HK Acara Perdata

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 110

Hukum Acara

Perdata

Oleh
Sanyoto

Silabus Hukum Acara


Bab I PendahuluanPerdata
:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian
Sejarah Hukum Acara Perdata
Sumber Hukum
Asas-asas Hukum Acara Perdata
Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan
Hukum Acara Pidana

Bab II Gugatan
1. Pengertian dan Isi Gugatan
2. Pencabutan dan Perubahan Gugatan
3. Penggabungan Gugatan
4. Kewenangan Mengadili atau kompetensi

Bab III Penyitaan


Pengertian dan dasar hukum
Conservatoir Beslag
Revindicatoir Beslag
Bab IV Pemeriksaan Perkara :
Penetapan Hari Sidang
Proses Pemeriksaan Perkara
Peranan Hakim dalam Memeriksa Perkara
Perdamaian
Acara Verstek
Jawaban tergugat
Replik dan Duplik
Intervensi

Bab V Pembuktian
1. Pengertian dan dasar Hukum
2. Hal yang Dibuktikan dan Beban
Pembuktian
3. Teori Pembuktian dan Kekuatan Alat Bukti
4. Macam-macam Alat Bukti
Bab VI Putusan Hakim
1. Pengertian
2. Susunan dan Isi Putusan Hakim
3. Macam-macam Putusan Hakim
4. Kekuatan Putusan Hakim
5. Putusan Uitvoorbaar Bij Voorraad
( UBV/Serta Merta/ Dpt dilaksanakan
Terlebih dulu )

Bab VII Upaya Hukum


Upaya Hukum Terhadap Putusan Hakim
Perlawanan
Banding
Kasasi
Peninjauan Kembali
Derdenverzet
Bab VIII Eksekusi atau Pelaksaaan Putusan
Hakim
Pegertian
Bentuk-bentuk Eksekusi

Literatur
1)Sudikno Mertokusumo, 2000, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Liberty, Yogyakarta.
2)Lilik Mulyadi, 1999, Hukum Acara Perdata menurut Teori
dan Praktek Peradilan di Indonesia, Jembatan, Jakarta.
3)M.Yahya Harahap 2005 , Hukum Acara Perdata Tentang
Gugatan,Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, Sinar Grafika , Jakarta,
4)Sri Wardah& Bambang Sutiyoso ,2007, Hukum Acara
Perdata dan Perkembangannya di Indonesia,Gama
Media, Yogyakarta.
5) Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
6) Mukti Arto, 1996, Praktek Perkara Perdata Pada
Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
7). Riduan Syahrani, 1988, Hukum Acara Perdata di
Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka Kartini, Jakarta
8)Izaac.S.LeinisuFatimah Ahmad, 1982, Intisari Hukum
Acara Perdata, Ghalia Indonesia
9) K Wantjik Saleh, 1979, Hukum Acara Perdata di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

10)Abdul Manan,2001, Penerapan Hukum Acara Perdata di


Lingkungan Peradilan Agama, yayasan Al Hikmah Jakarta.
11)Andi Tahir Hamid,1986,Hukum Acara Perdata Serta Susunan
Kekuasaan Pengadilan. PT Bina Ilmu, Surabaya
12)R. Soepomo, 1993, Hukum Acara Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta.
13)R. Rubini, 1974 , Pengantar Hukum Acara Perdata, Alumni
Bandung.
14)R. Wiryono Prodjodikoro, 1982, Hukum Acara Perdata di
Indonesia, Sumur, Bandung.
15)Retnowulan Sutantio Iskandar Oeripkartowinata, 1972, Hukum
Acara Perdata Dalam Praktek dan Teori, Alumni, Bandung.
16)R. Tresna, 1979, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta.
17)R. Subekti, 1969, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita,
Jakarta.
18)--------------, Hukum Acara Perdata, 1977, Bina Cipta, Jakarta.

PENILAIAN ACUAN
PATOKAN ( PAP )
a) Nilai mutu
b) Nilai mutu
---79,90;
c) Nilai mutu
65,99;
d) Nilai mutu
56,99;
e) Nilai mutu

A untk nilai _> 80;


B untuk nilai 66,00
C untuk nilai 56.00--D untuk nilai 46,00---E untuk nilai <_ 46

BAB I
Pendahuluan

Apa yg dibutuhkan oleh


subj hk dlm kehidupan
bermasyarakat

Norma2-Kaidah2 hk sbg pedoman dalam


mengatur kehidupan bersama.
Bentuknya
kaidah
hk
dpt
berupa
peraturan
hk
materiil
(
materiil
recht/substantive law ) maupun hukum
Formil ( Formil recht/adjective law ).
Hk Mat ( Tertulis/tdk Tertulis ) mengatur
ttg hak dan kewajiban subj.hk yaitu apa
yg seharusnya dilakukan, yg dilarang, dan
sanksinya.

Kalau kaedah hukum perdata materiil


dilanggar oleh salah satu pihak,
tindakan apakah yg dpt ditempuh oleh
Ia dapat salah
satu
pihak
?
menuntut
haknya
ke Suatu
Badan peradilan ( Kekuasaan kehakiman )
yg tugasnya mempertahankan ketentuan
hukum perdata materiil dengan cara
memulihkan dalam keadaan semula( Rii)
dalam hal ada pelanggaran dgn
menggunakan perangkat ketentuan
Hukum Perdata Formil atau Hukum Acara
Perdata ( Burgerlijke Procesrecht/civil Law
Prosedur )

Pengertian hukum acara perdata


menurut pendapat para ahli,
1.

Prof.Dr.R.Soepomo dlm peradilan perdata tugas hakim


ialah mempertahan tata hukum (Burgerlijke
rechtorde ), menetapkan apa yg ditentukan oleh
hukum dalam suatu perkara

2.

Prof.Dr.Wirjono Projodikoro rangkaian peraturanperaturan yang memuat cara bagaimana orang harus
bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara
bagaimana pengadilan harus bertindak satu sama lain
untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan
hukum perdata.

3.

Prof.Subekti HAP ad rangkaian peraturan hukum yg


mengatur bgmn caranya menjamin ditaatinya hukumhukum perdata materiil dengan perantaraan
hakimDKTLmengatur bgmn caranya mengajukan
tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan
melaksanakan putusannya.

3. Prof.Dr. RMSudikno Mertokusumo peraturan


hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
dengan perantaraan hakimhukum yang
mengatur bagaimana caranya mengajukan
tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan
pelaksanaan daripada putusannya.
4. Prof. Abdul Kadir Muhammad peraturan hukum
yang mengatur proses penyelesaian perkara
perdata melalui pengadilan (hakim), sejak diajukan
gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan
hakim.
5. Lap.hasil Simposium Pembaharuan Hukum
Perdata Nasional yg diselenggarakan BPHN
Depkeh di Yogyakarta 21-23 Des 1981 , HAP ad
Hk yg mengatur bgmn cara menjamin
ditegakannya atau dipertahankannya hukum
perdata materiil .

Tujuan dan sifat hukum acara


perdata
Tujuan :

1. Mencegah terjadinya Tindakan main hakim sendiri


(eigenrichting)
2. Mempertahankan hukum perdata materiil
3. Memberikan kepastian hukum

Sifat :
1. Memaksa mengikat para pihak yang berperkara dan
ketentuan-ketentuan yang ada peraturan hukum acara
perdata harus dipenuhi.
contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili
tergugat
Jangka waktu untuk mengajukan permohonan banding
adalah 14 hari setelah putusan hakim diberitahukan
kpd para pihak, dll
2. Mengatur peraturan-peraturan dalam hukum acara
perdata dapat dikesampingkan para pihak
Contoh dalam hal pilihan domisili dan juga pembuktian.

