PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengutip Asosiasi America Ortodontis1 memaparkan sejarah
singkat behel atau kawat gigi bahwa; behel telah ditemukan sejak zaman
mumi purba, yang dilanjutkan pada sekitar tahun 400-500 SM dimana
Hippocrates dan Aristoteles telah memikirkan cara-cara untuk meluruskan
gigi atau memperbaiki susunan geligi, Demikian pula telah ditemukan
bukti bahwa pada zaman Golden Age, orang Roma telah menguburkan
mayat dengan peralatan agar gigi yang digunakan pada waktu hidup tidak
copot. Berlanjut ke era modern, Presiden Amerika Serikat, George
Washington, telah menggunakan gigi palsu yang terbuat dari kayu, dan
akhirnya pada tahun 1729 dimana Pierre Fauchard, salah seorang ahli
gigi Prancis menerbitkan sebuah buku berjudul The Surgeon Dentist
dengan pokok pembahasan tentang cara-cara untuk meluruskan gigi
dengan menggunakan sebuah alat yang disebut bandeau; sepotong plat
berbentuk tapal kuda terbuat dari logam mulia yang dapat membantu
memperluas lengkungan rahang. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh
Ettienne Bourdet, seorang dokter gigi kerajaan Perancis yang terkenal
dengan teori penumbuhan rahang, dalam karyanya yang berjudul The
1
Dentist Art (1757). Sejarah penggunaan behel dan kawat gigi kemudian
berlanjut hingga abad 19 dimana Delaberre memperkenalkan boks kawat
gigi yang sekaligus menjadi pertanda lahirnya orthodonsi kontemporer,
yang
dilanjutkan
pada
abad
setelahnya
dimana
para
ahli
gigi
lebih
menarik
sebab,
keduanya
tentu
mengarah
pada
penampilan.
Universitas H asanuddin|2
Universitas H asanuddin|3
latar
belakang,
atau
alasan-alasan
seorang
remaja
menggunakan behel atau kawat gigi sebab; (1) behel secara medis
difungsikan untuk mengatur susunan geligi dan pertumbuhan gusi, tetapi
pada kenyataannya, menurut pengamatan saya, para pengguna behel
memiliki susunan geligi dan pertumbuhan gusi yang terlihat baik; (2)
ketersediaan bahan dan jumlah praktisi yang bergerak dibidang kesehatan
mulut dan gigi, serta pesatnya informasi sebagaimana penjelasan diatas
dapat menimbulkan alasan penggunaan behel bagi remaja, yang
berkaitan erat dengan citra diri, atau penggambaran tentang diri; cantik,
jelek, atau ganteng. Kedua alasan ini terangkum dalam penelitian yang
berjudul; Behel; Studi Antropologi Tentang Citra Diri Remaja Pengguna
Kawat Gigi di Kota Makassar.
Universitas H asanuddin|4
B. Masalah Penelitian
Penggunaan behel di kalangan remaja tampaknya tidak hanya
berorientasi pada perbaikan gigi, tetapi juga berorientasi bagi gaya hidup.
Atas fakta itu maka penelitian ini difokuskan pada alasan-alasan yang
melatarbelakangi remaja menggunakan behel.
Fokus penelitian Citra diri remaja pengguna behel tersebut
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang fungsi behel?
2. Sumber pengetahuan remaja tentang behel?
3. Bagaimana citra diri remaja pengguna Behel.
proses
dan
mekanisme
pembentukan
Universitas H asanuddin|5
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang lazim dalam
ilmu Antropologi yaitu metode kualitatif dengan tipe deskriftif. Untuk
memperoleh data yang relevan dengan tema penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kotamadya Makassar dengan alasan
tunggal; aksesibilitas. Seperti yang kita ketahui bahwa kota tidak saja
menjadi pusat perekonomian tetapi juga pusat perawatan kesehatan
modern. Hal ini tentu saja memudahkan bagi para remaja untuk
menemukan bentuk perawatan kesehatan mulut dan gigi. Aksesibilitas
yang dimaksud termasuk lokasi para remaja sering berkumpul seperti;
pada beberapa kafe-kafe atau tempat belanja didalam Mall Panakukang
(MP), Mall Makassar Town Square (M-Tos), dan Mall Ratu Indah (MARI),
kampus, dan sarana umum lainnya seperti kafe pinggiran pantai. Tentu
saja lokasi ini dapat memudahkan dalam proses pengumpulan data dalam
arti pengamatan secara langsung.
3.Penentuan Informan
Sebagai sumber data dalam penelitian, tentu saja informan sangat
penting dalam penelitian. Berdasar penjelasan sebelumnya, secara jelas
informan dalam penelitian ini adalah para remaja, yang karena itu dibatasi
umur dan tentu saja menggunakan behel (kawat gigi). Kriteria umur
remaja berdasar ketetapan pemerintah adalah antara umur 17 tahun (atau
sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Umum) hingga sekitar umur
Universitas H asanuddin|6
22 tahun atau sedang duduk di bangku perkuliahan 2. Dasar umur ini yang
mejadi patokan dalam penentuan informan selain menggunakan behel
(kawat gigi).
