Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Minyak
Minyak memiliki komposisi dan sifat fisio-kimia yang berbeda-beda. Perbedaan
komposisi dan sifat fisio kimia disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat
tumbuh dan pengolahan
(Ketaren, 1986)

Minyak dan lemak merupakan salah satu dari anggota golongan lipid netral, dimana
minyak dan lemak pasti merupakan anggota lipid. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelas yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipida, dan glikolipid. Lemak dan minyak secara
umum biasanya dapat digunakan sebagai bahan pangan, minyak dan lemak sebagai bahan
pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak
(edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarine, dan lemak yang digunakan
dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan
sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan; misalnya minyak goreng,
shortening dan lemak babi. Di samping itu minyak dan lemak memegang peranan penting
dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, lemak memberikan energy
kepada tubuh sebanyak 9 kalori tiap gram lemak.
(Ketaren, 1986)

II.1.2 Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau Essential Oil adalah minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan
buah, biji, daun dan akar tanaman atsiri. Minyak atsiri merupakan suatu minyak yang mudah
menguap biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan
berantai pendek. Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bunga
dan biji tumbuhan.
(Firdaus Ikhsan,Minyak Atsiri, 2009)

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut
juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah
menguap. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun
pada penyimpanan yang cukup lama minyak atsiri dapat teroksidasi.
(Gunawan dan Mulyani, Minyak Atsiri, 2004)

II-1

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


Minyak atsiri merupakan salah satu proses metabolism dalam tanaman yang terbentuk
karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Kebanyakan minyak atsiri terbentuk bebas atau
sebagai glukosa, karena adanya air dan enzim sehingga mengalami penguraian menjadi
minyak atsiri.
(Scrib, Komoditas Atsiri, 2012)

II.1.3 Sifat Minyak Atsiri

Mempunyai rasa getir (pungent taste).

Berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasil.

Umumnya larut dalam pelarut organik, seperti alkohol, eter, petroleum dan benzene.

Tidak larut dalam air.

(Scrib, Komoditas Atsiri, 2012)

II.1.4 Komposisi Kimia Minyak Atsiri


Minyak atsiri umumnya terdiri dari campuran berbagai persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), belerang (S) dan
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N). Guenter mengatakan
bahwa minyak atsiri terutama terdiri dari persenyawaan kimia mudah menguap termasuk
hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat
oksigen.
Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu
hidrokarbon dan hidrokarbon beroksigen. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak
atsiri sebagian besar terdiri dari : monoterpen ( 2 unit terpen ), sesquiterpen ( 3 unit terpen ),
diterpen ( 4 unit terpen ) dan politerpen serta paraffin,olefin dan hidrokarbon aromatik. Selain
itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil. Resin dan lilin merupakan
komponen yang tidak mudah menguap.
(Scrib, Komoditas Atsiri, 2012)

III.1.5 Aplikasi Minyak Atsiri


Minyak atsiri banyak digunakan dalam berbagai industri seperti :
1. Industri makanan : bahan penyedap dan penambah cita rasa.
2. Industri farmasi : obat anti nyeri, anti infeksi dan anti bakteri.
3. Industri bahan pengawet : sebagai insektisida.
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-2

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


4. Industri kosmetik dan personal care product : sabun, pasta gigi, lotion, skincare dan
produk kecantikan.
5. Industri parfum
(Scrib, Komoditas Atsiri, 2012)

II.1.6 Ketumbar
Tanaman ketumbar (Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah yang
populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik digerus maupun tidak.
Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada, seperti biji kecil-kecil berdiameter 1-2 mm.
Biasanya, tumbuhan ini ditanam di kebun-kebun daerah dataran rendah dan pegunungan.
Daunnya hijau dengan tepian bergerigi. Sedangkan, untuk bunga mejemuknya berbentuk
payung bersusun berwarna putih dan merah muda. Untuk buah, bentuknya hampir bulat
berwarna kuning bersusun, Kalau matang, buahnya mudah dirontokkan.
(Anonim, 2012)

Manfaat yang diambil dari ketumbar adalah dari daun, biji, dan buah. Dari semua
bagian itu terdapat kandungan berupa sabinene, myrcene, a-terpinene, ocimene, linalool,
geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam oktadasenat, dmannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren.
(Anonim,2012)

II.1.6.1 Klasifikasi Biji Ketumbar


Klasifikasi ilmiah
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisi : Magnoliophyta
3. Kelas : Magnoliopsida
4. Ordo : apiales
5. Famili : Apiaceae
6. Genus : Coriandrum
7. Spesies : C.sativum