Kesimpulan HAP ad Hk
1)Bgmn caranya subj hk mengajukan
perkara ke pengadilan,
2)Bgmn caranya pihak yg terserang
kepentingannya mempertahankan
diri,
3)Bgmn Hakim bertindak thd para
pihak yg berperkara sekaligus
memutus perk dgn adil,
4)Bgmn cara melaksanakan put hakim.

Sejarah hukum acara perdata

Sebelum tanggal 5 April 1848


Hukum acara perdata yang digunakan di
pengadilan Gubernemen bagi golongan
Bumiputera untuk kota-kota besar di Jawa
adalah BrV (hukum acara bagi golongan Eropa)
Untuk luar kota-kota besar Jawa digunakan
beberapa pasal dalam Stb 1819-20

Pada tahun 1846 Ketua Mahkamah Agung


(Hooggrerechtshof) Mr H.L Wichers tidak setuju
hukum acara perdata bagi golongan Eropa
digunakan untuk golongan Bumiputera tanpa
berdasarkan perintah Undang-undang.
Gubenur Jendral J.J Rochussen menugaskan
Wichers membuat rancangan Reglement
tentang Administrasi Polisi dan Hukum Acara
Perdata dan Pidana Bagi Bumiputera.

Tahun 1847 rancangan selesai dibuat tetapi JJ


Rochussen mengajukan keberatan yaitu
1. Pasal 432 ayat (2) :membolehkan pengadilan
yang memeriksa perkara perdata untuk golongan
Bumiputera menggunakan hukum acara perdata
yang diperuntukkan untuk golongan Eropa.
2. Rancangan itu terlalu sederhana karena tidak
dimasukkannya lembag-lembaga intervensi,
kumulasi gugatan, penjaminan dan rekes civil
seperti yang termuat dalam BRv

Tanggal 5 April 1848 setelah melakukan


perubahan dan penambahan maka rancangan itu
ditetapkan dengan nama Inlandsch Reglement
(IR) yang ditetapak dengan Stb 1848-16 dan
disahkan dengan firman Raja tanggal 29
September 1849 dengan Stb 1849-63.

Tahun 1927 diberlakukan RBg


(Rechtsreglement voor de
Buitengewesten) yaitu hukum acara
perdata bagi golongan Bumiputera luar
Jawa dan Madura. Sebelumnya berlaku
peraturan tentang susunan Kehakiman dan
kebijaksanaan Pengadilan Stb 1847 -23
Tahun 1941 terjadi perubahan nama Ir
menjadi HIR (Herzeine Indlansch
Reglement)dengan Stb 1941-44 yang
berlaku untuk Jawa dan Madura.
Pada saat ini dengan Pasal II Peraturan
Peralihan UUD 1945 yang telah

Sumber hukum acara


perdata
Pada zaman Hindia
Belanda:

1. RV (reglement op de Burgerlijk
Rechtsvordering)- golongan Eropa
2. HIR (Herzeine Indlandsch Reglement)golongan Bumiputera daerah Jawa dan
Madura
3. RBg (Reglement voor de Buitengewesten)-
golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura.
Saat Ini
1. HIR dan RBg
2. UU No 20 Tahun 1947 tentang Peradilan
Ulangan Jawa dan Madura.

3.

UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan &


PP.9/75 ,PP 45/90
4. UU 14/1970 UU 35 /99 UU No 4 Tahun 2004
UU 48/2009 Ttg Kekuasaan Kehakiman
5. UU 14/85 UU No 5 Tahun 2004 UU 3/2009
tentang Mahkamah Agung
6. UU 2/1986 diganti UU 8/2004 diganti lagi dgn UU
49/2009 ttg Peradilan Umum
7. UU 7/1989 diganti UU 3/2006 diganti UU 50 /2009
ttg Peradilan Agama
8. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV
tentang Pembuktian dan Daluarsa
9. Yurisprudensi.
10. PERMA
11. Hukum Adat
12. Doktrin ( Pendapat Sarjana )

1.

2.

3.

Asas-asas Hukum Acara Perdata

Hakim bersifat menunggu inisiatif mengajukan tuntutan hak


diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan (Pasal
118 HIR/142 RBg ). Perk yg diajukan kpd hakim mk ia tdk
buleh menolak utk memeriksa dan mengadilinya dgn alasan
hknya tdk ada /krg jelas, hakim wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai2 hk dan rasa keadilan yg hdp dlm masy.(Ps 5
UU 48/2009 KK
Hakim bersifat Pasif ruang lingkup atau luas sempitnya
pokok perkara ditentukan para pihak berperkara bukan oleh
hakim.Pengad membantu para pencari keadilan dan berusaha
mengatasi sgl hambatan & rintangan utk tercapainya
peradilan yg sederhana cepat dan biaya ringan Ps 4 ayat 2 UU
48/2009. Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan melebihi
dari yang dituntut ( 178 ayat 2,3 HIR/189 ayat 2,3 RBG )
Persidangan terbuka untuk umumPs 13 ayat 1 UU 48/2009
setiap orang dibolehkan hadir dan mendengarkan
pemeriksaan perkara, walaupun ada beberapa perkara yang
dilakukan pemeriksaannya secara tertutup. Contoh dalam
perkara perceraian.

5. Mendengar kedua belah pihak


6. Putusan harus disertai dengan alasanalasan( motievering Plicht ).
7. Berperkara dikenai biaya
8. Tdk ada keharusan utk mewakilkan
9. Beracara tidak harus diwakilkan bisa
langsung pihak yang berperkara
beracara di pengadilan atau dapat
diwakilkan.
10.Peradilan dilakukan Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan YME

11.Asas objektivitas Pengad mengadili


menurut hk dgn tdk membedakan-bedakan
orang ->ps 4 ayat 1 UU 49/2009
12.Asas Persidangan berbentuk Majelis ps
11 ayat 1 Pengadilan memeriksa dgn
susunan majelis sekurang-kurangnya 3 org
hakim, kec UU menentukan lain.
13.Pemeriksaan dalam Dua Tingkat .Tk
pertama Original Yurisdiction. Tk
Banding Apellate Jurisdiction ) Judex
Fakctie.- Mahkamah Agung judex Iuris
:

KEKUASAAN MAHKAMAH
AGUNG PS 28
1)MA bertugas dan berwenang
memeriksa perk dan memutus :
a)Permohonan Kasasi;
b)Sengketa kewenangan
mengadili;
c)Permohonan PK put pengad yg
MKHT

Berkaitan dgn ps 28 ayat 1


huruf a, pasal 29 berbunyi :
MA memutus permohonan Kasasi thd
put pengad tingkat Banding atau
tingkat terakhir dr semua lingkungan
peradilan

Alasan Kasasi Ps.30 UU


3/2009
a) Tidak berwenang atau melampaui
batas wewenang.
b) Salah menerapkan atau melanggar
hukum yg berlaku,
c) Lalai memenuhi syarat2 yg
diwajibkan oleh peraturan
perundangan yg mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan
yg bersangkutan

Bgmnkah isi putusan MA yg


mengabulkan permohonan
Kasasi atas dsr alasan ps 30
huruf a,b&C
MA menyerahkan
perkara tsb ke
Pengadilan lain yg berwenang
memeriksa dan memutusnya ( ps 51
ayat 1)
MA membatalkan put kmd memutus
sendiri perkara yg dimohonkan
kasasi itu yg isinya berbeda dgn isi
putusan yg dimohonkan kasasi (ps
51 ayat 2 )

Macam Putusan MA dlm TK


Kasasi
Bukan Putusan Akhir
Mengembalikan
berkas pd PN/PA
utk dilakukan
Pemeriksaan
Tambahan krn Fakta
blm jelas sdh
ditentukan hknya
tdk menurut hk

