LAPORAN KASUS
I.1
I.2
Identitas Pasien
Nama
: By. Ny. N
Umur
: 0 hari
Tanggal Lahir
: 29 Januari 2015
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Di bawah umur
: 29 Januari 2015
Tanggal periksa
: 29 Januari 2015
No.RM
: 073469
Kelompok pasien
: Jamkesda
Anamnesis (Subyektif)
Keluhan utama
Pada tanggal 30 Januari 2015 didapatkan pasien akralnya dingin dan kaki
tampak kebiruan, pasien mengalami kejang sebentar 1x dan tidak menangis.
Kejang berlangsung kurang dari 5 menit. Saat kejang, posisi tangan pasien fleksi,
bibir mencucu dan denyut nadi meningkat.
Riwayat Penyakit Dahulu (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
: disangkal
2. Riwayat NC
o Ibu G3P2A0
Riwayat Habits
I.3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-I rawat inap di bangsal Seruni
Kesadaran
: Letargi
Tanda vital
o Nadi
: 140 x/menit,
3
o RR
: 52 x/menit
Berat badan
: 2600 gram
Panjang badan
: 45
cm
Lingkar Kepala
: 30
cm
Status Interna
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
(-/-)
Mulut
palatoschicic (-)
Leher
Cor
Palpasi
(-)
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Superior
Inferior
-/-/+/+
+/+
-/+/+
-/-/<2 / <2
<2 / <2
Hipotoni
Hipotoni
tungkai dalam posisi fleksi, Garis lipatan telapak kaki
+ lemah
+
+
+
:4
Arm window
:3
5
Arm recoil
:3
Poplitea angel
:3
Scarf sign
:3
Heal to ear
:3
Total
: 18
b. Maturasi Fisik
Kulit
:4
Lanugo
:3
Plantar surface
:3
Dada
:3
:4
Total
: 20
I.4
Assesment
6
1.5
Neonatus aterm
Neonatal infeksi
Asfiksia sedang
Planning
a. Farmakologi
o Inf. D10% 80 cc/kgBB/24 jam 250 cc/24 jam
o O2 1 lpm
o Kebutuhan cairan : 80 cc/kgBB/hari, dst
o Inj. Cefotaxim 100 mg/kgBB/hr 2 x 125 mg
o Inj. Gentamycin 6 mg/kgBB 2 x 8 mg
o Inj. Phenobarbital :
o Apyalis 1 x 0,5 cc
o As. Valproat 2 x 25 mg.
b. Non-Farmakologi
Isap lendir
Sonde
ASI ekslusif
Motivasi keluarga
c. Planning
o Darah lengkap
o Gol. Darah
7
o GDS
o Elektrolit
o USG kepala
o Konsul mata
I.6
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
Tanggal 31-01-2015
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI
SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit %
Monosit %
Granulosit %
PCT
PDW
Golongan Darah
GDS
17,7
16,2
4,89
49,5
323
109.7
34.9
31.8
13.9
7.5
3.2
1.2
9,6 H
10.9 L
3.9
85.2 H
0.231
11.7
O
50 H
14.5 22.5
10 30
4.0 5.4
44 58
150 400
100 120
34 38
32 36
10 16
7 11
2.0 11.0
0.4 3.1
24
25 40
28
50 80
0.2 0.5
10 18
g/dL
Ribu
Juta
%
Ribu
Mikro m3
pg
g/dL
%
Mikro m3
10*3/mikroL
10*3/mikroL
10*3/mikroL
%
%
%
%
%
30 80
mg/dL
Hasil Elektrolit :
Tanggal : 08 September 2014
Kalium
Kesan :
-
Pulmo
corakan
meningkat
-
Bercak
perihiler
Bentuk dan
letak
kanan
-
jantung normal
-
Gambaran
Neonatal
Pneumonia
I.7
FOLLOW
Hari /
UP
S
Tanggal
29 Januari Bayi baru lahir KU : Lemah
2015
dengan
Perawatan
lilitan
hari ke-1
pusat
A
Obs.
