Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengutip Asosiasi America Ortodontis1 memaparkan sejarah
singkat behel atau kawat gigi bahwa; behel telah ditemukan sejak zaman
mumi purba, yang dilanjutkan pada sekitar tahun 400-500 SM dimana
Hippocrates dan Aristoteles telah memikirkan cara-cara untuk meluruskan
gigi atau memperbaiki susunan geligi, Demikian pula telah ditemukan
bukti bahwa pada zaman Golden Age, orang Roma telah menguburkan
mayat dengan peralatan agar gigi yang digunakan pada waktu hidup tidak
copot. Berlanjut ke era modern, Presiden Amerika Serikat, George
Washington, telah menggunakan gigi palsu yang terbuat dari kayu, dan
akhirnya pada tahun 1729 dimana Pierre Fauchard, salah seorang ahli
gigi Prancis menerbitkan sebuah buku berjudul The Surgeon Dentist
dengan pokok pembahasan tentang cara-cara untuk meluruskan gigi
dengan menggunakan sebuah alat yang disebut bandeau; sepotong plat
berbentuk tapal kuda terbuat dari logam mulia yang dapat membantu
memperluas lengkungan rahang. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh
Ettienne Bourdet, seorang dokter gigi kerajaan Perancis yang terkenal
dengan teori penumbuhan rahang, dalam karyanya yang berjudul The
1

Sejarah behel dan perkembangannya. di kutip dari;


http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=6327254 pada tanggal 18 juni 2012
Universitas H asanuddin|1

Dentist Art (1757). Sejarah penggunaan behel dan kawat gigi kemudian
berlanjut hingga abad 19 dimana Delaberre memperkenalkan boks kawat
gigi yang sekaligus menjadi pertanda lahirnya orthodonsi kontemporer,
yang

dilanjutkan

pada

abad

setelahnya

dimana

para

ahli

gigi

menggunakan emas, platinum, perak, baja, karet, vulcanite, dan


terkadang pula menggunakan kayu, gading, seng dan tembaga, untuk
membentuk badan kawat gigi.
Penjelasan diatas menunjukan bahwa behel telah dikenal sejak
lama. Hanya saja terdapat perbedaan antara behel dimasa itu dan di
masa kini. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
yang digunakan dalam pembuatan kawat gigi yang menggunakan bahanbahan tidak berbahaya dan steril, proses pemasangan yang lebih akurat
dengan berdasar pada kajian ilmiah, hingga perawatan yang lebih
mutakhir.
Dengan dukungan sistem informasi yang juga semakin pesat,
pengetahuan masyarakat tentang fungsi behel pun berubah, tetapi tidak
berarti meninggalkan fungsi lamanya, yang sebagaimana penjelasan di
atas digunakan dalam konteks kesehatan. Perubahan yang dimaksud
dalam kondisi kekinian adalah trend atau style, atau sebatas gaya hidup
semata. Meski demikian, tidak dapat difahami jika perubahan fungsi dari
kesehatan menuju fungsi style tersebut bertujuan agar penampilan
menjadi

lebih

menarik

sebab,

keduanya

tentu

mengarah

pada

penampilan.