Putusan Akhir

1. Menguatkan PT/PN
2. Menyatakan permoh
Kasasi Tdk dpt Diterima (
N.O).
3. Membatalkan Put/Pen
PN/PT krn :
Melanggar UU ( Scanding
)
Salah Menerapkan UU
( Verkerde toepasing )
Melampaui wewenang
Menunjuk PN /PA yg
berwenang

Perbedaan Hukum Acara Perdata


dengan Hukum Acara Pidana
1. Dasar timbulnya Perkara
Perdata :timbulnya perkara krn terjadi
pelanggaran hak yang diatur dalam hukum perdata.
Pidana : timbulnya perkara krn terjadi
pelanggaran terhadap perintah atau larangan yang
diatur dlm hkm pidana
2. Inisiatif berperkara
Perdata : datang dari salah satu pihak yang
merasa dirugikan
Pidana : datang dr penguasa negara/pemerintah
melalui aparat penegak hukum seperti polisi dan
jaksaKepentingan Publik /Umum ( Nyawa, harta
benda ,Martabat )

3. Istilah yang digunakan


Perdata : yang mengajukan gugatan Penggugat
pihak lawannya/digugat Tergugat
Pidana : yang mengajukan perkara ke pengadilan
jaksa/penuntut umum
pihak yang disangka tersangka
terdakwaterpidana
4. Tugas hakim dalam pembuktian
Perdata : Tujuan Pembuktian adalah mencari
kebenaran formil mencari kebenaran
sesungguhnya yang didasarkan apa yang
dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh
melebihi dari itu.
Pidana :mencari kebenaran materiil tidak
terbatas apa saja yang telah dilakukan terdakwa
melainkan lebih dari itu. Harus diselidiki sampai
latar belakang perbuatan terdakwa. Hakim mencari
kebenaran materiil secara mutlak dan tuntas .

5.

Perdamaian
Perdata : dikenal adanya perdamaian ( Ps 130
HIR/154 RBG Perma 2/2003Perma 1/2008 ttg
Mediasi
Pidana : tidak dikenal perdamaian
6. Alat bukti Sumpah decissoire
Perdata : ada sumpah decissoire yaitu sumpah
yang dimintakan oleh satu pihak kepada pihak
lawannya tentang kebenaran suatu peristiwa.
Pidana : tidak dikenal sumpah decissoire.
7. Hukuman
Perdata : kewajiban untuk memenuhi prestasi
(menyerahkan benda ,mengosongkan, melakukan
perbuatan tertentu, menghentikan suatu
perbuatan, pembayaran sejumlah uang )
Restitue In Integrum (RII ).
Pidana : hukuman badan (Mati, penjara ,
kurungan, denda dan Pencabutan hak.

Bab II
Perkara perdata di Pengadilan dibedakan menjadi 2 :
1. Perkara contentiosa perkara yang di dalamnya
terdapat sengketa atau perselisihan.
2. Perkara voluntaria perkara yang di dalamnya
tidak terdapat sengketa atau
perselisihanKepentingan yg bersifat sepihak
semata ( For the benefit of one party only ), tdk ada
org lain atau pihak ketiga yg ditarik sbg lawan ,ttp
bersifat Ex parte Petitum Permohonan hrs murni
ttg permintaan penyelesaian kepentingan pemohon
dgn acuan sbb :
a.Isi petitum brp permintaan yg bersifat Deklaratif.
b. Petitum Tdk boleh melibatkan pihak lain yg tdk ikut
sbg pemohon.
c.Petitum Tdk bersifat Comdemnatoir.
d.Harus terinci ttg hal-hal yg dikehendaki pemohon
e.Petitum tdk boleh bersifat Compositur atau ex Aeque
et bono

Ciri Khas Permohonan

1) Bersifat Reflektif : hanya demi


kepentingan pemohon sendiri tanpa
melibatkan pihak lain.Contoh Permohonan :
Adopsi,Perwalian, pengampuan,Konsinyasi, ganti
nama, ganti kelamin,
kewarganegaraan,permohonan Dispensasi Kawin,
Ijin Poligami, ijin Kawin dlm masa idah,pencegahan
perkawinan,pengesahan nikah ( Itsbat Nikah ),Wali
adhol ( enggan /tdk diketahui ( gaib ) , pembatalan
perkawinan, cerai talak( ijin penjatuhan Ikrar Talak)

2) Perbuatan hakim dlm peradilan mrpk


perbuatan administratif
PenetapanSyarat2 adm dipenuhi mk
kemungkinan dikabulkan .

Beda contentiosa dengan voluntaria


1. Pihak yang berperkara
Contentiosa : penggugat dan tergugat
Voluntaria : pemohon
2. Aktifitas hakim yang memeriksa perkara
Contentiosa : terbatas yang dikemukakan dan
diminta oleh pihak-pihak
Voluntaria : hakim dapat melebihi apa yang
dimohonkan krn tugas hakim bercorak

3) Kebebasan hakim
Contentiosa : hakim hanya memperhatikan
dan menerapkan apa yang telah ditentukan
UU
Voluntaria : hakim memiliki kebebasan
menggunakan kebijaksanaannya.
4) Kekuatan mengikat putusan hakim
Contentiosa : hanya mengikat pihak-pihak
yang bersengketa serta orang-orang yang
telah didengar sebagai saksi.
Voluntaria : mengikat terhadap semua pihak.

Pengertian gugatan
Sudikno Mertokusumo : tuntutan hak adalah
tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan yang diberikan oleh pengadilan
untuk mencegah main Hakim sendiri
(eigenrichting)
Darwan Prinst : suatu permohonan yang
disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
berwenang mengenai suatu tuntutan terhadap
pihak lainnya dan harus diperiksa menurut tata
cara tertentu oleh pengadilan serta kemudian
diambil putusan terhadap gugatan tersebut.
Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada Psl 1
angka 2 tuntutan hak yang mengandung
sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk
mendapatkan putusan.

Gugatan pada prinsipnya


didefinisikan merupakan tuntutan
hukum guna pemenuhan hak dan
kewajiban tertentu, yang diajukan
oleh seseorang atau lebih (sebagai
Penggugat) terhadap
seseorang/suatu badan hukum atau
lebih (sebagai Tergugat).
Gugatan dapat diajukan, baik itu
secara secara lisan (Pasal 120 HIR)
ataupun tertulis (Pasal 118 HIR), oleh
seseorang/pihak yang dirugikan.

Syarat dan isi gugatan

1.
2.
3.

Syarat gugatan :
Gugatan dalam bentuk tertulis( ps 118 ayat 1 HIR/142 ayat 1
RBG )G.Lisan ps 120 HIR/144 RBG )
Diajukan oleh orang yang berkepentingan hk.( Point dinteres
point d action asas Legitima persona standi in
judicio .
Diajukan ke pengadilan yang berwenang memeriksa dan
memutus

Isi gugatan :
Menurut Pasal 8 ayat 3 Rv gugatan memuat :
1. Identitas para pihak
2. Dasar atau dalil gugatan/ posita /fundamentum petendi
berisi tentang : 1).kejadian2/peristiwanya ( feitelijke gronden
)menjelaskan ddknya perk dan 2) menguraikan ttg
hukumnya ( recht s gronden ) yi uraian ttg adanya hak atau
hub.hk yg menjadi dasar yuridis gugatan.
3. Tuntutan/petitum terdiri dari tuntutan primer dan tuntutan
subsider/tambahan

Teori pembuatan gugatan


Ada 2 teori tentang bagaimana
menyusun sebuah surat gugatan
yaitu :
1. Substantieserings theorie yaitu
membuat surat gugatan dengan
menguraikan rentetan kejadian nyata
yang mendahului peristiwa yang
menjadi dasar gugatan.
2. Individualiserings theorie yaitu hanya
memuat kejadian-kejadian yang cukup
menunjukkan adanya hubungan
hukum yang menjadi dasar gugatan

SYARAT MATERIIL HIR & RBG hanya mengatur


cara mengajukan 118 &120 , Isinya tdk, Bgmn
menurut Yurisprudensi MA ?

