Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK

ACARA

: ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR

HARI/TGL : JUMAT, 21 MARET 2014

NAMA : MASRI MASUD


NIM

: D611 12 275

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk melakukan pengamatan sifat-sifat optik mineral diperlukan beberapa
tahapan, yaitu dari ortoskop nikol sejajar, ortoskop nikol silang dan konoskop.
Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada
posisi sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan
mikroskopis yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut
pengamatan pada nikol sejajar.
Pengamatan mikroskop polarisasi nikol sejajar adalah pengamatan dengan
tidak menggunakan analisator atau analisator sejajar arah polarisator. Artinya kita
mengamati cahaya polarisasi yang merambat melewati kristal, tetapi hanya pada
satu bidang getar yang sejajar dengan arah getar polarisator. Sifat optik yang dapat
diamati antara lain warna absorbsi, pleokrisme, indeks bias, relief dan juga bentuk
belahan/pecahan,serta ukuran mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum Ortoskop Nikol Sejajar adalah agar
praktikan dapat mengenali mineral secara mikroskopis melalui mikroskop
polarisasi dan dapat mengidentifikasi mineral pada pengamatan nikol sejajar.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum mineral optik acara Ortoskop
Nikol Sejajar yaitu :
1. Mengetahui sifat-sifat fisik mineral secara optik pada pengamatan nikol
sejajar,
2. Mengetahui

nama

mineral

berdasarkan

sifat-sifat

optiknya

pengamatan nikol sejajar.

1.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Buku penuntun praktikum mineral optik 2014
2. Mikroskop polarisasi
3. Lembar Kerja Praktikum (LKP) 2014
4. Lap kasar dan lap halus
5. Alat tulis menulis
6. Pensil warna
7. Preparat sayatan mineral
8. Kertas A4
9. Mistar
1.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Membuat bon alat,

pada

2. Mempersiapkan alat dan bahan seperti mikroskop, alat tulis menulis, lap
kasar/lap halus sebagai alas dari mikrsokop, penuntun praktikum, lembar
kerja praktikum, serta preparat,
3. Menyentringkan mikroskop sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan,
4. Menentukan dan menuliskan sifat-sifat mineral yang tampak pada
pengamatan nikol sejajar serta menentukan nama mineral pada Lembar
Kerja Praktikum (LKP), dan
5. Mengembalikan alat ketempatnya setelah praktikum selesai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengidentifikasi sifat optik mineral, diperlukan beberapa tahapan, yaitu
ortoskop sejajar, ortoskop nikol silang dan konoskop. Baerikut ini akan diuraikan
berbagai sifat-sifat optik mineral yang dapat teramati tanpa menggunakan
analisator atau nikol sejajar.
2.1 Warna
Warna merupakan pencerminandari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropik.
Pengamatan warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat
berbeda dengan pengamatan warna secara mikroskopis.
Idiochromatic adalah warna asli mineral.
Allochromatisadalah warna akibat pigmen lain, seperti inklusi
kristal-kristal halus atau oleh adanya elektron-elektron dari logamlogam transisi ( Cr, Fe, Mn, dll).
2.2 Pleokroisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol
sejajar bila meja objek diputar hingga 90o, disebut dengan pleokroisme. Untuk
semua jenis mineral, masing-masing mempunyi sifat pleokroisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 golongan, yaitu:
a. Dwikroik (dichroic), dicirikan oleh dua warna yang berbeda (mineral dengan
sisitim kristal hexagonal dantetragonal).
b. Trikroik (trichroic), dicirikanoleh perubahan tiga warna yang berbeda (mineral dengan
sistem kristal ortorombik, monoklin, dan triklin)

