Judul
Tujuan
Hari/Tanggal
Tempat
I.
DASAR TEORI
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
elektrolit kuat dan lemah. Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut
juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektolit yang berionisasi lemah
karena pelarut non polar termasuk dalam golungan pelarut aprotik dan tidak dapat
membentuk jembatan hydrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut
ionic dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar
(Martin, 1993).
Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau
kovalen. Untuk yang nonpolar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan
polaritas ini maka pelarut. Pelarut yang ada dialam juga dapat dogolongkan. Hal
ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan
melarutkan bahan (Iqmal, 2012).
Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya
kelarutan., sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada
pada zat terlarut-pelarutdan resultan interaksi zat terlarut-pelarut,kelarutan suatu
senyawa tergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu
dipengaruhi pula oleh faktot temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah
yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut. Kelarutan zat terlarut
juga struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan nonpolar dari
molekul. Semakin panjang rantai karbon nonpolar dari alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air. Kelarutan zat terlarut dalam pelarut juga dipengaruhi oleh
polaritas atau momen dipole pelarut. Pelarut-pelarut polar dapat melarutkan
senyawa-senyawa ionik serta senyawa-senyawa polar lainnya (Widyaningsih,
2009)
Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa dibandingkan unsur lain
sebab atom tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggal, rangkap
dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur
rantai dan cincin.
Dalam senyawa kovalen seperti H2O, HCl, CH3OH atau H2C=O, satu atom
mempunyai keelektronegatifan yang substansi lebih besar daripada yang lain.
Semakin tinggi keelektronegatifan suatu atom, semakin besar terikatnya terhadap
elektron ikatan-ikatannya tidak cukup bagi atom untuk memecahkannya menjadi
ion, tetapi cukup sehingga atom ini mempunyai bagian rapat elektron yang lebih
besar.
II.
Air
2.
Benzena
3.
Etanol
4.
kloroform
5.
Metanol
6.
n-heksana
7.
Sikloheksana
8.
9.
A : sukrosa
C : vaselin
B : naftalena
D : air
E : n-heksana
III.
PROSEDUR KERJA
a) Kelarutan suatu zat dalam pelarut organik.
1.
2.
3.
4.
2.
3.
HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
Hasil pengamatan
o
A. Kelarutan suatu zat dalam pelarut
organik
1
Sampel A (sukrosa)
larut
-
sukrosa
tetap
bewarna
putih
susu
setelah
dipanaskan
-
sukrosa
tetap
bewarna
putih
susu
setelah
dipanaskan
4
larutan bening
sampel larut
reaksi
mengaduk dan mengamati
menimbang 0,1 gram sukrosa
memasukkan 1 mL air kedalam
larutan bening
sukrosa
tabung reaksi
mengaduk dan memanaskan
Mengamati
menjadi
putih
larut
setelah
dipanaskan
6
larutan bening
Perlakuan
Hasil pengamatan
dipanaskan
-
sampel
larut
setelah
dipanaskan
larut
larutan keruh dan sampel
tidak larut
sampel
menggumpal
setelah dipanaskan
Perlakuan
o
5
Hasil pengamatan
Sampel C (vaselin)
menimbang 0,1 gram vaselin
memasukkan 1 mL benzena
kedalam tabung reaksi
mengaduk dan mengamati
menimbang 0,1 gram vaselin
memasukkan 1 mL etanol
kedalam tabung reaksi
mengaduk dan memanaskan
mengamati
tidak larut
larutan bening dan sampel
sikloheksana
larut
larutan bening dan sampel
Perlakuan
Hasil pengamatan
tidak larut
larutan bening dan sampel
larut setelah dipanaskan
tidak larut
sampel tidak larut setelah
dan
berupa
gumpalan
setelah dipanaskan
B. Pencampuran antar Pelarut Organik
1
Sampel D (air)
Mengambil air 1 mL
memasukkan kedalam tabung
reaksi
dan
larutan bening
larutan bening
membentuk gelembung
membentuk dua lapisan
memebentuk
melakukannya
larutan
Perlakuan
Hasil pengamatan
mengocok
mengamati yang terjadi
menambahkan
homogen
mL
larutan bening
terbentuk gelembung
membentuk
pada tabung II
lebih
mengocok
mengamati yang terjadi
tabung I dan II
membentuk dua lapisan
larutan bening
menambahkan 1 mL etanol
pada tabung II
mengocok
mengamati
yang
terjadi
larutan bening
langsung membentuk dua
menambahkan 1 mL etanol
pada tabung II
mengocok
mengamati
yang
terjadi
engamati
menambahkan 1 mL etanol
pada tabung II
mengocok
mengamati
yang
terjadi
engamati
Sampel E (n-heksana)
Mengambil sampel
heksana)
1mL
tanpa
gelembung
larutan bening
membentuk
daripada
danya
larutan
homogen
larutan bening
memebentuk
homogen
-larutan bening
E (ndan
banyak
lapisan
engamati
7
gelembung
larutan
Perlakuan
Hasil pengamatan
o
reaksi
2
V.
