Anda di halaman 1dari 10

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta: dr. Ovi Rizky Astuti


Nama Wahana: RSU Aisyiyah Ponorogo
Topik: Grey Patch Ring Worm
Tanggal (Kasus): 1 Desember 2014
Nama Pasien: An. AFA

No. RM: 3574xx

Tanggal Presentasi: 16 Januari 2015

Nama Pendamping: dr. Wegig Widjanarko

Tempat Presentasi: Komite Medis RSU Aisyiyah Ponorogo


Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus

Keterampilan

Penyegaran

Manajemen
Bayi

Tinjauan Pustaka

Masalah
Anak

Istimewa

Remaja

Lansia
Dewasa

Bumil

Deskripsi: Anak perempuan, usia 3 tahun, mengeluh kepala botak sejak 2 minggu SMRS.

Tujuan: Untuk meningkatkan keterampilan diagnosis dan manajemen terapi pada penyakit grey patch ring wor
Bahan
Bahasan:
Cara
Membahas:
Data Pasien:

Tinjauan
Pustaka
Diskusi

Riset
Presentasi dan
diskusi

Nama: An. AFA

Nama Klinik: Poli Anak RSU Aisyiyah


Ponorogo
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:

Kasus

Audit
Email

No Registrasi: 3574xx
Telp: -

Terdaftar Sejak: 2014

Pos

1. Diagnosis / Gambaran Klinis:


HETEROANAMNESIS dilakukan dengan Nenek Pasien
Keluhan Utama:
Kepala botak sejak 2 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Anak RSU Aisyiyah dengan keluhan kepala botak yang telah dirasakan sejak 2 minggu ya
Botak disertai dengan kepala terasa gatal.

Awalnya, pada kulit rambut bagian belakang terdapat bintil merah kecil yang terasa gatal. Kemudian, digaruk ole
tampak berwarna pucat. Rasa gatal juga dirasakan makin hebat dan makin sering digaruk. Akibatnya, rambut di s

Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, mual, maupun muntah disangkal. BAB dan BAK pasien dalam batas nor
Pasien sudah berobat ke dokter 1 minggu yang lalu. Namun, keluhan dirasakan makin memberat.

2. Riwayat Pengobatan: puyer racikan dari dokter (nenek pasien tidak tahu kandungan obatnya)

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: keluhan serupa (-), alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-), alergi bahan iritan

4. Riwayat Keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopik (-)


5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik: pasien mudah berkeringat jika beraktivitas, pola makan dan minum teratur
6. Riwayat Imunisasi: imunisasi dasar lengkap
7. Lain-lain: Daftar Pustaka:

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2006. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Ku
2. Gawkrodger DJ. 2002. Dermatology an Illustrated Colour Text. Third Edition. Churchill Livingstone: United Kingdom.
3. Gunawan GS, Nafrialdi SR, Elysabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapetik FKUI: Jakarta.

4. Higgins EM, Fuller LC, Smith CH. 2000. Guidelines for The Management of Tinea Capitis. British Journal of Dermatology: Unite
5. Wolff K et all. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th Edition. The Mc Graw-Hill Companies:
United State of America.

Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis penyakit tinea kapitis (grey patch ring worm).
2. Ujud kelainan kulit (UKK) penyakit tinea kapitis (grey patch ring worm).
3. Tatalaksana penyakit tinea kapitis (grey patch ring worm).

SUBYEKTIF
Pasien datang dengan keluhan kepala botak sejak 2 minggu yang lalu. Botak berada pada rambut
kepala bagian belakang. Botak dirasakan makin melebar. Botak disertai dengan kepala terasa gatal.
Awalnya, pada kulit rambut bagian belakang terdapat bintil merah kecil yang gatal. Kemudian, digaruk
dan makin melebar seperti bercak merah. Bercak merah makin lama berubah warna menjadi pucat. Rasa
gatal makin hebat dan makin sering digaruk. Akibatnya, rambut di sekitarnya menjadi rontok dan kepala
pasien pun terlihat botak. Demam(-), batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), BAB normal, BAK normal.
Pasien sudah berobat ke dokter 1 minggu yang lalu tetapi keluhan dirasakan makin memberat.

OBYEKTIF
Status General
Kesadaran
Kesan Umum
Vital Sign
Berat Badan
Status Gizi

:
:
:
:
:

compos mentis
tampak sakit ringan
N = 96 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 36,5 C
18 kg
kesan gizi cukup

Kepala/Leher

: normochepal, CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (-/-), pembesaran

Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas

kelenjar tiroid (-/-)


: simetris
: sonor, vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
: S1-S2 single, reguler, murmur (-), gallop (-)
: supel, peristaltik (+), nyeri tekan (-), massa (-)
: akral hangat, edema (-/-)

Status Dermatologis - Venereologis

Ad Regio
: kulit rambut kepala bagian belakang
Ujud Kelainan Kulit (UKK) : pada kulit rambut kepala bagian belakang terdapat plak hipopigmentasi
dengan dasar tepi eritem,
berbatas tegas, numuler, single, disertai skuama halus di mana terdapat daerah
alopesia dengan
diameter 5 cm

