Simulasi Fabrikasi Serat /nano (Nanofiber) Dengan Metoda Pemintalan Elektrik (Electrospinning) - Pengaruh Jarak Nozzle-Kolektor

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi

ISSN 1979-0880

Vol. 2 No.2, Juli 2009

Simulasi Fabrikasi Serat Nano (Nanofiber) dengan Metoda Pemintalan Elektrik


(Electrospinning): Pengaruh Jarak Nozzle-Kolektor
Sahrul Saehana, Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal(a)
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB
Jalan Ganeca 10 Bandung 40132
(a)
E-mail: krijal@fi.itb.ac.id
Diterima Editor
Diputuskan Publikasi

:
:

19 Maret 2009
27 April 2009

Abstrak
Simulasi fabrikasi serat nano (nanofiber) dengan metoda pemintalan elektrik (electrospinning) telah dibuat dengan
menyelesaikan tiga persamaan dinamika jet menggunakan teknik beda hingga (finite difference). Telah diselidiki pengaruh
parameter jarak nozzle-kolektor terhadap ketidakstabilan pembengkokan jet dan jejari serat hasil. Didapatkan bahwa
jarak nozzle-kolektor tersebut berpengaruh terhadap ketidakstabilan pembengkokan jet. Pada jarak yang cukup pendek,
sekitar 7 cm, ketidakstabilan pembengkokan berkurang di lain pihak ketidakstabilan pembengkokan cukup dominan terjadi
pada jarak 20 cm. Didapatkan juga bahwa jarak nozzle-kolektor berpengaruh terhadap jejari rata-rata serat hasil. Jejari
tersebut berbanding terbalik dengan jarak nozzle-kolektor.
Kata Kunci: beda hingga (finite difference), jarak nozzle-kolektor, ketidakstabilan pembengkokan jet, pemintalan elektrik
(electrospinning), serat (fiber), simulasi

1. Pendahuluan
Pemintalan elektrik (electrospinning) adalah
sebuah metoda untuk membuat serat (fiber) dengan
diameter dari 10 m-10 nm [1]. Serat nano (nanofiber)
hasil pemintalan elektrik memiliki karakteristik yang
menarik dan unik, seperti: luas permukaan yang lebih
besar dari volume, memiliki sifat kimiawi, konduktivitas,
dan sifat optik tertentu [2]. Teknik pemintalan elektrik
adalah proses yang relatif cepat, sederhana dan murah
dalam menghasilkan nanofiber [1]. Keunggulan lain dari
teknik ini adalah dapat menghasilkan nanofiber yang
cukup panjang (kontinu) [3,4].
Pemodelan dan simulasi pemintalan elektrik sangat
membantu proses eksperimen di laboratorium. Beberapa
kontribusi penting terhadap proses eksperimen tersebut, di
antaranya adalah: menentukan pengaruh parameter
terhadap proses pemintalan elektrik, membantu mengatasi
masalah ketidakstabilan pembengkokan jet, dan mencari
parameter optimum untuk fabrikasi dengan proses
pemintalan elektrik.
Saat ini terdapat dua model matematis proses
pemintalan elektrik yang telah dikembangkan oleh para
ilmuwan, yaitu: model Reneker, dkk. [5] dan model
Kowalewsky, dkk. [2]. Kedua model ini dikembangkan
dengan pendekatan yang berbeda. Dibandingkan model
Reneker, dkk., model Kowalewsky, dkk. mendeskripsikan
gaya-gaya yang bekerja pada jet dengan lebih baik
melalui pendekatan fungsi cut off pada interaksi Coulomb
dan penggunaan perumusan tegangan permukaan dalam
bentuk tiga dimensi. Berdasarkan model tersebut,
Kowalewsky, dkk. telah menyelidiki pengaruh parameter
tegangan permukaan, viskositas, tegangan listrik dan
modulus elastik terhadap ketidakstabilan pembengkokan

