Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus

Manajemen pada Kehamilan Ektopik Kronik


Aryando Pradana, Sandhy Prayudhana
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta
Abstrak
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dalam membuat diagnosis dan melakukan manajemen
terhadap kehamilan ektopik lama.
Metode: Laporan kasus.
Kesimpulan: Diagnosis untuk kehamilan ektopik lama tidak mudah ditegakan sebelum
operasi. Terapi konservatif menggungakan methotrexate sulit digunakan karena kadar HCG sulit terdeteksi
Kata kunci: kehamilan ektopik, kehamilan ektopik lama

PENDAHULUAN
Secara umum kehamilan ektopik terjadi 2
dari seratus kehamilan. Di Negara Industri
angka kejadiannya meningkat sampai 6 kali
lipat dalam 20 tahun terakhir, walaupun ada
juga beberapa sedikit penurunan pada
beberapa tahun terakhir ini. Di Amerika
Serikat, rata-rata terjadi kenaikan kejadian
dalam 3 dekade terakhir dari angka 4,5 per
1000 kehamilan pada tahun 1970 sampai
19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 1992.
Walaupun ada penurunan angka kematian
pada ibu hamil yang disebabkan oleh
kehamilan ektopik, dari 13% diantara tahun
1979 dan 1986 sampai 9% pada tahun 1992.
Angka Kejadian kehamilan ektopik
kronik yang sebenarnya belum diketahui
secara pasti, dengan hanya sedikit penelitian
yang dilakukan telah dilaporkan bahwa

frekuensinya hanya sekitar 6-20%. Nilai rata


rata ini bisa lebih tinggi jika penelitian telah
dilakukan dengan mengobservasi poin poin
dari gejala klinis, kerendahan titer dari hCG, dan dari permeriksaan usg awal yang
tidak terdiagnosa. Walaupun begitu,
biasanya diagnosa tidak dibuat sampai
setelah
prosedur
operasi
dilakukan.
Gambaran klinis nyeri dan pendarahan
merupakan tanda dari proses subakut atau
malah proses kronis, dimana mungkin
terjadi tumpang tindih dengan penyebab
nyeri pelvis lainya pada wanita.
Penanganan dan pengobatan dari
kehamilann ektopik tergantung dari kondisi
klinis pasien. Pada keadaan akut dengan
homodinamik yang tidak stabil, pilihan
terapi harus dilakukan operasi secara
radikal,
untuk
segera
mengontrol

pendarahan. Sedangkan untuk keadaan


hemodinamik yang stabil, ada beberapa
macam terapi konservatif yang dapat
menjadi pilihan untuk mempertahankan
kehamilan pada tuba.
Pada kasus ini, kita akan berdiskusi
mengenai
terapi
konservartif
untuk
kehamilan ektopik kronik. Diskusi ini akan
membahas tentang diagnosa dan metode
pengobatan yang tersedia untuk kehamilan
ektopik kronis. Kehamilan ektopik pada
ilustrasi kasus telah ditemukan berbarengan
dengan kehamilan ektopik akut, dimana hal
ini merupakan kejadian yang langka terjadi.
Literatur biasanya terdapat dalam bentuk
laporan kasus.
ILUSTRASI KASUS.
Wanita, 35 tahun, datang ke RSCM
mengeluh nyeri di perut bagian bawah
disertai perdarahan pervaginam sejak 17 jam
yang lalu. Pasien di rujuk dari Puskesmas
Kemayoran, dan didiagnosa dengan aborsi.
Pasien mangaku telah hamil 2 bulan dan
tanggal menstruasi tekahir pada tanggal 8
november 2009, kehamilan minggu ke 8.
Dia belum pernah datang untuk pemeriksaan
ANC juga pemeriksaan USG. Perut bagian
bawahnya
nyeri
disertai
perdarahan
pervaginam sejak 17 jam yang lalu. Nyeri
perut seperti panas terbakar, menjalar ke
pinggang, dan terjadi hilang timbul. Pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak demam.
Riwayat penyakit keluarga seperti
diabetes militus, hipertensi, asma, dan
penyakit jantung disangkal. Sekarag pasien
menikah untuk yang kedua kalinya. Pertama
pasien menikah pada tahun 1993, tidak
dikarunai anak, dan berakhir dengan
perceraian. Pernikahan kedua pada tahun
2008. Pasien hamil kedua, dengan riwayat
aborsi pada bulan ke tiga saat hamil yang