ASSESMENT

Pasien datang dengan keluhan kepala botak sejak 2 minggu yang lalu. Botak pada rambut kepala
bagian belakang yang dirasakan makin melebar. Botak disertai dengan kepala terasa gatal. Riwayat
alergi makanan, alergi obat-obatan, alergi bahan iritan (shampo), dan riwayat atopik disangkal. Setelah
dilakukan heteroanamnesis mulai dari identitas An. AFA dengan umur 3 tahun yang merupakan usia ratarata paling banyak terjadi penyakit tinea kapitis.
Tinea kapitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, bulu
mata, dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel-folikel rambut. Penyakit ini termasuk dalam
mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan yaitu ring worm of scalp dan tinea
tonsurans.
Dermatofitosis mempunyai beberapa manifestasi klinis nyata, tergantung pada letak anatomi dan etiologi
agen. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa (infeksi oleh Trichophyton schoenleinii),
tinea corporis (ring worm of glabrous skin), tinea imbrikata (infeksi oleh T. concentrikum), tinea unguium (ring
worm of the nail), tinea pedis (ring worm of the feet), tinea barbae (ring worm of the beard), dan tinea manum
(ring worm of the hand).
Manifestasi klinis tinea kapitis ditemukan berbeda-beda. Mulai dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik
mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau
alopesia. Kemudian, dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang dalam atau disebut
kerion sehingga berpotensi menjadi jaringan parut (sikatriks) dan menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan
penyakit ini tergantung pada interaksi antara host dan agen penyebabnya.
Tinea kapitis dibedakan menjadi 4 jenis yaitu black dot ring worm, grey patch ring worm, kerion celsi, dan
tinea favosa. Pada grey patch ring worm dimulai dengan papul merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan

membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut menjadi abu-abu, tidak mengkilat, dan
mudah patah terlepas dari akarnya sehingga menimbulkan alopesia di daerah tersebut. UKK tersebut sama seperti
yang dialami oleh pasien yaitu plak hipopigmentasi dengan dasar tepi eritem, berbatas tegas, numuler, single,
disertai skuama halus di mana terdapat daerah alopesia dengan diameter 5 cm sehingga kemungkinan besar
pasien menderita tinea kapitis dengan jenis grey patch ring worm.
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
dengan sinar wood, KOH, atau kultur. Pada pemeriksaan sinar wood akan dihasilkan fluoresensi hijau kekuningan
pada rambut yang sakit melalui batas gray patch tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan oleh spesies microsporum
dan trichophyton. Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan KOH 10 % dan pewarnaan tinta Parker
super chroom blue black. Pada hasil ditemukan mikrospora atau makrospora yang tersusun di dalam atau di luar
rambut. Kadang juga terlihat hifa pada sediaan rambut. Sedangkan pemeriksaan kultur dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media agar dekstrosa Sabouraud dan pertumbuhan jamur dapat dilihat antara 1014 hari.
Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan penunjang sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan kesimpulan:
Diagnosis banding:

Grey patch ring worm (tinea kapitis)


Dermatitis kontak iritan
Dermatitis atopik
Alopesia areata

Diagnosis kerja:

Grey patch ring worm (tinea kapitis)

Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk likuid, rasa enak, terapi singkat,
keamanan yang baik, dan sedikit interaksi antar obat. Penggunaan anti jamur oral sebagai drug of choice
digunakan griseofulvin. Terbinafin jangka pendek, itrakonazol, flukonazol, dan ketokonazol terbukti relatif lebih
aman dan berhasil dibandingkan dengan griseofulvin. Pada pasien ini diberikan ketokonazol 200 mg tablet dengan
dosis 5 mg/kg per hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan. Antibiotik sistemik dapat diberikan jika
terdapat infeksi sekunder S. aureus atau infeksi streptococcus grup A.
Selain itu, pasien juga diberikan shampo ketokonazol. Shampo tersebut berguna untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah kekambuhan, mencegah penularan, membuang skuama, dan membasmi spora viabel.
Diberikan sampai sembuh klinis maupun mikologis. Shampo ketokonazol 1-2% dipakai 2-3 kali tiap minggu
didiamkan 5 menit baru dicuci. Setelah menggunakan shampo tersebut dianjurkan memakai hair conditioner.
Shampo dapat dipakai untuk karier asimptomatik atau kontak dekat dengan pasien sebanyak 2 kali tiap minggu
selama 4 minggu karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis pada seseorang yang kontak dekat dengan
karier daripada anak yang jelas terinfeksi.
PLANNING
a. Planning diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10-20 % dengan bahan kerokan skuama pada tepi lesi
Pemeriksaan sinar wood
b. Planning terapi
Ketokonazol 200 mg 1/3 tab
Cetirizin 10 mg
1/3 tab
Zink 20 mg
1/3 tab
Mfla pulv dtd No. XV
S 2 DD I pulv pc (obat habis kontrol)

Shampo ketokonazol 1-2 % 3 kali tiap minggu


c. Planning monitoring
Perkembangan gejala penyakit tinea kapitis (grey patch ring worm)
Tingkat penularan penyakit tinea kapitis (grey patch ring worm)
d. Planning KIE
Penjelasan mengenai penyakit pasien (pentingnya minum obat teratur dan pencegahan penularan

penyakit)
Penjelasan mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri terutama membersihkan rambut

PROGNOSIS
a. Ad vitam
: ad bonam
b. Ad fungsionam : ad bonam
c. Ad sanationam : ad bonam

Anda mungkin juga menyukai