jet. Akan tetapi, Kowalewsky, dkk. belum menyelidiki


pengaruh dua parameter lain, yaitu: jarak nozzle-kolektor
terhadap ketidakstabilan pembengkokan jet dan jejari
serat hasil. Adanya informasi dan data tentang pengaruh
parameter ini akan sangat membantu penyusunan setup
eksperimen.
Dalam paper ini, proses fabrikasi serat nano
dengan metoda pemintalan elektrik disimulasikan serta
pengaruh perubahan jarak nozzle-kolektor terhadap
ketidakstabilan pembengkokan jet dan jejari serat yang
dihasilkan dibahas.
2. Metode Teoretis
Pemintalan elektrik merupakan sebuah teknik
pembuatan serat nano dengan prekursor berupa larutan
polimer yang dilewatkan melalui sebuah nozzle dengan
ujung kecil dan ditarik dengan medan listrik seperti
ditunjukkan dalam Gbr. 1. Larutan yang keluar dari ujung
nozzle dan ditarik medan listrik tersebut berbentuk
droplet/jet karena pengaruh tegangan permukaan. Jet
tersebut bergerak menuju kolektor dan pada bagian ini
serat nano terkumpul.
2.1 Model fisis pemintalan elektrik
Pemodelan proses pemintalan elektrik dimulai
ketika larutan polimer keluar dari ujung nozzle (jet). Jet
tersebut direpresentasikan sebagai rangkaian node diskret
yang disusun secara seri, seperti yang diperlihatkan dalam
Gbr. 2. Setiap node memiliki muatan listrik Q dan massa
M. Posisi dari setiap node dipengaruhi oleh resultan gaya
yang bekerja pada node tersebut.

74

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

75

dengan a jejari serat.


Kekekalan momentum
(s)a2 (s)
s

Dv
(s) = k (s)a2 q2
Dt

(s ) a2 (s ) C
0

r(s) r(s )
ds + (s) a2 (s)q +
|r(s) r(s )|3

Gambar 1. Skema proses pemintalan elektrik.

a (s, s )

|r(s) r(s )|

[a2 (s)(s)u(s)] +
[a(s) u(s)]
s
s
(3)

i+1
Tegangan antara
node i dan i+1

Elemen pegas
menggambarkan
elastisitas

i,i+1

Elemen dashpot
menggambarkan
viskositas

i
Tegangan antara
node i dan i-1

i,i-1

i-1

Gambar 2. Diskretisasi jet menurut Kowalewsky, dkk.


2.2 Persamaan Diferensial
Persamaan gerak jet dapat diperoleh dengan
menganalisis resultan gaya dan kekekalan momentum.
Dalam model ini digunakan asumsi sebagai berikut [2].
a) Medan listrik DC dianggap axial dan uniform.
b) Serat adalah insulator sempurna dengan kerapatan
muatan listrik konstan dan terdistribusi di permukaan.
c) Material serat nano yang dihasilkan bersifat
viscoelastic dan memiliki modulus elastik, tegangan
permukaan dan viskositas konstan.
d) Tidak terjadi evaporasi selama proses.
Dinamika jet diperoleh dari tiga persamaan yaitu
peregangan viscoelastic, kekekalan massa dan momentum
pada segmen jet bermuatan listrik [2]:
a) Kekekalan viscoelastic
d(s)
dt

=G

(s)

(s)
t

(s)

(1)

dengan adalah tegangan, G modulus elastik,


viskositas, peregangan, dan s parameter
Lagrangian.
b) Kekekalan massa
D

Dt

[(s) a2 (s)] = 0

(2)

Gambar 3. (a) Diskretisasi jet, (b) Gaya yang bekerja pada


node i.
dengan adalah massa jenis fluida, r koordinat posisi, v
vektor kecepatan, q muatan per satuan volum, k
konstanta Coulomb, C fungsi cut off, r jejari rata-rata,
potensial listrik, u vektor satuan sepanjang segment serat
dan tegangan permukaan. Terdapat empat suku gaya di
sebelah kanan tanda sama dengan dalam persamaan (3).
Suku pertama hingga keempat berasal dari gaya Coulomb,

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

76

gaya o leh m edan l istrik, gaya v iscoelastic, d an g aya


tegangan permukaan, secara berurut.
2.3 Diskretisasi
Diskretisasi di lakukan dengan m embagi je t
menjadi sejumlah node d iskret untuk m empermudah
dalam p embuatan s imulasi. D iskretisasi j et d an i lustrasi
dari gaya y ang be kerja pa da s ebuah node di perlihatkan
pada Gbr. 3.
Penyelesaian persamaan dinamika jet dengan teknik
beda hingga
Untuk mendapatkan pe rsamaan percepatan j et
maka s uku-suku gaya pa da p ersamaan (3) di tuliskan
dalam bentuk be da hi ngga. Gaya Coulomb pa da no de i
oleh node j, dengan j i, diberikan oleh:

FC i = k

Q2i

C
ji

a i,j

ri rj

ri rj ri rj

(4)