pertama dan tidak dilakukan kuret karna


pasien hanya pergi ke dukun beranak. Pasien
tidak pernah menggunakan kontrasepsi
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik saat sampai di
RSCM menunjukan tekanan darah 120/90
mmHg, denyut nadi 92 kali/menit, respirasi
20 kali/menit, suhu 36,7 C, berat badan 55
kg, tinggi badan 154 cm, dan BMI 23,19.
Pemeriksaan umum menunjukan bahwa
kedua konjungtiva pucat, dan nyeri tekan
pada perut bagian bawah selama palpasi.
Yang lainnya dalam batas normal. Dari
pemeriksaan ginekologi, vulva dan uretra
secara inspeksi normal, tidak terdapat
pendarahan aktiv. Pemeriksaan speculum
menunjukan portio lembut dan livid, ostium
uretra eksterna tertutup, fluxus positif tidak
ada keputihan. Pemeriksaan bimanual tidak
bisa menilai corpus uteri karena pasien
kesakitan. Ostium uteri eksternum tertutup,
pergerakan nyeri tekan serviks positive,
protursi kantung douglas terasa. Dari RT,
ampula rekti tidak koleps, tonus sphincter
ani bagus dan mukosa anus lembut.
Dari pemeriksaan USG menunjukan
uterus berukuran 81x44x54. Ketebalan
endometrial 20mm reaksi aria stelata.
Ovarium kiri berukuran 1,8 x 1,2 dan yang
kanan berukuran 1,56 x 1,1 cm. pada adnexa
kanan terdapat masa berukuran 7 x 2 cm,
haematocele, dan udara bebas juga
ditemukan. Kesimpulan; sugestif gangguan
tuba karena kehamilan ektopik.
Pasien didiagnosa dengan akut
abdomen ec haemoperitoneum ec kehamilan
ektopik terganggu pada G2A1 kehamilan 8
minggu. Rencana diagnosa termasuk tanda
vital, dan gejala akut abdomen di observasi
setiap jam, pemeriksaan darah lengkap, urin
lengkap, glukosa darah, dan BT CT.
Rencana utama di lakukan untuk

mengevakuasi dengan dilakukan laparotomy


dan transfusi 500 cc PRC serta injeksi
ceftriaxone 1 x 2 gram.
Hasil laboratorium: hemoglobin 8,7,
hematocrit 26, leukosit 16100, trombosit
262000, BT/CT 3/13, urin lengkap dalam
batas normal, kadar glukosa darah 116.
Dua jam kemudian, dilakukan
prosedur
laparotomy,
salpingektomi
bilateral, dan cystectomy. Selama operasi,
ditemukan rupture pada pats ampula tuba
kanan, infeksi masa kronis pada ampula tuba
kiri, dan kista paraovarium kiri. Selama
operasi kehilangan darah kira kira sebanyak
450 cc dan produksi urine 150 cc. hasil
laboratorium setelah operasi menunjukan:
hemoglobin 6, hematocrit 18, leukosit
10200, trombosit 185000, MCV 86, MCH
29, dan MCHC 34. Hasilnya suggestive
anemia normochromic normositik ec
haemoperitoneum. Rencana selanjutnya
dilakukan transfuse darah sampai kadar hb
diatas 8 g/dl.
Setelah transfuse satu kantong PRC
(270 cc) dilakukan test darah dan didapatkan
hasil: hemoglobin 8, hematocrit 23, leukosit
13700, trombosit 238000, MCV 86, MCH
30, dan MCHC 34. Pasien kembali ke rumah
setelah kondisi baik setelah 3 hari.
DISKUSI.
Kehamilan ektopik akut merupakan masalah
klinis yang sering terjadi, umumnya ini
diagnosis dengan menggunakan kombinasi
dari gejala klinis, gambaran sonograpik, dan
hasil laboratorium. Kehamilan ektopik
kronik adalah kondisi yang jarang terjadi, ini
dapat terjadi karena rupture minor yang
menyebabkan terbentuknya hematocele.
Pasien biasanya terdapat gejala nyeri
subakut atau nyeri kronik dan rendahnya
atau tidak ada kadar -HCG. Kehamilan