Menurut Yurisprudensi MA
No.547K/SIP/1972 pd dsrnya org
bebas menyusun dan merumuskan
SG, asal cukup memberikan
gambaran tentang kejadian materiil
yg menjadi dsr tuntutan ( gugatan )

Syarat Formil yi syarat utk


memenuhi ketentuan Tatib
beracara yg ditentukan UU

Bgmn kalau sy formil G tdk


dipenuhi ?
Syarat Formil tdk dipenuhi maka
akan Mengakibatkan gugatan tdk sah
Gugatan dinyatakan tdk dpt
diterima ( Niet onvankelijke
Verklaard ) atau Pengad tdk
berwenang mengadili

Syarat Formil yg harus


dipenuhi
:
1) Tdk melanggar Kompetensi Absolut &
Relatif,
2) Gugatan tdk Error in Persona .Contohnya :
P tdk cakap / tdk punya kepentingan hk
yg cukup, yg ditarik sbg Pihak2 nya tdk
lengkap Plurium litis consortium
3) Gugatan harus jelas dan tegas ( ps 8 RV )
tdk obscuur Libel , Misalnya :1.Posita tdk
menjelaskan kejadian serta dasar hukum tuntutan dlm
gugatan,2.Tdk jelas obj G,3. posita bertentangan dgn
petitum,4.petitum tdk terinci tp hanya Kompositur ( Ex
aequo et bono )

4) Tdk melanggar azas nebis in idem ( ps 1917 BW &


yurisprudensi MA ( S,O,&Pokok Perkaranya sama
dimana perk Pertama sdh ada put yg MKHT yg
bersifat positif /negatif ( Mengabulkan/menolak G).
5) G tdk Prematur/ blm waktunya diajukan G,
6) Tdk menggugat sesuatu yg telah
dihapuskan/dikesampingkan oleh P P telah
menghapuskan sendiri haknya dgn cara penolakan,
ataupun krn Verjaring ( daluwarsa ) T.H yg
bersifat perdata Verjaringnya 30 th
7) Aanhanging geding /Rei Judicata deductae apa yg
digugat sekarang masih tergantung
pemeriksaannya dlm proses peradilan banding,
Kasasi, PK

Syarat Formil G menurut


Ridwan halim :
1)
2)
3)
4)

Diajukan scr tertulis dlm bentuk SG,


Ditujukan Ke pengad yg berwenang
Memuat identifikasi yg lengkap P & T
Memuat dsr/alasan tuntutan ( Posita/FP)
dan Petitum yg memenuhi syarat sbb :
a.Jelas & Terang maksudnya,
b.Rasional,
c.dgn fakta & bukti2 yg autentik/asli
d.kejadian materiil yg lengkap &inheren shg
kebenarannya dpt dibuktikan dr seluruh bag G

tdk memuat unsur


penipuan/pemalsuan bukti/pemutar
balikan fakta,
F).Dilandasi dgn dsr-dsr hk yg
rasional dan bukan dibuat-buat
atau dicari-cari sekenanya,
G).Tuntutan yg Layak/Wajar berdsrk
bukti 2 yg tdk mengandung unsur
pemerasan,kesewenang-wenangan.
e).

Penggugat dlm Petitum selain mengajukan


Petitum Pokok ( Primer ) dpt pula disertai
dgn Petitum Tambahan/pelengkap
( acessoir ) dan Tunt Pengganti/subsider
1) Pet.Pok( Tunt.Pok tunt utama yg diminta
oleh P utk diputuskan oleh Pengad yg
berkaitan langsung dgn pokok perk yg
disengketakan. Misal : T hutang pd P belum
mengembalikanmeski sdh ditagih dan sdh
jatuh tempo ( WP ). Pet.Pok P adalah
Pemenuhan perjanjian. Perkara Waris
Membagi HW
2) Tunt Tambahan ( Acessoir ) ad Tunt yg sifatnya
melengkapi atau sbg tambahan dr Tunt Pok.

Contoh yg Tunt Termasuk


tuntutan
Tambahan
a) Menghukum T membayar biaya perkara,
b) Menyatakan Put dpt dilaksanakan terlebih dulu ( serta
Merta ) Uit Voerbaar bij voorraad
c) Menghukum T membayar bunga ( moratoir )
sebesar 2 % perbulan, ( costen Schaden,en
interesten )
d) Menghukum T membayar Dwangsom/Astreinte tiap
hari sebesar Rp.100.000,- sejak put berkekuatan hk
tetap.
e) Menghukum T membayar uang Nafkah idah sebesar
600 Jt dan Mutah sebesar 400 Jt Kpd Termohon yg
dibayar setelah pemohon mengucapkan ikrar talak di
muka persidangan.
f) Menghukum T untuk menyerahkan 1/2 Harta bersama

Pengertian Tuntutan
Pengganti
Ad Tunt yg fungsinya utk
menggantikan tunt pokok, apabila
Tun Pok ditolak oleh pengad sbg
Tun Cadangan/alternatif
Tunt Sub apbl majelis hakim
berpendpt lain, mohon putusan yg
seadil-adilnya ( Ex aequo et bono )

Penggabungan gugatan atau


kumulasi gugatan

1.

Kumulasi gugatan ada 2 yaitu :


Kumulasi subjektif yaitu para pihak lebih dari satu orang
(Pasal 127 HIR/151 RBg)

2.

Kumulasi objektif yaitu penggabungan beberapa


tuntutan.

Penggabungan objektif tidak boleh dilakukan dalam hal:


a) satu tuntutan tertentu diperlukan satu gugatan khusus
sedangkan tuntutan lainnya diperiksa menurut acara
biasa.
b) Hakim tidak wenang secara relatif untuk memeriksa satu
tuntutan yang diajukan secara bersama-sama dalam
gugatan
c) Tuntutan tentang bezit tidak boleh diajukan bersamasama dengan tuntutan tentang eigendom dalam satu
gugatan.

Bagaimana yurisprudensi
MA tentang Tunt Sub saat
ini
Tunt Subsider dpt dikabulkan Asal masih

dalam kerangka yg serasi dengan


petitum primer .
Contoh : T pok Pemutusan/Pembatalan
Perjanjian dgn Tuntutan GR, Tunt subs
Menghukum T melaksanakan Perjanjian
dgn dihukum uang paksa setiap kali
keterlambatan dlm melaksanakan
perjanjian.

Tujuan penggabungan gugatan :


a. Menghindari kemungkinan putusan
yang berbeda atau berlawan
b. Untuk kepentingan beracara yang
bersifat sederhana, cepat dan biaya
ringan. Efisien

KOMPETENSI
Kompetensi adalah kewenangan mengadili dari badan

peradilan.

Kompetensi ada 2 yaitu :


1. Kompetensi Mutlak/Absolut : Pembagian kewenangan
mengadili antar Peradilan dgn melihat jenis perkara dgn
mendasarkan Ps 18 UU 48/2009 Kek Kehakiman (UU
14/70UU 35/99UU 4/2004 ) dilihat dari beban tugas
masing-masing peradilan sbg pelaksana kekuasaan
kehakiman ad MA & Bdn perad yg berada dibawahnya
1.Peradilan Umum UU 2/1986->UU 8/2004->UU 49/2006
2.Peradilan Agama, ( UU 7/89 ->UU 3/2006->UU 50/2009
3.Peradilan Militer,
4.Peradilan Tata Usaha Negara( UU 5/2006->UU 9/20064>UU 51/2009.
Dan sebuah Mahkamah Konstitusi

2) Kompetensi relatif yaitu pembagian kewenangan


mengadili dari masing2 pengadilan atas dasar
wilayah hukum tertentu . menjawab pertanyaan
pengadilan Kabupaten/ Kodya / Kota apa yg
berwenang memeriksa perkara
Pasal 118 HIR/142 RBg mengatur kompetensi relatif
Pengadilan
1. Gugatan pdt, yg pd tingk pertama masuk kekuasaan
pengadilan negeri, hrs dimasukan dgn surat
permintaan yg ditdtgni oleh P /Wakilnya menurut ps
123, kpd KPN di daerah hukum siapa T bertempat
diam/jika tdk diketahui tempat diamnya, tempat
tinggal sebetulnya . ( asas Actor Sequitor Forum
Rei).
2. Jika T lebih dari seorang sdg mereka tdk tinggal di
dlm itu, diajukan ke KPN yg dipilih oleh P.