dan
melakukannya
pada tabung I
mengocok dan mengamati
membentuk
homogen
larutan sedikit keruh
membentuk
larutan
homogen
larutan bening
membentuk
gelembung
larutan
Menambahkan
pada tabung IV
mengocok dan mengamati
Menambahkan 1 mL etanol
pada tabung V
mengocok dan mengamati
Menambahkan 1 mL kloroform
larutan keruh
membentuk gelembung
pada tabung VI
mengocok dan mengamati
Menambahkan 1 mL aquades
larutan bening
mL
n-
ANALISIS DATA
10
Untuk menentukan apakah suatu senyawa atau larutan bersifat polar dan
non-polar, maka harus dilihat terlebih dahulu rumus struktur dari senyawasenyawa yang telah ada pada percobaan, yaitu sampel A (sukrosa), B (naftalena),
C (Vaseline), D (air) dan E (n-heksana).
Sample B (naftalena)
Sampel A (sukrosa)
Sampel C (vaselin)
Sampel D (air)
Selain itu, kita juga perlu mengetahui rumus struktur dari pelarut-pelarut
yang digunakan pada percobaan ini. Pelarut-pelarut tersebut adalah benzena,
sikloheksana, methanol, etanol dan kloroform.Berikut ini adalah rumus struktur
dari pelarut-pelarut tersebut :
sikloheksana
Benzena
H11
2
C
H2C
CH2
H2C
CH2
Kloroform
Metanol
Etanol
Air
12
Pelarut Aquades
Sukrosa larut dalam sempurna dalam air tanpa pemanasan, ini terjadi
karena sukrosa dan aquades memiliki sifat yang sama yaitu bersifat
polar. Sukrosa adalah senyawa yang banyak mengandung gugus OH
yang bersifat hidrofilik dan gugus OH tersebut mampu membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul aquades sehingga dapat larut dalam
aquades. Selain itu, aquades juga memiliki konstanta dielektrik yang
tinggi (e = 80) sehingga tingkat kemampuan untuk melarutkan sukrosa
juga tinggi.
Pelarut metanol
Sukrosa dalam pelarut metanol larut setelah dipanaskan. Hal ini
membuktikan bahwa sukrosa yang bersifat polar dapat larut dalam
pelrut yang bersifat polar yaitu methanol yang dapat memebentuk
ikatan hidrogen, kemungkinan lain terjadi karena sukrosa hanya bisa
larut dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi
13
Pelarut etanol
Sukrosa dalam pelarut etanol tidak dapat larut meskipun memanaskan
sampai mendidih, selain itu meskipun senyawa etanol memiliki sifat
polar yang sama dengan sukrosa. Hal ini kemungkinan dikarenakan
sukrosa yang diambil terkontaminasi oleh zat lain yang menyebabkan
sukrosa tidak larut dalam etanol dan karena sukrosa hanya bisa larut
dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi seperti
air yang memiliki bilangan dielektrik 80,10 sedangkan etanol memiliki
bilanngan dielektrik 24,5 saja. Konstanta dielektrik etanol yang rendah
ini menyebabkan tingkat kemampuannya untuk melarutkan sukrosa
juga rendah.
14
15
Pelarut metanol
Naftalena dalam pelarut metanol tidak larut, ini disebabkan karena
keduanya memiliki sifat yang berbeda, dimana naftalena bersifat
nonpolar sedangkan metanol bersifat polar. Namun ketika dilakukan
pemanasan naftalena jadi sedikit larut. Hal ini terjadi karena proses
pemanasan akan meningkatkan kelarutan sedangkan naftalena yang
dilarutkan sangat sedikit, selain itu metanol juga memiliki gugus alkil
yaitu metil (CH3) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat
berinteraksi dengan naftalena. Selain itu konstanta dielektrik yang
dimiliki metanol cukup rendah, inilah yang membuat metanol memiliki
sedikit kemampuan untuk melarutkan naftalena (emetanol = 24.5). Secara
teoritisnya senyawa yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam
senyawa yang bersifat polar. Hal ini kemungkinan karena methanol
memiliki dua gugus yang bersifat polar dan nonpolar, gugus polarnya
adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah CH 3 sehingga methanol
dapat larut pada zat polar dan nonpolar.
