Anda di halaman 1dari 12

Gelombang Bunyi

Kata bunyi mempunyai dua definisi, yaitu: (1) secara fisis,


bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam
medium elastik seperti udara dan (2) secara fisiologis, bunyi
adalah sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan
fisis yang digambarkan di atas (Doelle, 1993).
Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari medium yang
dilewatinya,

maka

energi

dalam

gelombang

bunyi

dapat

diteruskan, diserap atau dipantulkan oleh batas tersebut. Pada


umumnya ketiganya terjadi pada derajat tingkat yang berbeda,
tergantung pada jenis batas yang dilewatinya (Lord, 1980).

Bahan Penyerap Bunyi


Bahan penyerap bunyi pada umumnya dibagi ke dalam tiga
jenis, yaitu bahan berpori, panel absorber, dan resonator rongga.
Pengelompokan ini didasarkan pada proses perubahan energi
suara yang menumbuk permukaan bahan menjadi energi panas.
Karakteristik suatu bahan penyerap bunyi dinyatakan dengan
besarnya nilai koefisien serapan bunyi untuk tiap frekuensi
eksitasi. Pada umumnya bahan penyerap bunyi memiliki tingkat
penyerapan pada rentang frekuensi tertentu saja. (Sabri, 2005).

Besarnya

penyerapan

bunyi

pada

material

penyerap

dinyatakan dengan koefisien serapan (). Koefisien serapan ()


dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Nilai koefisien
serapan 0 menyatakan tidak ada energi bunyi yang diserap dan
nilai koefisien serapan 1 menyatakan serapan yang sempurna.
(Sriwigiyatno, 2006).
Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material
terhadap gelombang suara yang sampai pada permukaan
material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan turut
menggetarkan

partikel

dan

pori-pori

udara

pada

material

tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke


ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lagi di
teruskan ke bidang lain dari material tersebut. (Gunawan, 2008).

Metode Dua Rongga (Two Cavity Method)


Metode Dua Rongga (Two Cavity Method) adalah salah satu
metode untuk mengukur karakteristik material penyerap bunyi
yang relatif mudah diterapkan dibandingkan metode yang lain
karena hanya menggunakan satu konfigurasi.

Gambar 1. Set up Metode Dua Rongga


Pada Gambar 1. di atas, impedansi permukaan z 1 dan z1 dari
sampel dengan tebal d diukur dengan dua rongga udara yang

mempunyai panjang L dan L. Panjang rongga dapat diubah


dengan menggerakkan piston sepanjang tabung impedansi.
Bilangan

gelombang

kompleks

dan karakteristik

impedansi

kompleks dapat diturunkan dari teori gelombang bidang. (Tao et.


al,

2003).

Selanjutnya,

dengan

menggunakan

pendekatan

transfer matrix, maka koefisien refleksi dan koefisien serapan


bunyi dapat ditentukan.

Transfer Matrix
Pendekatan
mengevaluasi

transfer

dan

matrix

menganalisis

diperkenalkan

karakteristik

akustik

untuk
dari

material akustik yang berlapis-lapis. Pendekatan ini dapat


diaplikasikan untuk mereduksi pantulan bunyi dan/atau transmisi
secara efektif. Dari persamaan fungsi pindah, dapat diperoleh
koefisien refleksi dan koefisien transmisi. (Cai et. al, 2001).

Gambar 2. Material berlapis


Untuk material berlapis, seperti pada Gambar 2. di atas,
tekanan bunyi

dan kecepatan partikel

v pada kontak

permukaan dari material berlapis dapat dinyatakan dengan (Tao


et. al, 2003):

p1 pn1
Ttoal
v 1 vn1

..................................... (1)

di mana Ttotal adalah total transfer matrix akustik dari lapisan 1


hingga lapisan ke-n, diperoleh dengan mengalikan transfer
matriks dari masing-masing lapisan, T1, T2,...,Tn, yaitu

