Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK ASMA BRONKHIAL

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II
Dosen Pembimbing : Ns. Morlina Sitanggang, M.kep

Disusun oleh:
1. Arif Risman
2. Deko Fernando
3. Ernita Sitorus
4. Hasmah
5. Intan novita
6. Made Kasna
7. Melinda Fitriana
8. Mutiara Magdalena
9. Renalia Sari.N
10. Rino Budi. S
11. Rouli Tua
12. Septi Marlina
13. Triana .W
14. Yenita Rosyani

(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.00 )
(30.01.12.0055)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK ASMA BRONKHIAL.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
II.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Morlina Sitanggang, M.kep yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan dan penyempurnaan, baik dari segi
materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermafaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Palembang,

april 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................

ii

DAFTAR ISI.......................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis...........................................................
2.1.1 Pengertian..................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi......................................................
2.1.3 Patofisiologi..............................................................
2.1.4 Patoflow diagram ....................................................
2.1.7 Penatalaksanaan........................................................
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................
2.2.1 Pengkajian.................................................................
2.2.2 Diagnosa....................................................................
2.2.3 Intervensi...................................................................
2.2.4 Implementasi.............................................................
2.5.5 Evaluasi ....................................................................
BAB III JURNAL
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................
4.2 Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang di tandai dengan

mengiepisodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun
terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga
di negara-negara

Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di

Asia Pasifik baru-baru ini

menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah
dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.
Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman
yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma(GINA).
Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak
sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on
Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%,
sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah
di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,

ogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12
tahun) berkisar antara 3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8%.
Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius.

1.2.

TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Mahasiswa/i dapat memahami konsep penyakit asidosis respiratorik asma bronkhial
2. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien asidosis
respiratorik asma bronkhial
3. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
asidosis respiratorik asma bronkkhial

1.3.

MANFAAT PENULISAN
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak

dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa memahami asidosis respiratorik asma bronkhial
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat agar mengetahui asidosis respiiratorik asma bronkhial
dan mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai
bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TIORI
2.1. KONSEP DASAR MEDIS
2.1.1. PENGERTIAN
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis. Ciri-ciri klinis
yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai
batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri utama
fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara

pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas
yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran napas.
Asma bronkhial adalah penyakit nafas obstruksi intermiten, reversible di mana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronkhial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas berupa penyempitan ini
bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan
maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan
status imunologis si penderita ( The American Thoracic Society)

( Sumber : Adam 2011 )

Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, mengingat
patogenesisnya tidak jelas, asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan, dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat
di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik
dengan atau tanpa pengobatan.Karena dasar penyakit asma adalah inflamasi, maka obatobat
antiinflamasi berguna untuk mengurangi reaksi inflamasi pada saluran napas. Kortikosteroid
merupakan obat antiinflamasi yang paten dan banyak digunakan dalam penatalaksanaan
asma. Obat ini dapat diberikan secara oral, inhalasi maupun sistemik

2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi Sistem Pernafasan
a) Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi),
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna

untuk

menyaring

udara,

debu

yang

masuk

ke

dalam

hidung

( Syaifuddin,2009)
b) Sinus paranasalis, rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat hidung dan
mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis, etmoidalis, sfenoidalis, dan
maksilaris ( Brunner and Suddarth, 2001)
c) Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga
mulut ke laring. Faring dibagi menjadi nasofaring,orofaring dan hipofaring ( Brunner
and Suddarth, 2001)
d) Laring Merupakan unit organ terakhir pada jalan nafas atas. Laring juga disebut kotak
suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga kartilago tiroid yang merupakan
kartilago terbesar pada faring (Syaifuddin,2009)
e) Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 1620 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda.
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar yang disebut sel bersilia
(Syaifuddin, 2009 )
f) Bronkus, merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra torakalis
IV dan V. bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan terletak
mengarah ke paru-paru ( Syaifudd in, 2009 ).
g) Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan
dindingnya lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3,
percabangan ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pebuluh.
h) Alveolus berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara,
dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.
Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x
luas permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.
2. Fisiologi Sistem Pernafasan
Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar paru. Proseses
bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam rongga paru untuk kemudian diedarkan
ke dalam sirkulasi serta pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar tubuh
melalui paru.

a) Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru.ventilasi terdiri
dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi
b) Difusi gas adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
pada tempat pertemuan udarah darah.
c) Tranportasi gas( oksigen dan karbon dioksida ) dari paru menuju ke sirkulasi
tubuh ( Syaifuddin, 2009 ).

( Sumber : Syaifuddin, 2009 )


2.1.3. PATOFISIOLOGI
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi melalui 2
jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi
IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase
lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,
antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut
meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa
mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil,
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus,
sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.

Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit
setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator
sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat,
reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16--24 jam, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T , sel mast
dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal
menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast
dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen
masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi)
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O 2 dalam alveolus menurun dan
terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi
ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis diantaranya sesak nafas, pucat, kapila refil >3 mnt,
pernafasan cuping hidung, tampak kelelahan, turgor kulit, pernafasaan dada, sianosis dll
Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan
reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi
udara dingin, asap, kabut dan SO2 Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks
saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid
sensorik senyawa P neurokinin Adan Calcitonin Gene-Related Peptide

(CGRP).

Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus,


eksudasi plasma hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
Hipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus
tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang merupakan parameter objektif beratnya
hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus
tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen,
maupun inhalasi zat nonspesifik.

Dan pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien-

pasien dengan Asma

Bronkhial diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Spirameter
Peak flow meter
Xray dada/ torak
Pemeriksaan IgE
Uji hiperktifitas bronkus
Pemeriksaan AGD
Pemeriksaan laboratorum
Pemeriksaan sputum

2.1.4. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas
dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran
napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma. Untuk
pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat, cara
untuk menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan pasien asma penting diberikan
penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor
alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah, alergen dari
hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, jamur,
polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma.
Olahraga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.
Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada penderita asma.
Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya gejala dan
obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma dibedakan dalam dua kelompok besar
yaitu reliever dan controller. Relievera dalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma
yaitu obstruksi saluran napas. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan
asma yang persisten. Obat yang termasuk golongan reliever adalah :

a) Agonis beta-2
Agonis beta-2 adalah bronkodilator yang paling kuat pada pengobatan asma. Agonis Beta-2
mempunyai efek bronkodilatasi, menurunkan permeabilitas kapiler dan mencegah pelepasan
mediator dari sel mast dan basofil. Golongan agonis beta-2 merupakan stabilisator yang kuat
bagi sel mast, tapi obat golongan ini tidak dapat mencegah respon lambat maupun
menurunkan hiperresponsif bronkus. Obat agonis beta-2 seperti salbutamol, terbutalin,
fenoterol, prokaterol dan isoprenalin, merupakan obat golongan simpatomimetik . Efek
samping obat golongan agonis beta-2 dapat berupa gangguan kardiovaskuler, peningkatan
tekanan darah, tremor, palpitasi, takikardi dan sakit kepala . Pemakaian agonis beta-2 secara
reguler hanya diberikan pada penderita asma kronik berat yang tidak dapat lepas dari
bronkodilator.
b) Antikolinergik
Antikolinergik dapat digunakan sebagai bronkodilator, misalnya ipratropium bromid dalam
bentuk inhalasi. Ipratropium bromid mempunyai efek menghambat reseptor kolinergik
sehingga menekan enzim guanilsiklase dan menghambat pembentukan cGMP. Efek samping
ipratropium inhalasi adalah rasa kering di mulut dan tenggorokan. Mula kerja obat ini lebih
cepat dibandingkan dengan kerja obat agonis beta- 2 yang diberikan secara inhalasi.
Ipratropium bromid digunakan sebagai obat tambahan jika pemberian agonis beta-2 belum
memberikan efek yang optimal. Penambahan obat ini terutama bermanfaat untuk penderita
asma dengan hiperaktivitas bronkus yang ekstrem atau pada penderita yang disertai dengan
bronkitis yang kronis.
c) Obat golongan xantin seperti teofilin dan aminofilin
adalah obat bronkodilator yang lemah. Dosis teofilin peroral 4 mg/kgBB/kali, pada orang
dewasa biasanya diberikan 125-200 mg/kali. Efek samping yang ditimbulkan: seperti mual,
muntah, rasa kembung dan nafsu makan berkurang, diuresis. hipotensi , takikardi dan aritmia,
stimulasi sistem saraf pusat .
Obat yang termasuk dalam golongan controller adalah obat anti inflamasi seperti
kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil , dan antihistamin aksi lambat.
a) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan anti inflamasi yang paling kuat. Kortikosteroid menekan respons
inflamasi dengan cara mengurangi kebocoran mikrovaskuler, menghambat produksi dan
sekresi sitokin, mencegah kemotaksis dan aktivitas sel inflamasi, mengurangi sel inflamasi,
dan menghambat sintesis leukotrin. Kortikosteroid dapat meningkatkan sensitifitas otot
pernafasan yang dipengaruhi oleh stimulasi beta-2 melalui peningkatan reseptor beta