Jika antara bbrp T hubungannya satu sama


lain sbg Hoofdschuldenaar dan Borg Kpd
KPN tempat tinggal berutang utama.
3)Blmn tempat diam dr T tdk dikenal &
tempat tgl tdk diketahui atau T tdk dikenal,
mk SG dimasukan kpd KPN drpd P , atau
jika SG ttg Brg Tetap , mk SG dimasukan
kpd KPN dmn brg terletak.
4)Bila dgn Surat yg sah dipilih dan
ditentukan suatu tempat berkedudukan,
mk P, jika ia suka dpt memasukan SG kpd
KPN dlm daerah hk siapa terletak tempat
kedudukan yg dipilih itu.

Pasal 118 HIR/142 RBg mengatur juga


pengecualiannya yaitu :
1.Diajukan di tempat kediaman tergugat apabila
tidak diketahui tempat tinggalnya.
2.Apabila tergugat lebih dari satu orang diajukan
di tempat tinggal salah satunya sesuai pilihan
P.
3.Satu tergugat sebagai yang berhutang dan
satu lagi penjamin diajukan di tempat tinggal
yang berhutang.
4.Jika tidak diketahui tempat tinggal dan
kediaman tergugat diajukan di tempat tinggal
penggugat.
5.Jika objeknya benda tetap diajukan di tempat
benda tetap itu berada.
6.Jika ada tempat tinggal yang dipilih diajukan di
tempat tinggal yang dipilih tersebut.

Para Pihak Berperkara

Ada 2 pihak yaitu penggugat dan tergugat.


Pihak ini dapat secara langsung berperkara di
pengadilan dan dapat juga diwakilkan.
Untuk ini dapat dibedakan atas :
1. Pihak materiil : pihak yang mempunyai kepentingan
langsung
yaitu penggugat dan tergugat.
2. Pihak formil : mereka yang beracara di pengadilan
sbg penggugat,tergugat mewakili anak yg blm
dewasa, sbg wali, curator, Direktur Utama krn
penunjukan oleh hk
Turut tergugat : pihak yang tidak menguasai objek
perkara tetapi akan terikat dengan putusan hakim

Hukum Acara Perdata Positif


mengenal Gugat perwakilan
krn 2 Hal yakni
1)Penunjukan oleh yg
berkepentingan .
2)Perwakilan krn Penunjukan
oleh Hukum;

Perwakilan dalam Perkara


Perdata
Dalam sistim HIR/RBg beracara di muka
pengadilan dapat diwakilkan kepada kuasa
hukum dengan syarat dengan surat kuasa
Khusus
Menurut UU No 18 Tahun 2003 tentang advokat
, kuasa hukum itu diberikan kepada advokat.
Advokat adalah orang yang mewakili kliennya
untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan
surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan
atau penuntutan pada acara persidangan di
pengadilan atau beracara di pengadilan.

Surat kuasa : suatu dokumen di mana isinya


seseorang menunjuk dan memberikan wewenang
pada orang lain untuk melakukan perbuatan hukum
untuk dan atas namanya.
Macam-macam surat kuasa :
1.Surat kuasa umum :surat yang menerangkan bahwa
pemberian kuasa tersebut hanya untuk hal-hal yang
bersifat umum saja, artinya untuk segala hal atau
segala perbuatan dengan titik berat pengurusan.
2.Surat kuasa khusus: kuasa yang menerangkan bahwa
pemberian kuasa hanya berlaku untuk hal-hal
tertentu saja.
Dalam beracara perdata digunakan surat kuasa
khusus.

Isi Surat Kuasa Khusus


1. Identitas pemberi kuasa dan
penerima kuasa.
2. Apa yang menjadi pokok perkara.
3. Pertelaan isi kuasa yang diberikan.
Dijelaskan tentang kekhususan isi
kuasa.
4. Hak subsitusi /pengganti

DASAR HUKUM CLASS ACTIONS


DI INDONESIA
Undang-undang Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup,Pasal 37.
Undangan Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 46
Undang-Undang nomor 41 tahun 1999,
tentang Kehutanan, Pasal 71
PERMA NO. 1 tahun 2002

Walaupun telah ada


dasar hukum
mengajukan gugatan
perwakilan ke pengadilan
tetapi belum ada hukum
acara yang mengatur.

LATAR BELAKANG LAHIRNYA


PERMA NO.1 TAHUN 2002
A. Asas Peradilan sederhana,cepat dan biaya ringan.

B.
Pelanggaran Hukum yang merugikan secara
serentak terhadap orang banyak.
C.
Tidak efektif penyelesaian pelanggaran hukum
tersebut huruf b diselesaikan sendiri-sendiri.
D. Pelanggaran hukum pada huruf c dapat diajukan
dengan gugatan perwakilan kelompok.
E.Undang-undang yang mengatur gugatan perwakilan
kelompok, spt UU No.23 Tahun 1997 tentang
Lingkungan hidup,Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
tetapi belum ada hukum acaranya.
F. Mengisi kekosongan hukum.

TATA CARA MENGAJUKAN GUGATAN


PERWAKILAN (Pasal 3 PERMA No.1
Tahun 2002).
Harus memenuhi persyaratan-persyaratan
formal surat gugatan sebagaimana diatur
dalam Hukum Acara Perdata yang
berlaku,surat gugatan perwakilan kelompok
harus memuat :
A. Identitas lengkap dan jelas wakil kelompok
B. Definisi kelompok secara rinci dan spesifik
walaupun tanpa
menyebutkan nama
anggota kelompok satu persatu
C. Keterangan tentang anggota kelompok
yang diperlukan
dalam kaitan dengan
kewajiban melakukan pemberitahuan.

D. Posita dari seluruh kelompok baik wakil


kelompok
maupun
anggota
kelompok yang terindikasi maupun tidak
terindikasi dikemukakan secara jelas
dan terinci.
E. Dalam satu gugatan perwakilan, dapat
dikelompokan beberapa
bagian atau
sub kelompok jika tuntutan tidak sama
karena karena
sifat dan kerugian
yang berbeda.
F. Petitum ganti rugi harus jelas

SURAT KUASA WAKIL


KELOMPOK (PASAL 4 PERMA
No.I/2002)

Untuk kepentingan hukum


anggota kelompok, wakil
kelompok tidak disyaratkan
memperoleh surat kuasa
khusus dari anggota
kelompok

BAGAIMANA PADA SIDANG


PERTAMA ADA PENARIKAN DARI
WAKIL KELOMPOK?
Tidak mengugurkan hak procedural maupun hak subjektif dari
anggota kelompok yang pada saat gugatan didaftarkan tidak
disebutkan.
Pasal 3 PERMA tidak disyaratkan penyebutan nama anggota
kelompok satu persatu.
Pasal 7 PERMA didata ulang pada saat proses pemberitahuan
(notification) pada tahan sertifikasi, kedudukan wakil kelompok
tidaklah harus permanen karena Pengadilan sewaktu-waktu dapat
memerintahkan untuk mengganti anggota kelompoknya apabila
wakil kelompok dinilai :
Tidak memperlihatkan kejujuran serta mengabaikan anggota
kelompoknya, contohnya wakil kelompok telah mendapat uang
kadeudeuh(pemberian atas dasar alasan kemanusiaan. dari
tergugat.
Dalam Praktek
Anggota Kelompok dapat memberi ku asa dan menunjuk anggota
perwakilan baru dimuka persidangan.