AT BT
Ttotal T1T2. .Tn
CT DT

.......................(2)

di mana AT, BT, CT, DT adalah seluruh four pole parameter dari
lapisan 1 hingga lapisan ke-n. Untuk permukaan yang keras pada
lokasi n+1, koefisien refleksi R untuk sudut datang = 0 adalah
R

AT cCT
............................ (3)
AT cCT

di mana adalah kerapatan (densitas) bahan dan c adalah


kecepatan gelombang bunyi. Selanjutnya, impedansi permukaan
normal z in dapat diperoleh dari
z in 1 R
AT

...................... (4)
c 1 R CT c

dan koefisien serapan bunyi

adalah
1 R

.............................. (5)

Akustik Ruang
Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan energi
akustik adalah ruangan itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang fenomena suara yang terjadi dalam ruangan akan
sangat menentukan pada saat diperlukan pengendalian kondisi
mendengar pada ruangan tersebut sesuai dengan fungsinya.
Fenomena suara dalam ruangan dapat digambarkan pada sketsa
berikut:

Gambar 3. Fenomena suara dalam ruangan


Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada setiap titik
pengamatan

atau

titik

dimana

orang

menikmati

suara

(pendengar) akan dipengaruhi oleh 2 komponen suara, yaitu

komponen

suara

langsung

dan

komponen

suara

pantul.

Komponen suara langsung adalah komponen suara yang sampai


ke telinga pendengar langsung dari sumber. Besarnya energi
suara

yang

sampai

ke

telinga

dari

komponen

suara

ini

dipengaruhi oleh jarak pendengar ke sumber suara dan pengaruh


penyerapan

energi

oleh

udara.

Komponen

suara

pantul

merupakan komponen suara yang sampai ke telinga pendengar


setelah suara berinteraksi dengan permukaan ruangan disekitar
pendengar (dinding, lantai dan langit-langit). Total energi suara
yang sampai ke telinga pendengar dan persepsi pendengar
terhadap suara yang didengarnya tentu saja akan dipengaruhi
kedua komponen ini. Itu sebabnya komponen suara pantul akan
sangat berperan dalam pembentukan persepsi mendengar atau
bias juga disebutkan karakteristik akustik permukaan dalam
ruangan akan sangat mempengaruhi kondisi dan persepsi
mendengar yang dialami oleh pendengar.
Ada

ekstrim

yang

berkaitan

dengan

karakteristik

permukaan dalam ruangan, yaitu apabila seluruh permukaan


dalam

ruangan

bersifat

sangat

menyerap

dan

seluruh

permukaan dalam ruangan bersifat sangat memantulkan energi


suara yang sampai kepadanya. Bila permukaan dalam ruang
seluruhnya sangat menyerap, maka komponen suara yang
sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung saja dan
ruangan yang seperti ini disebut ruang anechoic (anechoic
chamber). Sedangkan pada ruang yang seluruh permukaannya
bersifat sangat memantulkan energi, maka komponen suara
pantul

akan

jauh

lebih

dominant

langsungnya,

dan

biasa

disebut

dibandingkan
sebagai

komponen

ruang

dengung

(reverberation chamber) . Ruangan yang kita gunakan pada


umumnya

berada

diantara

ekstrim

itu,

sesuai

dengan

fungsinya. Ruang Studio rekaman misalnya lebih mendekati


ruang anechoic, sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih
menuju ke ruang dengung.
(Joko
Sarwono, 2009)
Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah
mengendalikan komponen suara langsung dan pantul ini, dengan
cara

menentukan

karakteristik

akustik

permukaan

dalam

ruangan (lantai, dinding dan langit-langit) sesuai dengan fungsi


ruangannya. Ada ruangan yang karena fungsinya memerlukan
lebih banyak karakteristik serap (studio, Home Theater, dll) dan
ada yang memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang
berimbang

(auditorium,

mengkombinasikan

ruang

beberapa

kelas,

karakter

dsb).

