PENDAHULUAN
kabur,
kesulitan
membaca,
penglihatan
ganda,
masalah
BAB II
PENYAKIT PARKINSON
2.1. Definisi
Penyakit Parkinson (PD) adalah bagian dari parkinsonisme yang secara patologi
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di subtansia nigra pars compacta
yang disertai adanya inklusi sitoplamik eosinofilik. Gejala klinis utama sebagai
gejala primer yaitu tremor, rigiditas dan akinesia. (Syamsuddin, 2013)
2.2. Epidemiologi
Penyakit parkinson merupakan gangguan umum di seluruh dunia, tetapi
insidennya sedikit di Cina, Jepang, dan di populasi kulit hitam. Sebuah studi di
Wellington, Selandia Baru, melaporkan prevalensi dari 106 per 100.000 dan di
Queensland, Australia, sekitar 146 per 100,000. Rata-rata mempengaruhi 1 per
750 penduduk. Prevalensi PD meningkat sesuai usia, mencapai puncak pada
dekade ketujuh, setelah itu turun lagi. Di bawah usia 40 tahun, prevalensi pada
laki-laki (28 per 100.000) lebih besar dibandingkan dengan wanita (15 per
100.000), tetapi hal ini terbalik pada dekade ketujuh dan kedelapan, dimana
wanita 645-830 per 100.000 orang dan laki-laki 465-736 per 100.000 orang.
(Amstrong, 2008)
Di Indonesia insiden PD diperkirakan 10 orang setiap tahunnya dan
estimasi sementara terdapat sekitar 200.000-400.000 penderita, dimana laki-laki
lebanyak dibanding perempuan (3:2). (Basjiruddin, 2013) Prevalensi gejala non
motor pada PD sulit digambarkan dengan tepat. Kelainan visual pada penyakit
Parkinson yang banyak dilaporkan adalah gangguan halusinasi visual dan
gangguan spasial (17%) sedangkan gangguan tajam penglihatan dilaporkan sering
terdapat pada pasien dengan penyakit Parkinson tetapi angkanya belum diketahui
pasti. (Archibald et al, 2011) Pernah juga dilaporkan gangguan mekanisme visual
BAB III
PATOANATOMI FUNGSI VISUAL PADA PENYAKIT PARKINSON
3.1. Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina merupakan
bagian mata yang peka terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut yang
berfungsi untuk penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi
untuk penglihatan dalam gelap. (Archibal et al, 2011)
Retina menerima darah dari dua sumber: khoriokapilaria yang berada tepat di luar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan
plekiformis luar dan lapisan inti luar, foto reseptor, dan lapisan epitel pigmen
retina; serta cabang-cabang dari arteri sentralis retina, yang mendarahi dua per
tiga sebelah dalam. Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh
cahaya.
yang berupa bentuk, ukuran, warna dan tekstur (object vision). Sedangkan Dorsal
stream berperan untuk mengolah informasi spasial objek (spatial vision).
Melalui jalur ventral, informasi akan dilanjutkan masuk kedalam visual
area 2 (V2), dan selanjutnya masuk kedalam visual area 4 (V4) dan berakhir pada
bagian InferiorTemporal lobe (IT). Sedangkan melalui jalur dorsal, informasi
akan dilanjutkan masuk ke dalam V2 dan masuk kedalam dorsomedial area dan
Middle Temporal (MT) area (V5). (Filley, 2011; Goodale et al, 1992)
Gambar 3.2. Siklus yang terlibat dalam control atensi visual. Meskipun perbedaan
yang dibuat antara daerah parietal, temporal dan frontal, pada dasarnya mereka
berfungsi sebagai jaringan fungsional yang saling berhubungan dan saling
tergantung. (Archibal et al, 2011)
Gambar 3.3. Proyeksi dopamine pada SSP. OB : bilbus olfaktorius, SFC: korteks
frontal superior, CG: girus singulate, ST : striatum, HY: hipotalamus, VT : ventral
tegmentum, SN : Substansia nigra. (Amstrong, 2011)
Pada PD diketahui bahwa neuron substansia nigra dan korteks serebral sering
mengandung inklusi Lewy Bodies (LB). LB ditemukan dalam sitoplasma sel dan
dapat berasal dari filament sitoskletal. Terdapat dua jalur dopamin utama dalam
otak (Gambar 3.3). Pertama, jalur striatonigral dari substantia nigra (kelompok sel
A9) ke korteks dan striatum. Kedua, jalur utama berasal dari tegmentum ventral
(kelompok sel A8, A10) dan amigdala, septum, inti accumbens, tuberkulum
olfaktorius, dan korteks frontal. Ada juga jalur dopamin dalam hipotalamus. Oleh
karena itu, aktivitas dopamine otak tidak bisa terbatas pada korteks frontal dan
area limbik saja, aktivitasnya juga berkurang pada korteks visual.