ektopik kronik mempunyai gambaran


sonograpik yang beragam, mulai dari yang
tak berbentuk, massa yang avascular, dan
massa dengan vaskularisasi yang komplek.
Untuk beberapa kondisi klinis, sonographik
memainkan peranan penting dalam memberi
konfirmasi diagnosis preoperative dari
penyakit. Dalam ilustrasi kasus ini, pasien
datang dengan nyeri akut abdomen yang
merupakan gejala dari kehamilan ektopik
akut. Dari pemeriksaan awal, tidak ada
pemikiran kearah kehamilan ektopik akut
yang dibarengi kehamilan ektopik kronik.
Diagnosis dari kehamilan ektopik di
konfirmasi selama operasi yang juga disertai
rupture tuba kanan dari massa yg
menyerupai sisa hasil konsepsi.
Kekurangan pada ilustrasi kasus ini
adalah pasien tidak dapat mengirimkan
jaringan hasil operasi untuk dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi karena
masalah ekonomi. Diagnosis kehamilan
ektopik kronis hanya dapat dilakukan
dengan pemeriksaan makroskopik yang
menunjukan massa kistik dengan struktur
yang mirip plasenta tanpa pendarahan aktif.
Kehamilan ektopik kronik itu sendiri
sering didiagnosis berdasarkan temuan klinis
dan gambaran sonografik. Dalam kasus ini
kita mendapat gambaran yang klasik seperti
amenore,nyeri pelpis, dan perdarahan.
Untuk membantu konfirmasi diagnosis
kehamilan ektopik, beberapa literature
menunjukan gambaran klinis: kenaikan
kadar -HCG, nyeri pelpis kronik yang
hilang timbul, dan perdarahan ringan.
Kadang kadar -HCG negative atau
normal.Gambaran sonograpik dapat tumpah
tindih dengan penyakit inflamasi panggul,
abses pelvis, tumor vascular, dan
endometriosis.

Gambaran USG pada kehamilan ektopik


kronik adalah beragam dan non spesifik.
Gambarannya
terdiri dari gambaran
nondiagnostik sonograpi seperti masa
adnexa yang beragam dan vaskularisai
adnexa yang tinggi dan complex. Aliran
doplers biasanya ditemukan pada batas area
eksterna dari masa, sering dengan sering
denga pembuluh darah yang abnormal dan
pergeseran arteri vena. Dalam kasus yang
jarang, mungkin ada beberapa cairan bebas
dalam kantung douglas atau disekitar tempat
lainnya di pelvis. Dalam ilustrasi kasus ini,
masa ditemukan pada adnexa kanan dengan
ukuran 7 x 2 cm, disertai dengan
haematocele dan udara bebas di kantung
douglas. Disebabkan oleh adanya trias klasik
dari kehamila ektopik dengan gejala akut
abdomen, pemeriksaan dopler tidak
dilakukan pada kasus ini. Indikasi awal tidak
menunjukan kearah kehamilan ektopik
kronik.
DISTRIBUSI KASUS
Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai
inflantasi dari ovum diluar dari uterus,
paling sering di tuba falopi (95-96% dari
semua kehamilan ektopik). Dalam kasus ini,
kehamilan ektopik ditemukan pada kedua
ampula tuba dari tuba falopi. Letak
kehamilan ektopik di tempat yang umumnya
terjadi.

Riwayat gangguan pada tuba sebelumnya,


berasal dari kehamilan ektopik atau operasi
tuba untuk sterilitas dan penaganan
ketidaksuburan,
berperan
dalam
meningkatkan resiko terjadinya kehamilan
ektopik. Sesudah terjadi kehamilan ektopik,
terjadi kelainan pada tuba yang satunya lagi
sekitar
10%.
Ketidaksuruburan
dan
peningkatan penggunaan aplikasi teknologi
pengobatan reproduksi meningkatkan resiko
kehamilan ektopik. Implantasi tipikalkornea, abdominal, cervical, ovarium, dan
kehamilan heterotipik sering terjadi dibawah
penggunaan teknologi reproduksi.

Tabel 1 faktor resiko untuk kehamilan ektopik


Faktor Resiko
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Operasi koreksi tuba
Sterilitas tuba
IUD
Documented tubal pathology
Infertilitas
Penggunaan teknologi reproduksi
Riwayat infeksi genitalia
Chlamydia
Salpingitis
Meroko
Riwayat aborsi sebelumnya
Gonta ganti pasangan seksual
Riwayat operasi sesar sebelumnya

Resiko Relativ
3 - 13
4
9
1 - 4.2
3.8 - 21
2.5 - 3
2 -8
2 -4
2
1.5 - 6.2
1.7 - 4
0.6 - 3
1.6 - 3.5
1 - 2.1

Satu literature menjelaskan bahwa distribusi


dari kehamilan ektopik tuba berdasarkan
lokasi adalah: 70% pada ampula, 12% pada
ismus, 11% pada fimbriae dan 2-3% pada
intersitisial. Kehamilan diluar daripada tuba
jarang terjadi, kadang kadang ditemukan
pada abdomen. Dari semua kehamilan
ektopik 3% ditemukan pada ovarium dan
kurang dari 1% di serviks.