Dengan

permukaan

ruangan,

seorang desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam


kondisi mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang
diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan.
Karakteristik

akustik

permukaan

ruangan

pada

umumnya

dibedakan atas:

Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang


terbuat dari material yang menyerap sebagian atau
sebagian

besar

energi

suara

yang

datang

padanya.

Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud


sebagai material yang berdiri sendiri atau digabungkan
menjadi sistem absorber (fabric covered absorber, panel
absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated
panel absorber, acoustic tiles, dsb).

Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang


terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian

besar energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang


dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius:
sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya
keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton,
dsb.

Bahan

pendifuse/penyebar

suara

(Diffusor)

yaitu

permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik yang


menyebarkan

energi

suara

yang

datang

kepadanya.

Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb.


(ww
w.rpginc.com)
Dengan menggunakan kombinasi ketiga jenis material tersebut
dapat diwujdukan kondisi mendengar yang diinginkan sesuai
dengan fungsinya
Parameter

akustik

yang

biasanya

digunakan

dalam

ruangan tertutup secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,


yaitu parameter yang bersifat temporal monoaural yang bisa
dirasakan dengan menggunakan satu telinga saja (atau diukur
dengan menggunakan single microphone) dan parameter yang
bersifat spatial binaural yang hanya bisa dideteksi dengan 2
telinga secara simultan (atau diukur menggunakan 2 microphone
secara simultan).
Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-monoaural
diantaranya adalah:

Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang diperlukan

energi suara untuk meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber suara


dimatikan. Parameter ini merupakan parameter akustik yang
paling awal digunakan dan masih merupakan parameter yang
paling populer dalam desain ruangan tertutup. Waktu dengung

yang digunakan dalam desain misalnya RT60, T20, T30 (subscript


menunjukkan

rentang

decay

yang

digunakan

untuk

mengestimasi peluruhan energinya) dan EDT (yang berbasis


pada peluruhan pada 10 dB awal). Parameter terakhir lebih
sering digunakan karena mengandung informasi yang signifikan
dari medan suara yang diamati. Harga parameter ini akan
dipengaruhi oleh fungsi ruangan, volume dan luas permukaan
ruangan serta berbeda-beda untuk setiap posisi pendengar.
Misalkan untuk ruangan studio perlu < 0.3 s, ruang kelas 0.7 s,
ruang konser 1.6 2.2 s, masjid 0.7 1.1 s, katedral 2 s dsb.
Parameter akustik ruangan yang paling banyak dikenal orang
adalah Waktu Dengung (Reverberation Time RT). RT seringkali
dijadikan acuan awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai
dengan fungsi ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama
energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang dihitung
dengan cara mengukur waktu peluruhan energi suara dalam
ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur menggunakan konsep
energi tunak maupun energi impulse. RT yang didapatkan
berdasarkan

konsep

energi

tunak

dapat

digunakan

untuk

memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut


secara global. RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila
kita

memiliki

karakteristik

data

Volume

absorpsi

setiap

dan

Luas

permukaan

permukaan
yang

ada

serta
dalam

ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse,


didapatkan dengan cara merekam response ruangan terhadap
sinyal impulse yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT
di setiap titik dalam ruangan dapat diketahui dengan lebih detail
bersamaan dengan parameter-parameter akustik yang lainnya.
RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan
yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan,

semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi


pantulan

dalam

ruangan

berkaitan

dengan

karakteristik

permukaan yang menyusun ruangan tersebut. Ruangan yang


dominan

disusun

oleh

material

permukaan

yang

bersifat

memantulkan energi suara cenderung memiliki RT yang panjang,


sedangkan ruangan yang didominasi oleh material permukaan
yang bersifat menyerap energi suara akan memiliki RT yang
pendek.