Node yang t elah m encapai di k olektor dianggap netral


sehingga t idak t erlibat dalam i nteraksi C oulomb. F ungsi
cut of f C dalam p ersamaan ( 4) di gunakan unt uk
membatasi besar jarak interaksi minimum antara dua buah
node. Hal i ni d isebabkan karena jarak i nteraksi y ang
sangat kecil (L 0) dapat menyebabkan gaya Coulomb
yang sangat besar (FC ). Fungsi cut off ini diberikan
oleh persamaan

2
=

1 +

1 2

Untuk i > j

Untuk i < j

i-1

j-1
1

i
2

2
ai-1,i

aj-1,j

ai,j

ai,j
aj,j+1

ai,j+1
i

j
3

j+1

j+1

Gambar 4. Penentuan , .
oleh:

Gaya oleh medan listrik pada node i diberikan

FE i = Qi

(7)

dengan V adalah t egangan listrik d an d jarak nozzlekolektor. Gaya ini hanya berpengaruh terhadap kecepatan
node pada sumbu z seperti ditunjukkan dalam Gbr. 3.(b).
Gaya v iscoelastic yang b ekerja p ada node i
karena node j, de ngan j = i-1 da n i+1, s eperti
diilustrasikan dalam Gbr. 5 diberikan oleh
2
, = ,
,

dengan tegangan () diberikan oleh

1 2

1 + 4

(5)
dengan = /, da n E integral e liptik k omplit b entuk
kedua.
Jejari rata-rata
dalam Persamaan (4) diberikan
oleh
1
, +1 + 1, <
, = 21
, +1 + 1, >
2

( )
(

)2

(8)

,
i+1

i-1
ai-1
FV i,i-1

i
ai

(9)

ai+1

FV i,i+1

(6)

dengan subskrip tunggal i dan j menyatakan node,


sedangkan subskrip berpasangan i, i + 1 menyatakan node
yang berurutan. Ilustrasi dari persamaan (6) diperlihatkan
Gbr. 4.
Notasi , +1 pada G br. 4 menyatakan r ata-rata
jejari node dan +1 . D emikian halnya u ntuk 1, ,
, +1 dan 1, . A ngka satu s ampai dengan empat
menyatakan u rutan node, di mana penomoran di berikan
berdasarkan urutan node keluar dari ujung nozzle.

Gambar 5. Gaya viscoelastic yang bekerja pada node i.


Gaya t egangan p ermukaan pada node i karena
node j, dengan j = i-1 dan i +1, diberikan oleh

, = ,

(10)

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

77

Secara l engkap be ntuk beda hingga da ri p ersamaan ( 3)


adalah sebagai berikut:

, =

a i,j
ri rj
dt
(k Q2 C x

Mi
ri rj r r 3

Qi

ji

V ri+1 ri
+ a2i,i+1 x
d |ri+1 ri |

i,i+1 a2i1,i i1,i x


ri ri1
+ ai,i+1 x
|ri ri1 |
ri ri1
ri+1 ri
ai,i1
)
|ri+1 ri |
|ri ri1 |

Percepatan node ke-i dapat dituliskan

,+1 () = ,1 + ,

= 02

(12)

(13)
(14)

dengan adalah jarak dua node.


Simulasi ini dibuat dengan menggunakan Matlab
7.0 dengan pertimbangan memiliki kelengkapan tools dan
user friendly.
Proses Simulasi
Gambar 6 m emperlihatkan proses aw al s imulasi.
Node pertama keluar dari ujung nozzle dengan kecepatan:

0 =

02

(15)

dengan adalah d ebit aliran, posisi uju ng nozzle


ditetapkan s ebagai t itik 0 , 0 koordinat node pertama d an
0 panjang awal node. Node selanjutnya akan keluar dari
ujung nozzle apabila 0 lebih dari 0 .
Gangguan acak diberikan terhadap node pertama
pada bidang (x,y):

0 = + sin
0 = + cos

Nozzle
rtip

rtip

rtip

l0

l0

r
r0

ai
ri+1-ri

(a)

(b)

ai+1
(c)

Gambar 6. Proses simulasi: (a) Node pertama keluar dari


ujung nozzle dengan s udut f asa , (b) Node pertama
berada pada koordinat r0 serta panjang l0 dari ujung nozzle,
dan (c) Node kedua keluar dari ujung nozzle dengan sudut
fasa 1, selanjutnya node ai dan ai+1 mulai berinteraksi.

(11)

dengan ac i adalah percepatan node ke-i, n adalah indeks


waktu dan selang waktu.
Pada Persamaan (4), (7) dan (11) terdapat
variabel muatan dan massa node diberikan oleh

= 02

Larutan

(16)

dengan adalah f asa aca k dan amplitudo ga ngguan.


