Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat
terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh
John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan
pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.
Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan
arus listrik.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi) di dalam zat lain
(fase pendispersi atau medium). Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputu-putus) sedangkan
medium disperse bersifat kontinu. 3 jenis sistem disperse yaitu ;
1. Larutan
Larutan adalah keadaan dimana zat terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen
dalam zat pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat disaring. Diameter partikel zat terlarut
lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam
1. Suspensi
Suspensi adalah keadaan dimana zat terlarut terdipersi secara heterogendalam zat pelarut,
sehingga partikel-partikel zat terlarut cenderung mengendap dan dapat dibedakan dari zat
pelarutnya.. Suspensi bersifat diskontinu, dapat disaring dan merupakan sistem 2 fase.
Diameter partikel zat terlarut lebih besar dari 10-5 cm. Contoh: air kopi, air kapur
1. Koloid
Koloid adalah suatu campuran yang keadaannya berada diantara larutan dan suspensi/larutan
kasar. Koloid terlihat sebagai campuran homogen, namun digolongkan sebagai campuran
heterogen secara mikrokopis. Koloid umumnya bersifat tidak stabil dan tidak dapat disaring.
Diameter zat terlarut antar 10-7-10-5 cm.
Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi.
Larutan
Molekuler)
Contoh : susu
1. Secara makroskopis
bersifat homogen
tetapi heterogen jika
diamati dengan
mikroskop ultra
(campuran antara
homogen dan
heterogen)
1. Heterogen
(Campuran)
2. Diameter partikel
antara 10-7 sampai
10-5 cm.
4. Tidak stabil
3. Dua fase
4. pada umumnya
2. Diameter partikel
lebih besar dari 10-5
cm
3. Dua fase
ketika didiamkan
6. Jernih
7. Bersifat transparan
dan meneruskan
cahaya
stabil
5. tidak dapat disaring
kecuali dengan
penyaring ultra dan
tak memisah ketika
didiamkan
6. Tidak jernih
7. Dapat
menghamburkan
cahaya
6. Tidak jernih
Tanah terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid sehingga ilmu tanah, pertanian dan
sebagainya harus mencakup penerapan kimia koloid pada tanah
Pengetahuan tentang koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik,plastik, tekstil,
kertas, lem, tinta, semen, karet, kulit, penyedap, mentega, keju, susu dan makanan lain,
pelumas, sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, gel, selai dan lain-lain.
JENIS-JENIS KOLOID
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase terdispersi.
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat
yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan
knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair :
hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh
propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
1. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh sol : putih
telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam
zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
1. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari
zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat
cair tidak saling melarutkan. Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam
air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh
emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly,
mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan
kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
1. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem koloid dari
gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses
pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped
cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan
distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih
dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
1. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku disebut
gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya
sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua gas
bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. EFEK TYNDALL
Salah satu mengenali koloid yaitu menjatuhkan seberkas cahaya kepada obyek. Larutan bersifat
meneruskan cahaya sedangkan koloid bersifat menghamburkan cahaya. Berkas cahaya yang
melalui koloid dapat diamati dari arah samping walaupun partikel koloidnya tidak tampak. Jika
partikel terdispersinya kelihatan maka sistem disebut suspensi. Maka, egek Tyndall adalah
peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Contoh peristiwa efek Tyndall :
sorot lampu pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor di ruangan yang berasap dan
berkas sinar matahari melalui celah daun pohon pada pagi yang berkabut.
2. GERAK BROWN
Gerak zig-zag partikel koloid secara terus-menerus disebut Gerak Brown. Gerak Brown
menunjukkan kebenaran teori kinteik molekul yang menyatakan bahwa molekul-molekul dalam
zat cair selalu bergerak cepat. Gerak Brown terjadi akibat tumbukan yang tidak seimbang dari
molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu, semakin cepat Gerak
Brown berlangsung karenan energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan
tumbukan yang lebih kuat.Gerak inilah yang menyebabkan atikel-partikel koloid tidak
mengendap karena dapat mengatasi gaya gravitasi.
3. ADSORPSI
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik dan mempunyai muatan. Pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.Bila partikel koloid menyerap ion pada
permukaannya, maka partikel koloid akan bermuatan listrik.
Partikel koloid bermuatan positif bila mengadsorpsi kation, misalnya Al(OH) 3, Fe(OH)3, protein
dalam asam dan lain-lain. Senaliknya partikel koloid akan bermuatan negatif bila mengadsorpsi
anion, misalnya As2S3, belerang, sol logam, kanji dan lain-lain.
Jika sepasang elektrode yang dialiri arus listrik dicelupkan ke dalam dispersi koloid, maka
partikel koloid bermuatan positif akan bergerak menuju katode dan partikel kolid bermuatan
negatif akan bergerak menuju anode.