Universitas H asanuddin|2

Banyak dari pengguna behel adalah remaja. Hal ini disebabkan


karena penggunaan behel hanya dapat dilakukan pada saat seseorang
masih dalam proses pertumbuhan. Tetapi dalam keseharian, ditemukan
tidak sedikit dari pengguna telah berumur atau tidak lagi berada pada
masa pertumbuhan. Tentu saja mereka memiliki alasan tersendiri
mengenai penggunaannya. Tingginya tingkat penggunaan behel boleh jadi
disebabkan kemudahan mendapat; memasang dan perawatan. Melalui
akses internet, seseorang kini telah mudah mendapatkan behel dengan
berbagai macam warna dan bentuk bantalan, disamping bahan tersebut
telah dijual secara bebas pada apotik bahkan pada toko umum. Tidak
hanya itu, trend behel dapat dilihat pada anak sekolah; tingkat kanakkanak dan Sekolah Dasar, yang seakan-akan menjadikan kawat gigi
layaknya mainan. Mereka dengan mudah mendapatkan kawat gigi palsu
dari penjual mainan keliling di sekolah mereka, atau penjual kosmetik di
pasar (seperti yang saya temukan di Pasar Sentral Makassar). Hal ini
setidaknya menunjukkan bahwa kawat gigi sedang menjadi trend atau
gaya hidup masyarakat Kota Makassar, yang tidak dibatasi oleh umur dan
juga jenis kelamin.
Secara medis, behel tergolong dalam kosmetik kesehatan yang
tidak difungsikan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Meski
demikian behel tetap masuk dalam kategori kesehatan dengan fungsi
pencegahan atas ketidak-normalan susunan geligi, seperti; ginsul atau
tonggos (boneng). Pengaturan dilakukan dengan mengikat gigi agar

Universitas H asanuddin|3

kembali tersusun rapih, untuk menghindari atau mengurangi kesan wajah


jelek dan menambah kenyamanan atau kecantikan wajah. Dengan kata
lain, penggunaan behel berimplikasi pada penampilan. Lebih jauh, seperti
halnya teknologi kosmetik kesehatan lainnya; operasi plastik di wajah,
pemasangan silikon pada payudara, dan lainnya, behel bisa saja
berhubungan dengan tingkatan status sosial seseorang.
Berdasarkan atas penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui

latar

belakang,

atau

alasan-alasan

seorang

remaja

menggunakan behel atau kawat gigi sebab; (1) behel secara medis
difungsikan untuk mengatur susunan geligi dan pertumbuhan gusi, tetapi
pada kenyataannya, menurut pengamatan saya, para pengguna behel
memiliki susunan geligi dan pertumbuhan gusi yang terlihat baik; (2)
ketersediaan bahan dan jumlah praktisi yang bergerak dibidang kesehatan
mulut dan gigi, serta pesatnya informasi sebagaimana penjelasan diatas
dapat menimbulkan alasan penggunaan behel bagi remaja, yang
berkaitan erat dengan citra diri, atau penggambaran tentang diri; cantik,
jelek, atau ganteng. Kedua alasan ini terangkum dalam penelitian yang
berjudul; Behel; Studi Antropologi Tentang Citra Diri Remaja Pengguna
Kawat Gigi di Kota Makassar.

Universitas H asanuddin|4

B. Masalah Penelitian
Penggunaan behel di kalangan remaja tampaknya tidak hanya
berorientasi pada perbaikan gigi, tetapi juga berorientasi bagi gaya hidup.
Atas fakta itu maka penelitian ini difokuskan pada alasan-alasan yang
melatarbelakangi remaja menggunakan behel.
Fokus penelitian Citra diri remaja pengguna behel tersebut
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang fungsi behel?
2. Sumber pengetahuan remaja tentang behel?
3. Bagaimana citra diri remaja pengguna Behel.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menggambarkan mengenai pengetahuan remaja tentang fungsi
behel
b. Menggambarkan

proses

dan

mekanisme

pembentukan

pengetahuan remaja tentang behel


c. Menjelaskan mengenai Citra diri remaja pengguna behel
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini tidak saja sebagai bahan bacaan
atau diskusi pada Jurusan Antropologi, Jurusan Sosiologi, atau
Fakultas Kesehatan Masyarakat, tetapi juga kepada orang tua dan
para remaja pengguna behel, selain pemerintah terkait; Dinas
Kesehatan.

