, merupakan leher
dari kantng empedu yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kantong empedu;
Duktus sistikus, panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan bersambung

dengan duktus hepatikus , membetuk saluran empedu ke duodenum. Duktus hepatikus,


saluran keluar dari leher. Duktus keledokus, saluran yang membawa getah empedu ke
duodenum

Empedu yang dipakai memiliki warna hijau tua, berbentuk lonjong, lembek, dan
berselaput. . Cairan empedu yang berwarna hijau tua berasal dari bilirubin yang
merupakan pigmen empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraian hemoglobin, asamasam empedu, dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi gmelin
sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turuna yang berwarna yang ditandai
dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari berbagai warna. Hal ini
terjadi akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen empedu oleh HNO 3. Uji gmelin
adalah sebuah tes empedu dalam cairan tubuh. Pada uji Gmelin, Terbentuk 3 lapisan yaitu
coklat (atas), kuning keruh (tengah), dan bening (bawah). Setelah dikocok, terbentuk 3
lapisan yaitu hijau (atas), kuning keorange (tengah), dan bening (bawah).Lapisan ini
menandakan bahwa pada empedu terdapat Gmelin.
Selanjutnya uji pettenkofer. Uji pettenkofer bertujuan untuk mengetahui adanya
garam empedu dalam cairan empedu. Garam empedu bereaksi dengan asam sulfat
membentuk asam empedu sedangkan heksosat dari sukrosa, jika bereaksi dengan asam
sulfat akan membentuk hidroksimetilfural. Asam empedu akan bereaksi dengan fulfural
atau hidroksimetilfulfural membentuk kompleks merah. cairan empedu berwarna hijau,
kemudian di tambah 5 tetes larutan sukrosa warna larutan tetap hijau. Kemudian ditambah
asam sulfat pekat melalui dinding tabung terbentuk tiga fase, lapisan atas warna gumpalan
hitam, lapisan tengah berwarna hijau pekat,larutan hitam ada lapisan kemerahan, lapisan
bawah (kuning bening), ini berarti menunjukkan hasil yang negatif karena dalam
praktikum yang dilakukan tidak terbentuk cincin .
Fungsi empedu sebagai emulgator, Tabung I (aquades + minyak) hasilnya Tidak
dapat bercampur (emulsi tidak stabil) minysk dibagian diatas berwarna bening kekuningan

aquades dibawah. Tabung II aquades + minyak, tidak dapat bercampur, kemudian +


empedu, larutan tidak tercampur dimana air dibagian atas, minyak bagian bawah dan
empedu bagian bawah seharusnya larutan bercampur terbentuk emulsi stabil. Fungsi
empedu sebagai emulgator hal ini dikaitkan dengan sifat empedu yang memiliki dua
bagian yang jelas, satu bagian mempunyai sifat polar atau sifat hidrofil, bagian lainnya
bersifat non polar atau hidrofob sehingga empedu dapat digunakan sebagai pengemulsi
pada lemak. Dan juga menjadi penstabilnya dalam tubuh. Empedu dapat berfungsi sebagai
emulgator apabila ditambahkan dengan minyak. Ini terbukti dengan terjadinya emulsi saat
empedu ditambahkan dengnan minyak.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : Sifat
kimia empedu dapat diidentifikasi dengan Uji molisch yang ditandai dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu diantara larutan tersebut yang menandakan adanya karbohidrat
dalam saliva, Pada penentuan pH air liur didapatkan pH air liur adalah 7 yang berarti
bersifat basa padahal pH air liur yang sebenarnya adalah 6,6, Presipitasi ditandai dengan
terdapatnya gumpalan berwarna putih pada larutan tersebut , Adapun sifat fisik dari
empedu adalah berwarna hijau,terdapat selaput dan kenjal.

DAFTAR PUSTAKA
Alaama, Mohamed ,dkk,2011. Isolation And Analytical Characterization Of Local Malaysian
Leech Saliva Extracts. Malaysia. :International Islamic University Malaysia.
Ba Ckhed, Fredrik,dkk. Gut Microbiota Regulates Bile Acid Metabolism By Reducing The
Levels Of Tauro-Beta-Muricholic Acid, A Naturally Occurring Fxr Antagonist.
Sweden : University Of Gothenburg.
Desrianty, Arie,dkk.2015.Analisis Tingkat Stres Dan Performansi Masinis Daerah Operasi Ii
Bandung. Bandung : Institut Teknologi Nasional (Itenas).
Hana,dkk.2011.Evaluasi In Vitro Terhadap Kemampuan Isolat Bakteri Asam Laktat Asal Air
Susu Ibu Untuk Mengasimilasi Kolesterol dan Mendekonjugasi Garam Empedu
.Bogor : IPB.
Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skema Kerja Buat Nita
    Skema Kerja Buat Nita
    Dokumen4 halaman
    Skema Kerja Buat Nita
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • Biokim
    Biokim
    Dokumen2 halaman
    Biokim
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Dokumen15 halaman
    Acara Ii
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Dokumen14 halaman
    Acara Ii
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Dokumen13 halaman
    Acara Iii
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Dokumen13 halaman
    Acara Iii
    LiEni UpiEhoo
    Belum ada peringkat
  • 7 Asam Basa
    7 Asam Basa
    Dokumen47 halaman
    7 Asam Basa
    Arif Andriyanto
    Belum ada peringkat