BAGAIMANA MENGUJI SYARAT


YURIDIS DARI GUGATAN
PERWAKILAN
Bahwa apabila terjadi peristiwa-peristiwa kegiatankegiatan atau suatu perkembangan dapat
menimbulkan pelanggaran hukum yang merugikan
secara serentak atau sekaligus dan massal terhadap
orang banyak, sementara sangatlah tidak efektif dan
efisien apabila penyelesaian pelanggaran hukum
tersebut diselesaikan sendiri-sendiri dalam satu surat
gugatan
Bahwa terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan
kesamaan dasar hukum yang digunakan yang bersifat
substansial,serta kesamaan jenis tuntutan diantara
wakil kelompok dengan anggota kelompoknya.

CONTOH KASUS LONGSOR


DI HUTAN MANDALAWANGI:

Peristiwa yang telah diketahui umum


maka sifatnya notoir feiten (tidak
perlu pembuktian) yang perlu
pembuktian apakah peristiwa
tersebut dapat menimbulkan
kerugian bagi orang banyak dan
siapa yang paling bertanggung
jawab, maka sarana hukum yang
paling effektif untuk menampung
tuntutan kelompok masyarakat
korban adalah melalui prosedur
gugatan secara class-action.

Tentang adanya kesamaan fakta dan kesamaan hukum, dapat


dilihat dari hasil sertifikasi wakil kelompok diserahkan daftar
mengenai fakta (adanya jumlah orang banyak yang menderita
kerugian yang sejenis.
- Kelompok kerugian luka berat dan ringan
- Kelompok kerugian harta benda rumah dan tanah
- Kelompok kerugian alat-alat rumah tangga
- Kelompok kerugian peternakan dan pertanian
- Kelompok kerugian harta benda rumah dan tanah desa
- Kelompok kerugian hilangnya fasilitas umum
- Kelompok pembiayaan penghidupan dan pengajaran selama
para anggota kelompok dalam pengungsian

LEGAL STANDING
Istilah legal standing disebut juga
standing, ius standi, persona standi
atau hak gugat, yaitu akses orang
perorangan ataupun
kelompok/organisasi di Pengadilan
sebagai pihak penggugat..

URGENSI LEGAL STANDING


I.

Faktor kepentingan masyarakat luas


Banyaknya kasus-kasus publik telah
tumbuhnya organisasi advokasi antara lain :
Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia
( YLBHI)
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)

II. Faktor penguasaan sumber daya alam oleh


negara
Objek sumber daya alam ( sungai, hutan dan
mineral atau tambang) , karena dalam praktek
sering pemerintah mengabaikan kewajibannya
untk berlanjutnya sumber daya alam.

Persamaan prinsip Actio Pop & CA Sama2


mrpk Gugatan yg melibatkan kepentingan
sejumlah besar orang scr perwakilan oleh
seorang /lebih.

AP yg berhak

mengajukan adalah
setiap orang atas dsr Ia
adalah anggota
masyarakat (WN )
Tanpa hrs mrpk phk yg
mengalami kerugian,
Yg dituntut/petitumnya
adalah utk Kepentingan
Umum yg mrpk
kepentingan WN

Hanya satu/Bbrp yg
mrpk anggota
kelompok yg
mengalami kerugian
scr langsung.
Yg
dituntut/Petitumnya
adalah kepentingan
yg sama dlm satu
permasalahan yg
menimpa kelompok.

Di Belanda dikenal terminologi


lain = Group Acties yg
pengertiannya ad :

Sbg hak yg diberikan oleh suatu Badan Hukum


utk mengajukan gugatan mewakili kepentingan
orang banyak ( Other persons interes ), apa
bila dlm ADnya mencantumkan kepentingan
orang banyak ( Kepentingan Umum )yg serupa
dgn yg diperjuangkan di Pengadilan, namun tdk
boleh menuntut ganti rugi misal kepentingan
perlindungan konsumen.

Apakah terdapat Perbedaan antara


Group Acties dgn Class Action .
G A ad mrpk perkembangan
baru dlm hk terutama berkaitan
dgn pemberian hak gugat ( LS )
bagi
BH
utk
mewakili
kepentingan orang banyak.BH
tdk perlu satu tempat tinggal
dlm satu daerah dgn masy yg
diwakili,
cukup
AD
mencantumnya perlindungan
kepentingan masy yg diwakili
Yg dituntut kepentingan orang
banyak tdk boleh menuntut GR
BH tdk hrs mengalami kerugian
scr nyata,tdk hrs bertempat
tinggal satu daerah dgn masy
yg diwakilinya.

Ad
berkaitan
dgn
prosedur
pengajuan
perkara yg melibatkan
sekelompok orang
yg
mempunyai
kepentingan
serta
permasalahan yg sama .
YG
DITUNTUT
ad
kepentingan yg sama dr
sekelompok orang yg
bersifat individual brp
tuntutan GR

Apakah Indonesia mengadopsi


hal tsb
A. UU No.23/ 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
B. UU No.8/1999 Tentang Perlindungan
Konsumen;
C. UU 41/1999 Tentang Kehutanan ,
D. PERMA 2/1999 Tentang Pengawasan MA
thd Parpol .

Sistem hukum Kita Sekarang menjadi


mengenal Gugatan
dgn 2 model
yakni :
1) Model Class Action,
2) Legal Standing ( ius Standing ).
Ini semula tdk dikenal dlm HIR maupun
RBG

Bab III
BESLAAG/PENYITAAN/SIT
A
Pengertian :
1.
2.
3.
4.

Tindakan hukum
Tindakan hakim
Bersifat eksepsional
Adanya permohonan dr pihak
bersengketa
5. Mengamankan barang-barang
sengketa
6. Tujuan akhir menjamin pelaksanaan
putusan hakim

MAKNA SITA/PENYITAAN

1) Tindakan menempatkan HK T scr paksa


berada dlm Penjagaan ( to take into
costudy the property of defendant )
2) Tindakan Paksa Penjagaan( costudy )
dilakukan scr resmi berdsrk perintah Hakim
3) Benda yg ditempatkan dlm penjagaan
mrpk benda yg disengketakan, ttp boleh
juga benda yg akan dijadikan pembayaran
uang sbg pelunasan utang dgn jalan
penjualan scr Lelang

4) Penetapan dan penjagaan benda yg disita


berlangsung slm proses pemeriksaan sd put
pengadilan BKHT ( In Kracht van Gewijde)
Menyatakan Sah dan berharga atas
tindakan penyitaan yg sdh dilakukan.
3 Essensi Fundamental dr penerapan
penyitaan :
a) Sita mrpk Tindakan Eksepsional ( ps
226,227 jo 195 HIR1.penyitaan
memaksakan kebenaran
gugatan.2.Penyitaan membenarkan put yg
belum dijatuhkan.
b) Sita mrpk Tindakan Perampasan
c) Penyitaan berdampak psikologis

Bentuk-bentuk/Macam
Ada 2 yaitu : penyitaan

1. Conservatoir beslaag/sita jaminan yaitu penyitaan


terhadap barang milik tergugat.