Universitas H asanuddin|5

D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang lazim dalam
ilmu Antropologi yaitu metode kualitatif dengan tipe deskriftif. Untuk
memperoleh data yang relevan dengan tema penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kotamadya Makassar dengan alasan
tunggal; aksesibilitas. Seperti yang kita ketahui bahwa kota tidak saja
menjadi pusat perekonomian tetapi juga pusat perawatan kesehatan
modern. Hal ini tentu saja memudahkan bagi para remaja untuk
menemukan bentuk perawatan kesehatan mulut dan gigi. Aksesibilitas
yang dimaksud termasuk lokasi para remaja sering berkumpul seperti;
pada beberapa kafe-kafe atau tempat belanja didalam Mall Panakukang
(MP), Mall Makassar Town Square (M-Tos), dan Mall Ratu Indah (MARI),
kampus, dan sarana umum lainnya seperti kafe pinggiran pantai. Tentu
saja lokasi ini dapat memudahkan dalam proses pengumpulan data dalam
arti pengamatan secara langsung.
3.Penentuan Informan
Sebagai sumber data dalam penelitian, tentu saja informan sangat
penting dalam penelitian. Berdasar penjelasan sebelumnya, secara jelas
informan dalam penelitian ini adalah para remaja, yang karena itu dibatasi
umur dan tentu saja menggunakan behel (kawat gigi). Kriteria umur
remaja berdasar ketetapan pemerintah adalah antara umur 17 tahun (atau
sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Umum) hingga sekitar umur

Universitas H asanuddin|6

22 tahun atau sedang duduk di bangku perkuliahan 2. Dasar umur ini yang
mejadi patokan dalam penentuan informan selain menggunakan behel
(kawat gigi).
Mengenai lama waktu yang telah dilalui dalam penggunaan behel
tidak menjadi persoalan. Sebab seseorang, sebagai permisalan, baru
seminggu menggunakan behel dan menjadi informan, tentu saja memiliki
alasan-alasan

tersendiri

terlebih

jika

informan

tersebut

telah

menggunakan behel sejak lama. Penekanan dalam hal ini tidak lain
pengalaman yang didapatkan saat menggunakan behel dan dalam
interaksi keseharian masing-masing.
Selain informan biasa, dalam penelitian saya juga menggunakan
informan spesialis gigi atau seorang yang mengetahui pasti mengenai
fungsi, cara pemasangan, dan perawatan kawat gigi. Informan spesialis
yang saya maksudkan adalah dokter gigi atau spesialis gigi resmi yang
darinya saya berharap akan mendapatkan penjelasan mengenai fungsi
behel bagi kesehatan, untuk dijadikan bahan analisa atas data yang
didapatkan dari pelaku (fungsi bagi pengguna behel).

4.Metode Pengumpulan Data


Gaya penelitian yang saya lakukan adalah etnografi, sebagai khas
gaya penelitian antropologi. Seperti yang kita ketahui bahwa etnografi
sebagai metode penelitian merupakan suatu bangunan pengetahuan
2

Dikutip dari http://id.wikipedia.or/wiki/Remaja, pada tanggal 21 Januari 2012


Universitas H asanuddin|7

yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam


deskripsi kebudayaan 3. Maksud dari teknik penelitian yang bermacammacam adalah gabungan dari beberapa teknik pengumpulan data, tetapi
yang paling umum digunakan dan saya gunakan pula dalam penelitian
adalah teknik pengamatan dan wawancara. Selain itu, saya juga
mengumpulkan bahan-bahan dari internet, majalah, koran, tabloid,
sebagai metode kajian literatur.
a. Pengamatan (Observasi)
Lexy

J.

Moleong

dalam

bukunya 4

menjelaskan

bahwa

pengamatan diklasifikasikan melalui dua cara, salah satunya adalah


pengamat berperan-serta yang menuntut peneliti selain selaku pengamat
juga menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Dalam kaitan
dengan penelitian yang akan saya lakukan, bergabung bersama para
pengguna behel (kawat gigi) untuk memahami interaksi mereka adalah hal
yang penting. Lebih jauh, sebagaimana Moleong yang mengutip Buford
Junker dalam Patton membagi empat tipe pengamatan. Jika pada
proposal saya memilih tipe pemeranserta sebagai pengamat; peranan
peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan 5, maka dalam
penelitian lapangan saya akhirnya memutuskan untuk menggunakan

