darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,
angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat,
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
2000:1). Lebih lanjut dikatakan bahwa batas wilayah pesisir hanyalah garis khayal
Lain halnya dengan para pemikir sosial, yang berpendapat bahwa wilayah
pesisir juga dapat lepas dari permasalahan sosial ekonomi masyarakat pesisir.
Sehingga batas pesisir tidak hanya didasarkan pada pendekatan biologis dan
arah darat tidak hanya sampai ke lokasi permukiman, tetapi meluas sampai ke mata
penjelasan Dahuri, dkk (dalam Adisasmita, 2007: 98 – 99) bahwa untuk kepentingan
pengelolaan atau wilayah perencaraan, batas wilayah pesisir ke arah daratan bisa
sampai ke daerah hulu sungai dengan ketentuan terdapat kegiatan manusia yang
secara nyata menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan sumber daya di bagian
hilir.
9
Berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan kawasan pesisir pantai,
PSDL UNHAS dan Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Perdesaan Departeman
jenis, yaitu : (1) Tipe A, pantai berupa teluk dan tanjung dan beberapa pulau terletak
di mulut teluk dengan kemiringan dasar yang curam (> 0,1) dan terbentuk dari kerikil
dengan daratan pantai yang berbukit; (2) Tipe B, Pantai berupa teluk tanpa pulau
terletak dimulut teluk dengan kemiringan dasar yang landai (0,01 < s 0,1) dan
terbentuk dari pasir dengan memiliki lingkungan muara; (3) Tipe C, pantai berupa
laguna dengan kemiringan dasar yang datar (s < 0,01) dan terbentuk dari Lumpur
dengan memiliki lingkungan rawa pantai; (4) Tipe D, pantai terbuka dengan dengan
kemiringan dasar yang landai (0,01 < s < 1) dan terbentuk dari pasir dengan memiliki
lingkungan muara; dan (5) Tipe E, pantai terbuka dengan kemiringan dasar yang
curam (s < 0,1) dan terbentuk dari kerikil dengan dengan memiliki lingkungan muara.
sebagai wilayah peralihan antara lingkungan kelautan dan daratan, di mana aspek
secara langsung dengan wilayah pesisir. Dengan pengertian inilah wilayah pesisir
10
B. Konsep Penataan Ruang Wilayah Perdesaan
ditetapkan bahwa ruang lingkup kegiatan penataan ruang terdiri dari 3 tahapan yaitu
pertama; tahap perencanaan tata ruang, kedua; tahap pemanfaatan ruang, dan ketiga;
kontinyu dengan keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan perencanaan dan
11
memiliki pedoman arah pembangunan wilayah serta arah pemanfaatan ruang
berbagai kawasan, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai;
yang berpedoman pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam arti
berkaitan dengan tujuan penataan ruang. Seperti tax holiday dalam bidang
(kawasan siap bangun) dan Lisiba (lingkungan siap bangun), dan kemudahan
pelayanan tentang data dan informasi ( pasal 38 ayat (2) UU No. 26 / 2007
12
tentang Penataan Ruang ). Sementara itu, penetapan pengaturan perangkat
perijinan lokasi yang tidak sesuai Rencana Tata Ruang ( pasal 38 ayat (3) UU
pembangunan tahunan harus sesuai dengan pola dan struktur tata ruang yang
telah disepakati.
Kabupaten/Kota tentang pola dan struktur tata ruang wilayah. Kesepakatan ini
13
a. Pengawasan. Dimaksudkan mengendalikan pemanfaatan ruang agar
sesuai dengan RTR dan memperkecil penyimpangan dari RTR. Fungsi ini
rencana yang telah ditetapkan, dan upaya penyelesaian jika itu terjadi.
dalam bentuk sanksi, baik dalam bentuk hukum maupun denda atas
pembangunan lainnya, dan bencana alam. Kondisi ini tentu saja membutuhkan
14
2. Kompetisi yang sering berupa konfik pengelolaan sumber daya pesisir;
akibat proses alami – abrasi pantai, sungai banjir, kemiringan tanah, mungkin
dan
pesisir sebagai akibat dari isu yang berkembang di masyarakat, dengan melakukan
langkah-langkah :
dilakukan secara efektif sesuai dengan penetapan penataan ruang wilayah perdesaan
pesisir yang telah disahkan. Secara skematis tahapan tersebut sebagai berikut:
15
TAHAP PERENCANAAN
TAHAP PENGENDALIAN
Pengawasan Penertiban
Gambar 1.