Dasar hukum : Pasal 227 HIR/261 RBg

Tujuan : untuk menjamin terlaksananya putusan


pengadilan

Sita ini dapat dilakukan jika ada permintaan dr


penggugat dgn mengemukakan alasan ada
dugaan/sangkaan bahwa tergugat akan berusaha
menghilangkan, merusak, memindahtangankan
benda-benda HK milik nya.
Benda-benda yang menjadi objek sita ini adalah
benda bergerak dan benda tidak bergerak milik T

2. Revindicatoir beslaag yaitu sita terhadap


barang milik penggugat yang dikuasai
oleh orang lain.
Dasar hukumnya Pasal 226 HIR/260 RBG
Tujuan : menjamin suatu hak kebendaan
dari pemohon dan berakhir dengan
penyerahan barang yang disita.
Objeknya : benda bergerak
Sita ini hanya terbatas atas sengketa
hak milik.

3. Marital beslaag yaitu sita yang


diletakkan atas harta perkawinan.
Sita dapat dimohonkan dalam sengketa
perceraian, pembagian harta perkawinan,
pengamanan harta perkawinan.
4. Eksecutoir beslaag yaitu eksekusi dalam
rangka pelaksanaan putusan hakim utk
Eksekusi Verhaal

TUJUAN PENYITAAN
1. Agar Gugatan tdk Illusoir HK T tdk
dialihkan atau dibebani dgn hak kebendaan
2. Mrpk upaya bagi P untuk menjamin dan
melindungi kepentingannya atas keutuhan
HK T sd put BKHT( IVG ).
3. Utk menghindari itikad bruk T dgn berusaha
melepaskan TGJWB( Civil Liability ) yg mesti
dipikulnya atas PMH /WP yg dilakukannya.
4. Objek eksekusi sdh pasti ada.

PERMOHONAN SITA JAMINAN


Sita jaminan (beslag) dapat
dimohonkan oleh Penggugat dalam
gugatannya atau secara terpisah
dengan suatu permohonan tersendiri
yang diajukan kepada Majelis Hakim
yang memerika dan mengadili perkara.
Penyitaan pada prinsipnya dapat
diletakan baik itu terhadap benda
bergerak maupun tidak bergerak guna
menjamin pelaksanaan putusan.
85

JENIS SITA JAMINAN


Conservatoir Revindicatoi
Ps. 227 HIR
r Ps. 226 HIR

Sita yang
diletakan,
baik itu
terhadap
benda
bergerak
maupun
tidak
bergerak
yang dimiliki
atau berada
dalam
penguasaan
Tergugat.

Sita yang
diletakan
terhadap
benda
bergerak
milik
Penggugat
yang
berada
dalam
penguasaan
Tergugat.

Marital

Pandbesla
g

Sita yang
dimohonka
n oleh istri,
baik
terhadap
benda
bergerak
maupun
tidak
bergerak
yang
dimiliki
atau berada
dalam

Sita yang
diletakan, baik
itu terhadap
benda
bergerak
maupun tidak
milik Tergugat
guna
pemenuhan
suatu
kewajiban
tertentu, misal
dalam kasus
wanprestasi
sewa
menyewa 86
tanah atau

A. Jelaskan pengertian,tujuan dan


akibat penyitaan ?
B. Sebutkan Macam Penyitaan dan
tunjukan perbedaannya masing 2
C. Sebutkan syarat agar
permohonan penyitaan agar
dikabulkan ooleh hakim dan
sebutkan 3 Essensi dr Penyitaan

Pengajuan gugatan
1. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri
yang berwenang.
2. Diajukan secara tertulis atau lisan
3. Bayar perskot biaya perkara
4. Panitera mendaftarkan dalam buku register
perkara dan memberi nomor perkara
5. Gugatan akan disampaikan kepada ketua
pengadilan negeri.
6. Ketua pengadilan menetapkan majelis
hakim

Penetapan hari sidang dan


Pemanggilan para pihak
1. Majelis hakim menentukan hari sidang
2. Pemanggilan para pihak :
Tenggang waktu antara pemanggilan dengan
hari sidang tidak boleh kurang dari 3 hari
Tata cara melakukan pemaggilan :
a. Dilakukan oleh juru sita/juru sita pengganti
b. Pemangilan dengan surat panggilan dan
salinan surat gugatan
c. Bertemu langsung dengan orang yang
dipanggil di tempat tinggal/kediamanan

Persidangan pertama
1. Penggugat tidak hadir, tergugat hadir.

Pasal 124 HIR/148 RBg: majelis dapat


memanggil sekali pihak yang tidak hadir agar
hadir pada sidang berikutnya ( Ps.126 HIR/.
Akibatnya : gugatan dinyatakan gugur
2. Penggugat hadir, tergugat tidak hadir.
Berlaku Pasal 125 HIR/150 RBG
Akibatnya : verstek
3. Mediasi ( Ps 130 HIR/154 RBG jo Perma 1/2008 ttg
Mediasi

Perubahan surat gugatan dapat dilakukan dengan


syarat :
1. Tidak boleh mengubah kejadian materil yang
menjadi dasar gugatan.
2. Bersifat mengurangi atau tidak menambah tuntutan.
Kesempatan atau waktu melakukan perubahan gugatan
dapat dibagi menjadi 2 tahap :
1) Sebelum tergugat mengajukan jawaban dapat
dilakukan tanpa perlu izin tergugat.
2) Sesudah tergugat mengajukan jawaban harus
dengan izin tergugat jika tidak disetujui perubahan
tetap dapat dilakukan dengan ketentuan :
a. Tidak menyebabkan kepentingan kedua belah pihak
dirugikan terutama tergugat.
b. Tidak menyimpang dari kejadian materil sebagai
penyebab timbulnya perkara.
c. Tidak boleh menimbulkan keadaan baru dalam
positanya.

Pencabutan Gugatan
Pencabutan gugatan dapat
terjadi:
1. Sebelum pemeriksaan perkara
oleh hakim
2. Dilakukan dalam proses
pemeriksaan perkara dengan
syarat disetujui oleh pihak
tergugat.

Pasal 125 ayat 1 Memuat


syarat-syarat utk
menjatuhkan Put.Verstek :
1) T/Para T semuanya tdk datang pada
hari sidang yg ditentukan,
2) Ia/ Mereka tdk mengirimkan
Kuasanya yg sah utk datang,
3) Ia/ Mereka kesemuanya telah
dipanggil scr Patut,
4) Petitum tidak melawan hukum,

Ke 5 syarat tersebut adalah


bersifat komulatif & Berkaitan dgn
Isi dr Amar/diktum yg akan
dijatuhkan hakim yakni
1) Menyatakan Gugatan P ditolak,
2) Menyatakan Gugatan P tidak dapat
diterima ( Niet Onvankelijke Verklaard /
N.O ),
3) Mengabulkan Gugatan P.

KAPAN HAKIM DPT


MENJATUHKAN PUTUSAN
VERSTEK ?