Dalam kasus ini, pasien punya


riwayat ketidaksuburan, yang mana hal ini
meningkatkan faktor resiko menjadi 2
sampai 3 kali lipat.
Riwayat infeksi
sebelumnya tidak bisa disingkirkan begitu
saja walaupun pasien tidak mengeluh nyeri
pelvis karena nyeri pelvis itu sendiri bisa
terjadi secara asimptomatis. Faktor resiko
lainya yang ditemukan pada pasien ini
adalah riwayat aborsi yang dapat menaikan
faktor resiko menjadi 0,6 sampai 3 kali lipat.

FAKTOR RESIKO

PATOGENESIS

Kehamilan ektopik kronik dianggap berasal


dari rupture kecil yang berulang dari
kehamilan ektopik yang membentuk
haematocele dan jaringan trophoblastic yang
mungkin aktif ataupun tidak aktif.
Haematocele biasanya dikelilingi oleh
adhesi dan menimbulkan respon inflamasi.
Dalam kasus ini, adhesi peritubal telah
ditemukan, disertai masa kistik pada ampula
tuba kiri. Selama insisi dari masa kistik,
terungkap jaringan seperti plasenta. Dalam
kehamilan ektopik kronik, kadar -HCG
umumnya rendah, walaupun dalam beberapa
kasus yang jarang kadarnya bisa normal.
Dalam suatu laproran kasus sebelumnya,
kada -HCG tidak ditemukan yaitu sebesar
50% yang mungkin terjadi karena kurang
sensitifnya kadar -HCG pada pemeriksaan.
Dalam rupture akut hal ini bisa terjadi
walaupun sangat jarang.
Dalam kasus ini, kehamilan ektopik
kronik terjadi bersamaan dengan kehamilan
ektopik akut, hasilnya kadar -HCG positif
dan membuat diagnosis kehamilan ektopik
menjadi sukar ditentukan. Dalam beberapa
teori terdapat spekulasi yang berbeda
mengenai mekanisme dari test kehamilan
yang negative:

Penurunan kadar hormone -HCG yang


diatur oleh hidup dan aktivnya
trophoblas

Masa kecil yang menetap dari tropoblast


yang aktiv dalam memproduksi -HCG
jumlahnya sangat sedikit, sehingga hasil
dari pemeriksaan test pack menjadi tidak
terdeteksi

Peningkatan clereance serum hormone


(prosesnya belum diketahui)

Involusi dari jaringan tropoblast aktif


yang membawa kadar rendah -HCG,

tapi hematoma tubanya masih ada,


tumbuh dan rupture.

Implantasi mungkin terjadi lambat


sehubungan dengan ekspektasi tanggal
menstruasi wanita yang, menunjukan
batas dari kadar -HCG sehingga pada
uji test pack yang pertama hasilnya
gagal.

PILIHAN TERAPI
Bedah konservatif
Penanganan konservatif dari kehamilan
ektopik non rupture teridiri dari dua pilihan
linier salpingektomi atau reseksi segmental.
Bedah konservatif dilakukan jika diagnose
kehamilan ektopik telah dikonfirmasi
sebagai stadium awal dan belum terjadi
rupture pada tuba.
Reseksi segmental, dilakukan untuk
kehamilan tuba yang terjadi pada ismus,
karena lapisan otot lebih tebah tebal
dibandingkan lumen yang relative sempit.
Sesudah reseksi dilakukan, dilakukan juga
reanastomose. Prosedur ini hanya dapat
dilakukan oleh dokter bedah yang telah
berpengalaman.
Untuk wanita yang ingin organ
reproduksinya tetap berfungsi, bedah
konserpatif dilakukan dengan tehnik linear
salpingotomi sebagai standar baku emas
penanganan kehamailan tuba bagian distal.
Telah banyak penelitian terkini melaporkan
bahwa tuba yang tidak terjadi involusi dapat
menjadi abnormal, terlalu atau subklinis,
pada paling sedikit 50% kasus kehamilan
ektopik. Walaupun tidak pernah ada
penelitian yang secara acak membandingkan
kesuburan sesudah pembedahan konservatif
dan pembedahan secara radikal pada
kehamilan ektopik, banyak informasi yang

