Intisari
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi-kondisi optimum untuk perolehan stirena, selain itu juga
mempelajari simulasi dengan perangkat lunak dalam menentukan kondisi optimum dari pembuatan stirena.
Metode penelitian yang dilakukan adalah simulasi reaksi dehidrogenasi etilbenzena yang dilakukan dalam
reaktor unggun tetap dengan menggunakan Aspen Plus . Model matematika reaktor unggun tetap
diasumsikan sebagai pseudohomogenous model.Variasi kondisi operasi yang digunakan adalah variasi
rasio S/EB (steam per etilbenzena) , tekanan reaktor, dan temperatur masukan reaktor.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa semakin tinggi temperatur maka konversi etilbenzena
akan semakin tinggi. Sedangkan, semakin tinggi rasio steam/EB maka yield stirena semakin tinggi, namun
semakin rendah tekanan operasi maka yield stirena akan menurun. Dari pengamatan pada simulasi
terdapat bahwa ada interaksi antara rasio S/EB dengan temperatur. Konversi etilbenzena optimum
didapatkan pada keadaan tekanan 2 bar, temperatur 1000 K dan rasio S/EB 10, sedangkan yield stirena
optimum didapatkan pada tekanan 1,5 bar, temperatur 900 K, dan rasio S/EB 12.
Kata kunci : dehidrogenasi, etilbenzena, katalitik, stirena..
Abstract
The purpose of this research is to determine the optimum conditions for the yield of styrene, while also
studying the use of a software to determine the optimum conditions of manufacture of styrene. The
research method is utilizing Aspen Plus for reaction of dehydrogenation of ethylbenzene conducted in a
fixed bed reactor, started with model validation, continued with process simulation. The fixed bed reactor
operating conditions are assumed to follow pseudohomegenous model. Variables studied in this study are
the S/EB (steam/ethylbenzene) ratio, reactor pressure, and the inlet temperature of reactor.
Based on results from the experiment, it was found that the higher the temperature, the higher the
conversion of ethylbenzene. Meanwhile, the higher the ratio of steam/EB, the higher the yield styrene.
However, lower operating pressure will increase the yield of styrene. Based on the simulation it is
observed that, there is an interaction between the ratio of S/EB with temperature. More over, the optimum
conversion of ethylbenzene is obtained at a pressure of 2 bar , at temperature 1000 K and the ratio of S/EB
10, while the optimum yield of styrene is obtained at a pressure of 1,5 bar, at temperature of 900 K, and
the ratio of S/EB 12.
Keywords: dehydrogenation, ethylbenzene, catalytic, styrene.
PENDAHULUAN
Stirena adalah anggota dari kelompok aromatik
monomer tak jenuh yang mempunyai rumus molekul
C6H5C2H5 dan mempunyai nama lain cinnomena.
Teknologi pembuatan monomer stirena pada mulanya
kurang diminati sebab produk polimer yang dihasilkan
rapuh dan mudah patah, kemudian baru pada tahun
1937 pabrik Badische Aniline Soda Fabrics (BASF)
memperkenalkan terobosan baru dalam bidang
teknologi pembuatan styrene monomer dengan proses
dehidrogenasi dari bahan baku etilbenzena. Keduanya
memproduksi stirena dengan kemurnian yang tinggi
yang dapat menjadi polimer yang stabil dan tidak
berwarna. Sejak perang dunia II stirena menjadi
sangat penting karena kebutuhan akan karet sintetis
semakin meningkat, sehingga dibuatlah produk stirena
secara komersial dalam skala besar. Sejak itu produksi
stirena menunjukkan peningkatan yang pesat dan
karena kebutuhan akan stirena terus meningkat, maka
dewasa
ini
semakin
dikembangkan
proses
pembuatannya yang lebih efisien dan modern. (Denis,
J. and C. William, 2005)
Dari tahun ke tahun kebutuhan stirena di Indonesia
semakin meningkat,begitu juga dengan produksi
stirena di Indonesia. Kebutuhan tersebut diperkirakan
akan meningkat pada tahun-tahun mendatang dengan
semakin berkembangnya industri pengolahan stirena.
Berdasarkan perkiraan dari PT.Chandra Asri
Petrochemical Tbk. salah satu perusahaan produsen
stirena terbesar di Indonesia, konsumsi stirena di
Indonesia terus meningkat seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.
Konversi Etilbenzena
100%
80%
60%
800K
900K
40%
1000K
20%
0%
No.
C6H5CH2CH3 C6H5CHCH2+ H2
15000
C6H5CHCH2+ H2 C6H5CH2CH3
6,89 10-6
C6H5CH2CH3 C6H6+C2H4
1,95 107
C6H5CH2CH3+H2 C6H5CH3+CH4
2,8 10-4
1,0 10-4
1,0 10-5
H2O + CO CO2 + H2
5,82 10-12
3.
4.
5.
SARAN
1. Penelitian selanjutnya meneliti mengenai
daur ulang etilbenzena yang tidak terkonversi
dan unit-unit pemisahannya.
2. Karena validasi model dilakukan berdasarkan
trial & error nilai k, peneliti selanjutnya
dapat meninjau hal ini lebih dalam.
10
1000
12
1.5
900
2.187.986
2.889.074
KESIMPULAN
1. Semakin
tinggi
temperatur,
konversi
etilbenzena semakin besar.
2. Semakin tinggi temperatur, yield stirena
semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Denis, J. and C. William (2005). Ullmanns
Encylopedia of Industrial Chemistry, Wiley-VCH
Verlag Gmbh and Co.
Fogler H.S.Elements of Chemical Reaction
Engineering,Prentice Hall International Series,3rd
Edition, 2000.
Hirano, T., Active phase in potassium-promoted iron
oxide catalyst for dehydrogenation of ethylbenzene.
Applied Catalysis., 1986. 26(1-2):81-90.
Montgomery, D. C.,(2000), Design and Analysis of
Experiments, Fifth Edition, John Wiley & Sons, New
York, NY.
Mousavi, S. M., et al. (2012). "Modeling and
Simulation
of
Styrene
Monomer
Reactor:
Mathematical and Artificial Neural Network Model."
International Journal of Scientific & Engineering
Research 3(3).
Muhler, M., et al. (1989). "The nature of the active
phase
of the
iron/potassium catalyst
for
dehydrogenation of ethylbenzene." Catalysis Letters
4(2): 201-210.
Newman, R., Styrene Catalyst Developments.
Hydrocarbon Engineering, 2004(11): p. 4.
Othmer, K. (1992). Encyclopedia of Chemical
Technology. New York Wiley-Interscience. 22: 956994.