BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Digestif adalah blok kesebelas pada semester IV dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C mengenai
Sarmin, seorang laki-laki pedagang beras, berusia 50 tahun datang ke poliklinik
Bedah RS Muhammadiyah Palembang dengan keluhan adanya benjolan dilipat
paha kanan. Benjolan ini timbul sejak 6 bulan yang lalu terutama ketika berdiri,
mengangkat barang berat, dan hilang saat tiduran. Bila benjolan keluar terasa nyeri
dan tidak nyaman.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor
Moderator
Notulis
: Marissa Asmaryuni
Sekretaris
: Femilia Kahar
Pelaksanaan tutorial
Rule of tutorial
Tanda vital
Leher
Thorax
Paru-paru
Cor
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Hepar dan lien tidak teraba, lemas, massa tumor tak teraba,
nyeri tekan (-)
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
: Normal
Status Lokalis
Pada posisi berdiri:
Tampak benjolan dilipat paha kanan dengan ukuran 6 x 4 cm, tunggal, bentuk
bulat, tidak panas, tidak nyeri, batas tak jelas, lunak, pulsasi (-), bising usus
sukar dinilai.
Saat disuruh batuk benjolan sedikit membesar.
Pada posisi berbaring:
Benjolan tidak tampak.
Saat disuruh batuk tampak ada benjolan.
Pemeriksaan spesifik
: Pemeriksaan finger test (+), Ziemann test (+),
Thumb test (+)
2.3 Klarifikasi Istilah
1) Splitting
2) Benjolan
3) Timpani
4) Finger test
5) Ziemann test
6) Thumb test
7) Pekak hati
8) Pulsasi
9) Bising usus
(Guyton, 2007)
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada
tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu
Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan
(Mansjoer,dkk, 2002)
b) Apa etiologi dari keluhan adanya benjolan di lipat paha kanan?
Jawab:
1) Lemahnya dinding rongga perut (bisa kongenital atau didapat).
2) Pembedahan sebelumnya, misal appendektomi.
3) Kongenital
a) Hernia kongenital sempurna
Keadaan dimana seorang bayi sudah menderita hernia sejak
lahir karena adanya defek pada beberapa tempat.
b) Hernia kongenital tidak sempurna
Keadaan dimana bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) namun sebenarnya memiliki defek tertentu, dan
10
menambah
beban
kerja
jaringan
ikat
abdomen
karena
peningkatan
tekanan
intra-
abdominal.
Penyakit yang melemahkan dinding perut.
Mekokok
Penyakit diabetes mellitus.
Trauma
Hipertropi prostat.
Kehamilan.
(Halimun, 2005)
(Sabiston, 1994)
11
12
13
berupa
nyeri
viseral
karena
regangan
pada
14
Peningkatan tekanan
intraabdominal
Posisi organ
bertumpu di
posterior abdomen
Berbaring
Tidak muncul
benjolan saat
berbaring
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010)
15
ke dalam rongga tubuh seperti halnya pada skrotum. Penurunan isi abdomen
tersebut disebabkan oleh banyak hal diantaranya yaitu pekerjaan berat, batuk
yang menahun. Hal tersebut akan mempermudah masuknya masa abdomen
kedalam rongga tubuh, sehingga menjadi hernia atau penonjolan suatu organ
tubuh sehingga tidak terjepit akan menimbulkan rasa sakit di daerah
terdapatnya benjolan tersebut yang juga menimbulkan rasa mual dan apabila
batuk, mengejan hernia akan bertambah besar.
3) Status Lokalis
Pada posisi berdiri:
Tampak benjolan dilipat paha kanan dengan ukuran 6 x 4 cm,
tunggal, bentuk bulat, tidak panas, tidak nyeri, batas tak jelas,
lunak, pulsasi (-), bising usus sukar dinilai.
Saat disuruh batuk benjolan sedikit membesar.
Pada posisi berbaring:
Benjolan tidak tampak.
Saat disuruh batuk tampak ada benjolan
a) Bagaimana interpretasi dari status lokalis?
Posisi
Hasil
Rujukan
Interpretasi
Benjolan (-)
Abnormal
pulsasi (-)
Benjolan sedikit
Benjolan (-)
Abnormal
Benjolan (-)
Benjolan (-)
Normal
Abnormal
Pemeriksaan
paha kanan dengan
ukuran 6 x 4 cm,
Berdiri
Berbaring
16
Hasil
+
+
+
Rujukan
17
Interpretasi
Abnormal
Abnormal
Abnormal
18
19
(Gary, 1997)
(Michael & Jeremy, 2005)
5)
20
21
tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi
organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi,
pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba
seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi,
atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya
hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
(Bickley, 2012)
3) Penilaian Status Lokalis
a) Pada posisi berdiri
b) Pada posisi berbaring
4) Pemeriksaan Spesifik
a) Finger test
b) Ziemann test
c) Thumb test
5) Pemeriksaan Laboratorium
a) Leukosit >10.000-18.000/mm3
b) Serum elektrolit meningkat
6) Pemeriksaan Radiologis
a) Pemeriksaan Ultrasound pada
daerah
inguinal
dengan
maneuver
sensitifitas
valsafa
dilaporkan
spesifisitas
diagnosis
22
6)
Hernia Inguinalis
Letak di atas ligament inguinale
Hernia Femoralis
Letak di bawah
Inguinale
Lipatan
ligament inguinale
Letak di bawah
Abdominokrura
abdominokrural
lipatan
l
Ziemann Test
abdominokrural
Teraba pada jari ke-
Positif
Positif
Muncul benjolan di region
4.