tersedia menunjukan perubahan yang terjadi


pada
kehamilan
intrauterine
untuk
kehamilan selanjutnya lebih tinggi sesudah
terapi
bedah
konservatif
(linear
salpingotomi)
Ada banyak penelitian tentang
salpingotomi yang telah dilakukan tapi
sayangnya mereka tidak menggambarkan
kondisi tuba yang tidak terlibat. Langer dan
kawan-kawan menggambarkan tuba yang
tidak terlibat pada 30 pasien penelitian
mereka yang telah menjalani salpingotomi.
Semua pasien yang mempunyi contralateral
tuba yang normal, 80% akan mempunyai
kehamilan yang normal. Pasien dengan
gangguan atau adanya adhesi peritubal,
hanya 11 (55%) pasien yang bisa hamil.
Tehnik lainya disamping salpingotomi
adalah salpingostomi. Prosdur salpingostomi
biasanya dilakukan untuk mengevakuasi
kehamilan ektopik yang panjangnya kurang
dari 2 cm dan berlokasi pada bagian kurang
dari sepertiga bagian distal dari tuba. Insisi
dilakukan 10-15 mm dengan kauter jarum
unipolar pada area bagian atas antimesentrik
dari letak kehamilan ektopik. Secara tehnik,
salpingostomi sama dengan salpingotomi
kecuali pada salpingostomi tidak ada
penjahitan. Menurut Tulandi dan Saleh,
tidak ada perbedaan prognosis antra yang
dilakukan atau yang dilakukan penjahitan.

Salpingektomi juga bisa di indikasikan


untuk kondisi lain, termasuk kehamailan
ektopik berulang pada tuba yang sama,
kehamilan ektopik dengan sedikit gangguan
pada tuba, dan kehamilan ektopik pada
wanita yang masih ingin memiliki anak.

Pengobatan Konservatif
Ada pengobatan alternative, menggunakan
aktinomycin D, Methotrexate intratuba,
prostaglandineba intratuba, dan glukoser
intamuskular. Walaupun, pengobatan ini
tidak mempunyai standarisasi.
Methotrexate adalah antagonis dari
asam
folat
yang
menginaktifkan
dehidorogenase reduktase yang mengurangi
trahidrofolate, kofaktor esensial untuk
sintesis DNA dan RNA, karena ganggguan
pada tingkatan sel. Secara active sel sangat
sensitive terhadap methotrexate, yang mana
obat ini biasanya digunakan sebagai terapi
pada keganasan thropoblas.
methotrexate digunakan untuk sebagai
indicator kesuksesan pada kadar -HCG.
Pada kasus kehamilan ektopik kronik
dengan kadar -HCG yang sedikit atau tidak
terdeteksi, penggunaan obat ini untuk terapi
sulit digunakan

Bedah Radikal
Total salpingektomi diperlukan ketika
kehamilan tuba telah rupture dan terjadi
haemoperitoneum. Seperti pada kasus ini,
perdarahan intraabomen perlu dikontrol
dengan cepat dan tidak adalagi tempat untuk
dilakukan pembedahan secara konservatif.
Haemoperitoneum yang banyak dapat
membuat pasien dalam keadaan kritis
kardiopulmonal
yang
menetap.

Tabel 2. Pertimbangan penggunan methotrexate


Indikasi absolut
Hemaodinamik stabil, tidak ada tanda rupture tuba
Diagnosis tanpa laparoskopi

Masa EP kurang 3,5 cm


Tidak ada aktivitas jantung fetal
Kadar -HCG < 15000 mIU/ml
Pasien dapat diinformasikan dan diobservasi
Kontraindikasi absolut
Hemodinamik yang tidak stabil
Problem medis, termasuk hati, traktus digestive, ginjal,
paru-paru atau penyakit hematologi lainya (anemia,
diskrasia dll)
Riwayat peminum alcohol, imnodefisiensi
Pasien dibawa pengobatan medi
Kontradindikasi relative
Sac gestasional > 3,5 cm
Pergerakan jantung fetal