Sedang pada mineral yang bersistem kristal isometrik tidak mempunyai


sifat pleokroisme. Suatu mineral yang mempunyai sifat trikroik, dalam satu
sayatan tipis maka tidak akan memperlihatkan tiga kali perubahan warna, tetapi
hanya dua hali perlubahan warna, karena hanya ada dua sumbu yang dapat
dilewati sinar (harus dengan dua sayatan yang dalam satu sayatan berbeda arah).
Warna mana yang nampak dalam mikroskop, tergantung sumbu indikatrik sinar
mana yang sedang bergetar sejajar arah getar polarisator. Pleokroik lemah jika
perbedaan warna absorbsi tidak begitu menyolok, sehingga perubahan warna selama
penamatan tidak begitu jelas, seperti pada beberapa mineral piroksen. Sedangkan
istilah Pleokroik kuat digunakan jika perbedaan warnanya cukup jelas dan
kontras.
Horenblende pleokrois kuat dan piroksen tak-pleokrois

Pleokroisme Biotit Berwarna Coklat Kekuningan Orde 1

Pleokroisme Biotit Berwarna Coklat Gelap Orde I


(Gambar Atas: Warna Interferensi Biotit Sejajar Sumbu C Dan Gambar Bawah:
Pleokroismenya Pada Sudut Putaran 90O)
2.3 Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan
atau tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti
susunan atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti
arah belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan
magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena
pembekuannya atau pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya
kurang sempurna, begitu pula sebaliknya.
Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Namun, mineral yang berukuran besar
bukan berarti tingkat kristalisasinya sempurna. Sebagai contoh adalah mineralmineral penyusun batuan gunung api yang terkristalisasi dengan cepat dapat

tumbuh membentuk mineral dalam diameter yang besar, tetapi bentuk kristalnya
anhedral membentuk fenokris dalam batuan bertekstur porfiritik.
Dalam pendeskripsiannya, bentuk kristal ditentukan dari orientasi tepian
mineralnya.

Anhedral yaitu bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh

sisinya,
Subhedral yaitu jika sebagian sisi kristal ada yang tidak beraturan
Euhedral yaitu seluruh sisi kristal beraturan.

Gambar Atas: Bentuk Kristal Subhedral Pada Piroksen Dan Anhedral Pada
Horenblenda Dan Gambar Bawah: Bentuk Kristal Euhedral, Subhedral Dan
Anhedral Pada Mineral Piroksen (Hbl: Horenblenda Dan Px: Piroksen)

2.4 Bentuk Mineral

Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral
adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur (irregular), memanjang, prismatik,
fibrous, membulat dan lain-lain (lihat gambar). Bentuk-bentuk mineral tersebut
tidak berhubungan dengan tingkat kristalisasinya. Bentuk mineral secara
sempurna dapat mengikuti bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat
digunakan sebagai parameter tingkat kristalisasi.

Gambar atas: bentuk-bentuk mineral blocky, irregular; gambar bawah: bentuk


mineral euhedral
2.5 Ukuran Mineral
Ukuran mineral dibawah kenampakan mikroskop, Dapat dihitung dari
perkalian perbesaran lensa okuler dan lensa obyektif, dapat pula langsung dengan
mikrometer

obyek

atau

penggaris.

Untuk

mengetahui

ukuran

tiap

bagian,dipergunakan lensa okuler yang berskala. Dari perhitungan tersebut dapat

diketahui diameter dari lingkaran medan pandangan. Dengan demikian kita akan
bisa mengetahui ukuran setiap mineral ( umumnya dengan skala mm ).
2.6 Belahan ( cleavage )
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya
juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem
kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal
sendiri dibentuk / dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian,
sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan
ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral
mengalami benturan atau terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah
mengikuti arah belahannya.
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa
mineral juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral
dapat diamati di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin.
Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara
megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya
yang bipiramidal, namun di bawah mikroskup belahan konkoidal-bipiramidal sulit
dapat diamati. Olivin kadang-kadang menunjukkan belahan dua arah miring,
namun karena bentuknya yang membotol, jadi sulit diamati juga di bawah
mikroskop.