Kegunaan Elektroforesis :
Untuk mengurangi zat-zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik.
4. ADSORPSI
Partikel koloid mempunyai kemampuan untuk menyerap molekul atau ion pada permukaannya
sehingga memiliki muatan listrik disebut adsorpsi. Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion
positif hingga bermuatan positif, sedangakn sol As2S3 dalam air mengadsorpsi ion negatif
sehingga bermuatan negatif.
Sifat adsorpsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses, di antaranya :
Penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit), didalam usus membentuk sistem
koloid yang dapat menadsorpsi gas atau zat racun.
Pemutihan gula tebu. Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan
melalui tanah diatomae dan arang tulang sehingga zat warna dalam gula akan diadsorpsi
dan gula menjadi putih bersih.
5. KOAGULASI
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel-partikel koloid karena adanya suatu elektrolit
dengan muatan yang berlawanan. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan
berkurang dan menyebabkan penggumpalan/koagulasi. Peulucutan muatan koloid terjadi pada
sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik
dialirkan cukup lkama ke dalam sel elektroforesis maka partikel akan digumpalkan ketika
mencapai elektrode. Maskin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya denga partikel
kolod sehingga makin cepat terjadinya koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi adalah sebagai berikut :
1. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan
asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
2. Partikel tanah liat yang dikandung air sungai akan mengendap tatkala berjumpa dengan air
laut yang mengandung banyak elektrolit sehingga terjadilah delta di muara sungai.
3. Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe3+ segera menetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang menutupi luka.
4. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari
tawas (aluminium sulfat)
5. Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
6. KOLOID PELINDUNG
Pada beberapa proses suatu koloid harus digumpalkan, di lain pihak ada koloid yang perlu dijaga
agar tidak menggumpal. Sistem koloid dapat distabilkan dengan penambahan suatu koloid lain
yang disebut koloid pelindung (koloid protektif), Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel terdispersi sehingga tidak dapat lagi berkelompok dan menggumpalkan. Contoh :
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
atau gula
Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung
Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung
7. DIALISIS
Pada permukaan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan
koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis.
Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantung koloid, lalu kantung koloid
itu dimasukkan ke dalam bejana berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput
semipermeable, yang dapat melewatkan pertikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul
sederhana, tetapi menahan partikel besar seperti koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari
kantong dan hanyut bersama air. Contoh : proses cuci darah.
8. KOLOID LIOFOB DAN KOLOID LIOFIL
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu
koloid disebut koloid liofil jika terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar anatar zat
terdispersi dengan mediumnya. Partikel-partikel koloid dapat mengadsorpsi cairan sehingga
terbentuk selubung cairan disekeliling partikel koloid. Jika cairannya berupa air maka istilahnya
adalah hidrofil. Koloid hidrofil mempunyai gugu ionik atau gugus polar di permukaannya
sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat
mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung. Hal tersebut disebut
solvatasi/hidratasi sehingga kolid terhindar dari agregasi (pegelompokkan). Sol hidrofil tidak
akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat padat yang dipisahkan dari sol
hidrofil dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil, atau
dengan kata lain bersifat reversible. Contoh sol hidrofil : kanji, protein dan agar-agar.
Koloid hidrofob adalah sistem koloid yang gaya tarik-menarik antar zat terdispersi dengan
mediumnya sangat lemah atau tidak ada. Partikel-partikel koloid tidak mengadsropsi caoran.
Jikan cairannya berupa air maka disebut hidrofob. Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam
medium polar seperti air tanpa kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi
membungkus partikel koloid sehingga tidak terjadi koagulasi. Sol hidrofob dapat mengalami
koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi dipisahkan, tidak akan
membentuk sol kembali dengan air. Contoh sol hidrofob : sol sulfida dan sol-sol logam.
Perbedaan sol hidrofil dan sol hidrofob
Sol Hidrofil
Sol hidrofob
1. Mengadsorpsi mediumnya
5. Bersifat reversibel
6. Efek Tyndall lebih jelas
6. Efek Tyndall lemah
PEMBUATAN KOLOID
Oleh karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel suspensi dan partikel larutan, maka
terdapat 2 cara pembuatan sistem koloid.
1. Cara Dispersi
Pada dasarnya, diperoleh partikel koloid dengan menghaluskan partikel-partikel kasar.
Cara mekanik
Penggerusan.penggilingan untuk zat padat
Pengadukan/pengocokan untuk zat cair
Cara kimia (peptisasi)
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pememptisasi (pemecah). Zat pememptisasi memecahkan butir-butir kasar
menjadi butir-butir koloid atau dengan penambahan elektrolit yang mengandung ion sejenis.