Ruangan

yang

keseluruhan

permukaan

dalamnya

bersifat menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut


ruang anti dengung (anechoic chamber), sedangkan ruangan
yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat memantulkan
suara (RT sangat panjang) disebut ruang dengung (reverberation
chamber). Ruangan-ruangan yang kita tempati dan gunakan
sehari-hari, mulai dari ruang tidur, ruang kelas, auditorium,
masjid, gereja dsb akan memiliki RT diantara kedua ruangan
tersebut diatas, karena pada umumnya permukaan dalamnya
disusun

dari

memantulkan

gabungan
energi

material

suara.

Desain

yang
bentuk,

menyerap
geometri

dan
dan

komposisi material penyusun dalam ruangan inilah yang akan


menentukan RT ruangan, sekaligus kinerja akustik ruangan
tersebut.
Bila sumber bunyi telah berhenti, suatu waktu yang cukup
lama akan berlalu sebelum bunyi hilang dan tak dapat didengar.
Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang
berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi
dihentikan disebut dengung (Doelle, 1972).
Pentingnya pengendalian dengung dalam rancangan akustik
auditorium telah mengharuskan masuknya besaran standar yang
relevan, yaitu waktu dengung (RT). Ini adalah waktu agar Tingkat

Tekanan Bunyi dalam ruang berkurang 60 dB setelah bunyi


dihentikan. Rumus perhitungan RT adalah:
RT

0.16V

A xV

(6)

Di mana:
RT : waktu dengung, detik
V : volume ruang, meter kubik
A : penyerapan ruang total, sabin meter persegi
x : koefisien penyerapan udara
Penyerapan suatu permukaan diperoleh dengan mengalikan
luasnya S dengan koefisien penyerapan , dan penyerapan ruang
total A diperoleh dengan menjumlahkan perkalian-perkalian ini
dengan mengikutsertakan penyerapan yang dilakukan oleh
jemaah dan benda-benda lain dalam ruang (karpet, tirai, dan
lain-lain). Jadi
A = S11 + S22 +.....+Snn.....
(7)
Nilai koefisien penyerapan udara x yang diperhatikan hanya pada
dan di atas 1000 Hz .
(Doelle, 1972)

Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara pada

awal 50 atau 80 ms

terhadap energi suara sesudahnya.

Diwujudkan dalam parameter C80 untuk musik dan C50 untuk


speech. Parameter ini berkaitan dengan tingkat kejernihan sinyal
suara yang dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan. (standard
yang digunakan berharga -2 sd 8 dB). Persepsi manusia terhadap
suara yang didengarnya sangat bergantung pada frekuensi sinyal
suara yang sampai ke telinganya. Secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 daerah frekuensi sebagai berikut:

a)

Suara dengan frekuensi diatas 1 kHz, akan memberikan

persepsi yang berkaitan dengan timbre (warna suara),


intelligibility (kejelasan suara ucap), clarity (kejernihan suara)
dan distance (kesan jarak sumber ke pendengar).
b)

Suara dengan frekuensi dibawah 500 Hz akan memberikan

persepsi yang berkaitan dengan resonance, envelopment


(keterselubungan) dan warmth (kehangatan).
Oleh karena itu, medan akustik atau kondisi mendengar dengan
clarity yang tinggi, sekaligus memberikan kesan envelopment
yang tinggi dapat diciptakan pada saat bersamaan dengan
mengatur level dengung (reverberant) sebagai fungsi frekuensi.

Intelligibility,

yaitu

perbandingan

energi

awal

50

ms

terhadap energi totalnya. Biasa dinyatakan sebagai D50 dan


lebih banyak digunakan untuk menyatakan kejelasan suara
pengucapan (speech). Harga yang disarankan adalah > 55%.
(parameter terkait adalah STI atau RASTI atau %Alcons).

Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang

suara

langsung

dengan

pantulan

awal

pada

setiap

titik

pendengar. Dinyatakan dalam Initial Time Delay Gap (ITDG).


Harga yang disarankan secara umum adalah < 35 ms (yang
paling disukai 15-20 ms). Nilai tersebut masih dipengaruhi juga
oleh cepat lambatnya (rhytm) sumber suaranya.

Anda mungkin juga menyukai