1) Pada Sidang Pertama ( Ps 125 ayat


1 HIR, Ps 149 ayat 1 RBG ),
2) Pada Sidang Kedua ( Ps 126 HIR,
Ps.150 RBG).
3) Setelah Acara Sidang Pembuktian

APAKAH DIPERLUKAN
PEMBUKTIAN DLM HAKIM
MENJATUHKAN PUTUSAN
VERSTEK
1) Perlu Pembuktian
argumentasinya Ps

163
HIR/Ps 283 RBG : Brg siapa yg mengaku
mempunyai hak atau yg mendasarkan pd
suatu peristiwa utk menguatkan haknya
atau menyangkal hak org lain, hrs
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu
Ketentuan ini dihubungkan dgn ketentuan
Ps 125 ayat 1 /Ps 149 ayat 1 RBg maka
Gugatan hrs dibuktikan kebenarannya oleh
P dipersidangan meskipun T tdk Hadlir -

Tujuannya

utk mengetahui melawan hk atau tidak, beralasan


atau tidak gugatan P adalah dari hasil pembuktian dari Penggugat
dgn mengajukan alat-alat bukti menurut Hukum .
2)Tidak Perlu pembuktian, argumentasi dsrnya ad Lembaga
Verstek mrpk acara istimewa dlm pemeriksaanperkara perdata
krn mengesampingkan acara biasa /Contradictoir dan Azas Audi
at alteram partem, mk sifat istimewanya ini tetap perlu
diperhatikan dgn mengingat kepentingan P & T scr Seimbang &
Proporsional

JAWABAN TERGUGAT
DAPAT BRP :
1) PENGAKUAN UTK SELURUHNYA /
SEBAGIAN,
2) MEMBANTAH/MENYANGKAL :
a) EKSEPSI,
b) POKOK PERKARA ( VERWEER TEN
PRINCIPALE ),
c) REKONVENSI
3) REFERTE,

EKSEPSI menurut Doktrin


dibedakan menjadi 2 :

A. Eksepsi Prosessuil yg diajukan T/Kuasanya yg


hanya menyangkut dr segi acara macamnya ada 7
yaitu :
B. Eksepsi Materiil
Eks.Prosessuil
1. Eksepsi Deklinatoir / sifatnya mengelak mendsrk pd
ketentuan hk formal /acara : K.A &KR,
2. Eksepsi Litis dependensi : Perkara msh dlm proses .
3. Eksepsi Inkracht Van Gewijde zaak: Eksepsi Nebis in Idem
4. EKSEPSI PLURIUM LITIS CONSORTIUM : Kurang Lengkapnya
pr pihak / gugatan error in subjekto/objekto

6)Eksepsi Diskualifikatoir ,
P tdk mempunyai kualifikasi
utk mengajukan Gugatan
/Tdk mempunyai Ls
a).Eksepsi Koneksitas
b).Eksepsi Van Beraad
/perk blm waktunya
diajukan/prematur

Ekspesi Materiil ada 2


Macam
1)Eksepsi Dilatoir : Sifatnya menunda
agar perkara jangan diteruskan,blm
Jattemp,Penund.pembayaran/ada
proses accord

2)Eksepsi Paremptoir : utk


menggagalkan gugatan thd
pokok perkara : Verjaring,
Kwijtschelding (dihapuskan ).

REKONVENSI
Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan
tergugat sebagai gugat balasan (gugat
balik) terhadap gugatan yang diajukan
penggugat kepadanya [Pasal 132a ayat (1)
HIR].
Pada dasarnya gugatan rekonvensi harus
diajukan bersama-sama dengan jawaban
tergugat (Pasal 132b HIR jo 158 RBg).
Tujuan rekonvensi antara lain:
1. Menegakkan Asas Peradilan Sedehana
2. Menghemat biaya perkara
3. Mempercepat penyelesaian sengketa
4. mempermudah pemeriksaan
5. menghindari putusan yang saling
bertentangan
102

Komposisi para pihak dihubungkan dengan Gugatan


Rekonvensi
a. Komposisi Gugatan
Gugatan Penggugat disebut gugatan konvensi
(gugatan asal), sedangkan Gugatan tergugat disebut
gugatan rekonvensi (gugatan balik)
b. Komposisi para Pihak
Penggugat asal sebagai Penggugat Konvensi pada
saat yang bersamaan berkedudukan menjadi Tergugat
Rekonvensi. Sedangkan Tergugat Asal sebagai
Penggugat Rekonvensi pada saat yang bersamaan
berkedudukan sebagai Tergugat Konvensi.
Baik gugatan konvensi (gugat asal) maupun gugatan
rekonvensi (gugat balasan) pada umumnya diperiksa
bersama-sama dan diputus dalam satu putusan hakim.
Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yaitu
pertimbangan hukum dalam konvensi dan pertimbangan

Tahap Persidangan Perk Pdt


1) Gugatan
2) Jawaban Tergugat
{ Mengakui,Membantah,G.rekonvensi,Refer
te.
3) Replik Penggugat
4) Duplik Tergugat
5) Pembuktian P
6) Pembuktian T
7) Kesimpulan Akhir P
8) Kesimpulan Akhir T
9) PUTUSAN

Perdamaian

1.
2.
3.

Jika pihak penggugat dan tergugat hadir


Dasar hukum Pasal 130 HIR/154 RBg
Upaya yang pertama kali dilakukan oleh hakim
Dilakukan selama sebelum hakim menjatuhkan putusan
Dapat menyelesaikan perkara
Tujuannya :
Mencegahnya timbulnya perselisihan di kemudian hari di
antara para pihak.
Menghindari biaya mahal
Menghindari proses perkara dalam jangka waktu lama.
Perdamaian dituangkan dalam akta perdamaian (acte van
vergelijk) di mana mempunyai kekuatan yang sama dengan
putusan hakim.
Tidak dapat dibanding
kesepakatan para
pihak/menurut kehendak para pihak.

Rekonvensi
Dasar hukum Pasal 132a dan Pasal 132b HIR disisip dgn Stb 1927-300,
Pasal 157-158 RBg.

Pengertian : gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat


karena dianggap juga melakukan wanprestasi kepada tergugat.

Dapat berupa jawaban tergugat tapi dapt juga dilakukan dalam


dupliek.

Batas waktunya sebelum proses pembuktian.

Rekonvensi dapat diajukan baik yang ada koneksitas maupun tidak.


Jika ada koneksitas dapat diperiksa sekaligus/bersama-sama.
Jika tidak ada koneksitas dapat diperiksa satu-satu/dipisah.

Rekonvensi tidak dapat diajukan dalam hal :


1. Jika kedudukkan penggugat tidak dalam kualitas yang sama antara
gugatan konvensi dengan rekonvensi.
2. Rekonvensi tidak dalam kompentensi yang sama.
3. Rekonvensi tentang pelaksanaan putusan hakim

Intervensi

Dasar hukum Pasal 279-282 BRv


Pengertian :masuknya pihak ketiga dalam
suatu perkara perdata yang sedang
berlangsung bila dia juga mempunyai
kepentingan (interest).

Bentuknya :
1. Voeging (menyertai)
dengan cara
menggabungkan diri kepada salah satu pihak.
2. Tussenkomst (menengahi)
berdiri sendiri
(tidak memihak salah satu pihak.

1. Vrijwaring (penanggungan) :
- mirip tapi tidak sama dengan intervensi
karena insiatifnya tidak dari pihak ketiga yang
bersangkutan.
- ikutsertanya karena diminta sebagai
penjamin/pembebas oleh salah satu pihak
yang berperkara.
4. Exceptio Plurium Litis Consortium:
- masuknya pihak ketiga karena ditarik
oleh salah satu pihak yang berperkara.
- dilakukan karena pihak tersebut tidak
lengkap.
- contoh dalam perkara warisan.

BENTUK-BENTUK PENGIKUTSERTAAN
PIHAK KETIGA
Vrijwaring
Ps. 70-76 RV
-

Seseorang/suatu
badan hukum
ditarik masuk ke
dalam perkara
oleh salah satu
pihak, ia ditarik
sebagai penjamin
bagi pihak itu.

Bersifat pasif.

Voeging
Ps. 297 282
RV
-

Seseorang/suatu
badan hukum
masuk kedalam
suatu perkara
atas inisiatifnya
sendiri dan
bergabung
dengan salah
satu pihak guna
membela
kepentingan
pihak tersebut.
Bersifat aktif.

Tussenkomst
Ps. 297 282
RV
-

seseorang masuk
kedalam suatu
perkara untuk
membela
kepentingan
dirinya sendiri,
tanpa bergabung
dengan salah satu
pihak yang
berperkara.

Bersifat aktif
109

AND THE SHOW


MUST GO ON ...
...

TERIMA
KASIH ...
...

14/04/15

110

Anda mungkin juga menyukai