HIDROGEN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mempelajari cara pembuatan dan sifat hidrogen
2. Hari, tanggal Praktikum
Rabu, 29 Mei 2013
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pngetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Henry Cavendish (1731 1810) dan
merupakan unsur yang atomnya paling kecil dan ringan. Unsur ini paling banyak di alam
ini terdapat tiga isotop hidrogen yang dikenal : 1H 2H dan 3H. Dari semua atom hidrogen
yang terdapat di alam, 99,98 persen adalah dari jenis 1H, sekitar 0,02 persen 2H dan 3H
tak terhingga sedikitnya. Isotop hidrogen tidak mirip satu sama lain, tidak seperti isotopisotop unsur lain, karena selisih bobotnya besar secara presentase. Karena alasan ini,
sisotop hidrogen mempunyai nama sendiri-sendiri, sedangkan unsur-unsur lain cukup
ditandai dengan nomor massanya. Deuterium disebut juga hiddrogen berat (Keenan,
2005: 352).
Hidrogen molekular berupa gas tidak berwarna, tidak berbau (titik beku 20,28 K)
sebenarnya tidak larut dalam air. Paling mudah dibuat melalui reaksi asam encer dengan
logam seperti Zn atau Fe, dan melalui elektrolisis air. Secara industri hidrogen diperoleh
dari reaksi bolak balik antara uap air dengan metana atau minyak bumi ringan melalui
katalis nikel yang diaktifkan pada suhu 750 o. Hidrogen tidaklah luar biasa reaktif.
Hidrogen terbakar di udara membentuk air, serta akan bereaksi dengan oksigen dan
halogen dengan disertai ledakan pada kondisi tertentu (Cotton, 2009:241-242).
Dalam senyawa, hidrogen memiliki bilangan oksidasi +1, -1 dan 0. Hidrogen
membentuk senyawa dengan cara melepas atau menerima elektron. Untuk menentukan
bilangan oksidasi harus dipertimbangkan elektronegatifitas relatif H dan atom
pasangannya. Bilangan oksidasi +1 merupakan bilangan oksidasi yang paling penting
untuk hidrogen karena mencakup sebagian besar senyawa hidrogen. Dalam senyawa ini
2
H bergabung dengan unsur yang lebih elektronegatif seperti unsur-unsur di sebelah kanan
dalam tabel periodik. Bilangan oksidasi -1, bila hidrogen bergabung dengan atom yang
kurang elektronegatif daripada dirinya sendiri, senyawa tersebut disebut hibrida. Senyawa
hibrida ini kebanyakan ionik, seperti jika bergabung dengan unsur-unsur gologan I dan
golongan II atau kovalen, seperti dengan unsur-unsur golongan III yang ringan. Bilangan
oksidasi 0. Hidrogen beraksi dengan beberapa logam seperti uranium, tembaga, dan
paladium memebentuk zat yang keras tapi rapuh yang memiliki manfaat menghantar
listrik dan kilap logam (Purwoko, 2001 : 4-5).