Tahapan Kegiatan Penataan Ruang Wilayah
Sumber: Suhandojo dkk, (2000: 23)
Perencanaan daerah di rejim sentralistik-otoriter menurut Abe (2002: 41-42) dua hal
yang ditonjolkan, pertama bahwa sebuah perencanaan tidak lain dari penjabaran lebih
rinci dari kehendak pusat. Kedua, untuk posisi daerah sendiri perencanaan sebagai
petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan dan batas apa yang tidak boleh
16
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai kebijakan strategis
kemakmuran bagi rakyat dan martabat bangsa Indonesia. Dalam arti bagaimana
menempatkan ruang rakyat sebagai pelaku utama pengelolaan wilayah pesisir dan
ekosistem lingkungan dari eksploitasi sumber daya pesisir dan laut secara berlebihan.
Dari sisi kebijakan – baik yang bersifat umum maupun bersifat spesifik –
kebijakan yang bersifat teknis, terutama arah dan strategi kebijakan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut yang dikaitkan dengan penataan ruang wilayah perdesaan
pengelolaan wilayah pesisir dan laut, tetapi sekaligus dapat memberikan batas-batas
yuridiksi secara tegas tentang pengelolaan sumber daya pesisir dan pemanfaatan
wilayah pesisir bagi para pihak yang berkepentingan – Pemerintah, Investor, dan
pesisir tidak hanya dilihat dari sudut konsep pembangunan berkelanjutan, tetapi
lokal sebagai landasan utama otonomi daerah di wilayah pesisir dan laut. Berkaitan
17
dengan hal ini, Dartoyo (2004: 8) mengatakan bahwa prinsip pembangunan
daerah dan pengelolaan sumber daya pesisir dapat berkelanjutan. Lebih lanjut
menurut Darwanto, dkk (200: 6-7) yang dibutuhkan adalalah beberapa program
pembangunan dalam rangka pemanfaatan ruang di kawasan pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil adalah: pertama Perlindungan sumberdaya alam, termasuk lahan basah,
daerah genangan, estuari, pantai, daerah berbukit pasir, habitat ikan dan biota laut,
erosi, rawan bahaya geologis dan gelombang badai dan di area yang cenderung
18
terpengaruh dan rentan kerusakan oleh kenaikan tingkat permukaan, penurunan lahan
dan intrusi air laut. Ketiga, Penjaminan akses publik terhadap pesisir untuk keperluan
rekreasi.
kawasan pesisir dan lautan. Kelima Pengelolaan pengembangan kawasan pesisir dan
lautan untuk meningkatkan, menjaga dan memperbaiki kualitas air pesisir dan
melindungi sumberdaya alam dan penggunaan air yang ada. Keenam, Perbaikan
dalam kawasan pesisir dan lautan dan koordinasi yang lebih baik antar pemerintahan
penggunaan yang bergantung pada pesisir dan proses pengaturan penempatan fasilitas
hankam, energi, budidaya perikanan, rekreasi, pelabuhan dan perhubungan dan lokasi
kegiatan komersil dan industri di dalam dan sekitar kawasan dimana pembangunan
dan laut. Kebijakan dan strategi pembangunan wilayah pesisir dan laut secara
19
yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, sebagaimana
gambar berikut :
Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu
Berbasis Masyarakat
Gambar 2.
20
Tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala
lingkungan, melalui pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dalam mencapai keseimbangan pembangunan antar sektor dan antar
Sementara itu, sasaran yang ingin dicapai dalam rangka penyusunan Rencana
budidaya;
lingkungan;
rencana;
21
f. Tersusunnya penatagunaan lahan/tanah, air, udara, hutan, mineral dan sumber
manusia dan sumber daya buatan, yang merupakan bagian integral dari
berkelanjutan;
antar sektor;
22
f. Sebagai acuan dalam Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan;
prasarana wilayah;
antar kawasan serta antar sektor dan daerah. Disamping itu keseimbangan dan
23
E. Peran Serta Masyarakat
terkena dampak serta kelompok profesi dalam proses perencanaan. Namun dalam
Dari sudut terminologi peran serta msyarakat dapat diartikan sebagai suatu
cara melakukan interaksi antara dua kelompok; Kelompok yang selama ini tidak
selama ini melakukan pengambilan keputusan (elite). Bahasan yang termuat dalam
peran serta masyarakat sesungguhnya menurut Goulet merupakan suatu cara untuk
membahas incentive material yang mereka butuhkan (dalam Arimbi,dkk: 2007: 2).