Studi PET mengungkapkan hipometabolism daerah oksipital pada PD.
Selain itu, respon hemodinamik dan koherensi korteks oksipital berkurang pada
PD. Oleh karena itu, perubahan fungsi spesifik yang melibatkan jalur
frontostriatal dan temporal oksipital terjadi pada tahap awal PD. Pasien PD
dengan kerusakan pada lobus temporal medial menyebabkan gangguan spasial
pada PD. (Amstrong, 2011)
3.3. Gangguan Gerak Bola Mata
Gerakan konjugat volunter cepat ke sisi yang berlawanan dimulai dari daerah 8 di
lobus frontal dan diteruskan ke pons. Gerakan-gerakan cepat ini disebut saccadic
(kecepatan puncak bisa melebihi 700 derajat per detik). Tujuannya adalah untuk
mengubah fiksasi mata dengan cepat dan membawa gambar objek baru ke fovea.
Saccadic ini begitu cepat tanpa menyadari perubahan pergerakan selama
perubahan posisi mata, yang pada dasarnya adalah kebutaan sesaat. Gerakan
saccadic dapat dibangkitkan dengan menginstruksikan seseorang untuk melihat ke
kanan atau kiri (saccadic yang diperintah) atau mengerakkan mata ke objek
(saccadic refixasi). Kedua gerakan ini terdapat pada penyakit neurologis yang
berbeda. Saccadic juga dapat ditimbulkan secara refleks ketika adanya suara yang
tiba-tiba atau munculnya sebuah benda pada lapangan penglihatan perifer yang
menarik perhatian serta memicu gerakan mata otomatis ke arah stimulus.
Saccadic laten yaitu interval antara munculnya sebuah objek dan mulai terjadinya
saccadic, adalah sekitar 200 ms. (Allan, 2009)
Pada penderita penyakit parkinson gangguan gerak bola mata terutama
pada gerakan sakadik dan gerakan pursuit halus. Pasien kesulitan untuk membuat
gerakan halus dan adanya gerakan vergen yang terbatas. (Archiball et al, 2011)
Penurunan kadar dopamin di basal ganglia dan korteks frontal menyebabkan
berkurangnya kadar dopamin di coliculus superior yang berperan pada kelainan
sakadik. Di daerah subkortikal, daerah basal ganglia adalah daerah yang paling
banyak ditemukan kelainan patologi pada PD. Basal ganglia, pars substantia nigra
reticulata, inti subthalamik, dan inti nucleus kaudatus terlibat dalam gerakan mata
saccadik. Pada penelitian menggunakan MRI fungsional dan EEG diketahui juga
terdapat peran penting korteks oksipital dalam memproduksi gerakan mata
sakadik. Dopamin juga memiliki peran pada ganglia simpatik, ganglia viseral, dan
di semua dinding arteri. Oleh karena itu, penurunan dopamin di beberapa daerah
ini bisa menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah gerakan mata dan
reaktivitas pupil. (Amstrong, 2011; Kesler, 2006)
Gambar 3.4. Siklus kortikal, subkortikal dan batang otak, daerah bertanggung
jawab untuk pengendalian sakadic. Terdapat interaksi yang kompleks Antara
kortek frontal, parietal dan struktur subkortikal yang secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi colliculus superior dan batang otak dalam menimbulkan
gerakan sakadik. (Archibal et al, 2011)
BAB IV
GAMBARAN KLINIS GANGGUAN VISUAL PADA PENYAKIT
PARKINSON
4.1. Tajam Penglihatan
Pasien PD sering mengeluh penglihatan yang buruk terutama karena penyakit
perkembangan penyakitnya. sebagian, tajam penglihatan berkurang dan sebagian
mengeluhkan ketajaman penglihatan kontras rendah. Gangguan visus ini
merupakan faktor risiko terbentuknya halusinasi kronis pada PD. Ketajaman
visual yang buruk dapat disebabkan oleh kurangnya dopamin dalam retina,
gerakan mata abnormal, atau kurangnya gerakan berkedip dan sedikit akibat terapi
parkinson. (Amstrong, 2008)
4.2. Penglihatan Warna
10
11
pada pasien PD ketika mata pada posisi primer atau ketika istirahat (resting).