N : 120 x/mnt
Kejang
tali RR : 52 x/mnt
e.c HIE
dan S : 36,9 C
tidak
SpO2 : 97 %
menangis
K/L : dbn
N. aterm
Neonatal
infeksi
(+) KU
Lemah. Obs.
2015
dengan
tertidur
Perawatan
durasi
5 N : 116 x/mnt
e.c HIE
hari ke-2
menit
RR : 40 x/mnt
N. aterm
P
Konsul
dr.
Endang, Sp.A:
Inf. D10% 250
cc/24 jam
O2 1 lt/mnt
Inj. Cefotaxim
2 x 125 mg
Inj.
Gentamicin 2
x 8 mg
O2 5 lt/mnt
Tidak
menangis
S : 36,7 0C
Neonatal
K/L : dbn
infeksi
jarang.
mg,
pelan,
dibagi 2 x 30
mg
Inj. Cefotaxim 2
x 125 mg
Inj. Gentamycin
2 x 8 mg
Cek
GDS,
elektrolit, darah
rutin, golongan
31
Januari Kejang
2015
sedikit
Perawatan
hari ke-3
darah.
Kejang Ekstra RL
e.c HIE
30 cc/1 jam
Inf. D10%
270
cc/24
jam
Inj.
Phenitoin 2
x 30 mg
Inj.
Cefotaxim
Ekstremitas :
2 x 125 mg
phlebitis (+)
Inj.
Gentamyci
n 2 x 8 mg
KU : Tertidur, Obs.
2015
Lemah
Kejang
N : 118 x/mnt
e.c HIE
N. aterm
Perawatan
hari ke-4
Menangis
melengking
Cek
elektrolit
Terapi lanjut
Neonatal
10
Thoraks : dbn
infeksi
Asfiksia
Abdomen : dbn
sedang
Ekstremitas: dbn
KU : Tertidur, Obs.
2015
Lemah
Kejang
N : 124 x/mnt
e.c HIE
Perawatan
Tangisan
melengking
hari ke-5
aktif
K/L : dbn
Minum (+) 100
Thoraks : dbn
cc
Abdomen : dbn
BAK (+) 2x,
Ekstremitas: dbn
BAB (+) 1x
3 Februari Kejang (-)
KU : Tertidur,
2015
Perawatan
Tangisan
melengking
Perawatan
hari ke-7
melengking
Neonatal
infeksi
Asfiksia
sedang
Obs.
Terapi lanjut
N : 120 x/mnt
e.c HIE
aktif
K/L : dbn
Minum (+) 240
Thoraks : dbn
cc
Abdomen : dbn
BAK (+) 4x,
Ekstremitas: dbn
BAB (+) 2x
4 Februari Kejang (-)
KU : Tenang
Tangisan
N. aterm
Lemah
hari ke-6
2015
Terapi lanjut
30 mg i.v
N. aterm
Neonatal
infeksi
Asfiksia
sedang
Obs.
N : 128 x/mnt
Kejang
RR : 32 x/mnt
e.c HIE
Terapi lanjut
N. aterm
Gerakan tidak S : 37 C
K/L : dbn
Neonatal
aktif
Thoraks : dbn
infeksi
Minum (+) 265
Abdomen : dbn
Asfiksia
cc
Ekstremitas: dbn
sedang
BAK (+) 6x,
BAB (-)
5 Februari Kejang (-)
KU : Tenang
Obs.
Diet sonde 8 x 30
11
2015
Perawatan
hari ke-8
Tangisan
melengking
N : 112 x/mnt
Kejang
RR : 32 x/mnt
0
Gerakan tidak S : 36,1 C
K/L : dbn
aktif
N. aterm
cc
cc
KU
2015
aktif
Kejang
N : 92 x/mnt
Perawatan
Tangisan
melengking
kurang Obs.
hari ke-9
aktif
K/L : dbn
Minum (+) 290
Thoraks : dbn
cc
Abdomen : dbn
BAK (+) 7x,
Ekstremitas: dbn
BAB (+) 5x
7 Februari Kejang (-)
KU : kurang
2015
Perawatan
Tangisan
melengking
N. aterm
Diet 8 x 40 cc
(sonde)
USG kepala
Neonatal
infeksi
Asfiksia
sedang
Obs.