Elektrodispersi(metode busur Bredig)
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. 2 kawat logam yang berfungsi
sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian di antara kedua kawat diberi loncatan
listrik. Sebagian logam akan mendebu ke dalam air dan terbentuklah sistem koloid.. Contoh :
pembuatan sol Au. Ag, Pt dan Cu.
2. Cara Kondensasi
Partikel-partikel halus (ion, atom atau molkeul) digumpalkan menjadi partikel berukuran koloid.
Cara fisika
Pendinginan
Penggantian pelarut
Pengembunan
Cara kimia
Reaksi pengendapan
Metode ini umumnya digunakan untuk membuat sol-sol logam yang kelarutannya rendah.
Contoh : AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
Dekomposisi rangkap
Contoh : Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara latutan H2AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) As2S3(koloid) + 6H2O(l)
Reaksi Redoks
Sol logam seperti emas dalam air dapat diperoleh dengan mereduksi larutan garamnya,
menggunakan reduktor non-elektrolit seperti formaldehida, glukosa dan lain-lain.
2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O 2Au + 6HCl + 3HCOOH
Reaksi Hidrolisis
Sol-sol hidroksida logam seperti Fe(OH)3,All(OH)3 dan Sn(OH)2 diperoleh dengan
menambahkan garam kloridanya ke dalam air mendidih dan garam itu mengalami hidrolisis
menjadi hidroksida yang berukuran koloid.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3HCl
Penggantian pelarut
3. Koloid Asosiasi
Koloid asosiasi adalah sistem koloid yang terbentuk ketika partikel atau molekul terdispersi
mengadakan asosiasi dengan medium pendispersinya.
Koloid
Kata Kunci: koloid, Sistem Dispersi
Ditulis oleh Ratna dkk pada 19-04-2009
Pada bab sebelumnya, kita sudah belajar tentang larutan, campuran yang homogen antara dua
macam zat atau lebih. Pada bab ini, kita akan mempelajari koloid. Sistem koloid sebenarnya
terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat
penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan
ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid.
Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep
yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem
koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga
koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid
sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Sistem Dispersi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan dalam Tabel 6.1
Pengelompokan Koloid
Kata Kunci: Macam-macam Koloid, Pengelompokan Koloid
Ditulis oleh Ratna dkk pada 19-04-2009
Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendisfersinya, sistem koloid dapat digolongkan
sebagaimana seperti dalam berikut.
Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam
gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.
Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga
terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan
panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku.
Jika dipanaskan akan mencair lagi.
Koloid
Posted on 17 September 2010 by S. Hamdani
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran
dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja
saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air
panas. Ini merupakan salah satu contoh koloid .
Pengertian koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata
di dalam zat lain. Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem
pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian
campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri
adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter,
panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah
tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih
terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Ciri-ciri koloid
2 fase
Keruh
Keadaan suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm.
Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat
terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar.
Jenis-jenis koloid
Koloid merupakan suatu sistem campuran yang seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah
waktu tertentu atau di sebut juga metastabil..
Secara umum koloid ada terbagi menjadi dua :
1. Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
2. Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Sedangkan erdasarkan fase terdispersinya, koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas,
campurannya tergolong larutan.
Kestabilan koloid
Terdapat beberapa gaya yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
Gaya tarik menarik atau biasa dikenal dengan gaya London Van der Waals.
Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid berkumpul dan akhirnya mengendap.
Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya
tolak menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat
meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya
muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium
pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada
kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi
minyak dan air.
Scribd
Upload
Search
Explore
Documents
Books - Fiction
Books - Non-fiction
Brochures/Catalogs
Government Docs
How-To Guides/Manuals
Magazines/Newspapers
Recipes/Menus
School Work
+ all categories
Featured
Recent
People
Authors
Students
Researchers
Publishers
Businesses
Musicians
Teachers
+ all categories
Most Followed
Popular
My Documents
My Collections
My Shelf
Messages
Notifications
Account
Help
Log Out
Sistem
koloid
adalah suatu
bentukcamp
uran yang
keadaannya
terletak
antaralaruta
n dan
suspensi
(campuran
kasar).
Secara
makroskopis
koloid
tampakhom
ogen, akan
tetapi bila
dilihat
secaramikro
skopis koloid
bersifat
heterogen.
Campuran
koloid pada
umumnya
bersifatstabil
dan tidak
dapat
disaring.
Ukuran
partikel
koloid
terletak
antara 1100nm.
Larutan(dispersi
molekuler)Koloid(disp
ersi
koloid)Suspensi(dispe
rsi kasar)
Contoh : larutan
guladalam
airContoh :
Campuran
susudengan
airContoh :
campurantepung
terigu dengan air1.