Gambar Atas: Contoh Mineral Dengan Susunan Acak (Belahan Tidak Jelas) Atau
Tanpa Belahan: Olivin; Gambar Bawah: Contoh Mineral Kuarsa Tanpa Belahan

Belahan jelas 1 arah: kelompok mika


Belahan jelas 2 arah: piroksen dan amfibol
Mineral dengan sudut belahan 2 arah membentuk perpotongan dengan
sudut 60/120: amfibol / horenblende dan mineral dengan sudut belahan
dua arah membentuk sudut 90 piroksen.

Gambar Atas: Belahan Jelas Pada Dua Arah Miring; Gambar Bawah: Belahan
Kurang Jelas Pada Dua Arah Dengan Sudut 90o

2.7 Indeks Bias


Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta)
yang menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias
atau refraksi (r). indeks bias (n) juga merupakan fungsi dari perjalanan sinar di
dalam medium yang berbeda.
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya
merupakan salah satu ciri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias
dapat dilakukan secara relatif, misalnya dengan menggunakanmetode garis
Becke dan metode iluminasi miring. Dapat pula ditentukan secara absolut,
dengan menggunakan minyak imersi.

Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif.


Indeks bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang
standaar seperti canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih
kecil atau lebih besar dari indeks bias canada balsam.

2.8 Relief Mineral


Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat /
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan
erat dengan sifat indek biasnya; Ngelas < Nobyek. Relief kadang-kadang juga
diimplikasikan oleh tebal-tipisnya sayatan. Sayatan yang telah memenuhi
standarisasi, tentunya memiliki relief yang standar juga, sehingga besarnya

tertentu.

Gambar Sifat Optis Relief Tinggi pada Mineral Olivin (Atas) dan Relief Rendah
(Bawah) yang Diamati pada Posisi Nikol Sejajar

Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral
yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam
mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat
optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang
tinggi, sedang atau rendah. Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks
bias sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun,
suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air /
udara, sehingga reliefnya lebih tinggi. Bandingkan indeks bias yang dipantulkan
oleh mineral dengan indeks bias yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada
balsam memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Mineral menyerap
sebagian sinar dan memantulkannya sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang
dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin rendah

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum Ortoskop Nikol Sejajar, digunakan dua buah sayatan mineral.
Adapun pembahasan dari masing-masing mineral yaitu:
1. Mineral dengan nomor urut 1 dan memunyai nomor peraga 30, memakai
perbesaran objektif 5X, perbesaran okuler 10X, sehingga mempunyai
perbesaran total yaitu 5 x 10 = 50 kali perbesaran. Bilangan skala yaitu
satu/ pembesaran total (1/50 = 0,02), kedudukan mineral yaitu X = 52,5 Y
= 18,76. Mineral ini mempunyai warna absorpsi (merupakan pencerminan
dari kenampakan daya serap atau absorpsi panjang gelombang dari cahaya
yang masuk pada mineral anisotropik) yaitu kuning kecoklatan,
pleokroisme dwikroik yaitu dibuktikan ketika meja objek diputar hingga
90o terjadi perubahan warna, intensitas rendah, mempunyai bentuk mineral
anhedral yaitu bentuk kristalnya sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri, indeks biasnya nmin > ncb diperoleh dengan
menggunakan metode illuminasi miring yaitu dilakukan penutupan
sebagian

jalannya

sinar

yang

masuk

kedalam

mineral

dengan

menggunakan benda yang tidak tembus sinar, sehingga diperoleh


bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi
penutupnya maka nmin > ncb, belahan satu (2) arah, reliefnya rendah,
pecahannya uneven, mempunyai ukuran mineral 0,74 nama mineralnya
yaitu Hypersthene.