James P. Spradley. 2007:13. Metode Etnografi. Diterjemahkan dari judul asli The
Ethnographic Interview oleh Muhammad Yahya. Cetakan Ketiga. Penerbit Tiara Wacana.
4
Lexy J. Moleng. 1993:126-127. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Keempat.
Penerbit PT. Rosdakarya. Bandung.
5
Ibid
Universitas H asanuddin|8

pengamatan penuh atau sempurna. Hal ini saya lakukan untuk lebih
memahami apa yang dirasakan saat menggunakan behel.
Berdasar pembahasan singkat diatas, maka nantinya saya akan
mengamati remaja pengguna behel tentang; bagaimana interaksi mereka
antar sesama pengguna behel dan antar pengguna dengan bukan
pengguna behel. Dari hal tersebut saya berharap menemukan data
berkenaan masalah pertama, yang akan saya gunakan untuk mencari
data pada rumusan masalah kedua dan ketiga.
b. Wawancara (Interview)
James P. Spradley6 mengemukakan bahwa ketika mempelajari
wawancara

etnografis

sebagai

peristiwa

percakapan,

kita

akan

menemukan banyak ciri yang sama dengan ciri-ciri dari percakapan


persahabatan. Hal tersebut jelas terjadi pada saat seorang peneliti telah
membangun hubungan antara dia dan informannya dengan sangat baik,
atau termuat dalam istilah rapport. Cara tersebut akan saya gunakan
dalam penelitian nantinya, yakni membangun hubungan pertemanan
dengan informan dengan ikut bergabung dalam keseharian mereka
(sebagaimana tipe pengamatan diatas).
Hal yang akan saya wawancarakan adalah proses bagaimana
para pengguna tertarik dan akhirnya menggunakan behel, apa yang
mereka rasakan pada proses awal penggunaannya, bagaimana pendapat
mereka sebelum dan sesudah menggunakan behel, terutama yang
berhubungan
6

dengan

penampilan.

Kemudian,

bagaimana

seorang

James P. Spradley. Op.Cit


Universitas H asanuddin|9

pemakai behel mempresepsikan diri di lingkungan sekitar, yang diarahkan


untuk mengetahui implikasi penggunaan behel pada interaksi sehari-hari.
c. Studi Literatur
Selain kedua teknik pengumpulan data diatas, saya juga
menggunakan studi literatur yang bersumber dari buku, tabloid, majalah,
dan internet berkenaan dengan topik penelitian. Hal-hal tersebut
mengarah pada sejarah singkat behel, jenis-jenis behel, fungsi dan
perawatan behel, serta hal terkait lainnya untuk tinjauan pustaka.
E. Tinjauan Konseptual
1. Teknologi Kosmetik Kesehatan
Sediaan/panduan bahan yang siap digunakan pada
bagian luar badan; epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ kelamin luar, serta gigi dan rongga mulut untuk;
membersihkan,

menambah

daya

tarik,

mengubah

penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik,


memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan penyakit 7.
Kutipan diatas berdasar pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia tentang teknologi kosmetik. Berdasar kutipan tersebut,
maka behel atau kawat gigi termasuk didalamnya, dengan fungsi yakni
memperbaiki agar susunan geligi dalam keadaan baik. Fungsi tersebut
7

Dikutip dari;

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/8d4d6399f3e99dc5c8edad2ff9eacf93ececd91
2.pdf, pada tanggal 21 Januari 2012 .
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 10

tentunya dapat diterapkan kepada mereka yang susunan geliginya tidak


tersusun dengan rapi atau tidak sempurna seperti; ginsu atau bersusun,
tonggos atau boneng, dan juga langkara atau jarang.
Dari kutipan diatas telah jelas bahwa penggunaan kosmetik
kesehatan tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan
penyakit.