Gangguan awal di berikan u ntuk memulai ke tidakstabilan
pembengkokan jet seperti diperlihatkan Gbr. 6.

Proses a wal simulasi diperlihatkan ol eh G br. 6.


Node pertama keluar dari ujung nozzle dengan sudut fasa
dan kecepatan v0 (Gbr. 6.(a)). Node ini bergerak sampai
pada p osisi r0, k etika 0 > 0 maka node
berikutnya akan ke luar da ri ujung nozzle (Gbr. 6.(b)).
Node kedua keluar dari ujung nozzle dengan sudut fasa 1
dan k ecepatan v0 (Gbr. 6.(c)). S elanjutnya, G ambar 6 .(c)
memperlihatkan adanya interaksi antara node pertama dan
kedua. Percepatan node ai diberikan oleh persamaan (12).
Dalam s imulasi i ni, d iasumsikan p ula b ahwa
besarnya j ejari awal node (a0) sama dengan j ejari uj ung
nozzle. Dengan menerapkan syarat batas bahwa kecepatan
node pada u jung nozzle dan ke tika m encapai k olektor
sama dengan nol, serta percepatan node berubah beraturan
sesuai persamaan (12) maka posisi rangkaian node setiap
saat dapat diketahui.
3. Hasil Simulasi dan Diskusi
Simulasi num erik dengan t eknik be da hingga
untuk m enyelesaikan
persamaan ( 4),
(7)-(16)
menggunakan parameter-parameter yang diberikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter yang digunakan dalam simulasi
Parameter
Nilai
-2
7
x
10
N/m
Tegangan permukaan ()
3
Tegangan (V)
5 x 10 V
10 N/m2 . s
Viskositas ()
Modulus elastik (G)
105 N/m2
Jejari ujung nozzle (a0)
1,5 10-4 m
2 x 102 Kg/m3
Rapat massa ()
Jarak nozzle-kolektor (d)
2 x 10-1 m
Debit aliran (D)
10-8 m3/s
10-10
Amplitudo gangguan ()
Panjang node awal (L0)
10-4 m

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

78

Gambar 7. Simulasi gerak jet pada: (a) t=0,004040 s, (b)


t=0,008220 s, (c) t=0,011340 s, dan (d) t=0,013660 s.
Lintasan jet yang be rgerak menuju kol ektor
ditunjukkan dalam Gbr. 7. Pada awalnya, ketidakstabilan
pembengkokan lintasan jet yang terdiri dari 11 buah node
masih kecil k etika t= 0,004040 s. S ejalan de ngan w aktu,
jumlah
node
bertambah
dan k etidakstabilan
pembengkokan jet meningkat s eperti di tunjukkan Gbr.
7.(b) s.d. 7.(e). Tampak pada Gbr. 7.(e), jet telah berada di
kolektor saat t=0,01366 s.
Hasil s imulasi p ada G br. 7 m enunjukkan ba hwa
masalah ke tidakstabilan pembengkokan c ukup d ominan
dialami oleh jet yang bergerak dalam medan listrik. Gaya
interaksi C oulomb ( gaya t olak) a ntara node yang s atu
dengan y ang l ain a dalah penyebab ha l t ersebut, seperti
yang di jelaskan ol eh Reneker, dkk. [ 5] s ebagai
ketidakstabilan E arnshaw. Fenomena i ni d iilustrasikan
dalam Gbr. 8.
Jet axis
FC