Bersifat
homogen,tak dapat
dibedakanwalaupun
menggunakanmikros
kop ultra1.Secara
makroskopisbersifat
homogentetapi
bersifatheterogen
apabiladiamati
denganmikroskop
ultraBersifat
heterogen2. Semua
partikelberdimensi
( panjang,lebar,
tebal) < 1 nm2.
Partikel
berdimensiantara 1
nm - 100 nm2. Salah
satu atau
semuadimensi
partikelnya >100
nm3 .
S a t u
f a s e 3 .
D u a
f a s e 3 .
2
f a s e 4.
Stabil4. Pada
umumnya
stabil4. Tidak
s t a b i l 5. Tidak
dapat disaring5.
Tidak dapat
disaringkecuali
dengan5. Dapat
disaring
Contoh
larutan:larut
an gula,
larutan
garam,
spiritus,alko
hol 70%,
larutan
cuka, air
laut,
udarayang
bersih, dan
bensin.
Contoh
koloid
:sabun,
susu,
santan, jeli,
selai,
mentega,da
n
mayonaise.
Contoh
suspensi :air
sungai yang
keruh,
campuran
air
denganpasir,
campuran
air dengan
kopi
dancampura
n minyak
dengan air.
been_t4ng
sabunnnnnn
Friday, March 04, 2011 10:19 AM
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan
sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses
yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium
yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat
dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sabun
M. HENDRA S. GINTING, ST
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid ,
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya dengan zat terlarut . Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena
adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam
keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta
dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat
dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga
kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut
non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti triester dari gliserol . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan
ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol .
Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon
yang panjang dan tidak bercabang.
1. Penamaan lemak dan Minyak
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu
dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in ,
misalnya :
- tristearat dari gliserol diberi nama tristearin
- tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin
selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai
untuk penamaan suatu ester, misalnya:
- triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat
- tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada
rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat
cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya
berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang
mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan
lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak
ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung
berbentuk minyak.
2002 digitized by USU digital library 2
3.2 Berdasarkan sifat mengering
Tabel 3. pengklasifiksian lemak dan minyak berdasarkan sifat mengering.
Sifat Keterangan
Minyak tidak mengering
(non-drying oil) - tipe minyak zaitun, contoh: minak zaitun,minyak buah
persik,minyak kacang
- tipe minyak rape,contoh: minyak biji rape,minyak mustard
- tipe minyak hewani contoh; minyak sapi
angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar
.minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan
yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar ,mka
angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai
banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau
minyak.
Angka penyabunan=
2. penentuan angka ester
angka ester menunjukkan jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester.
Angka ester dihitung dengan selisih angka penyabuanan dengan angka asam.
Angka ester = angka penyabunan angka asam.
3. penentuan angka iodine
Angka
dalam
dalam
dalam
tertentu. asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah
yang berantai karbon 4-6.
Angka Reichert-Meissel = 1,1 x (ts tb)
Dimana ts = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi sampel
tb = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko
4.1.2 Penentuan Kualitas Lemak
Faktor penentu kualitas lemak atau minyak,antara lain:
1. penentu angka asam
angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam
suatu lemak atau minyak . angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu
gram lemak atau minyak.
Angka asam =
2. Penentuan angka peroksida
Kadar air =
2002 digitized by USU digital library 5
5. Kegunaan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain:
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesipek
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena
lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter
gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan
4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.
4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian
besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.
5. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti.
6. Memberikan tektur yang lembut dan lunakl dalam pembuatan es krim.
7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega
9. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak
esensial.
6. Sifat-sifat Lemak dan Minyak
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai
karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak/lemak
9. shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak / lemak
10. slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini
terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
CH2 O C R1 R1COOH CH2O
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan
dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH
CHO2C(CH2)16CH3 + 3 NaOH CH2OH+
3CH3(CH2)16CO2 - Na+
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH
Triestearin basa gliserol sodium stearat
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam
lemak pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan.
2002 digitized by USU digital library 7
5. Pembentukan keton
6. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
lemak atau minyak . terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada lemak atau minyak.
7. Perbedaan Antaa Lemak dan Minyak
Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu:
Pada temoperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair
Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada tumbuhan
berupa miyak (minyak nabati)
Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak
jenuh sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harold Hart, Organic Chemistry, a Short Course, Sixth Edition,
1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen
sebagai berikut.
a. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri
yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen),
satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini
dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Ketiganya dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai
keanekaragaman hayati. http://bebas.vlsm.org 19nov 10.15
ACARA III
KARBOHIDRAT
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia karbohidrat, mengtahui
jenis-jenis karbohidrat, reaksi-reaksi identifikasi dan sifat-sifat karbohidrat dan membuktikan
kandungan karbohidrat pada suatu zat berdasarkan reaksi-reaksi tertentu.