Dengan

demikian,

menyambung

dengan

pernyataan

sebelumnya, maka behel atau kawat gigi diperuntukkan bagi mereka yang
sedang dalam masa pertumbuhan (sebab fungsi utamanya adalah
memperbaiki susunan geligi), yang mana susunan geligi yang tidak
sempurna bukanlah sebuah penyakit atau hal yang harus disembuhkan,
melainkan agar dapat terlihat lebih rapi, atau mengarah pada penampilan.

Behel
Behel adalah kata benda yang mengacu pada kawat gigi, atau

pengikat gigi, dengan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas. Bagian behel


yang menempel atau melekat dengan gigi adalah bracket, yang memiliki
fungsi estetis, atau lebih pada penampilan dengan pilihan beragam, dan
beberapa bersifat permanen (dapat dilepas dalam kurun waktu tertentu)
dan ada yang bersifat bisa dilepas.
Cara kerja behel yakni mengatur, mendorong, dan menahan
pergerakan gigi, agar dapat memperbaiki fungsi bicara, estetis muka,
sudut bibir, rahang, dan senyum. Adapun jenis-jenis behel atau kawat gigi
yakni8;
8

Dikutip dari http://www.audydental.com/berbagai-jenis-behel-yang-ada-saat-ini/, diunduh


pada tanggal 21 Januari 2012.
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 11

1) Kawat gigi dari logam. Terbuat dari baja tahan


karat (stainless steel), ini adalah jenis tertua yang
telah digunakan selama puluhan tahun dan paling
murah. Kawat logam dapat meninggalkan noda di
permukaan gigi sehingga banyak dihindari orang.
2) Kawat gigi keramik atau plastik transparan.
Jenis ini tidak begitu terlihat dan tampak lebih
alami daripada kawat logam karena membaur
dengan gigi. Kawat keramik tidak meninggalkan
noda dan sama kuatnya dengan logam, namun
membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama
dan lebih mahal. Pada beberapa kasus, kawat
keramik atau plastik menjadi kotor dan berubah
warna di akhir perawatan.
3) Kawat gigi emas. Sama seperti kawat gigi logam
tradisional, tapi terbuat dari baja berlapis emas.
Tidak ada kelebihan jenis kawat emas ini
dibandingkan baja, kecuali terlihat lebih wah
secara kosmetik.
4) Kawat gigi lingual. Kawat gigi ini ditempatkan di
bagian dalam gigi sehingga tidak terlihat dari luar.
Kelemahan terbesar kawat gigi lingual adalah
tidak nyaman dan dapat mengakibatkan luka di
gusi dan lidah Anda. Anda mungkin juga akan
kesulitan berbicara pada awalnya.

U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 12

Berdasar penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan


bahwa masing-masing jenis kawat gigi memiliki fungsi khusus yakni
diluar fungsi umum yaitu; merapikan susunan geligi.
2. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah;
Sebuah mode kehidupan yang mengidentifikasikan
tentang bagaimana seseorang menghabiskan waktunya
(aktifitas), apa yang menurut mereka penting dalam
lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka fikir
tentang dirinya dan dunia sekitarnya (pendapat) 9.
Berdasar definisi tersebut maka dapat kita fahami ketertarikan
antara gaya hidup dengan konsep kebudayaan dalam antropologi, yakni;
keseluhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar10. Dengan demikian antara konsep kebudayaan dan konsep gaya
hidup (lifestyle) terdapat keterkaitan.
Kebudayaan bersifat dinamis tanpa adanya gangguan yang
kemudian disebabkan oleh unsur budaya

asing sekalipun suatu

kebudayaan dalam masyarakat tertentu. Dalam perputaran waktu,


kebudayaan akan berubah baik secara lambat maupun cepat. Meski
demikian

kebudayaan

merupakan

pola

dari

kehidupan

sosial,

sebagaimana tersirat dalam definisi kebudayaan diatas. Perubahan


tersebut terjadi dalam interaksi dimana intensitas pertukaran informasi

Hendry Assael dalam http://membuatblog.web.id/2010/04/pengertian-gaya-hidup.html,


diunduh pada tanggal 21 Januari 2012.
10
Koentjaraningrat. 1996:73-74. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan Kedelapan.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 13

dapat mendukung seberapa cepat perubahan tersebut akan terjadi.