A
li

L
B

FR

FC

off pada persamaan ( 4) s angat membantu d alam p roses


komputasi n umerik, k hususnya ja rak antar node yang
sangat kecil (L0) [2].
Seperti d ijelaskan s ebelumnya b ahwa d alam
proses pemintalan el ektrik t erjadi k ompetisi an tara gaya
Coulomb, ga ya t egangan permukaan, ga ya viscoelastic
dan gaya ol eh m edan l istrik. R eneker, d kk. [ 5]
mengungkapkan ba hwa ga ya tegangan pe rmukaan da n
gaya viscoelastic cenderung m elawan gaya C oulomb
(gaya t olak). Hal i ni di perkuat oleh K owalewsky, dkk.
[2] y ang m engemukakan bahwa t egangan permukaan,
tegangan l istrik, viskositas da n m odulus e lastik
berpengaruh terhadap ketidakstabilan pembengkokan jet.
Untuk menyelidiki bagaimana p arameter simulasi,
seperti: t egangan permukaan, t egangan l istrik, viskositas
dan modulus elastik, dan ja rak nozzle-kolektor
berpengaruh t erhadap ketidakstabilan l intasan jet, m aka
simulasi d ijalankan s ebanyak t iga kali dalam s elang
waktu yang s ama, d engan n ilai p arameter yang berbeda.
Pengaruh m asing-masing p arameter t ersebut diselidiki
secara t erpisah agar d iperoleh i nformasi y ang ak urat.
Sebagai c ontoh, untuk m engetahui bagaimana pe ngaruh
parameter t egangan permukaan ( ), simulasi d ijalankan
dalam s elang waktu 0,025 s s ebanyak t iga ka li dengan
nilai yang berbeda, y aitu 0, 07 N/m, 0, 035 N/m, da n
0,14 N/m, s edangkan nilai parameter lain dipertahankan
sesuai T abel 1. H al y ang s ama, juga d ilakukan pada
parameter lain, secara berurut.
3.1 Pengaruh Tegangan permukaan
Tegangan pe rmukaan m emiliki pe ranan y ang
penting dalam proses pemintalan elektrik. Di awal proses
pemintalan e lektrik, gaya t egangan pe rmukaan bahkan
telah be rinteraksi dengan gaya l istrik pa da u jung nozzle
sehingga m enimbulkan bentuk ge ometris yang di kenal
sebagai T aylor Cone [3]. K etika l arutan p olimer ( jet)
bergerak m enuju kolektor, ga ya t egangan permukaan
memperlihatkan pe ranan y ang l ebih signifikan l agi [ 2].
Hasil s imulasi s elama 0, 025 s pa da G br. 9 m enunjukkan
bahwa p
arameter i
ni be
rpengaruh t
erhadap
ketidakstabilan lintasan jet.

Gambar 8. Ketidakstabilan Earnshaw.


Tiga b uah m uatan y ang s ama ( Q) t erletak p ada
garis lurus A, B dan C seperti pada Gbr. 8. Muatan pada
titik B mengalami g angguan sebesar dan be rpindah ke
titik B s ehingga ditolak o leh dua m uatan l ain k e a rah
yang b erlawanan. Gaya resultan y ang dialami o leh
muatan t ersebut s ebesar FR, de ngan FR = 2 FC cos dan
FC = kQ2/L2. Rumusan n ilai FR tersebut m enjelaskan
adanya hubungan kebalikan antara gaya Coulomb sebagai
penyebab ketidakstabilan pe mbengkokan jet dan j arak
antar node (L). Jarak antar node yang kecil akan
menghasilkan ga ya tolak yang be sar. Demikian p ula
sebaliknya, jarak a ntar node yang be sar a kan
menghasilkan gaya tolak yang lemah. Ad anya fungsi cut

Gambar 9 . Hasil s imulasi de ngan t egangan pe rmukaan:


(a) 0,07 N/m, (b) 0,035 N/m, (c) 0,14 N/m.
Gambar 9.(a) diperoleh dengan menggunakan nilai
tegangan permukaan 0,07 N/m, sedangkan Gbr. 9.(b) dan
9.(c) diperoleh dengan menggunakan nilai 0,035 N/m dan

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

0,14 N/m. P ada G br. 9 t erjadi k ompetisi a ntara g aya


Coulomb dengan
gaya tegangan pe rmukaan, ga ya
viscoelastic, dan gaya oleh medan listrik. Pada saat gaya
Coulomb l ebih d ominan ketidakstabilan p embengkokan
jet meningkat seperti pada Gbr. 9.(b). Sedangkan apabila
gaya-gaya lain, seperti gaya tegangan permukaan, mampu
mengimbangi ga ya C oulomb maka ketidakstabilan
pembengkokan jet berkurang, seperti pada Gbr. 9.(a) dan
9.(c). Dengan membandingkan Gbr. 9.(a), 9.(b) dan 9.(c)
diketahui bahwa tegangan permukaan mempengaruhi
ketidakstabilan pembengkokan jet. Kowalewsky, dkk. [2]
juga melaporkan hasil yang sama dengan yang diperoleh
pada Gbr. 9.
Ungkapan m atematis d alam persamaan ( 10) da n
(11) l ebih m emperkuat kesimpulan ba hwa t egangan
permukaan berpengaruh t erhadap ke tidakstabilan
pembengkokan jet. P ersamaan ( 10) m emperlihatkan
hubungan kesebandingan antara tegangan permukaan dan
gaya tegangan pe rmukaan. S edangkan be sarnya
percepatan node sebanding de ngan r esultan ga ya yang
bekerja pada node ditunjukkan oleh persamaan (11).