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-3

Minyak Atsiri Biji Ketumbar

Gambar II.1.1 Bagian Ketumbar


II.1.6.2 Manfaat biji ketumbar
Ketumbar mengandung fenol dan flavonoid. Falvonoid bersifat antibakteri dan
antioksidan yang mampu meningkatkan system imun karena leukosit sebagai pemakan benda
asing lebih cepat dihasilkan dan system limfa lebih cepat diaktifkan.
Biji ketumbar juga mengandung berbagai macam mineral. Mineral yang banyak
terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium dan besi.
Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang, juga berperan menjaga tekanan darah agar
tetap normal. Mineral fosfor berperan dalam pembentuykan dan pertumbuhan tulang. Fosfor
juga berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa tubuh.
Vitamin yang terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin C dan vitamin B.
Vitamin C berperan sebagai antioksidan sedangkan vitamin B yang berperan dalam proses
metabolism tubuh.
Tabel II.1.1 Komposisi kimia minyak ketumbar
Asam Komponen
1. Hidrokarbon,terdiri dari :

Jumlah (%)
20

d--pinen
dl--pinen
-pinen
p-simen
-terpinen dan terpinen
terpinolen dan fellandren
2. Hidrokarbon beroksigen terdiri dari :

60-70

d-linalool
n-desil aldehid
geraniol
l-bomeol
asam asetat
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-4

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


asam destilat
(Guenther,1990)

Tabel II.1.2 Sifat fisika kimia minyak ketumbar


Jenis Analisa
Berat jenis
Putaran Optik
Indeks bias

Nilai (%)
0,870-0,885
+8o sampai +13o
1,463 1,471

Bilangan Asam

Bilangan Ester

3,0-22,7

(Guenther, 1952)

II.1.7 Proses Produksi Minyak Atsiri


Proses produksi minyak atsiri dari biji ketumbar menggunakan 2 cara, yaitu:
1. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
2. Penyulingan (distillation)
II.1.7.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan suatu padatan atau cairan.
Proses ekstraksi mula-mula terjadi penggumpalan ekstrak dalam pelarut. Terjadi kontak antar
bahan dan pelarut sehingga terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi
yang telah bercampur dengan pelarut maka pelarut menembus kapiler dalam suatu bahan
padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi terbentuk dibagian
dalam bahan ekstraksi. Serta dengan cara difusi akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan
dengan larutan diluar bahan.
Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan
pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap pelarut yang
digunakan
(McCabe and Smith, 1993)

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi minyak bermacam-macam, yaitu
rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-5

Minyak Atsiri Biji Ketumbar

Gambar II.1.2 Alat ekstraksi


II.1.7.1.1 Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam
jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung minyak dimasukkan
kedalam tanpa penambahan air. Bahan dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada
suhu 220-230 oF (105-110oC). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah
mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
(Ketaren, 1986)

II.1.7.1.2 Wet Rendering


Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses. Cara ini dilakukan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40-60 pound tekanan uap (40-60 psi).
Penggunaan temperature rendah dalam proses ini dilakukan jika diinginkan flavor netral dari
minyak atau lemak. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan kedalam digester
dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound selama 4-6 jam.
(Ketaren, 1986)

II.1.7.1.3 Mechanical Expression


Mechanical expression merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 %). Pada proses ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya, Perlakuan pendahuluan
tersebut meliputi pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan.
(Ketaren,1986)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-6

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


II.1.7.1.4 Solvent extraction
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu
sekitar 1% dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara
expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak
yang sering digunakan adalah petroleum ester, gasoline, karbon disulfide, karbon tetraklorida,
benzene dan n-heksana.
(Ketaren,1986)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi


1. Pelarut
Syarat pelarut yang baik :

Harus dapat melarutkan semua zat yangdiinginkan dengan cepat dan sempurna
(pelarut harus bersifat selektif).

Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diupkan
tanpa menggunakan suhu tinggi.

Pelarut tidak boleh larut dalam air.

Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen


oleoresin.

Pelarut harus mempunyai titik didih yang sama, jika diuapkan tidak tertinggan
didalam minyak.