Dilaporkan terdapat gerakan mata sakadik dan smooth abnormal pada 75% pasien.
Waktu reaksi dan kecepatan maksimum sakadik horizontal pada pasien PD lebih
lambat. Gerakan mata sakadik mungkin menunjukkan keadaan hipometria,
sedangkan gerakan mata smooth mungkin terganggu oleh gerakan sakadik /small
saccadic. Sebagai tambahan, amplitudo gerakan mata sakadik meningkat pada
subjek normal ketika ada perubahan dari eksternal cue saccades ke self paces
saccades dan efek ini sering meningkat pada PD. Dalam sebuah studi, gerakan
sakadik meningkat pada pasien PD yang tidak dirawat, terdapat nilai hipometri
yang mengisyaratkan disfungsi jalur inhibisi striatocollicular pda pasien PD akibat
defisiensi dopamin pada ganglia basalis. Pada percobaan lain, kerja memori
spasial telah dipelajari hubungannya dengan gerakan mata. (Amstrong, 2011;
Mossiman et al, 2005)
Rekaman EOG telah dibuat sebelum dan sesudah terapi apomorphin pada
pasien stadium awal dan telah dikonfirmasi bahwa gerakan smooth telah terjadi
pada stadium awal penyakit. Sebagai tambahan, pasien dengan PD sering
kesulitan mempertahankan gerakan ulangan dan karena itu gerakan smooth
menunjukkan reduksi dalam respon penting dan kemunduran progresif dari respon
dengan stimulus ulangan.(Amstrong, 2008)
4.6 Nistagmus dan Konvergensi
Abnormalitas nistagmus optokinetik train nistagmus dan konvergensi pada
pasien PD telah dilaporkan. Abnormalitas lain yang telah diobservasi antara lain
jerkiness, coghwheeling dan terbatasnya gerakan mata. Gerakan mata vertikal
seringkali terganggu dibandingkan gerakan mata horizontal. Konvergensi dapat
berhubungan dengan luasnya exophoria dan terjadinya diplopia. (Archibal et al,
2011)
4.7. Reflek Berkedip
Pada pasien PD sering ditemukan berkurangnya frekuensi berkedip. Hal ini
disebabkan ketidaknormalan kelenjar airmata, kondisi mata kering, dan
menurunnya visus. Sebuah tanda karakteristik okular memungkinkan refleks
berkedip. Menimbulkan tekanan bagian atas batang hidung. Pada individu normal,
refleks berkedip muncul bila terdapat cahaya berurutan, kurang produksi air mata
12
mengedip mungkin tidak hilang saat pencahayaan hilang, selain itu, durasi
berkedip bisa meningkat pada pasien PD. (Amstrong, 2011)
4.8. Reaktivitas Pupil
Pembesaran diameter pupil dengan anisokoria yaitu (pembesaran pupil tidak
sama) setelah adaptasi cahaya pernah dilaporkan pada pasien PD, tidak ada
perubahan setelah adaptasi gelap. Hasil dari observasi mengatakan terjadinya
ketidakseimbangan otonomik parasimpatik pada pasien PD.
4.9. Psikofisis
Terjadi ganggun pada sensitivitas kontras pada sebagian pasien PD, teutama pada
frekuensi yang tinggi atau pertengahan. Pada sebagian orang terjadi kekurangan
sensitivitas kontras, apabila penyakitnya sedang berlanjut, dan bisa menjadi
kontribusi untuk penglihatan yang jelek pada PD. Hal ini bisa disebabkan oleh
disfungsi dopamin atau disebabkan oleh kelainan kortikal. Terapi L-Dopa bisa
memperbaikinya. Pada pasien yang kontrolnya bagus tidak akan menyebabkan
gangguan neurologi. Apomorfin bisa memperbaiki acromatic special constrast
sensitivity. Penggunaan apomorfin dapat memperbaiki secara signifikan pada efek
visual warna minimal. Pada patologi PD, dibuktikan bahwa substansia nigra
berfungsi dalam proses kerja bagian temporal untuk tugas motorik dan preseptual.