79

yang d ibutuhkan jet untuk mencapai k olektor ( waktu


deposisi).
3.3 Pengaruh Viskositas
Parameter fluida yang paling berpengaruh terhadap
proses p emintalan elektrik adalah g aya viscoelastic [2].
Hubungan a ntara viskositas de ngan ga ya viscoelastic
dijelaskan p ada persamaan ( 8) dan (9). D ari p ersamaan
tersebut t erlihat j elas bahwa n ilai v iskositas y ang t inggi
akan menurunkan b esar g aya viscoelastic yang s elalu
melawan ketidakstabilan pembengkokan jet.
Gambar
11
memperlihatkan pe ngurangan
ketidakstabilan pe mbengkokan be rbanding lurus de ngan
pengurangan nila i viskositas. Bahkan p ada Gbr. 11.(c),
dihasilkan l intasan jet yang lurus. K owalewsky, dkk. [ 2]
dan Reneker, dkk. [6] melaporkan hal yang sama dengan
hasil ini.

3.2 Pengaruh Tegangan listrik


Tegangan listrik menyebabkan perpindahan massa
dan m uatan polimer ( jet) menuju k olektor d alam pr oses
pemintalan elektrik. Perubahan lintasan jet selama 0,025 s
dengan tegangan listrik berbeda terlihat pada Gbr. 10. Gbr.
10.(a) di peroleh de ngan m enggunakan t egangan l istrik
sebesar 5 kV, s edangkan besarnya t egangan l istrik pa da
Gbr. 10.(b) dan 10.(c) adalah 2,5 kV dan 10 kV.

Gambar 11 Hasil simulasi dengan viskositas: (a)10 N/m2 .


s, (b) 5 N/m2 . s, (c) 1 N/m2 . s.
3.4 Pengaruh Modulus Elastik
Modulus elastik menyatakan pe rbandingan
peregangan pa da seluruh s egmen jet dengan be sarnya
tegangan yang dialami oleh jet tersebut. Oleh karena itu,
parameter i ni m emiliki pe ngaruh y ang c ukup s ignifikan
terhadap proses pemintalan elektrik.
Berdasarkan persamaan ( 8) da n (9), modulus
elastik berbanding lurus de ngan ga ya viscoelastic.
Pengaruh g aya viscoelastic terhadap k etidakstabilan
pembengkokan jet terlihat pada Gbr. 12.

Gambar 10. Hasil simulasi dengan tegangan listrik: (a) 5


kV, (b) 2,5 kV, (c) 10 kV.
Dengan membandingkan G br. 10.(a), 1 0.(b) d an
10.(c) da pat disimpulkan ba hwa ke tidakstabilan
pembengkokan jet akan m eningkat ji ka t egangan l istrik
diturunkan. Sedangkan ketidakstabilan pembengkokan jet
akan be rkurang a pabila t egangan l istrik ditingkatkan.
Hasil ya ng s ama ju ga diungkapkan oleh K owalewsky,
dkk. [2].
Pengaruh ga ya ol eh m edan l istrik t erhadap
percepatan jet pada a rah s umbu z t elah dijelaskan pada
Gbr. 3.(b) da n persamaan ( 7). T egangan lis trik ya ng
tinggi m enyebabkan jet akan l ebih l ebih ce pat m encapai
kolektor s ebelum ke tidakstabilan pembengkokan jet
berkembang. H al ini be rkaitan langsung de ngan waktu

Gambar 12 Hasil simulasi dengan modulus elastik: (a) 1


x 105 N/m, (b) 0,5 x 105 N/m, (c) 1,5 x105 N/m.
Dengan membandingkan G br. 12.(a), 1 2.(b), d an
12.(c) dapat di kemukakan kesimpulan ba hwa ni lai

J. Nano Saintek. Vol.2 No. 2, Jul. 2009

2.48

2.40

2.30

2.21

2.10

2.01

1.94

1.85

1.79

1.71

1.64

1.60

1.56

30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00

Waktu (x 10-2 sekon)

Gambar 14 Perubahan jejari serat terhadap waktu selama


0,025 s dengan jarak nozzle-kolektor 20 cm.
Gambar 15 memperlihatkan perubahan jejari serat
selama 0, 025 s de ngan jarak nozzle-kolektor 7 c m.
Fluktuasi jejari s erat t ampak lebih dominan m uncul
dibandingkan Gbr. 14. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan besar gaya listrik.
30
25
20
15
10
5
0
0.43
0.95
1.21
1.33
1.4
1.47
1.54
1.6
1.66
1.73
1.81
2.08
2.14
2.22
2.29
2.36
2.44
2.5