Laju molar karbonmonoksida teramati lebih tinggi dibandingkan dengan
hidrogen, karena pada reaksi kedua yaitu water gas shift, hidrogen berfungsi sebagai
reaktan. Laju molar H2O memiliki nilai yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
hidrogen dan karbondioksida. Laju molar reaktan yaitu metana dan karbondioksida
menurun sepanjang reaktor, sedangkan sebaliknya untuk produk, hidrogen dan
karbonmonoksida meningkat (Trianto, 2008: 669).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Penjepit kayu
b. Gelas kimia 250 ml
c. Sumbat berlubang
d. Pipa kaca
e. Pipa karet
f. Tabung reaksi
g. Pipet tetes
h. Bunsen
2. Bahan- bahan Praktikum
a. Aluminium
b. Zn (seng)
c. Larutan H2SO4 pekat
d. Larutan CuSO4 1 M
e. Larutan NaOH 0,5 M
f. Korek api
g. Aquades
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan hidrogen dengan asam
2 keping Zn (seng)
Hasil
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
No
Perlakuan
1
Pembuatan hidrogen dari asam
2 keping Zn + 10 tetes CuSO4
+ H2SO4
Hasil pengamatan
Al + larutan NaOH
dari
larutan
Keluar nyala/ letupan berwarna orange
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Pembuatan Hidrogen dan Asam
Zn(s) + CuSO4(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) + SO42-(aq)
Cu(s) + Zn2+(aq) + H2SO4(aq) Cu(s) (merah bata) + 2ZnSO4(aq)(bening) + H2(g)
(gelembung)
b. Pembuatan hidrogen dari basa kuat
2Al(s) + 6NaOH(aq) 2Na3AlO3(aq) + 3H2(g)
Al(s) + 3OH-(aq) Al(OH)3(aq)
Al(s) + 2NaOH (aq) + 6 H2O(l) 2[Al(OH)4]-(aq) + 2Na+(aq) + 3H2(g)
6
5
2
7
4
1
9
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Tabung reaksi
4. Sumbat berlubang
5. Pipa karet
6. Pipa kaca
7. Gelas kimia
5
8. Klem
9. Pipa U
Fungsi alat :
Tiang statif digunakan sebagai penyangga.
1.
Klem untuk mengikat atua memegang tabung reaksi di tiang statif
2.
Tabung reaksi sebagai wadah untuk mereaksikan logam zn dengan CuSO4,
3.
4.
H2SO4
Sumbat berlubang untuk menyumbat tabung reaksi sehingga keadaan
8.
9.
5.
6.
7.
1
4
5
Keterangan :
1.
Tabung reaksi
2.
Sumbat berlubang
3.
Pipa kaca
4.
Penjepit kayu
5.
bunsen alat
Fungsi alat :
1.
2.
NaOH
Sumbat berlubang Untuk menyumbat tabung reaksi dan sudah dilengkapi
3.
4.
5.
pemanasan
Bunsen Digunakan sebagai alat untuk memanaskan suatu zat kimia
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan dserta sifat gas hidrogen,
dimana hidrogen itu sendiri merupakan unsur yang paling kecil dan ringan yang terdiri
atas satu proton dn satu elektron, serta merupakan unsur paling melimpah di alam
semesta. Karena hidrogen ditemukan di alam sebagai senyawanya, artinya tidak tersedia
langsung dalam bentuk H2, maka molekul H2 harus di bentuk dalam bentuk senyawanya,
dimana pembuatan hidrogen dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara industri dan
laboratorium.
Pada praktikum ini ada 2 percobaan yait pembuatan hidrogen dari asam dan
pembuatan hidrogen dari basa kuat. Pada pembuatan hidrogen dengan asam, logam Zn
direaksikan dengan larutan asam yaitu CuSO4, dimana logam Zn berwarna perak ini tidak
larut dalam CuSO4 berwarna biru. Penambahan CuSO4 disini berfungsi untuk membentuk
lapisan yang dapat menghambat proses penguraian atau perubahan warna, karena reaksi
dengan asam kuat berlangsung cepat sehingga sulit untuk diamati. Lalu setelah itu,
ditambahkan dengan H2SO4, dimana dia membentuk 2 lapisan yaitu atasnya berwarna biru
muda dan bawahnya bening, hal ini terjadi karena massa jenis H 2SO4 lebih besar dari
CuSO4. Selain itu, warna Zn nya berubah menjadi merah kecoklatan, karena adanya reaksi
redoks. Penambahan CuSO4 pada Zn menyebabkan Zn teroksidasi dan melepaskan 2
elektron membentuk Zn2+ , dan CuSO4nya terurai menjadi Cu2+ dan SO22- , dimana Cu2+
akan terurai menjadi Cu sehingga Zn berubah menjadi merah kecoklatan yang
menandakan terbentuknya ZnSO4 yang merupakan reaksi antara Cu dan Zn 2+ dengan
SO42-. Selain itu, juga karena perbedaan energy potensial sel standar, dimana E0sel Cu
lebih besar dari Zn sehingga Cu lebih mudah tereduksi dan Zn mudah teroksidasi. Setelah
itu dilakukan pemanasan dan selang dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air, dan
didapatkan hasil bahwa terbentuk gelembung-gelembung pada air, dimana gelembung ini
menandakan bahwa ada gas hydrogen yang terbentuk. Pemanasan disini bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Kemudian dilakukan uji nyala, namun tidak terbentuk
nyala, hal ini terjadi karena hydrogen yang terbentuk terlalu sedikit. Uji nyala ini
dilakukan berdasarkan sifat dari hydrogen itu sendiri, dimana apabila terdapat hydrogen ia
akan menghasilkan nyala berwarna orange.