Pelarut etanol
16
17
Pelarut n-heksana
Dalam pelarut n-heksana, naftalena dapat sedikit larut hanya jika
dilakukan
proses
pemanasan
karena
proses
pemanasan
akan
18
Pelarut metanol
Vaselin dalam pelarut metanol tidak larut meski dipanaskan karena
perbedaan sifat, dimana vaselin bersifat nonpolar sedangkan metanol
bersifat polar.
Pelarut etanol
Vaselin dalam pelarut etanol tidak larut karena perbedaan sifat, vaselin
bersifat nonpolar sedangkan etanol bersifat polar. Namun ketika
dipanaskan vaselin jadi larut. Hal ini dikarenakan vaselin yang
dilarutkan sangat sedikit dan etanol memiliki gugus alkil yaitu etil (C2H5) yang bersifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi
dengan vaselin sehingga mampu melarutkan vaselin tersebut.
19
Pelarut metanol
Aquades yang dicampurkan dalam pelarut metanol dapat larut
sempurna tanpa pemanasan dalam pelarut air karena memiliki sifat
yang sama yaitu polar. Aquades dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan metanol karena metanol memiliki gugus OH yang bersifat
hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu kesamaan
bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya
menjadi meningkat.
20
Pelarut etanol
Aquades yang dicampurkan dalam pelarut etanol dapat larut sempurna
tanpa pemanasan karena memiliki sifat yang sama yaitu polar. Aquades
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH pada etanol yang
bersifat hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu
kesamaan bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat
kelarutannya menjadi meningkat.
Pelarut benzena
Larutan aquades yang bersifat polar tidak dapat larut dalam pelarut
benzena yang bersifat nonpolar, karena terdapat perbedaan sifat di
antara keduanya sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan di bawah
adalah air sedangkan lapisan atas adalah benzena, hal ini karena massa
jenis air lebih besar daripada massa jenis benzena ( air = 1 g/mL; benzena
= 0,879 g/mL). Sedangkan batas cekung yang terbentuk disebabkan
karena gaya adhesi antara partikel air dengan kaca lebih besar daripada
21
bersifat polar.
Pelarut metanol
22
23
Sedangkan warna keruh yang dihasilkan pada larutan berasal dari warna
asal n-heksana yang memang keruh.
VI.
KESIMPULAN
1. Pelarut organik ada yang bersifat polar dan nonpolar
2. Pelarut organik polar adalah air, etanol, dan metanol sedangkan Pelarut
organik non polar adalah benzena, sikloheksana, kloroform, dan nheksana
3. Senyawa organik yang bersifat polar lebih mudah larut dalam pelarut
polar dan senyawa organik nonpolar akan lebih mudah larut dalam
pelarut nonpolar.
4. Senyawa yang mempunyai struktur ikatan hidrogen akan mudah larut
pada senyawa organik yang bersifat polar karena pelarut organic itu akan
memilki ikatan hydrogen yang terjadi antar molekul.
5. Kelarutan suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain:
ketetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen,
kemiripan struktur dan kemiripan sifat kepolaran
6. Pelarut organik polar mempunyai gugus hidroksil yang bisa membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa polar sedangkan pelarut organik non
polar tidak memiliki gugus hidroksil untuk menghasilkan ikatan hidragen
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Kediri: Universitas
haluoleo
Arsyad. 2001. Kamus Kimia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Fessenden, Rapl J dan Fessenden, Joan S. 1986. Dasar-dasar Kimia Organik
Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Iqmal. 2012. Kaidah kelarutan bahan.(19 Oktober 2014).http: // iqmal.
Staff.Ugm.ac.id
Martin,Alferd. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu
Farmasetik Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press
Syahmani dan Rilia Iriani. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
Banjarmasin : PMIPA FKIP UNLAM.
Widyaningsih, L. 2009. Pengaruh Penambahan kosolven PropelinGlikol
terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah
LAMPIRAN
A. PERTANYAAN PRA PRAKTEK
25
1.
Jawaban :
1. Perbedaan antara senyawa polar dan senyawa non-polar adalah
26
27
Senyawa polar
Senyawa non-polar
heksana).
LAMPIRAN FOTO
28
Bahan-bahan yang
Sampel sebelum
digunakan
dicampurkan
29
30
10 mg sampel A + 1 mL benzena
Campuran heterog
etanol,
benzena,
kloroform,
n-heksana,
dan
sikloheksana
Catatan:
Campuran homogen
Cam
Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut yang telah ditentukan. (benzen
Melakukan hal yang sama dengan sampel B dan C
Jika sampel tidak larut dipanaskan terdahulu.
Catatan:
Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut yang telah ditentukan. (benzen
Melakukan hal yang sama
dengan sampel
C.
Melarutkan
sampel B dan
benzene
31
Catatan:
Larutan homogen
-
Campuran heterogen
32
Sampel E : n-heksana
33