Jejari Serat (mikron)

3.5 Pengaruh Jarak Nozzle-Kolektor


Ketidakstabilan Pembengkokan Jet
Gambar 13
menunjukkan ke tidakstabilan
pembengkokan jet pada t = 0,025 s d engan j arak nozzlekolektor be rvariasi ( 7cm - 20cm). P ada ja rak y ang
pendek ( 7cm - 10cm), ku at m edan lis trik c ukup besar
untuk m engatasi ga ya C oulomb da n ketidakstabilan
pembengkokan jet memiliki jarak dan waktu yang singkat
untuk m eningkat. Hal i ni m enyebabkan l intasan jet
cenderung l urus. S edangkan pada jarak y ang l ebih
panjang ( 12,5cm - 20cm), k uat m edan l istrik berkurang
dengan pe ningkatan ja rak dan jet memiliki w aktu d an
jarak yang cukup untuk mengalami pembengkokan.

kolektor 2 0 c m da n 1 5 c m ditunjukkan G br. 14 dan 15 .


Kecenderungan perubahan jejari serat k e arah yang lebih
kecil tampak pada Gbr. 14. Walaupun perubahan tersebut
tidak s epenuhnya l inier, a kan t etapi kecenderungan
pengurangan nilai j ejari t ersebut c ukup j elas t erlihat.
Variasi n ilai jejari ini d isebabkan oleh f luktuasi b esar
resultan gaya pada setiap node.
Jejari Serat (mikron)

modulus
elastik
berbanding
terbalik
dengan
ketidakstabilan pe mbengkokan jet. H al s erupa juga
diungkapkan oleh Kowalewsky, dkk. [2].
Selain pengaruh parameter di atas, dalam paper ini
juga diselidiki p engaruh p arameter l ain, y aitu: j arak
nozzle-kolektor t erhadap ketidakstabilan p embengkokan
jet dan r ata-rata jejari serat ha sil. P enyelidikan de ngan
simulasi di lakukan pada jarak 7cm - 20cm karena dalam
interval tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan
[1,3].

80

Waktu (x 10-2 sekon)

Gambar 15 Perubahan jejari serat terhadap waktu selama


0,025 s dengan jarak nozzle-kolektor 7 cm.

Gambar 1 3 Hasil s imulasi da lam s elang w aktu 0,025


sekon dengan jarak nozzle-kolektor: (a) 7 cm, (b) 10 cm,
(c) 12,5 cm, (d) 15 cm, (e) 17,5 cm, (f) 20 cm.
Dari persamaan (7) diketahui b ahwa j arak a ntara
nozzle-kolektor berbanding t erbalik dengan ga ya l istrik.
Oleh karena i tu, pa da t egangan l istrik y ang s ama, ja rak
antara nozzle-kolektor ya ng kecil m enghasilkan m edan
listrik lebih besar. Hal ini menyebabkan jet telah sampai
di k olektor s ebelum ketidakstabilan be rkembang/
meningkat. Ha l y ang s ama d ikemukakan oleh Thomson
[1].
Jejari Serat
Simulasi perubahan j ejari s erat dalam proses
pemintalan e lektrik s elama 0 ,025 s de ngan ja rak nozzle-

Perbandingan Jejari Serat dengan Jarak NozzleKolektor Berbeda


Untuk m engetahui pengaruh ja rak nozzle-kolektor
terhadap jejari serat, dilakukan simulasi sebanyak 40 kali
dalam selang w aktu 0, 05 sekon u ntuk tiap ja rak yang
berbeda. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gbr. 16.
Data d istribusi jejari s erat pada G br. 16
menjelaskan bahwa peningkatan j ejari s erat s ebanding
dengan pe nurunan ja rak nozzle-kolektor. Hal i ni d apat
dilihat dari nilai rata-rata jejari serat untuk masing-masing
jarak. Rata-rata jejari serat pada jarak 20 cm, 15 cm dan
17 cm adalah 16,76 m, 17,30 m, dan 18,83 m, secara
berurut.
Data y ang l ebih a kurat t entang hubungan ja rak
nozzle-kolektor da n r ata-rata j ejari s erat melalui p roses
pemintalan e lektrik diperoleh melalui s imulasi s ebanyak

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

14 kali untuk jarak berbeda, masing-masing dalam selang


waktu 0,05 s. Hasil simulasi tersebut disajikan Gbr. 17.

Rata-rata Jejari Serat


(mikron)

Gambar 1 6 Distribusi jejari s erat dan h asil f itting


LogNormal untuk jarak nozzle-kolektor: (a) 20 cm, (b) 15
cm dan (c) 7 cm.