Diet 12 x 40 cc
aktif
N : 84 x/mnt
e.c HIE
tak
tampak papil
edema
Tak
tampak
perdarahan
12
retina
8 Februari Kejang (-)
KU
2014
aktif
Kejang
N : 104 x/mnt
e.c HIE
Perawatan
Tangisan
melengking
kurang Obs.
aktif
K/L : dbn
Minum (+) 230
Thoraks : dbn
cc
Abdomen : dbn
BAK (+) 6x,
Ekstremitas: dbn
BAB (+) 5x
9 Februari Kejang (-)
KU : kurang
2015
Perawatan
Tangisan
melengking
aktif
N : 100 x/mnt
Terapi lanjut
N. aterm
Neonatal
infeksi
Asfiksia
sedang
Obs.
Diet 12 x 30 cc
Tangisan
melengking
aktif
Kejang Jawaban
N : 96 x/mnt
e.c HIE
aktif
K/L : dbn
Minum (+) 265
Thoraks : dbn
cc
Abdomen : dbn
BAK (+) 6x,
Ekstremitas: dbn
BAB (+) 5x
11 Februari Kejang (-)
KU : kurang
2015
Perawatan
Tangisan
aktif
N. aterm
dievaluasi
Neonatal
karena
infeksi
Riwayat
tidak
pupil
bisa
melebar
Asfiksia
sedang
HIE
Ventrikulo
N : 100 x/mnt
megali
N. aterm
melengking
konsul
13
aktif
Neonatal
S : 36,2 0C
infeksi
Thoraks : dbn
Riwayat
Tangisan
melengking
aktif
Ventrikulo BLPL
N : 108 x/mnt
megali
K/L : dbn
Minum (+) 285
Thoraks :
cc
C : terdengar
BAK (+) 4x,
bising jantung
BAB (+) 2x
pada
linea
midclavicularis
sinistra
pada
intercostals (ICS
N. aterm
Neonatal
infeksi
Riwayat
Asfiksia
sedang
Curiga
PJB
VSD
4-5),punctum
maksimum
di
linea
parasternalis
sinistra ICS 4-5,
thrill
(-)
kemungkinan
terdapat
septal
defect
di
ventrikel
Thorax :
SDV
+/+
whezzing
,
-/-,
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1
I.1.1 Pendahuluan
Hipoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena
adanya cedera pada otak yang akut yang disebabkan karena asfiksia. Walaupun
telah banyak dicapai kemajuan teknologi di bidang teknologi monitoring dan
patofisiologi perinatal asfiksia pada janin dan neonatus, HIE masih merupakan
penyebab mortalitas dan morbiditas jangka panjang. HIE terutama di picu oleh
keadaan hipoksik otak, iskemik oleh karena hipoksik sistemik dan penurunan
aliran darah ke otak.1
15
I.1.2 Definisi
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena
adanya cedera pada otak yang akut yang disebabkan karena asfiksia. Definisi HIE
menurut The Neonatology Clinical Care Unit (NCCU) adalah berkurangnya
suplai oksigen ke otak dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga
menyebabkan supresi aktivitas listrik dan depresi kortikal.1
Hipoksia merupakan istilah yang menggambarkan turunnya konsentrasi
oksigen dalam darah arteri, sedangkan iskemia menggambarkan penurunan aliran
darah ke sel atau organ yang menyebabkan insufisiensi fungsi pemeliharaan organ
16
I.1.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, asfiksia perinatal terjadi 1,0-1,5% bayi lahir hidup.
Insiden semakin menurun dengan bertambahnya umur kehamilan dan berat lahir.