Tinjauan Pustaka
Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi yang utama. Protein dan lemak berperan juga
sebagai sumber energi bagi tubuh kita, tetapi karena sebagian besar makanan terdiri atas
karbohidrat, maka karbohidratlah yang terutama merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
Amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa
senyawa karbohidrat yang penting dalam kehidupan manusia. Molekul karbohidrat terdiri atas
atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan
perbandingan 2:1 seperti pada molekul air. Dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam
karbohidrat. Karena hal ini maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal dari kata karbon dan
hidrat atau air. Walaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul
air, kata karbohidrat tetap digunakan. Senyawa karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus
empirisnya saja, tetapi yang penting ialah rumus strukturnya. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu gugus OH, gugus
aldehida atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan dengan sifat kimia
yang ditentukan dengan sifat fisika, dalam hal ini juga aktivitas optik. (McGilvery&Goldstein,
1996)
Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam air, maka larutannya akan memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. Namun bila larutan itu dibiarkan beberapa waktu dan diamati
putarannya, terlihat bahwa sudut putaran berubah menjadi semakin kecil, hingga lama-kelamaan
menjadi tetap. Peristiwa ini disebut mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi atau perputaran.
(McGilvery & Goldstein, 1996)
Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahli kimia Inggris yang pada tahun 1937
memperoleh hadiah nobel untuk ilmu kimia, berpendapat bahwa pada molekul glukosa kelima
atom karbon yang pertama dengan atom oksigen dapat membentuk cincin segi enam. Oleh
karena itu, ia mengusulkan penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan
atau piran. (McGilvery & Goldstein, 1996)
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda
ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga
senyawa yang memiliki berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa tersebut dibagi
dalam tiga golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak
menjado karbohidrat lain. Monosakarida yang oaling sederhana adalah gliseraldehida dan
dihidroksiaseton. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa
dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu
ketotetrosa. Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa
adalah ribosa dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa.
Pentosa dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
1. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan
madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang
tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita
makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam sesudah itu, jumlah glukosa darah
akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus, jumlah
glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah (McGilvery&Goldstein, 1996). D-glukosa
memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon
dengan fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat
yang larut (Harper et al, 1979).
2. Fruktosa
Madu lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu
ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut
juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau
sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan
resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam HCl. Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa
diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk
senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa.
Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan seharihari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau bit (McGilvery&Goldstein, 1996). D-fruktosa
mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi), membentuk
osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan
berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl (Harper et al, 1979).
3. Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam
bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis
daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya
terpolarisasi ke kanan (McGilvery&Goldstein, 1996). D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi
reagen Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua
monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol memberi warna
merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).
Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa menghasilkan
asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan
oleh oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat ini dapat dijadikan cara identifikasi galaktosa,
karena kristal asam musat mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
4. Pentosa
Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-deoksiribosa.
Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam.
Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan xilosa diperoleh dari
proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Xilosa terdapat pada urine seseorang yang
disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat. Kondisi seseorang sedemikian itu
disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan komponen dari asam nukleat dan dapat
diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu
atom oksigen dibanding dengan ribosa. (McGilvery&Goldstein, 1996
Contoh-contoh pentosa
Oligosakarida
Senyawa yang termasukoligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul
monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk
satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga
molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida.
Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida. (McGilvery&Goldstein,
1996)
1. Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu meupun dari bit.
Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan
dalamwortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom
karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen.
Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus OH glikosidik atau
atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. .
Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+
dan juga tidak membentuk osazon. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari
reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Glukosa
memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa
memiliki rotasi spesifik lebih besar dari glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai
hasil hidrolisis itu memutar ke kiri. Proses ini disebut inverse. hasil hidrolisis sukrosa yaitu
campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula
invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula. Apabila kita
makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa akan diubaha menjadi
glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase. (McGilvery&Goldstein, 1996)
2. Laktosa
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu
laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1
pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa
mempunyai sifat mereduksi gugus OH glikosidik. Dengan demikian laktosa memiliki sifat
mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa . Dalam susu terdapat laktosa yang
seringmengkristal dalam bentuk disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam masa
laktasi atau masa menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi
yang sangat rendah. Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang kurang manis.
Apabila laktosa dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
3. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan yang terjadi
ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih
mempunyai gugus OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi.
Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan
enzim. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam tubuh kita
amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini kemudian
diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi
kurang manis daripada sukrosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida
4. Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul monosakarida yang
berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan
atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom
karbon 2 pada fruktosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa.
Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis
dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan
fruktosa. Hasil yang sama seperti ini juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan
enzin sukrase. Di samping itu, hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil
galaktosa dan sukrosa. Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini
digunakan dua jenis enzim, yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan menguraikan melibiosa
menjadi galaktosa dan glukosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pada kenyataanya, rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam
molekul rafinosa tidak terdapat gugus OH glikosidik. Rafinosa terdapat dalam bit dan tepung
biji kapas mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak digunakan manusia sebagai sumber
karbohidrat. (McGilvery&Goldstein, 1996)
5. Stakiosa
Stakiosa adalah suatu tetrasakarida. Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa menghasilkan 2
molekul galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa. Pada hidrolisis parsial dapat
dihasilkan fruktosa dan manotriosa suatu trisakarida. Stakiosa tidak memiliki sifat mereduksi.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan
oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida
yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang
menagdung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta.
Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida
yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
1. Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau
dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa,
yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit Dglukosa yang terikat 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantaidengan ikatan terbuka.
Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000
unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air
dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi
larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang
membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah
lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam
cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang
terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam
bentuk maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
2. Glikogen
Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh kita
glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari
glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen
sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam
darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembalu, sehingga kadar glukosa
darah normal kembali. Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Dari alam glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput
laut. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol. Endapan
yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Glikogen dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan dan mempunyai rotasi ]D20=196o. Dengan iodium, glikogen
menghasilkan warna merah.spesifik [ Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin
yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang. (McGilvery&Goldstein, 1996)
3. Dekstrin
Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang
dikenal dengan nama dekstrin. jadi dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum
terbentuk maltosa. tahap-tahap dalam proses hidrolisis amilum serta warna yang terjadi pada
reaksi dengan iodium adalah sebagai berikut :
. Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel. Serat kapas boleh
dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena
kita tidak mempunyai enzin yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat
terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan
D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang
berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Mukopolisakarida
Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu polisakarida yang terdiri atas dua jenis
derivate monosakarida. Derivat monosakarida yang membentuk mukopolisakarida tersebut ialah
gula amino dan asam uronat. Debagai contoh asam hialuronat yang merupakan komponen
jaringan ikat yang terdapat pada otot, terbentuk dari kumpulan unit N-asetilglukosamina yang
berikatan dengan asam glukuronat. Heparin, suatu senyawa yang berfungsi sebagai antikoagulan
darah, adalah suatu mukopolisakarida. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Beberapa sifat kimia
berbeda dengan sifat fisika yang telah diuraikan, yaitu aktivitas optik, sifat kimia karbohidrat
berhubungan erat dengan gugus fingsi yang terdapat pada molekulnya, yaitu gugus OH
aldehida dan gugus keton. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Sifat mereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasan
basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun
analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu
2+ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh diberikan
sebagai berikut:
Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat
direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas 2 laruten, yaitu larutan Fehling A dan B.
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan
garam K Natartat dan NaOH dalam air. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+
yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan
yang terjadi berwarna hijau kekuningan. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pereaksi Benedict
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium
sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat peraksi
benedict bersifat basa lemah. Endapat yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi
Benedict lebih banyak digunakan pada pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi
Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua
senyaea ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Di
samping itu pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi
Benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi
Fehling terdiri atas dua macam larutan. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih
cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh
disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi mopnosakarida dan disakarida dalam larutan
tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan
jalan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan
pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru adanya monosakarida. Disakarida
dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed
dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfoed digunakan pada suasana
asam. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi menjadi gugus
karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi
menjadi asam galaktonat, sedangkan glukosa akan menjadi asam glukonat.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Pembentukan furfural
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi
apabila dipanaskan dengan kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau
derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air
dari seatu senyawa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif semua terdrhidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi
heksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural dan derivatnya dapat
membentuk senyawa yang berwarna apabila naftol atau timol, reaksi ini dapat
digunakandireaksikan dengan sebagai reaksi pengenal karbohidrat. (McGilvery&Goldstein,
1996)
naftol dalam alkohol. ApabilaPereaksi Molisch terdiri atas larutan pereaksi ini ditambahkan
pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan
terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu
naftol.karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan Walaupun reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis
kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
(McGilvery&Goldstein, 1996). Tes ini berguna untuk mengetahui pengaruh asam terhadap
sakarida. Satu cincin merah-ungu menunjukkan adanya karbohidrat (Harper et al, 1979).
Pembentukan Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon
bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal
dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena dapat
digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk
membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat
dalam urine wanita dalam masa menyusui. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Pada reaksi antara flukosa dengan fenilhirazina, mula-mula terbentuk D-glukosafenilhidrazon,
kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan amanosa
dengan fenilhidrazon menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida
tersebut tampak bahwa posisi gugus OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4, dan 5 sama.