2. Temperatur
Ekstraksi akan berlangsung lebih cepat apabila dilakukan pada temperature yang
tinggi, tetapi apabila pada ekstraksi suhu terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa
komponen pada bahan mengalami kerusakan.
3. Ukuran bahan
Penghancuran atau pengecilan ukuran bahan dilakukan agar permukaan kontak bahan
dengan pelarut semakin luas, sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat.
Laju ekstraksi ditentukan oleh luas permukaan kontak anatara bahan dengan pelarut.
4. Waktu pengontakan
Semalin lama kontak material padatan dengan pelarut atau semakin lama waktu
ekstraksi, maka kemungkinan kontak antara pelarut dan bahan akan semakin besar.
(Novi, Adi, 2011)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-7

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


II.1.7.2 Distilasi
Macam-Macam Destilasi :
1. Flash Distillation dari Campuran Biner
Flash distillation terdiri dari penguapan dari cairan sedemikian rupa merubah
uap dalam kesetimbangan dengan cairan residu, memisahkan vapor dari cairan, dan
mengembunkan uap. Feed di alirkan dengan pompa melalui pemanas dan tekanan
dikurangi dengan valve. Campuran dari uap cairan masuk ke pemisah uap, dimana
waktu yang diperbolehkan untuk memisahkan cairan dan uap. Karena kontak dari
cairan dan uap sebelum pemisahan, pemisahan terjadi pada saat setimbang. Uap keluar
melalui line dan cairan melalui line g.

Gambar II.1.3 Plant for Flash Distillation


(McCabe and Smith, 1993)

2. Destilasi Bertingkat dengan Refflux (Rectification)


Destilasi bertingkat (rectification) tidak sama dengan flash distillation karena
dalam destiliasi bertingkat feed yang masuk memiliki volatilitas yang sebanding atau
tidak beda jauh. Disini distillasi bertingkat menggunakan prinsip distillasi kembali
untuk mendapatkan komponen yang lebih murni.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-8

Minyak Atsiri Biji Ketumbar

Gambar II.1.4 Destilasi Bertingkat dengan Refflux


(McCabe and Smith, 1993)

II.1.8 Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk
pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana,
yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut.
Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut organik
yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam
keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
Tabel II.1.3 Karakteristik pelarut heksana
Rumus molekul

C6H14

Massa molar

86,18 gr/mol

Densitas
Titik leleh
Titik didih
Viskositas

0,6548 gr/ml
95 C (178 K)
69 C (342 K)
0,294 cp pada 25 C

(Anonim, 2012)

II.1.9 Rendemen

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-9

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


Rendemen merupakan perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman aromatik. Adapun satuan yang digunakan adalah persen (%). Semakin
tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan semakin besar.
Dengan semakin besarnya jumlah minyak, pendapatan sebuah pengusaha minyak atsiri pun
akan semakin besar. Peningkatan rendemen minyak yang dihasilkan dapat dilakukan dari dua
pendekatan, yaitu dari proses budi daya dan proses pembuatan minyak. Sementara faktor yang
harus diperhatikan untuk mendapatkan nilai tinggi setelah proses ekstraksi adalah
mempertahankan mutu (kualitas) minyak, bukan lagi masalah rendemen. Semakin tinggi
rendemen, biasanya minyak belum memenuhi syarat mutu yang baik. Sementara minyak
bermutu baik biasanya ditandai dengan jumlah rendemen yang sedikit.
Rendemen (%) =

x 100%

(Armando, 2009)

II.1.10 Densitas
Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari suatu volume contoh pada
suhu 250C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat
digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang
digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.

Gambar II.1.5 Piknometer


(Ketaren, 1986)

II.1.11 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan
makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas
dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-10

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas

Gambar II.1.6 Viscometer Ostwald


(Audina, 2008)

II.1.12 Indeks Bias


Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus
sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau pembiasan ini disebabkan
adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya elektromagnetik dari atom-atom didalam
molekul cairan.
Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap indeks bias akan
bertambah besar. Indeks bias dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar lemak bebas, proses
oksidasi dan suhu.

Gambar II.1.7 Refraktometer


(Ketaren,1986)

II.1.13 Bilangan Asam


Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam adalah
jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari satu gram
minyak.
(Ketaren, 1986)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-11

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


II.1.14 Bilangan Penyabunan
Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak
dengan adanya alkali. Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak.
(Ketaren, 1986)

II.1.15 Bilangan Iod


Bilangan iod adalah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan
rangkap yang terdapat dalam asam lemak yang tidak jenuh akan beraksi dengan senyawa iod.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak.
(Ketaren, 1986)

II.1.16 Bilangan Ester


Bilangan ester adalah jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai ester dan
mempunyai hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Bilangan ester dapat
dihitung sebagai selisish antara bilangan penyabunan dan bilangan asam.
(Ketaren,1986)

II.1.17 Bilangan Peroksida


Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada
minyak atau lemak. Bilangan peroksida sangat penting untuk menentukan tingkat kerusakan
pada minyak.
(Ketaren, 1986)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-12