Insiden HIE di AS terjadi 2-9 per 1000 bayi aterm yang lahir hidup. Angka
kejadian di negara berkembang per 1000 kelahiran aterm lahir hidup masingmasing di Negara Malaysia 18, Kuwait 18, India 59, Nigeria 265. Di RS Soetomo
Surabaya 12,25% dari 3405 bayi yang dirawat tahun 2004 menderita asfiksia.4
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) merupakan penyebab penting
kerusakan permanen sel pada susunan saraf pusat (SSP), yang berdampak pada
kematian atau kecacatan berupa palsi serebral atau retardasi mental. Angka
kejadian HIE di dunia berkisar 0,3-1,8%. Data di Australia (1995), angka
kematian antepartum berkisar 3,5/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian intrapartum berkisar 1/1000 kelahiran hidup, dan angka kejadian
kematian masa neonatal berkisar 3,2/1000 kelahiran hidup. Apgar Score 1-3 pada
menit pertama terjadi pada 2,8% bayi lahir hidup dan AS 5 pada menit ke 5 pada
0,3% bayi lahir hidup. Lima belas hingga 20% bayi dengan HIE meninggal pada
masa
neonatal,
25-30%
yang
bertahan
hidup
mempunyai
kelainan
neurodevelopmental permanent.5
I.1.4 Etiologi
Asfiksia perinatal adalah akibat berbagai kejadian selama periode perinatal
yang menyebabkan penurunan bermakna aliran oksigen, menyebabkan asidosis
dan kegagalan fungsi minimal 2 organ (paru, jantung, hati, otak, ginjal dan
hematologi) yang konsisten.3
American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of
Obstetricians and Gynaecologist (ACOG), membuat definisi asfiksia perinatal
sebagai berikut: (1) Adanya asidosis metabolik atau mixed academia (Ph<7) pada
darah umbilikal atau analisis gas darah arteri, (2) Adanya persisten nilai apgar 0-3
selama >5 menit, (3) Manifestasi neurologis segera pada waktu perinatal dengan
17
gejala kejang, hipotonia, koma, HIE, dan (4) Adanya gangguan fungsi multiorgan
segera pada waktu perinatal. Sedangkan menurut WHO, asfiksia perinatal adalah
kegagalan bernafas saat lahir. Menurut The National Neonatal Perinatal
Database (NNDP), dikatakan asfiksia sedang bila bernafas lambat atau apgar
score 4-6 pada 1 menit pertama dan asfiksia berat bila bayi lahir tidak bernafas
atau apgar score 0-3 pada 1 menit pertama. Asfiksia perinatal merupakan
penyebab utama kejang. Kejang biasanya terjadi pada 24 jam pertama pada
sebagian besar kasus dan berprogresi menjadi status epileptikus.6
Berbagai macam penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal
yaitu:6
a. Gangguan oksigenasi pada ibu hamil
b. Penurunan aliran darah ibu ke plasenta atau dari plasenta ke fetus
c. Gangguan pertukaran gas yang melalui plasenta atau fetus.
d. Peningkatan kebutuhan fetal oksigen.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor
maternal, plasenta & tali pusat dan fetus/neonatus:7
-
Kelainan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta, solusio
plasenta, prolaps atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah
umbilikus, insufisiensi plasenta, plasentitis, tali pusat yang sangat panjang.
I.1.5 Patofisiologi4,6,8
Fetus dan neonatus lebih tahan terhadap asfiksia dibandingkan dengan
dewasa. Hal ini dibuktikan bahwa pada saat terjadi hipoksik iskemik, fetus
berusaha mempertahankan hidupnya dengan mengalihkan darah (redistribusi) dari
18
paru-paru, gastrointestinal, hepar, ginjal, limpa, tulang, otot dan kulit, menuju ke
otak, jantung dan adrenal (diving reflex). Pada fetal distress, peristaltik usus
meningkat, spinter ani terbuka, mekonium akan keluar bercampur dengan air
ketuban, skuama, lanugo, akan masuk ke trakea dan paru-paru, sehingga tubuhnya
berwarna hijau dan atau kekuningan. Kombinasi antara hipoksia fetal yang kronis
dengan cedera hipoksik iskemik akut setelah lahir akan mengakibatkan kelainan
neuropatologi yang sesuai dengan umur kehamilannya.
Pada hipoksia yang ringan, timbul detak jantung yang menurun,
meningkatkan tekanan darah yang ringan untuk memelihara perfusi pada otak,
meningkatkan tekanan vena sentral, dan curah jantung. Bila asfiksianya berlanjut
dengan hipoksia yang berat dan asidosis, timbul detak jantung yang menurun, dan
menurunnya tekanan darah sebagai akibat gagalnya fosforilasi oksidasi dan
menurunnya cadangan energi. Selama asfiksia timbul produksi metabolik anaerob
yaitu asam laktat. Selama perfusinya jelek, maka asam laktat tertimbun dalam
jaringan lokal.
sehingga asam laktat meningkat dan pH menurun. Jaringan otak yang mengalami
hipoksia akan meningkatkan penggunaan glukosa. Cadangan glukosa menjadi
berkurang, cadangan energi berkurang, timbunan asam laktat meningkat. Selama
hipoksia berkepanjangan, curah jantung menurun, aliran darah otak menurun dan
adanya kombinasi proses hipoksik-iskemik menyebabkan kegagalan sekunder dari
oksidasi fosforilasi dan produksi ATP menurun. Karena kekurangan energi, maka
ion pump terganggu sehingga timbul penimbunan Na+, Cl-, H2O, Ca2+ intraseluler,
K+, glutamat dan aspartat ekstraseluler.
Berkurangnya pasokan glukosa ke otak akan memicu terjadinya influx
Ca2+ ke dalam sel dan ekspresi glutamat yang meningkat. Hal ini didukung oleh
hilangnya keseimbangan potensial membran dan terbukanya saluran ion yang
voltage-dependent (VDCC = Voltage Dependent Calsium Channels). Metabolisme
glukosa beralih ke proses yang anaerobik. ATP terkuras dan terjadinya asidosis
laktat. Glutamat memicu reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) dengan efek
membuka reseptor tersebut untuk Ca2+ masuk. Ion kalsium yang masuk di dalam
neuron mengaktifkan enzim-enzim seperti protease, lipase, endonuklease dan
berakibat pada fosfolipid sebagai konstituen sel membran. Terjadi mobilisasi asam
19
20
asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat merupakan organ yang paling sering
terkena (72%), ginjal 42%, jantung 29%, gastrointestinal 29%, paru-paru 26%. 1
Pucat, sianosis, apnea, bradikardia dan tidak adanya respon terhadap
stimulasi juga merupakan tanda-tanda HIE. Edema serebral dapat berkembang
dalam 24 jam kemudian dan menyebabkan depresi batang otak. Selama fase
tersebut, sering timbul kejang yang dapat memberat dan bersifat refrakter dengan
pemberian dosis standar obat anti konvulsan. HIE merupakan penyebab tersering
kejang pada bayi baru lahir (60-65%), biasanya terjadi dalam 24 jam pertama dan
sering dimulai 12 jam pertama. Dapat terjadi pada bayi cukup bulan maupun bayi
kurang bulan dengan asfiksia. Bentuk kejang bersifat subtle atau multifokal klinik
serta fokal klonik. Walaupun kejang sering merupakan akibat HIE, kejang pada
bayi juga dapat disebabkan oleh hipokalsemia dan hipoglikemia.2
Ensefalopati klinis puncaknya timbul pada hari ke 3-4 setelah lahir dan
sekuele neurologis yang timbul secara langsung berhubungan dengan keparahan
ensefalopati. Ensefalopati atau kejang tanpa adanya kelainan kongenital atau
sindrom, biasanya berhubungan dengan kejadian prenatal atau perinatal.3
Manifestasi klinis pada organ lainnya tersebut adalah:1,2
a. Ginjal Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Bisa timbul gagal ginjal
akut dan acute tubular necrosis.
b. Sistem kardiovaskuler Hipotensi, nekrosis, iskemik miokardial, syok,
disfungsi ventrikel.
c. Paru Edema paru, perdarahan paru, respiratory distress syndrome,
meconeal aspiration syndrome.
d. Sistem saluran cerna Fungsional intestinal obstruction, ileus paralitik,
ulkus, perforasi, necrotizing enterocolitis.
e. Metabolik Asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia.
f. Hepar Gangguan fungsi hati, pembekuan darah, metabolism bilirubin,
dan albumin.
g. Hematologi Perdarahan, DIC (disseminated intravascular coagulation)
h. Kematian Otak Berdasarkan kriteria AAP.
22
Tabel 1. Pembagian Gejala Klinis HIE pada Bayi Aterm (Kriteria Sarnat &
Sarnat)8
Stadiu
Stadium 2
Stadium
Tanda Klinis
m1
(Sedang)
Tingkat kesadaran
Letargi
Stupor,
koma
(Berat)
Tonus otot
Hyperalert/irritab
(Ringa
le
Normal
Hipotonik
Flacid
Postur
Normal
Flexi
Decerebrate
Reflek
tendon/klonus
Mioklonus
Hiperaktif
Hiperaktif
Tidak ada
Tampak
Tampak
Tidak tampak
Reflek moro
Kuat
Lemah
Tidak ada
EEG
Midriasis
Tidak ada
Miosis
Sering
cahaya lemah
Deserebrasi
Voltase rendah
sampai
Burst suppression
ke isoelektrik
Normal
bangkitan kejang
Lamanya
Hasil
<24 jam
Baik
24 jam sampai 14
Bervariasi
Beberapa hari
Meninggal atau cacat
berat
23
I.1.7 Diagnosis
Diagnosis HIE memerlukan bukti apa yang menyebabkan iskemik dan
hipoksia pada saat sebelum, selama dan setelah lahir. Data yang teliti tentang
riwayat, pemeriksaan neurologis, laboratorium penting untuk menentukan
hipoksik iskemik sebagai penyebab ensefalopati. Semua aspek riwayat maternal
harus digali, mencakup kehamilan, persalinan, kelahiran dan masa postnatal.
Analisis patologi plasenta juga diperlukan tapi tidak sering dilakukan.9
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk menyingkirkan
atau menegakkan diagnosis HIE. Pemeriksaan penunjang dikerjakan untuk
memonitor fungsi maupun kelainan organ sistemik dan cedera otak.9
a. Pemeriksaan antara lain darah lengkap, gula darah, urin, serum elektrolit,
BUN dan serum kreatinin, faal pembekuan darah, faal hati, analisis gas
darah,
b. Foto thorak
c. Punksi lumbal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
perdarahan intrakranial atau untuk menyingkirkan adanya meningitis.
d. Pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan pengobatan dan
prognosis penderita.
e. Ultrasonografi kepala. Pemeriksaan USG kepala sangat membantu pada
bayi yang prematur. Dianjurkan pada bayi yang umur kehamilannya <30
minggu, minimal 1 kali, diulang pada umur 7-14 hari dan diperiksa
24
dengan
pemeriksan
CT Scan
dibandingkan
dengan
h. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS). Berkurangnya rasio Nacetylaspartat (NAA) terhadap kolin dan berkurangnya rasio laktat-NAA
merupakan bukti terjadinya iskemik.
Meningkatnya rasio laktat-kolin di ganglia basal dan thalamus merupakan
prediksi outcome neurologi yang jelek. Meningkatnya inorganic
phosphorus (31P). terjadi pada 24-72 jam, normal dalam beberapa hari
kemudian.
I.1.8 Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dengan HIE juga mengalami gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular, hepar, fungsi ginjal, sehingga penanggulannya memerlukan
pendekatan multisystem.1,3,7
A. Upaya yang optimal adalah pencegahan. Tujuan utama yaitu
mengidentifikasi dan mencegah fetus dan neonatus yang mempunyai
risiko
mengalami
asfiksia
sejak
dalam
kandungan
hingga
persalinannya.
25
clinical
trial
bahwa
hipotermi
merupakan
neuroprotektif pada bayi aterm dengan HIE, pada usia kurang dari
6 jam. Tapi belum ada data apakah hipotermi jangka lama aman
dan memberi harapan hidup yang bagus.
3. Pemberian Phenobarbital sebelum kejang dosis 40 mg/kg iv dalam
waktu 1 jam.
4. Ca2+ channel blockers
5. Magnesium sulfat
28
29
I.1.10 Prognosis13
Penderita yang mengalami HIE prognosisnya bervariasi, ada yang sembuh
total, cacat atau meninggal dunia. Pada stadium ringan pada umumnya sembuh
total dan pada stadium sedang 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya
tetap ada lebih dari 5-7 hari. Insiden dan komplikasi jangka panjang tergantung
dari keparahan HIE. Sebanyak 80% bayi HIE yang hidup mendapat komplikasi
serius, 10-20% dengan disabilitas berat dan 10% sehat.5 Prognosis juga tergantung
dari adanya komplikasi metabolik dan kardiopulmonal (hipoksia, hipoglikemia,
syok), keparahan ensefalopati dan usia kehamilan (buruk jika prematur).
Berdasarkan NCCU Guidelines, prognosis HIE sebagai berikut:
a. Ringan (stadium 1) : Semua hidup normal
b. Sedang (stadium 2) : 5% meninggal, 20% dengan sekuele
neurologi
c. Berat (stadium 3): 75% meninggal, 90-100% dengan
sekuele neurologi.
Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai
prognosis. Prognosisnya jelek apabila:
1. Asfiksia berat yang berkepanjangan (apgar score = 3 pada umur 20
menit)
2. HIE stadium berat menurut Sarnat dan Sarnat, 50% meninggal dunia
dan sisanya dengan gejala berat.
3. Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan
kelainan multi organ.
4. Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat
dipulangkan, 50% akan timbul epilepsi.
5. Adanya oliguria persisten (produksi urin <1 ml/kgBB per jam selama
36 jam pertama).
6. Mikrosefali pada 3 bulan pertama setelah lahir. Menurunnya rasio
lingkaran kepala yang didapatkan waktu lahir dibandingkan dengan
usia 4 bulan dibagi rerata lingkaran kepala pada usianya x 100% >
30
kelainan
CT
Scan
yang
berupa
perdarahan
hebat,
I.1.12 Kesimpulan6
Bayi baru lahir dengan HIE mengalami gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular, hepar, fungsi ginjal, sehingga penanggulangannya memerlukan
31
yang
optimal
adalah
pencegahan
yang
bertujuan
untuk
II.2
INFEKSI NEONATUS
II.2.1 Definisi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection
(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena
infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat
adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular
dari orang lain.
32
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
-
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang
lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor
yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat
menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan
oral trush.
3. Infeksi Pascanatal
33
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada
saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai
akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar
dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena
mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat
infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika
sehingga pengobatannya sulit.
Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis
dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku
neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus
terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak
menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba tiba tingkah
lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan
diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi
pernapasan meningkat, berat badan tiba tiba turun, pergerakan kurang, muntah
dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan,
ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau
dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia
dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu Not Doing Well
kemungkinan besar ia menderita infeksi.
II.2.3 Manifestasi Klinis
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
1. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
34
Malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernapasan cepat
Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas
normal
Terjadi edema
Sklerema
35
BAB III
ANALISA KASUS
Bayi lahir di Ruang Bougenvil pada tanggal 29 Januari 2015 pada pukul
12.35 lahir dari ibu G3P2A0 hamil 39 minggu dengan persalinan spontan. dengan
keadaan tidak menangis. Kemudian dilakukan resusitasi pada bayi dan akhirnya
bayi menangis. Setelah itu gerakan pasien pasif, warna kulit kebiruan, terdapat
caput suksedaneum, dengan berat lahir 2600 gram, PB 45 cm, LK 30 cm, LL 10
cm, LD 30 cm, APGAR SCORE 4-5-6 dengan asfiksia berat. Pasien sudah
diberikan vitamin K dan obat tetes mata Gentamisin saat lahir.
Pada tanggal 30 Januari 2015 didapatkan pasien akralnya dingin dan kaki
tampak kebiruan, pasien mengalami kejang sebentar 1x dan tidak menangis.
Kejang berlangsung kurang dari 5 menit. Saat kejang, posisi tangan pasien fleksi,
bibir mencucu dan denyut nadi meningkat.