Demikian pula dengan behel atau kawat gigi, dimana persebaran
informasi membuatnya menjadi trend atau populer kembali, setelah sekian
lama menghilang.
Hal lain yang terjadi akibat dari pertukaran informasi adalah citra
diri atau gambaran diri. Dalam informasi tersebut tergambar atau memberi
gambaran tentang yang mana dikateogorikan jelek, kurang baik, baik, dan
baik sekali. Berkaitan dengan behel atau kawat gigi, susunan geligi
termasuk hal yang dinilai untuk menggambarkan atau citra tersebut.
Citra Diri/Citra Tubuh
Citra diri (self image) merupakan kesadaran identitas diri sebagai
produk dari cara orang lain berfikir tentang kita 11, yang memiliki kesamaan
arti dengan konsep citra tubuh; merupakan gambaran dan evaluasi
mengenai penampilan seseorang 12 atau keyakinan seseorang akan
penampilan mereka dihadapan orang lain 13. Konsep ini berada dalam
konsep besar, yaitu; konsep diri, yang memiliki arti; persepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun moral 14.
Dari penjelasan kedua konsep tersebut maka citra diri dan citra
tubuh memiliki kesamaan, yakni menekankan pada kepercayaan diri
seseorang sebagai hasil dari pandangan atau persepsi seseorang
11

Pip Jones. 2010:143. Pengantar Teori-teori Sosial; Dari Teori Fungsionalisme Hingga
Post-Modernisme. Cetakan Kedua. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
12
Papalia, Olds, dan Feldman. 2008:27. Psikologi Perkembangan. Diterjemahkan

dari judul asli; Human Development. Edisi Kesembilan. Penerbit Kencana.


Jakarta.
13

Dacey dan Kenny dalam Kinanti Indika. 2009:15. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja
Yang Obesitas. Skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang psikologi, Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.
14
A. Grinder dalam Alia Saptarini. 2007:25. Konsep Diri Mahasiswi Yang Berperan
Ganda Sebagai Ayam Kampus; Studi Kasus Terhadap Lima Orang Mahasiswi Di Kota
Makassar. Skripsi untuk mendapatkan gelar di bidang komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Tidak Dipublikasikan.
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 14

terhadap dirinya. Gambaran tentang konsep ini dapat kita lihat pada dunia
artis, dimana seringkali mereka menggunakan benda-benda, baik
mengacu pada kosmetik kesehatan maupun hanya sekedar aksesoris,
yang kemudian ditiru oleh para penggemarnya (karena menurut fans si
artis terlihat cantik, dan sebaliknya artis merasa lebih percaya diri sebagai
akibat dari peniruan penggemarnya).
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini disusun secara sistematis dalam lima bab yang mana
setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab dan sub-sub bab. Adapun
sistematika penulisan disusun sebagai berikut;
Bab I

; Memuat bab pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar


belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.

Bab II ; Memuat tentang studi pustaka yang berkenaan dengan


penelitian; gaya hidup, citra diri, dan konsumerisme.
Bab III ; Memuat tentang gambaran umum lokasi; mengenai lokasi-lokasi
pemasangan dan perawatan behel atau kawat gigi, serta lokasi
penjualan bahan-bahan tersebut.
Bab IV ; Memuat data tentang fungsi behel dalam pengetahuan informan
spesialis gigi (dokter gigi) dan remaja, remaja dan behel; asal
mula

pengetahuan

remaja

tentang

behel

dan

aplikasi

pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan


behel berdasar bentuk dan warna, pendapat remaja yang tidak

U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 15

menggunakan behel terhadap remaja yang menggunakan behel,


dan citra diri pengguna behel.
Bab V ; Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
berdasarhasilpenelitian.

U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 16

U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 17

Anda mungkin juga menyukai