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


II.2 Aplikasi Industri
PENYULINGAN DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN KETUMBAR
(Coriandrum Sativum Linn) DI INDONESIA

Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) bukan merupakan tanaman asli Indonesia,


ko-moditas tersebut di budidayakan petani di Indo-nesia baru sebatas diambil daunnya yang
masih muda untuk lalab, sayuran. Biji ketumbar masih di impor dari India, Rusia, Bulgaria,
Rumania, China, Emirat Arab dan negara produsen lain-nya rata-rata sekitar 19 ribuan ton.
Kegunaan lain ketumbar cukup banyak dan beragam mulai dari untuk bahan baku bermacam
macam obat, industri penyamak kulit, flavour, fragrance dan bahan baku pembuatan minyak
wangi. Dalam rangka menciptakan nilai tambah (added value), telah banyak dilakukan
diversifikasi produk primer melalui ekstraksi atau pe-nyulingan dari tanaman penghasil
minyak atsiri. Minyak ketumbar (coriander oil) merupakan komoditas penghasil minyak atsiri
yang di-perkirakan berpotensi dan bernilai komersial tinggi yang juga belum diusahakan di
Indonesia serta belum diketahui layak tidaknya diusaha-kan dan daya saingnya. Hasil analisis
semen-tara dari produksi dan biaya produksi hasil penelitian mengenai teknologi budidaya
dan sosial ekonomi ketumbar dalam skala kecil dan ditambah referensi-referensi yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa budidaya ketumbar dan upaya untuk memperoleh
nilai tambah dari diversifikasi produk primer dalam bentuk minyak ketumbar tidak layak
dilaksana-kan di Indonesia dan tidak mempunyai daya saing dipasar internasional.
Ketumbar bukan merupakan tanaman asli Indonesia, komoditas

tersebut

dibudidayakan petani Indonesia hnya sebatas diambil daunnya yang masih muda untuk
sayuran. Minyak ketumbar diperoleh dari biji ketumbar yang telah mengalami pengeringan
penghancuran dan ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan secara mekanis dan pelarutan. Cara
mekanis lebih sederhana dan dapat dilakukan dengan pengempaan hidraulik atau pengempaan
berulir. Pada pengempaan mekanis diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak/lemak
dipisahkan untuk menghasilkan kualitas minyak lebih baik.
Ketumbar merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri yang semula
diperkirakan mempunyai potensi dan bernilai komersil tinggi ternyata melalui perhitungan
dengan analisa finansial dan analisa biaya sumber daya domestic ternyata belum layak
dikembangkan. Hingga saat ini budidaya ketumbar baru sebtas diambil daunnya yang masih
muda digunakan sebagai bumbu masak dan memenuhi permintaan swalayan sebagau sayuran.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-13

Minyak Atsiri Biji Ketumbar


Kualitas minyak ketumbar akan dipengaruhi oleh proses pembuatannya yaitu pada
tahap penghalusan biji ketumbar, pembuatan minyak ketumbar dan pemurnian minyak
ketumbar. Perlakuan yang biasa diterapkan pada tahap pemecahan biji ketumbar adalah
pemanasan biji ketumbar sebelum dipecahkan yaitu perebusan, penyangraian dan
penjemuran. Begitu juga pada tahap pembuatan minyaknya, cara atau tipe yang digunakan
akan menentukan kualitas minyak yang dihasilkan. Tahapan terakhir adalah berupa pemurnian
minyak ketumbar, pada umumnya berupa pengurangan kadar air, penyaringan dan pemucatan.
Perlakuan pendahuluan yang diterapkan adalah pemanasan terhadap daging ketumbar
sebelum dibuat minyaknya. Daging ketumbar yang akan dipanaskan, dicincang terlebih
dahulu guna mempercepat proses pengeringan dan meningkatkan rendemen minyaknya.
Perlakuan pemanasan yang digunakan adalah penjemuran (selama 3, 4 dan 5 jam),
penyangraian (7,5; 12,5 dan 17,5 menit) dan pengovenan pada suhu suhu 800C (1; 1,5 dan 2
jam). Daging ketumbar yang telah dipanaskan dimasukkan dalam kain saring dan kemudian
dipres dengan menggunakan alat pres sistem kempa hidraulik pada suhu 600C. Minyak yang
dihasilkan ditentukan berat jenis, rendemen dan warnanya secara visual. Berdasarkan
rendemen dan warna minyaknya maka ditentukan kondisi terbaik pembuatan minyak
ketumbar, di mana pada kondisi tersebut akan digunakan dalam pembuatan minyak ketumbar
selanjutnya.
(Sinta Suhirman, 2011)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

II-14

Anda mungkin juga menyukai