Hasil
Kehamilan ektopik mempunyai hasil yang
berbeda. Beberapa pasien menunjukan
kesembuhan dengan segera atau secara
bertahap setelah pengobatan. Dalam
beberapa kasus, rupture akut mungkin
terjadi. Beberapa yang lainya mengalami
nyeri
pelvis
yang
menetap,
yang
membutuhkan operasi salpingoophorektomi.
USG mempunyai peranan yang penting,
bukan hanya untuk kehamilan diluar uterus,
tapi juga dapat mengenali kelainan adenexa.
Usg dapat menyingkirkan kausa lain dari
nyeri pelvis pada beberapa populasi seperti:
torsio
ovarium,
kista
hemorargik,
endometrioma, dan dermoid. Gambaran
USG dari PID akut dengan abses piosalping
atau abses tuboovarian dapat tumpang tindih
dengan kehamilan ektopik kronik, dan kadar
-HCG yang negative disini menjadi
masalah. Jika pasien mempunyai kelainan
adnexal yang menetap, pembedahan
diperluka untuk menyingkirkan tumor.

Kehamilan tuba berhubungan dengan


prognosis yang buruk dengan fungsi
reproduksi selanjutnya. Pada banyak kasus,
kehamilan
ekstrauterine
menunjukan
kegagalan fertilisasi ovum untuk bermigrasi
sampai ke rugae dengan perubahan fungsi
tuba.
Pada tahun 1975, sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Shoen dan Nowak
menyimpulkan tentang 70% pasien yang
mengalami
kehamilan
ektopik
pada
kehamilan pertama tidak memberikan
kelahiran hidup pada tuba yang satunya.
Sekitar 30% pasien yang mengalami
kehamilan ektopik setelah sebelumnya
mengalami kehamilan ektopi pada tuba yang
satunya adalah sekiatar 10-15% dari total
prevalensi kehamilan ektopik berulang.
Lebih dari setengah kehamilan ektopik
berulang terjadi dalam dua waktu dan 80%
kejadian terjadi setelah 4 tahun dari periode
yang
pertama.
Kapasitas
potensial
reproduksi dari pasien yang mengalami
kehamilan ektopik tergantung dari riwayat
reproduksi mereka. Jika kehamilan pertama
merupakan kehamilan ektopik maka
prognosis untuk kehamilan selanjutnya
menjadi lebih buruk dibandingkan dengan
kehamilan ektopik yang terjadi setelah satu
tahun atau lebih kehamilan normal.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh
Yao dan Tulandi pada tahun 1999, dari 1514
pasien yang mencoba untuk hamil setelah
dilakukan prosedur linear salpingostomi,
6,2% berhasil hamil intrauterus, dan 15,5%
mengalami kehamilan ektopik berulang.
Yang lainya hanya 38,1% dari 3584 pasien
yang mencoba untuk hamil , berhasil hamil
pada tuba yang satunya meskipun memang
terjadinya kehamilan ektopik relative rendah
(9,8%).

Diantara
laporana
prosedur
salpingotomi yang telah dilakukan hanya
pada tuba bagian kiri, tercatat oleh peneliti
kehamilan hanya yang terjadi sekitar 50%.
Walaupun dari laporan menunjukan variasi
hasil dan hanya sedikit pasien yang
dilaporkan. Kehamilan ektopik berulang
pada pasien yang melalui prosedur
salpingotomi dan hanya mempunyai satu
tuba yaitu sebesar 20%, lebih tinggi
daripada pasien yang mempunyai kedua
tuba.
Dalam satu penelitian, dilaporkan
yang mempunyai riwayat ketidaksuburan
sebelumnya mempunyai faktor resiko yang
sama untuk terjadi kegagalan pada
kehamilan selanjutnya setelah menjalani
terapi konservatif kehamilan ektopik.
Bahkam jika ada sedikit perbedaan tentang
keberhasilan kehamilan diantra pengobatan
konservatif dan radikal, itu hanya untuk
mengurangi
resiko
kekambuhan
menggunakn teknologi reproduksi, yang
mana dapat meningkatkan keberhasilan dari
kehamilan intrauterine.

Kesimpulan
Diagnosis kehamilan ektopik kronik
dilakukan
berdasarkan
gambaran
makroskopik dari masa kista tuba selama
operasi dari kehamilan ektopik akut. Pasien

tidak mengirimkan jaringan untuk dilakukan


pemeriksaan pathologi anatomi. Diagnosis
dari kehamilan ektopik kronik susah
sebelum dilakukan operasi. Pasien ini
mungkin menjadi subjek untuk bedah
konservatif (disebabkan oleh masalah
ekonomi pasien) untuk mempertahankan
kapasitas reproduksi walaupun untuk terjadi
kehamilan intrauterine sangat rendah.

Anda mungkin juga menyukai