adrenergik. Efek samping yang di timbulkan seperti: gastritis, penurunan daya tahan tubuh,
osteoporosis, peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah, gangguan psikiatri,
hipokalemi, moonface, retensi natrium dan cairan, obesitas, cushing syndrom, bullneck
supresi kelenjar adrenal. Sekarang ini tersedia kortikosteroid dalam bentuk inhalasi seperti
budesonide, fluticasone. Dosis budesonide pada orang dewasa bervariasi, dosis awal yang
dianjurkan adalah 400-1600 mikrogram /hari dibagi dalam 2-4 dosis, sedangkan untuk anak
dianjurkan 200-400 mikrogram/hari dibagi dalam 2-4 dosis. Pemberian kortikosteroid secara
inhalasi lebih baik dibandingkan pemberian secara sistemik, karena konsentrasi obat yang
tinggi pada tempat pemberian langsung dibawa melalui pernafasan dan bekerja langsung
pada saluran
b) Natrium kromoglikat
Natrium Kromoglikat dapat mencegah bronkikonstriksi respon cepat atau lambat, dan
mengurangi gejala klinis penderita asma. Natrium kromoglikat lebih sering digunakan pada
anak karena dianggap lebih aman daripada kortikosteroid .
c) Natrium nedoksomil
Natrium nedoksomil digunakan sebagai tambahan pada penderita asma yang sudah mendapat
terapi kortikosteroid tetapi belum mendapat hasil yang optimal.
d) Antihistamin
Antihistamin tidak digunakan sebagai obat utama untuk mengobati asma., biasanya hanya
diberikan pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit atopik seperti rinitis alergi.
Pemberian antihistamin selama 3 bulan pada sebagian penderita asma dengan dasar alergi
dapat mengurangi gejala asma.
2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.2.1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien Asidosis Respiratorik Asma Bronkhial
1. pengkajian primery survey ABCD dengan hasil yang meliputi:
1). Terdapat seckret pada saluran nafas,
2). Terdapat sumbatan jalan nafas,
3). Terdapatbunyi nafas wheezing
4). Hipertensi
5). Akral hangat
6). Turgor kulit

7). Lemas
8). Gelisah
9). Takipnea
10). Bradipnea
11). Pernapasan cheyne stokes
12). Sianosis
2. Pada pengkajian sekundary survey AMPLE ditemukan hasil antara lain
a. keluhan utama
b. Pengkajian head to toe
3. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang) yang utama adalah:
a. Spirometer .
b. Peak Flow Meter/PFM.
c. FM). X-raydada/thorax
d. Pemeriksaan IgE.
e. Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB.
f. Pemeriksaan sputum
g. Analisa Gas Darah
4. Pengkajian riwayat penyakit dahulu dan keluarga juga diperlukan untuk mengetahui
apakah pasien atau keluarga memiliki riwayat penyakit asma bronkhial (Baradero, 2009).
2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
b. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas
c.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


produksi sputum

d. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen


2.2.3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX I : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Intervensi :
1. Amankan pasien ke tempat yang aman
R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk
pasien
2. Kaji tingkat kesadaran pasien
R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesadaran pasien
3. Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih


intensif
4. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien
R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan
sekret
5. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien
setengah telungkup dan membuka mulutnya
R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas
DX 2 : Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas
Tujuan : pola nafas kebali efektif
Intervensi :
1. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien
R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien
2. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta
pipi ke mulut pasien
R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien
3. Pantau ekspansi dada pasien
R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
R/ membantu dalam proses penyembuhan pasien
DX 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan produksi
sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
2. Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
R/: Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi
pada proses pertumbuhan
3. Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/: Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat bosan
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
R/: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan

5. Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat


R/: Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan

DX 4 : Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen


Tujuan : jaringa perfusi perifer membaik
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.

Observasi warna kulit


R/Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis , kulit dingin.
Kaji kapila refil >3
R/ untuk mengetahui aliran darah perifer pasien
Kaji tanda-tanda fital pasien
R/ untuk melihat keadaan umum pasien
Kaji pernafasan pasien
R/ untuk melihat batas kenormalan pernafasan pasien
Kolaborasi dalam pemberian O2
R/ memenuhi kebutuhan O2 pasien

2.2.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan dan sesuai dengan keadaan pasien
2.2.5. EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan keperawatan
melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi berdasarkan tujuan
pemulangan adalah :
1. Bersihan jalan nafas efektif
2. Pola nafas efektif
3. Pemenuhan nnutrisi adekuat
4. Jaringan perifer membaik

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa asma bronkhial
sangat berbahaya bagi kehidupan, bahkan komplikasi terbesar dapat mengakibatkan
kematian. Oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat penting mengetahui apa itu asidosis asma
bronkhial ; termasuk etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Agar
supaya penanganan yang tepat dapat diberikan dengan baik dan hal-hal yang buruk yang
merugikan kedua belah pihak dapat diatasi
4.2 SARAN
Hidup terbebas dari penyakit adalah bagian yang membahagiaan bagi manusia
namun terkadang saat hidup mengalami sakit juga merupakan bagian dari kehidupan manusia
yang mencemaskan manusia. Sehingga kerjasama seluruh institusi harus saling terjalin agar
kondisi kesehatan masyarakat yang baik dapat terlaksana.
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami asidosis respiratorik asma
bronkhial, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo, 2001. Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I. Jakarta : EGC

Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, C . Suzanne,dkk. 2002 Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.
Jakarta :EGC

Krisanty Paula, dkk. 2009 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta :
TransInfo Media

Halim Danukusantoso. 2000 Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta : Penerbit Hipokrates

Tucker S. Martin, 1998 Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai