Anda di halaman 1dari 3

Nama : Herdiansyah Alfides

NIM : 135040201111420
Kelas : M
4 ASPEK PENTING DALAM AGROEKOSISTEM
Agroekosistem
Aktivitas pertanian merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan alam yang
memberikan arti bagi ekologi pertanian. Analisis agroekosistem merupakan hal baru yang
dikembangkan untuk memperbaiki kapasitas kita dalam melihat persoalan-persoalan yang
muncul dari penerapan berbagai teknologi di bidang pertanian. Khususnya persoalan yang
muncul sejak Revolusi Hijau. Menurut pengertian agroekosistem adalah sistem ekologi yang
dimodifikasi manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bahan
makanan. Agroekosistem memiliki kaidah-kaidah ekologi umum yang memiliki khas
tersendiri seperti yang terlihat pada ekosistem sawah dengan ekosistem lainnya. Di dalam
suatu tatanan agroekosistem, terdapat empat aspek penting yang dapat mendukung
terciptanya keseimbangan agroekosistem, yaitu :
1.

Produktivitas (Productivity).
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat produksi atau keluaran berupa

barang atau jasa, misalnya produktivitas padi/ha/tahun. Hasil akhir panen atau pendapatan
bersih, nilai produksi dibandingkan masukan sumber. Produktifitas selalu diukur dalam
pendapatan per hektar, atau total produksi barang dan jasa per rumah tangga atau negara.
Produktifitas juga dapat diukur dalam kilogram butiran, ikan atau daging, atau juga dapat
dikonversikan dalam kalori, potein, vitamin atau unit-unit uang. Input sumberdaya dasar
adalah tanah, tenaga kerja,dan modal.
Artinya, apabila produktifitas dari suatu agroekosistem itu tinggi maka hendaknya kebutuhan
hidup bagi manusia akan terpenuhi, dan sepantasnya untuk diupayakan kondisi
agroekosistem yang lestari. Namun, pada kenyataannya upaya konservasi terhadap
agroekosistem itu jarang sekali dilakukan. Seharusnya disusun suatu model pendekatan
agroekosistem yang di desain untuk pencegahan dan pengendalian terjadinya kemerosotan
kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan dan tetap mernpertahankan produktivitas
pertanian. Karena, sejatinya keterpaduan dua aspek tersebut merupakan konsepsi

pembangunan pertanian berkelanjutan dan melembagakan aspek ekologi ke dalam kebijakan


ekonomi.
2.

Stabilitas (Stability).
Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi

konstan normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan
memiliki kestabilan tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha
tani tersebut mengalami gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan
rendah apabila fluktuasi yang dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus
yang tidak terganggu oleh perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin
disebabkan karena perubahan iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan
bahan makanan.
Stabil, artinya dalam hal ini tercipta kondisi yang konsisten terhadap suatu hasil produksi.
Namun secara menyeluruh, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti variasi
curah hujan, serangan hama periodik, fluktuasi harga, dll.
3.

Keberlanjutan (Sustainability).
Kemampuan agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada gangguan

besar. Gangguan utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah, sampai ke
yang kurang biasa dan lebih besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya introduksi hama
baru. Aspek keberlanjutan sebenarnya mengacu pada bagaimana mempertahankan tingkat
produksi tertentu dalam jangka panjang.
Apakah pada kondisi tertentu produktivitas dapat dipertahankan dari waktu ke waktu (artinya
bisa sustain). Prinsipnya, keberlanjutan melibatkan kemampuan manajemen pertanian untuk
mempertahankan fungsi agroekosistem (termasuk produksi) , meskipun proses-proses ekologi
alami yang cenderung mengubah agroekosistem menuju suatu titik degradasi. Seperti dengan
stabilitas, keberlanjutan (sustainability) memiliki berbagai kebijakan yang terkait dengan
tindakan berbagai produktivitas. Beberapa langkah keberlanjutan bisa tinggi sementara yang
lain rendah untuk agroekosistem yang sama.
4.

Pemerataan (Equitability).
Aspek Ekuitabilitas digunakan untuk menggambarkan bagaimana hasil-hasil pertanian

dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Contoh apabila suatu sistem usaha tani dapat
dikatakan memiliki suatu ekuitabilitas atau pemerataan sosial yang tinggi apabila

penduduknya memperoleh manfaat pendapatan, pangan, dan lain-lain yang cukup merata dari
sumber daya yang ada. Indikatornya antara lain rata-rata keluarga petani memiliki akses lahan
yang luasnya tidak terlalu berbeda atau senjang. Pemerataan biasanya diukur melalui
distribusi keuntungan dan kerugian yang terkait dengan produksi barang dan jasa dari
agroekosistem. (Marten, 1998)

DAFTAR PUSTAKA
Gerald G. Marten, 1998. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as
Properties for Agroecosystem Assessment. JurnalSistem Pertanian 26 (1988) 291-316.

Anda mungkin juga menyukai