Dengan demikian osazon yang terbentuk memiliki struktur yang sama. (McGilvery&Goldstein,
1996).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah rak tabung reaksi, tabung reaksi,
lampu spiritus, penjepit tabung, gelas ukur, pipet tetes, corong, korek api, penangas air, cawan
porselen.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan benedict, glukosa
0,01 M; 0,02 M; 0,04 M, fruktosa 0,02 M; laktosa 0,02 M; sukrosa 0,02 M; pati/ amilum 0,7%;
larutan Luff, larutan Barfoed, naftol, H2SO4, HCl pekat, larutan resorsinol, pentosa A dan B,
pereaksi Bial, larutan Antron, Na2CO3, arabinosa 0,1 M; asam asetat anhidrida, fenilhidrazina,
Na-asetat padat, timol biru, larutan yod, glikogen, dextrin, larutan amilum, larutan lugols iodine,
saliva, furfural 0,01 M.
Pembahasan
1. Daya mereduksi
a. Uji Benedict
Glukosa memiliki sifat dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang ada pada larutan
Benedict sehingga menjadi Cu2O yang berbentuk endapan. Semakin menigkatnya konsentrasi
glukosa pada uji Benedict ini, endapan yang terjadi makin banyak. Hal ini menandakan bahwa
makin reduktif gula tersebut mereduksi larutan Benedict.
b. Uji Luff
Uji Luff digunakan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap endapan. Pada tabung 1
yang diisi oleh fruktosa 0,02 M terbentuk endapan merah bata dan jumlahnya relatif banyak.
Tabung 2 yang diisi oleh glukosa 0,02 M membentuk endapan merah bata yang jumlahnya
sedikit. Hal ini disebabkan fruktosa memiliik gugus reduksi pada atom C 2 sedangkan glukosa
memiliki gugus pereduksi pada atom C 1. Pada tabung 3 yang terisi oleh laktosa 0,02 M
terbentuk endapan warna coklat yang jumlahnya banyak. Hal ini disebabkan karena atom C 4
glukosa berikatan dengan atom C 1 pada galaktosa. Yang berarti laktosa mampu mereduksi
larutan Benedict. Sedangkan pada tabung 4 yang diisi oleh larutan sukrosa 0,02 M terdapat
warna merah bata yang disebabkan ikatan antara atom C 1 pada glukosa dengan atom C 2
fruktosa yang mengakibatkan kemampuan reduksi menjadi hilang. Pada tabung 5 yang berisi
larutan amilum, terdapat warna biru yang mengindikasi adanya polisakarida amilum. Amilum
merupakan salah satu karbohidrat kompleks yang dalam hal ini belum mencapai tahap hidrolis
sempurna yaitu menjadi glukosa.
2. Pengaruh asam (dehidrasi)
a. Uji Molish
Pada hasil percobaan, tabung 1 terbentuk lapisan warna yang berturut-turut dari atas ke bawah:
hijau-ungu-hitam. Hal ini disebabkan karena glukosa merupakan monosakarida yang harus
mengalami dehidrasi menjadi furfural. Pada tabung 2 dan 3 terdapat lapisan warna pada tabung
reaksi yaitu hijau-ungu-coklat. Amilum dan selulosa merupakan polisakarida sehingga untuk
menghasilkan cincin ungu harus melalui hidrolisis menjadi monosakarida yang kemudian
mengalami dehidrasi menjadioligosakarida furfural. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
menurut Harper et al (1979) dan menurut McGilvery&Goldstein (1996) yang secara garis besar
menyatakan bahwa satu cincin merah-ungu menunjukkan adanya karbohidrat. Pada tabung
empat furfural berkondensasi dengan pereaksi Molish menghasilkan cincin ungu yang paling
besar karena mengalami proses yang paling cepat.
b. Uji Seliwanoff
Pada hasil percobaan tampak bahwa dalam tabung 1 yang berisi glukosa, warna larutan tidak
berubah. Hal ini terjadi karena glukosa tidak memiliki gugus keton sehingga tidak memberikan
reaksi terhadap pereaksi Seliwanoff, sedangkan pada tabung 2 yang berisi fruktosa, warna
larutan berubah menjadi merah. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al
(1979) yang menyatakan bahwa fruktosa berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff
resorsinol-HCl.
3. Pembentukan osazon
Pembentukan osazon merupakan cara yang berguna untuk membentuk kristal-kristal derivate
gula. Senyawa ini mempunyai susunan kristal, titik leleh dan waktu presipitasi yang khas dan
sangat bermanfaat untuk identifikasi gula. Osazon diperoleh dengan menambahkan campuran
fenilhidrazin hidroklorida dan natrium asetat ke dalam larutan gula dan dipanaskan dalam
penangas air yang mendidih. Reaksi hanya menyangkut karbon karbonil (yaitu gugus aldehida
atau keton) dan karbon yang berdekatan. Akan terlihat dengan membandingkan struktur osazon
bahwa glukosa, fruktosa dan manosa akan membentuk osazon yang sama.