2. Mineral dengan nomor urut 2 dan memunyai nomor peraga 25, memakai
perbesaran objektif 10, perbesaran okuler 10, sehingga mempunyai
perbesaran total yaitu 10 x 10 = 100 kali perbesaran. Bilangan skala yaitu
satu/ pembesaran total (1/100 = 0,01), kedudukan mineral yaitu X = 48,6
Y = 25,3. Mineral ini mempunyai warna absorpsi (merupakan
pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi panjang
gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropik) kuning
kecoklatan, pleokroisme dwikroik yaitu dibuktikan ketika meja objek
diputar hingga 90o terjadi perubahan warna, intensitas sedang, mempunyai
bentuk mineral anhedral yaitu bentuk kristalnya sama sekali tidak dibatasi
oleh bidang-bidang kristalnya sendiri, indeks biasnya nmin ncb diperoleh
dengan menggunakan metode illuminasi miring yaitu dilakukan penutupan
sebagian

jalannya

sinar

yang

masuk

kedalam

mineral

dengan

menggunakan benda yang tidak tembus sinar, sehingga diperoleh


bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi
penutupnya maka nmin> ncb,, belahan tidak ada, reliefnya sedang,
pecahannya uneven, mempunyai ukuran mineral 0,9, nama mineralnya
yaitu Augit.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Sifat optik mineral yang dapat diamati dari praktikum artoskop nikol sejajar
yaitu warna, pleokrisme, intensitas, bentuk mineral, indeks bias, belahan,
relief, pecahan, dan ukuran mineral.
2. Praktikan dapat mengetahui nama mineral berdasarkan sifat optik pada
pengamatan nikol sejajar.
4.2 Saran
Sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratorium terutama mikroskop polarisasi
dijaga dengan baik dan dilengkapi yang masih kurang untuk menunjang proses
praktikum.

ASISTEN

(ARSYAD)

PRAKTIKAN

(MASRI MASUD)

DAFTAR PUSTAKA

Aryadhani, 2009, aryadhani geology inside. mineral optic nikol terbuka

nikol tertutup.htm diakses 25 Februari 2012.


Irfan, Ulva Ria. 2014. Mineral Optik. Teknik Geologi Universitas

Hasanuddin : Makassar
Http://antiserra.wen.su/mikroskop.html
Http://heruharyadi27.blogspot.com/2009/11/mineral.html
Http://alfred8steven.wordpress.com/2012/10/22/mineral-optik/, dikutip
Http://tryfor3.wordpress.com/
Http://mukliis.blogspot.com/
www.docstoc.com/,

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA

: ORTOSKOP NILAI SEJAJAR

HARI/TGL : JUMAT, 21 MARET 2014

No. Urut

: 01

No. Peraga

: 30

Pembesaran objektif

: 5X

Pembesaran okuler

: 10X

Pembesaran total

: 5 x 10 = 50X

NAMA

: MASRI MASUD

NIM

: D611 12 275

Bilangan skala

Kedudukan

: X = 52,5 Y = 18,7

Warna Absorbsi

: Kuning Kecoklatan

Pleokrisme

: Dwikroik

Intensitas

: Lemah

Bentuk

: Anhedral

Indeks bias

: nmin > ncb

Belahan

: Dua Arah

Relief

: Rendah

Pecahan

: Uneven

Inklusi

:-

Inklusi
Bentuk
Ukuran

= 0,02

:::-

Ukuran Mineral

: 68 21 = 37 X BS = 37 X 0,02 = 0,74

Nama Mineral

: Hypersthene

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA

: ORTOSKOP NILAI SEJAJAR

HARI/TGL : JUMAT, 21 MARET 2014

NAMA

: MASRI MASUD

NIM

: D611 12 275

No. Urut

: 02

No. Peraga

: 25

Pembesaran objektif

: 10X

Pembesaran okuler

: 10X

Pembesaran total

: 10 x 10 = 100X

Bilangan skala

Kedudukan

: X = 48,6 Y = 25,3

Warna Absorbsi

: Kuning Kecoklatan

Pleokrisme

: Dwikroik

Intensitas

: Sedang

Bentuk

: Anhedral

Indeks bias

: nmin > ncb

Belahan

: Tidak ada

Relief

: Sedang

Pecahan

:-

Inklusi

:-

Inklusi
Bentuk
Ukuran

= 0,01

:::-

Ukuran Mineral

: 100 10 = 90 X BS = 90 X 0,01 = 0,9

Nama Mineral

: Augit

Anda mungkin juga menyukai