Negatif
Negatif
Terdapat benjolan
Finger test
Thumb test
Pae
Inspeksi
inguinalis.
a) Lateral
Berjalan dari lateral ke
medial, bentuk: lonjong.
b) Medial
Muncul benjolan biasanya
Pal
Palpasi
inguinale
benjolan lunak
di benjolan dibawah
ligamentum
inguinal
ligamentum
di bawah
23
No
Sifat
Hernia Inguinalis
Hernia
Hernia
Lateralis
Inguinalis
Femoralis
1 Penyebab
Kongenital /
Medialis
Acquired
2 Umur
acquired
Anak-anak,
Dewasa, Tua
Dewasa, Tua
3 Jenis
Dewasa, Tua
Laki-laki lebih
Laki-laki lebih
Wanita lebih
banyak dibanding
banyak dibanding
banyak
wanita
wanita
dibanding laki-
Kelamin
4 Bentuk
5 Letak
laki.
Lonjong (botol)
Oval / bulat
Oval / bulat
Di atas lig Di atas lig Di bawah
Benjolan
Acquired
inguinal
sampai
inguinal
Jarang
lig inguinal
Ke
fossa
scrotum/ labia
sampai
ovalis, tidak
mayora
scrotum/
ke scrotum,
24
labia mayora
6 Rangsang
Benjolan
an batuk/
keluar
dari
mengejan
lateral
ke
medial
mayora.
Benjolan
Benjolan
keluar
labia
ke
keluar
medial.
Keluar cepat
bawah
ligamentum
sampai
ke
fossa
scrotum
Keluar lambat
ovalis.
Keluar
lambat.
7 Anatomis
Lateral
vasa
Medial
epigastrica
epigastric
superior.
superior.
vasa
Medial
vasa
femoralis.
7)
8)
25
tuberkulum pubikum
Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOAE
dan
dikait
pita
dan
kantong
jaringan
hernia
diidentifikasi
Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong
dengan mesh
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
(Seymour & Schwartz, 2000)
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis
yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan
fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus
abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010)
26
9)
27
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik.
Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi
pasca bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya
insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.
(Shochat, 2000)
Prognosis hernia inginalis tipe reponibel pada kasus memiliki
prognosis baik. Lebih cepat dikoreksi dengan cara operasi, lebih baik
prognosisnya. Makin lama hernia dibiarkan, makin besar kemungkinan
untuk terjadi strangulasi. Pada kasus keluhan terjadi sejak 6 bulan lalu
(jangka waktu relatif sebentar) dan belum ada komplikasi. Mortalitas pada
hernia inguinalis rendah. Dan setelah ditatalaksana operasa hanya 7%
pasien yang hernianya kambuh kembali, hal tersebut juga bukan akibat
kegagalan operasi tetapi karena memang otot perut sudah lemah.
11) Apa Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?
Jawab:
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya
pemeriksaan laboratorium atau x-ray. Dokter mampu merujuk pasien
secepatnya ke spesialis yang relevan dan menatalaksana setelah kembali
dari spesialis.
28
2.6 Kesimpulan
Sarmin, laki-laki 50 tahun mengalami benjolan di lipat paha kanan yang
muncul ketika berdiri dan mengangkat berang berat serta hilang ketika berbaring
karena menderita hernia inguinalis dextra bersifat reponibel.
29
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran.
Bickley, Lynn S., 2012. BATES: Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brian, Ellis., 2006. Emergency Surgery the 23th Edition. New York: Hodder Arnold.
Gary, G. Wind., 1997. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis) 1st
Edition. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins: A Waverly
Company.
Grace, PA & Borley NR., 2002. At a Glance: Ilmu Bedah. Jakarta: Pernebit Buku
Erlangga.
Guyton & Hall., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Halimun., 2005. Kelainan Bawaan di Daerah Inguinal. Jakarta: Penerbit Bina Rupa
Aksara.
Konsil Kedokteran Indonesia., 2012. Standar Kompetensi Dokter Umum Indonesia.
Jakarta Selatan : Konsil Kedokteran Indonesia.
Mansjoer A, dkk., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi ke-3. Jakarta: Media
Aescupalis.
Michael, M. Henry & Jeremy N. T. Thompson., 2005. Clinical Surgery the 2 nd Edition.
Singapura: Saunders Elsevier.
Palanivelu., 2004. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery 1thEdition. New
York: GEM Foundation.
Paulsen, F & Waschke., 2010. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia Jilid II. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
30
Price, S.A, Wilson, L.M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Vol.2 Ed. 6. Jakarta. EGC.
Sabiston., 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Schwartz, Spenser Shires., 1989. Principle of Surgery 8th Edition. New York : Mc Graw
Hill Company.
Seymour, I & Schwartz., 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisike- 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Shochat, Stephen., 2000. Hernia Inguinalis. Dalam : Behrman, dkk. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Edisi ke-15 Volume II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat & Jong WD., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Snell, Richard S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stead LG, dkk., 2003. First Aid for The Surgery Clerkship the International Edition.
Singapura: The Mc Graw-Hill Companies.
Widjaja, H., 2007. Anatomi Abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
31