Peran serta masyarakat dengan demikian merupakan insentif moral sebagai jalan bagi
pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-
orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran
serta semua pihak itu diperlukan: (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis,
24
Gaventa dan Valderama (dalam Ikbal, 2007:3), mencatat tiga tradisi konsep
dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek
dan bersifat kemitraan. Peran serta masyarakat dengan pola konsultatif antara pihak
untuk diberi tahu, dimana keputusan terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat
keputusan tersebut. Peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pejabat pembuat
25
kedudukannya. Antara pihak perencana/pengambil keputusan bersama-sama
pengambilan keputusan.
kewajiban para perencana (pemerintah), misalnya dalam UUPLH No. 23 Tahun 1997
pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan
amanat 26 Tahun 2007 yang secara eksplisit dijelaskan dalam PP No. 69/1996
tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
terhadap PP 69/1996 ini hingga kini belum sepenuhnya dihayati dan dilaksanakan
karena masyarakat belum memahami arti penting dan manfaat penataan ruang.
Dalam hal perencanaan tata ruang kebutuhan yang mendasari peran serta
jangka pendek, yang ditentukan oleh kelompok dominan mewarnai penetapan tata
ruang. Sebagai contoh penyimpangan tata ruang daerah, seringkali dilakukan oleh
masyarakat dapat didayagunakan untuk menjalankan peran kontrol. Abe (2002: 85-
87) menyarankan prinsip dasar yang harus dilakukan dalam perencanaan bersama
rakyat, yakni: 1). Memastikan bahwa masyrakat mimiliki rasa saling percaya, saling
26
mengenal dan bias bekerjasama; 2). Agar semua orang bias berbicara secara fair dan
bebas; 3). Bisa menyepakati hasil yang diperoleh baik saat perencanaan maupun
sesudahnya; 4) jujur dalam pemberian informasi; 5) objektif; 6). Objek yang dbahas
peran serta masyarakat juga berguna untuk mendapatkan Informasi dan Data Sosial.
Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang menjadi penting dalam
kerangka menjadikan sebuah perencanaan tata ruang sebagai hal yang responsif.
proses pengambilan keputusan tentang perencanaan tata ruang yang tanggap pada
preferensi serta kebutuhan dari masyarakat yang potensial terkena dampak apabila
responsiveness dari suatu perencanaan, yang mengacu pada proses, sebagai berikut :
(1). Sejauh mana masyarakat diwilayah obyek perencanaan telah diberi kesempatan
mana masyarakat yang tinggal diluar objek perencanaan, akan tetapi sering
sampai dengan tahap pelaksanaan. dan (3). Sejauh mana kepentingan para pihak yang
27
Untuk menggerakkan perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup
perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need),
jawaban (response), dan (3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
membangkitkan tingkah laku (Ndraha, dalam Ikbal 2007:5). Dalam perencanaan yang
perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan
melalui proses perencanaan partisipasi perlu didekati dengan berbagai cara yaitu : (1)
usaha atau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat
oleh individu-individu warga masyarakat perdesaan dengan lembaga lain atau dengan
tingkat yang lebih tinggi (kota, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional), (5)
pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya kredit, pasaran,
28
Dalam proses partisipasi, dikenal konsep representasi sebagai perwujudan
masyarakat, dan tidak menjadi penghalang untuk memanipulasinya. Karena itu sangat
biasa dikenal dengan nama stakeholder dan atau pemangku kepentingan kerap
ditafsirkan secara keliru hingga tidak dapat dipetakan dan diwakili secara tepat. Di
berlangsung ke arah yang salah. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Christian dkk
menggali kapasitas serta sumber daya mereka tanpa selalu harus membutuhkan
bagi pemecahan masalah dan perubahan positif (Huber, dkk. 2004: 43)
29
Pemangku kepentingan atau stakeholder adalah perorangan dan kelompok
yang secara aktif terlibat dalam kegiatan, atau yang terkena dampak, baik positif
maupun negatif, dari hasil pelaksanaan kegiatan. Secara garis besar, pemangku
kepentingan dapat dibedakan atas tiga kelompok (Crosby, 1992: 1-2), First, if an
of the decision maker or the organization, then it should be taken into account.
Second, if the group’s presence and/or support provides a net benefit or strengthens
Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara kawasan laut dan darat
yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara
khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di daratan dan di
disimpulkan bahwa pesisir masuk ke dalam wilayah administrasi Daerah Propinsi dan
pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang
beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut.
30
Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem
lainnya seperti luas lahan, jumlah penduduk, dan lainnya. Secara skematis kerangka
31
Penataan Ruang Wilayah Pesisir
Keterlibatan Masyarakat
Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
Faktor Ekternal:
Peluang
Ancaman
Gambar 3.
Kerangka Pikir Penelitian
32