7
Percobaan kedua yaitu pembuatan hydrogen dari basa kuat, dimana logam Al
direaksikan dengan NaOH. Penggunaaan logam Al disini itu dilakukan karena Al lebih
mudah teroksidasi dibandingkan Zn karena memiliki E 0sel yang lebih kecil (dari Zn).
Kecenderungan ini terjadi karena prosesnya menggunakan basa kuat, yang mana bila
dibandingkan dengan asam kuat, basa kuat lebih sukar terurai atau bereaksi dengan logam
untuk membentuk gas H2. Pada proses ini dibantu dengan proses pemanasan yang
dilakukan untuk meningkatkan energy ionisasi atau energy kinetic sehingga proses
pembentukan gas H2 lebih cepat. Dan berdasarkan hasil pengamatan, ketika Al direaksikan
dengan NaOH tidak terjadi perubahan (Al tidak larut), namun setelah pemanasan keluar
gelembung-gelembung dari larutan, dimana gelembung-gelembung ini menandakan
bahwa gas H2 telah terbentuk. Proses pemanasan disini mengakibatkan terbentuknya ion
kompleks [Al(OH)4]- serta terurainya ion Na+. Pada saat di uji nyala, didapatkan bahwa
adanya letupan atau nyala berwarna orange, yang menandakan adanya gas H 2, dimana gas
H2 tidak berbau, tidak berasa, serta tidak berwarna. Nyala yang lebih besar dari percobaan
satu ini, diperoleh sesuai persamaan reaksi
2Al(s) + 2NaOH (aq) + 6 H2O(l) 2[Al(OH)4]-(aq) + 2Na+(aq) + 3H2(g)
dimana koefisien hasil reaksi untuk H2 pada percobaan 2 lebih besar dari koefisien hasil
reaksi untuk H2 pada percobaan 1, yang reaksinya adalah
Zn(s) + CuSO4(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) + SO42-(aq)
Cu(s) + Zn2+(aq) + H2SO4(aq) Cu(s) (merah bata) + 2ZnSO4(aq)(bening) + H2(g)
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan anlisis data, dapat disimpulkan bahwa untuk
membuat gas H2 dapat dilakukan dengan mereaksikan logam dengan asam kuat atau basa
kuat, seperti halnya pada reaksi antara Zn, CuSO 4 dengan H2SO4, serta reaksi antara Al
dengan NaOH, yang menghasilkan gas H2 yang dibantu oleh proses pemanasan untuk
mempercepat reaksi. Dimana gas H2 yang terbentuk disini merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan mudah terbakar, dengan nyala api berwarna
orange.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert dan Wilkinson, Geoffrey. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI
Press.
Keenan, Charles W. 2005. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Purwoko, Agus Abhi. 2001. Kimia Unsur. Mataram : FKIP Universitas Mataram.
Trianto, Azis, Ira Santrina JC, dan Susilo Yuwono. 2007. Simulasi Produksi Hidrogen
Melalui CO2 Methane Reforming Pada Reaktor Membran. Bandung : ITB.