Secara Umum Kehamilan Ektopik Terjadi 2 Dari Seratus Kehamilan
Secara Umum Kehamilan Ektopik Terjadi 2 Dari Seratus Kehamilan
PENDAHULUAN
Secara umum kehamilan ektopik terjadi 2
dari seratus kehamilan. Di Negara Industri
angka kejadiannya meningkat sampai 6 kali
lipat dalam 20 tahun terakhir, walaupun ada
juga beberapa sedikit penurunan pada
beberapa tahun terakhir ini. Di Amerika
Serikat, rata-rata terjadi kenaikan kejadian
dalam 3 dekade terakhir dari angka 4,5 per
1000 kehamilan pada tahun 1970 sampai
19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 1992.
Walaupun ada penurunan angka kematian
pada ibu hamil yang disebabkan oleh
kehamilan ektopik, dari 13% diantara tahun
1979 dan 1986 sampai 9% pada tahun 1992.
Angka Kejadian kehamilan ektopik
kronik yang sebenarnya belum diketahui
secara pasti, dengan hanya sedikit penelitian
yang dilakukan telah dilaporkan bahwa
Resiko Relativ
3 - 13
4
9
1 - 4.2
3.8 - 21
2.5 - 3
2 -8
2 -4
2
1.5 - 6.2
1.7 - 4
0.6 - 3
1.6 - 3.5
1 - 2.1
FAKTOR RESIKO
PATOGENESIS
PILIHAN TERAPI
Bedah konservatif
Penanganan konservatif dari kehamilan
ektopik non rupture teridiri dari dua pilihan
linier salpingektomi atau reseksi segmental.
Bedah konservatif dilakukan jika diagnose
kehamilan ektopik telah dikonfirmasi
sebagai stadium awal dan belum terjadi
rupture pada tuba.
Reseksi segmental, dilakukan untuk
kehamilan tuba yang terjadi pada ismus,
karena lapisan otot lebih tebah tebal
dibandingkan lumen yang relative sempit.
Sesudah reseksi dilakukan, dilakukan juga
reanastomose. Prosedur ini hanya dapat
dilakukan oleh dokter bedah yang telah
berpengalaman.
Untuk wanita yang ingin organ
reproduksinya tetap berfungsi, bedah
konserpatif dilakukan dengan tehnik linear
salpingotomi sebagai standar baku emas
penanganan kehamailan tuba bagian distal.
Telah banyak penelitian terkini melaporkan
bahwa tuba yang tidak terjadi involusi dapat
menjadi abnormal, terlalu atau subklinis,
pada paling sedikit 50% kasus kehamilan
ektopik. Walaupun tidak pernah ada
penelitian yang secara acak membandingkan
kesuburan sesudah pembedahan konservatif
dan pembedahan secara radikal pada
kehamilan ektopik, banyak informasi yang
Pengobatan Konservatif
Ada pengobatan alternative, menggunakan
aktinomycin D, Methotrexate intratuba,
prostaglandineba intratuba, dan glukoser
intamuskular. Walaupun, pengobatan ini
tidak mempunyai standarisasi.
Methotrexate adalah antagonis dari
asam
folat
yang
menginaktifkan
dehidorogenase reduktase yang mengurangi
trahidrofolate, kofaktor esensial untuk
sintesis DNA dan RNA, karena ganggguan
pada tingkatan sel. Secara active sel sangat
sensitive terhadap methotrexate, yang mana
obat ini biasanya digunakan sebagai terapi
pada keganasan thropoblas.
methotrexate digunakan untuk sebagai
indicator kesuksesan pada kadar -HCG.
Pada kasus kehamilan ektopik kronik
dengan kadar -HCG yang sedikit atau tidak
terdeteksi, penggunaan obat ini untuk terapi
sulit digunakan
Bedah Radikal
Total salpingektomi diperlukan ketika
kehamilan tuba telah rupture dan terjadi
haemoperitoneum. Seperti pada kasus ini,
perdarahan intraabomen perlu dikontrol
dengan cepat dan tidak adalagi tempat untuk
dilakukan pembedahan secara konservatif.
Haemoperitoneum yang banyak dapat
membuat pasien dalam keadaan kritis
kardiopulmonal
yang
menetap.
Hasil
Kehamilan ektopik mempunyai hasil yang
berbeda. Beberapa pasien menunjukan
kesembuhan dengan segera atau secara
bertahap setelah pengobatan. Dalam
beberapa kasus, rupture akut mungkin
terjadi. Beberapa yang lainya mengalami
nyeri
pelvis
yang
menetap,
yang
membutuhkan operasi salpingoophorektomi.
USG mempunyai peranan yang penting,
bukan hanya untuk kehamilan diluar uterus,
tapi juga dapat mengenali kelainan adenexa.
Usg dapat menyingkirkan kausa lain dari
nyeri pelvis pada beberapa populasi seperti:
torsio
ovarium,
kista
hemorargik,
endometrioma, dan dermoid. Gambaran
USG dari PID akut dengan abses piosalping
atau abses tuboovarian dapat tumpang tindih
dengan kehamilan ektopik kronik, dan kadar
-HCG yang negative disini menjadi
masalah. Jika pasien mempunyai kelainan
adnexal yang menetap, pembedahan
diperluka untuk menyingkirkan tumor.
Diantara
laporana
prosedur
salpingotomi yang telah dilakukan hanya
pada tuba bagian kiri, tercatat oleh peneliti
kehamilan hanya yang terjadi sekitar 50%.
Walaupun dari laporan menunjukan variasi
hasil dan hanya sedikit pasien yang
dilaporkan. Kehamilan ektopik berulang
pada pasien yang melalui prosedur
salpingotomi dan hanya mempunyai satu
tuba yaitu sebesar 20%, lebih tinggi
daripada pasien yang mempunyai kedua
tuba.
Dalam satu penelitian, dilaporkan
yang mempunyai riwayat ketidaksuburan
sebelumnya mempunyai faktor resiko yang
sama untuk terjadi kegagalan pada
kehamilan selanjutnya setelah menjalani
terapi konservatif kehamilan ektopik.
Bahkam jika ada sedikit perbedaan tentang
keberhasilan kehamilan diantra pengobatan
konservatif dan radikal, itu hanya untuk
mengurangi
resiko
kekambuhan
menggunakn teknologi reproduksi, yang
mana dapat meningkatkan keberhasilan dari
kehamilan intrauterine.
Kesimpulan
Diagnosis kehamilan ektopik kronik
dilakukan
berdasarkan
gambaran
makroskopik dari masa kista tuba selama
operasi dari kehamilan ektopik akut. Pasien