36
Kesadaran
: Letargi
Tanda vital
o Nadi
: 140 x/menit,
o RR
: 52 x/menit
Berat badan
: 2600 gram
Panjang badan
: 45
cm
Lingkar Kepala
: 30
cm
37
Status Interna
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
(-/-)
Mulut
palatoschicic (-)
Leher
Cor
Palpasi
(-)
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Deformitas
-/-/Akral dingin
+/+
+/+
Sianosis
-/+/+
Ikterik
-/-/CRT
<2 / <2
<2 / <2
Tonus
Hipotoni
Hipotoni
Kedua lengan dan tungkai dalam posisi fleksi, Garis lipatan telapak kaki
jelas pada 2/3 anterior
Refleks primitive
Reflek
Rooting
Sucking
Morro
Plantar grasping
Palmar grasping
Tonick neck
babinsky
+ lemah
+
+
+
:4
Arm window
:3
Arm recoil
:3
Poplitea angel
:3
Scarf sign
:3
Heal to ear
:3
Total
: 18
d. Maturasi Fisik
Kulit
:4
Lanugo
:3
Plantar surface
:3
39
Dada
:3
:4
Total
: 20
Kurva LUBCHENCO
Assesment
Neonatus aterm
Neonatal infeksi
40
1.5
Asfiksia sedang
Planning
d. Farmakologi
o Inf. D10% 80 cc/kgBB/24 jam 250 cc/24 jam
o O2 1 lpm
o Kebutuhan cairan : 80 cc/kgBB/hari, dst
o Inj. Cefotaxim 100 mg/kgBB/hr 2 x 125 mg
o Inj. Gentamycin 6 mg/kgBB 2 x 8 mg
o Inj. Phenobarbital :
o Apyalis 1 x 0,5 cc
o As. Valproat 2 x 25 mg.
e. Non-Farmakologi
Isap lendir
Sonde
ASI ekslusif
Motivasi keluarga
f. Planning
o Darah lengkap
o Gol. Darah
o GDS
o Elektrolit
o USG kepala
o Konsul mata
41
I.6
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
Tanggal 31-01-2015
PEMERIKSAAN HASIL
NILAI
SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit %
Monosit %
Granulosit %
PCT
PDW
Golongan Darah
GDS
17,7
16,2
4,89
49,5
323
109.7
34.9
31.8
13.9
7.5
3.2
1.2
9,6 H
10.9 L
3.9
85.2 H
0.231
11.7
O
50 H
14.5 22.5
10 30
4.0 5.4
44 58
150 400
100 120
34 38
32 36
10 16
7 11
2.0 11.0
0.4 3.1
24
25 40
28
50 80
0.2 0.5
10 18
g/dL
Ribu
Juta
%
Ribu
Mikro m3
pg
g/dL
%
Mikro m3
10*3/mikroL
10*3/mikroL
10*3/mikroL
%
%
%
%
%
30 80
mg/dL
42
DAFTAR PUSTAKA
UNAIR
Dr.
Sutomo
Surabaya.
http://old.pediatrik.com/pkb/061022022401-qf2m135.pdf
2. http://downloads.ziddu.com/downloadfile/18872698/Hipoxicischemicenceph
alopathy.docx.html
3. Kohnle, Diana. 2014. Hypoxic Ischemic Encephalopathy. NYU Langone
Medical Center. http://www.med.nyu.edu/content?ChunkIID=230598
4. Khairiyah, Rahmatul. 2014. Hypoxic Ischaemic Encephalophaty (HIE) dan
Caput Succadeneum. FK Universitau Riau RSUD Arifin Achmad : Riau.
https://www.scribd.com/doc/204031932/case-HIE
5. Zanelli, Santina A. 2014. Hypoxic Ischemic Encephalopathy. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/973501-overview
6. Suryanagara, Mahesa. 2012. Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE).
http://www.slideshare.net/MahesaSuryanagara/hie-referat
7. Angriawan, Metha. 2011. Hypoxic Ischemis Encephalopathy in the Newborn.
https://www.scribd.com/doc/59497824/Hypoxic-Ischemic-Encephalopathyin-the-Newborn
8. Rahmawati, Tiara. 2013. Patofisiologi Hipoksia Iskemik Ensefalopati pada
Neonatus.
FK
Trisakti
Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/208678127/Patofisiologi-HIE
9. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/18/jhptump-a-mayanginda-896-2-babii.pdf
43
10. Alex,
Irma.
2013.
Ensefalopati
Hipoksik
Iskemik.
https://www.scribd.com/doc/148481860/Pendahuluan-Refrat-Neo
44