4. Hasil hidrolisis
a. Uji Benedict
Pada tabung 1a, warna yang terjadi adalah tetap seperti warna semula, pada tabung ditemukan
presipitat putih. Hal ini menandakan adanya proses hidrolisis maltosa menjadi dua molekul
glukosa. Proses pemanasan mempercepat hidrolisis maltosa menjadi glukosa. Pada tabung 1b,
warna yang terjadi adalah coklat tua dan terbentuk presipitat hitam, maltosa mungkin lebih lama
terhidrolisis sehingga endapan yang terjadi lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
menurut Harper et al (1979) dan McGilvery&Goldstein (1996) yang menyatakan bahwa glukosa
mempunyai gugus reduksi yang mampu mereduksi pereaksi Benedict. Ion Cu2+ akan direduksi
menjadi Cu+ dan akan mengendap sebagai Cu2O.
Hal yang serupa terjadi pada tabung 2a dan 2b yang diisi dengan larutan laktosa. Fungsi HCl
pada reaksi ini adalah menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Galaktosa memiliki
sifat mereduksi pereaksi Benedict. Hal ini sesuai dengan dasar teori menurut Harper et al (1979).
b. Uji Seliwanoff
Pada tabung 1, sukrosa terhidrolisis oleh HCl menjadi fruktosa dan glukosa. Karena fruktosa
memiliki gugus keton maka ketika bereaksi dengan resorsinol akan memberikan wrna kuning.
Sebenarnya warna yang diharapkan adalah merah-ceri, namun karena konsentrasi yang
digunakan kecil, maka warna yang terjadi adalah kuning. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
menurut Harper et al (1979) ayng menyatakan bahwa fruktosa dapat bereaksi dengan reagen
Seliwanoff dan memberikan kompleks warna merah ceri.
Pada tabung 2, maltosa dihidrolisis oleh HCl menjadi glukosa dan glukosa. Glukosa tidak
memiliki gugus keton, sehingga tidak bereaksi dengan resorsinol.
Hal yang serupa juga terjadi pada tabung 3, laktosa dihidrolisis oleh HCl menjadi glukosa dan
galaktosa. Baik glukosa maupun galaktosa sama-sama tidak memiliki gugus keton, sehingga
tidak bereaksi terhadap reagen Resorsinol.
5. Polisakarida
Setelah metabung diuji yod, warna yang muncul berturut-turut adalah biru pekat (hitam), coklat
kemerahan, merah hati, merah, orange dan akhirnya warna serupa dengan warna yod. Warnawarna tersebut merupakan indikasi bahwa terjadi proses hidrdolisis sempurna amilum menjadi
glukosa. Hal ini ditunjukkan dengan uji yod negatif, karena glukosa jika diuji dengan pereaksi
Yod akan memberikan hasil negatif.
Sedangkan setelah diuji dengan Benedict, warna larutan menjadi kuning keruh dan terdapat
endapan merah bata yang menandakan bahwa glukosa memilii gugus reduksi yang dapat
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dan akan mengendap sebagai Cu2O. Hal ini sesuai dengan
tinjauan pustaka menurut McGilvery&Goldstein (1996).
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak cara untuk
mengidentifikasi karbohidrat yang dapat dilakukan selain dengan sifat fisik juga melalui sifat
kimianya. Pereaksi-peraksi yang digunakan pada identifikasi karbohidrat antara lain: pereaksi
Benedict, Fehling, Berfoed, Seliwanoff. Beberapa karbohidrat memiliki gugus fungsi yang
berbeda sehingga hal ini sangat berguna pada identifikasi karbohidrat yang berbeda.
Glukosa dan galaktosa memiliki gugus aldhida yang mengakibatkan kedua monosakarida
tersebut dapat mereduksi larutan Benedict, yang ditandai dengan adanya endapan merah bata.
Hai ini tidak dijumpai pada fruktosa yang memiliki gugus keton. Daya meredusksi terhadap
Benedict ternyata mempunyai pengaruh dengan konsentrasi sakarida yang digunakan.
Karbohidrat dapat mengalami dehidrasi menjadi furfural. Uji Molish digunakan untuk
membuktikan sifat ini. Monosakarida memiliki sifat fisik yang khas, yaitu melalui pembentukan
osazon yang jika dilihat melalui mikroskop akan menunjukkan bentuk-bentuk kristal.
Karbohidrat kompleks mengalami hidrolisis menjadi oligosakarida, disakarida dan kemudian
monosakarida. Hal ini dapat diuji dengan menggunakan uji Yod dan uji Benedict.