SEMINAR
SEMINAR
Pembahasan
Metode Therapeutic Community pada mulanya digunakan dalam proses
pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza. Akan tetapi
mengingat karakteristik kesulitan untuk terbebas dari pengaruh nafza, memiliki
kemiripan dengan kesulitan yang dihadapi anak pidana untuk keluar dari situasi
lapas. Maka metode ini cukup efektif digunakan untuk penanganan anak pidana.
Atas dasar pemahaman realitas sosial tersebut metode Therapeutic Community,
merupakan salah satu solusi alternatif yang dipandang tepat dalam memberikan
layanan dan merehabilitasi keadaan tersebut. Karena secara konseptual
Therapeutic Community mengandung makna merubah dan mengembalikan fungsi
perilaku, psikologis dan emosi, intelektual dan spiritual, serta peningkatan
keterampilan hidup dan vokasional anak dan remaja yang normatif melalui
penciptaan kelompok (komunitas) dengan norma keluarga (Hufad, 2006).
Model Pembelajaran Therapeutic Community bagi anak pidana merupakan
pilihan yang dapat memberikan alternatif pemecahan masalah. Sebab model ini
tidak hanya menyentuh anak pidana sendiri, akan tetapi berupaya pula
memberdayakan keluarga dan komunitasnya. Oleh karena itu, tujuan studi ini
adalah membantu anak pidana agar dapat hidup normal dalam arti tidak lagi
berbuat negatif atau tindakan yang beresiko setelah terlepas dari lembaga
permasyarakatan. Tentu saja untuk melihat seberapa besar dampak dari model
pembelajaran Therapuetic Community terhadap pengentasan anak pidana, akan
diungkapan
bagaimana
proses
dari
pendekatan
pembelajar
Therapetic
Community.
Rehabilitasi dan pelayanan melalui metode Therapeutic Community,
dilakukan melalui beberapa tahap yang berproses, sehingga anak pidana dapat
mengikuti pembejalaran dengan penuh makna, dengan demikian peserta (anak
pidana) dapat kembali hidup normal. Tahapan yang dilakukan dalam Therapeutic
Community ini mecakup 5 (lima) tahapan. Secara garis besar proses dan siklus
kegiatan itu meliputi daur sebagai berikut :
sosialnya namun proses pelayanan belum sampai pada tahap terminasi. Beberapa
konsep umum yang menjelaskan posisi pasti dan residen dalam melaksanakan
program, antara lain; permulaan recovery atau pemulihan, reintegrasi, separasi dan
individualisasi, asimilasi dan adaptasi, penanganan residen, lokasi, networking.
Adapun beberapa isu kritis pada tahap re-entry antara lain; separasi, sugesti,
kebutuhan akan jaringan sosial yang baru, penyesuaian kepada berbagai kegiatan
serta sumber kepuasan yang bebas dari pengaruh untuk kembali ke jalanan,
belajar menghadapi tekanan stress dan frustasi, keinginan untuk menjalin
hubungan personal. Fase-fase dalam re-entry, meliputi; orientasi re-entry ( 2
minggu), fase re-entry A (1,5 -2 bulan), fase re-entry B ( 2 bulan), fase re-entry C
( 2 bulan). Aftercare (pembinaan lanjutan) suatu tahap dimana alumni
memasuki masyarakat luas, keluarga, lingkungan tetangga, dan lingkungan
pendidikan. Dalam fase ini aktifitas alumni dipantau perkembangannya, melalui
kemitraan dengan keluarga, instansi terkait dan mitra kerja lainnya.
Melalui model pembelajaran ini diharapkan residen atau anak pidana dapat
mengurangi
dan
mencegah
timbulnya
perluasan
permasalahan
sosial,
memiliki
kemampuan
dan
kreativitas
dalam
mengembangkan
kepribadiannya.
Tobing dan Dewi, (2014) menyatakan melalui penerapan model
pembelajaran Therapeutic Community bagi anak pidana akan mendapatkan
pengaruh atau hasil pada anak pidana yaitu,
kehidupan
keluarga,
sehingga
anak
pidana
akan
selalu
mempertimbangkan secara hati-hati langkah yang akan anak pidana ambil agar
tidak merugikan siapapun.
Perubahan positif juga dialami beberapa anak pidana lain dengan menjadi
individu yang lebih mandiri, mampu memperbaiki sikap buruk, dan merasa
mendapatkan pelajaran tentang sikap selama menjalani pembinaan atau
pembelajaran dengan metode Therapeutic Community di dalam lapas. Beberapa
anak pidana juga menjadi lebih rajin beribadah untuk menenangkan diri ketika
ada masalah yang anak pidana hadapi. Anak pidana lain berubah dengan menjadi
8
Penutup
Anak pidana adalah anak yang tidak ada bedanya dengan anak biasa.
Mereka juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai
dengan hak mereka sebagai anak Indonesia. Karena tindakan mereka yang
beresikolah yang membuat mereka mendekam di lapas anak. Untuk itu perlu di
berikan pendidikan khusus di luar sekolah pada mereka sesuai hak mereka untuk
hidup yang lebih baik ketika terlepas dari lapas. Yaitu dengan pembelajaran yang
menggunakan metode pembelajaran alternatif ialah Therapeutic Community.
Therapeutic Community mengandung makna merubah dan mengembalikan fungsi
perilaku, psikologis dan emosi, intelektual dan spiritual, serta peningkatan
keterampilan hidup dan vokasional anak dan remaja yang normatif melalui
penciptaan kelompok (komunitas) dengan norma keluarga.
Daftar Rujukan
Aprilianda, Nurini. 2014. Pengkajian Hukum Tentang Model Pembinaan Anak
Bernasis Pendidikan Layak Anak dalam Sistem Pemasyarakatan. Laporan
Akhir. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI.
Hasinta, F. (14 Agustus 2010). Data profil kriminalitas remaja-Biro pusat statistik.
Dipetik
11
Maret
2015,
dari
Kompasiana.com:
http://edukasi.kompasiana.com/
2010/08/14/kebermaknaan-hidup_225475.html.
Hufad, Achmad. 2006. Model Pembelajaran Therapeutic Community Bagi Anak
Jalanan (Kasus di Panti Sosial Karya Marga Sejahtera Ciganjeng
Kabupaten Ciamis). Mimbar Pendidikan. 25(1): 1-10.
Irwansyah, R. (26 Mei 2010). Anak-Citizen journalism. Dipetik 11 Maret 2015,
dari Waspada online- Pusat berita dan informasi sumut aceh:
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=117801:penghuni-lapas-anakseparuh-usia-produktif&catid=14:medan&Itemid=27.
Tobing, David Hizkia dan Dewi, Sagung Suari. 2014. Kebermaknaan Hidup pada
Anak Pidana di Bali. Jurnal Psikologi Udayana. 1(2): 1-13.
10