Gangguan pada persepsi visual tehadap stimuli yang bergerak dengan cepat bisa
menyebabkan gangguan apabila melihat sesuatu yang bergerak dengan cepat.
(Meppelink, 2009; Shayler, 2009)
4.10. Halusinasi Visual
Halusinasi visual merupakan komplikasi kronik pada PD, terutama pasien yang
diobati dengan L-dopa dan agonis dopamin. Pada suatu penelitian pasien PD,
halusinasi tejadi 40% sebelum 3 bulan pasien diperiksa. Halusinasi visual
sebanyak 22% dan pendengaran sebanyak 10%. Pasien dengan halusinasi minor
lebih menunjukkan depresi daripada yang mayor. Tiga faktor yang diprediksi
menyebabakan halusinasi adalah defisit kognitif yang berat, kesadaran somnolen
setiap hari dan durasi penyakit yang lama. Halusinasi pada PD sering kompleks
dan manifestasi awal sering di dahului dengan miskonsepsi ilusionari, penamaan,
13
BAB V
PENGARUH PENGOBATAN PARKINSON TERHADAP FUNGSI
OKULER
Terapi parkinson bisa berupa terapi tunggal atau kombinasi beberapa obat. Begitu
juga Selegilin dan Rasagilin, kedua obat ini bukan untuk memperlambat
perkembangan penyakit, tetapi untuk mengontrol gejala klinis yang ada. Terapi
parkinson bertujuan untuk mengurangi aktifitas kolinergik atau dengan
mendorong aktivitas dopamin di ganglia basal. (Amstrong, 2008)
Pengobatan
Contoh
Antikolinergik
Benzhexol,
Diphenydrine
Dopamin
Bromokriptin
Kambuhnya halusinasi
14
Agonis
L-Dopa
L-Dopa/carbidopa
MAO inhibitor
Selegilin, Rasagilin
Hilangnya
tajam
pandangan kabur
Anti viral
Amantadine
Midriasis,
halusinasi
Antidepresan
Imipramine
Terapi bedah
Palidotomi
keratitis
penglihatan,
superfisial,
Tabel 5.1. Efek samping okuler pada pengobatan penyakit Parkinson (Amstrong,
2011)
5.1. Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik seperti benzhexol dan diphenydrine terapi lini pertama untuk
mengobati PD. Bekerja untuk mengurangi jumlah asetilkolin yang meningkat
akibat berkurangnya jumlah dopamin. Merupakan pilihan pertama untuk
mengatasi tremor. Benzhexol memiliki efek midriasis yang signifikan, sehingga
tidak boleh diberikan pada penderita glaucoma sudut tertutup, dan hati-hati
pemberiannya pada pasien penyempitan sudut mata anterior. Penggunaan jangka
lama obat ini, menyebkan penutupan sudut mata anterior tanpa gejala akut. Risiko
ini mungkin hanya dapat diketahui dini oleh ahli mata, sehingga penting untuk
pengukuran sudut mata anterior. Efek samping lain obat ini adalah fotofobia dan
penurunan akomodasi dan penglihatan kabur. (Amstrong, 2011; Archibal, 2011)
5.2. Agonis Dopamin
Agonis dopamin adalah pengobatan dini lainnya untuk meningkatkan efek
dopamin dengan langsung merangsang reseptor dopamin. Obat ini dapat
menimbulkan komplikasi motorik ringan dan diskinesia tapi lebih ringan dari
15
16
BAB VI
DIAGNOSIS
Diagnosis gangguan visual pada penyakit Parkinson ditegakkan dengan
melakukan anamnesis gejala yang ada dan melakukan beberapa tes fungsi
penglihatan. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui mengetahui fungsi retina,
meliputi pemeriksaan tajam penglihatan melalui pemeriksaan elektrofisiologi
17
Gambar :
(A) Huruf E jatuh pada retina dan dapat diukur melalui lengkung visual dengan
satuan degree per menit (60 min = 1 deg).
(B) Snellen nomenclature (i.e. 6/6) mengetahui frekuensi spasial dalam satuan
siklus per degree (cpd). Pada ketajaman 6/6 stimulus visual (huruf dan lambaian
tangan) harus dapat dilihat pada sudut 5 menit, dengan waktu stimulus 1 menit.