19.00
18.00
17.00

y = -0.890x + 20.17
R = 0.792

16.00
15.00
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jarak Nozzle-Kolektor (cm)

Gambar 1 7 Hubungan a ntara r ata-rata j ejari serat h asil


dengan jarak nozzle-kolektor
Hubungan y ang c ukup s ignifikan a ntara
peningkatan jarak nozzle-kolektor dan penurunan rata-rata
jejari s erat hasil d apat dilihat p ada G br. 17. Kuatnya
korelasi a ntar d ua variabel di a tas t ampak pada
kemiringan garis r egresi s ebesar 0 ,890 dan b esarnya

81

koefisien k orelasi 0 ,792, s ehingga pe nurunan jejari s erat


hasil dapat dikatakan linier walaupun fluktuasi nilai jejari
serat terjadi.
Data hasil s imulasi p ada G br. 16 da n 17
memberikan i nformasi ba hwa p roses pemintalan e lektrik
dapat m enghasilkan r ata-rata j ejari s erat minimum p ada
jarak nozzle-kolektor 20 c m. De ngan m embandingkan
nilai jejari serat awal (a0) pada Tabel 1 dan rata-rata jejari
serat h asil p ada G br. 17 diketahui bahwa r eduksi ukuran
jejari s erat y ang dihasilkan pr oses pemintalan e lektrik
sekitar 1 0-1m-10-2m. Unt uk memperoleh s erat be rukuran
nanometer di butuhkan kombinasi pa rameter e ksperimen,
yaitu p emilihan j arak nozzle-kolektor dan j ejari uj ung
nozzle yang tepat.
Gambar 1 8 mengindikasikan adanya pe ningkatan
ketidakstabilan jet sejalan w aktu. D ari h asil simulasi
dengan je jari uj ung nozzle 1 x 10 -5 m da n ja rak nozzlekolektor 20 cm, rata-rata serat nano sebesar 214 nm dapat
dihasilkan.

Gambar 18 Hasil simulasi dengan ukuran ujung nozzle 1


10-5 m dan jarak nozzle-kolektor 20 cm: (a) lintasan jet,
(b) hasil f iting L ogNormal j ejari serat n ano y ang
dihasilkan oleh proses (a).
4. Kesimpulan
Simulasi p roses p emintalan e lektrik t elah berhasil
dibuat. P engaruh j arak nozzle-kolektor t erhadap
ketidakstabilan pe mbengkokan l intasan jet dan r ata-rata
jejari s erat t elah d iselidiki. Diketahui bahwa p ada j arak
7cm-10cm, ketidakstabilan pembengkokan jet berkurang,
sedangkan pa da jarak 1 2,5cm - 20cm, k etidakstabilan
pembengkokan jet bertambah. Selama proses pemintalan
elektrik, r ata-rata j ejari serat m engalami f luktuasi
disebabkan adanya persaingan antara gaya Coulomb, gaya
tegangan pe rmukaan, gaya viscoelastic dan ga ya oleh
medan l istrik. Ra ta-rata jejari s erat m inimum d iperoleh
pada j arak nozzle-kolektor 20 c m s edangkan r ata-rata
jejari maksimum diperoleh pa da ja rak nozzle-kolektor 7
cm. R eduksi u kuran s erat melalui p roses p emintalan
elektrik b erorde 1 0-1m-10-2m. P roses pemintalan el ektrik
menggunakan je jari uj ung nozzle 1 10-5 m d an j arak
nozzle-kolektor 20 cm dapat menghasilkan rata-rata jejari
serat nano 214 nm.

J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul. 2009

Referensi
[1] C. Thompson. Thesis Master, Akron Univ. (2007).
[2] T. A . Kowalewsky, S . B lonski, S . B arral. Bul. P ol.
Tech. 53 385 (2005).
[3] S. R amakrishna, F . Kazutoshi, W. T eo, T . Lim, Z .
Ma, An
Introduction to
Electrospinning and
Nanofibers, New York: Wiley (2005).
[4] A. L. Andrady, Science and Technology of Polymer
Nanofibers, New York: Wiley (2008).

82

[5] D. H . Reneker, A. L . Ya rin, H. Fong, S .


Koombhongse. J. Appl. Phys. 87, 4531 (2000)
[6] D. H. R eneker, A . L . Yarin, E . Z ussman, H . X u.
Advances in Applied Mechanics, Electrospinning of
Nanofibers from Polymer Solutions and Melts,
Amsterdam: Elsevier (2008).

Anda mungkin juga menyukai