Mengenai lama waktu yang telah dilalui dalam penggunaan behel
tidak menjadi persoalan. Sebab seseorang, sebagai permisalan, baru
seminggu menggunakan behel dan menjadi informan, tentu saja memiliki
alasan-alasan
tersendiri
terlebih
jika
informan
tersebut
telah
menggunakan behel sejak lama. Penekanan dalam hal ini tidak lain
pengalaman yang didapatkan saat menggunakan behel dan dalam
interaksi keseharian masing-masing.
Selain informan biasa, dalam penelitian saya juga menggunakan
informan spesialis gigi atau seorang yang mengetahui pasti mengenai
fungsi, cara pemasangan, dan perawatan kawat gigi. Informan spesialis
yang saya maksudkan adalah dokter gigi atau spesialis gigi resmi yang
darinya saya berharap akan mendapatkan penjelasan mengenai fungsi
behel bagi kesehatan, untuk dijadikan bahan analisa atas data yang
didapatkan dari pelaku (fungsi bagi pengguna behel).
J.
Moleong
dalam
bukunya 4
menjelaskan
bahwa
James P. Spradley. 2007:13. Metode Etnografi. Diterjemahkan dari judul asli The
Ethnographic Interview oleh Muhammad Yahya. Cetakan Ketiga. Penerbit Tiara Wacana.
4
Lexy J. Moleng. 1993:126-127. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Keempat.
Penerbit PT. Rosdakarya. Bandung.
5
Ibid
Universitas H asanuddin|8
pengamatan penuh atau sempurna. Hal ini saya lakukan untuk lebih
memahami apa yang dirasakan saat menggunakan behel.
Berdasar pembahasan singkat diatas, maka nantinya saya akan
mengamati remaja pengguna behel tentang; bagaimana interaksi mereka
antar sesama pengguna behel dan antar pengguna dengan bukan
pengguna behel. Dari hal tersebut saya berharap menemukan data
berkenaan masalah pertama, yang akan saya gunakan untuk mencari
data pada rumusan masalah kedua dan ketiga.
b. Wawancara (Interview)
James P. Spradley6 mengemukakan bahwa ketika mempelajari
wawancara
etnografis
sebagai
peristiwa
percakapan,
kita
akan
dengan
penampilan.
Kemudian,
bagaimana
seorang
menambah
daya
tarik,
mengubah
Dikutip dari;
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/8d4d6399f3e99dc5c8edad2ff9eacf93ececd91
2.pdf, pada tanggal 21 Januari 2012 .
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 10
Dengan
demikian,
menyambung
dengan
pernyataan
sebelumnya, maka behel atau kawat gigi diperuntukkan bagi mereka yang
sedang dalam masa pertumbuhan (sebab fungsi utamanya adalah
memperbaiki susunan geligi), yang mana susunan geligi yang tidak
sempurna bukanlah sebuah penyakit atau hal yang harus disembuhkan,
melainkan agar dapat terlihat lebih rapi, atau mengarah pada penampilan.
Behel
Behel adalah kata benda yang mengacu pada kawat gigi, atau
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 12
kebudayaan
merupakan
pola
dari
kehidupan
sosial,
Pip Jones. 2010:143. Pengantar Teori-teori Sosial; Dari Teori Fungsionalisme Hingga
Post-Modernisme. Cetakan Kedua. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
12
Papalia, Olds, dan Feldman. 2008:27. Psikologi Perkembangan. Diterjemahkan
Dacey dan Kenny dalam Kinanti Indika. 2009:15. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja
Yang Obesitas. Skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang psikologi, Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.
14
A. Grinder dalam Alia Saptarini. 2007:25. Konsep Diri Mahasiswi Yang Berperan
Ganda Sebagai Ayam Kampus; Studi Kasus Terhadap Lima Orang Mahasiswi Di Kota
Makassar. Skripsi untuk mendapatkan gelar di bidang komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Tidak Dipublikasikan.
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 14
terhadap dirinya. Gambaran tentang konsep ini dapat kita lihat pada dunia
artis, dimana seringkali mereka menggunakan benda-benda, baik
mengacu pada kosmetik kesehatan maupun hanya sekedar aksesoris,
yang kemudian ditiru oleh para penggemarnya (karena menurut fans si
artis terlihat cantik, dan sebaliknya artis merasa lebih percaya diri sebagai
akibat dari peniruan penggemarnya).
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini disusun secara sistematis dalam lima bab yang mana
setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab dan sub-sub bab. Adapun
sistematika penulisan disusun sebagai berikut;
Bab I
pengetahuan
remaja
tentang
behel
dan
aplikasi
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 15
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 16
U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 17