Siklus lengkap dari black-white-black dalam waktu 2 menit per siklus dalam 30
siklus penuh.
(C) Balok sempit dengan batas yang tegas meingkatkan frekuensi spasial
(D) Skala The Campbell-Robson menilai kemampuan untuk menilai frekuensi
spasial tengah. (Archibal et al, 2011)
Penilaian tajam penglihatan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
spasial dalam membedakan stimulus sehingga dapat mengerti suatu gambaran
dengan perbedaan hitam putih yang jelas. Dengan kemampuan ini seseorang dapat
berjalan mandiri melewati celah sempit. (Davidstottir, 2005)
18
BAB VII
PENATALAKSANAAN
Penglihatan kabur biasanya diobati dengan koreksi refraksi yang digabung dengan
obat antikolinergik. Diplopia akan membaik dengan obat anti Parkinson, dengan
mengistirahatkan mata, serta dengan tetap memakai lensa Fresnel prisma hingga
gejala hilang. Gejala mata kering dapat diatasi dengan air mata buatan, selain itu
19
20
keluhan utama
Fungsi visual mempengaruhi mekanisme postural dan gangguan
penglihatan merupakan faktor risiko gangguan keseimbangan pada pasien
PD.
Beberapa obat antiparkinson menyebabkan gangguan fungsi visual pada
PD.
DAFTAR PUSTAKA
Archibald Neil K, Mike P. Clarke, Urs P. Mosimann, and David J. Burn. 2011.
Visual Symptoms in Parkinsons Disease and Parkinsons Disease
Dementia. Movement Disorders, Vol. 26, No. 13
21
Archibal Neil et al. 2013. Visual exploration in Parkinsons disease and parkinsons disease
dementia. Brain 2013: 136; 739-750
Armstrong Richard A. 2008. Visual signs and symptoms of Parkinsons disease
Clin Exp Optom 2008; 91: 2: 129138
Armstrong R. A. 2011. Visual Symptoms in Parkinsons Disease. SAGE-Hindawi
Access to Research Parkinsons Disease Volume 2011, Article ID
908306, 9 pages
Basjiruddin A, 2013. Gejala non motorik penyakit Parkinson dalam Kelompok Studi Movement
Disorder. Buku panduan penyakit Parkinson dan gangguan gerak lainnya. Jakarta. Hal
25-28
Barrack Samuel. 2009. Visual disturbance in Parkinsons disease. Jneurology, 2009
Bearman Andrew. 2014. Eye & Vision Issues in PD. AAMC Newsletter vol 6.
Number 8.
Crevits L. 2003. Abnormal Psychophysical Visual Perception in Parkinsons
Disease Patients. Acta neurol. belg., 2003, 103, 83-87
Davidsdottir Siguros. 2005. Visual and Spatial Symptoms In Parkinsons Disease.
Vision Research 45 (2005) 12851296.
Filley Christoper M. Neurobehavioral anatomy chapter seven : agnosia. Colorado
2011. University Press of Colorado. 105-112
Goodale, Melvyn A., dan Milner David. 1992. Separate Visual Pathways for
Perception and Action. Elsevier Science Publisher Ltd. Vol 15. No 1
Kesler Anat, Amos D Korczyn. 2006. Visual disturbance in Parkinsons disease. Pract
Neurol. 2006; 6 : 28-33
Meppelink Anne Marthe, Bauke M. de Jong, Remco Renken, Klaus L. Leenders,
Frans W. Cornelissen and Teus van Laar. 2009. Impaired Visual
Processing Preceding Image Recognition in Parkinson. s Disease
Patients with Visual Hallucinations. Brain 2009: 132; 29802993
Mossiman et al. 2005. Saccadic eye movement changes in Parkinsons disease dementia and
dementia with lewy bodies. Brain (2005), 128; 1267-1276
Ropper Allan, Samuels Martin. 2009. Adams and Victors Principles of Neurology
9th ed. McGraw-Hills Education.
Shayler Geoff. 2011. Visual features of Parkinsons disease. Ageing Vision PArt 2
Course Code: C-15421.www.optometry.co.uk
Syamsuddin Thamrin, 2013. Penyakit Parkinson dalam Kelompok Studi Movement Disorder.
Buku panduan penyakit Parkinson dan gangguan gerak lainnya. Jakarta. Hal 7-9
22