Anda di halaman 1dari 11

RTRW Provinsi Papua Barat

2008 - 2028

7.2 ARAHAN PERATURAN ZONASI UNTUK STRUKTUR RUANG DAN


POLA RUANG
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan pedoman dalam perumusan
arahan peraturan zonasi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Arahan peraturan zonasi sistem provinsi meliputi:
1.

Arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang.

2.

Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.

7.2.1

Arahan Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang

Arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang Provinsi Papua Barat ditetapkan dengan
tujuan:
a.

Menjamin berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana wilayah Provinsi


Papua Barat dengan mengatur pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana;

b.

Mengatur ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan


terhadap berfungsinya sistem perkotaan provinsi dan jaringan prasarana provinsi;
dan

c.

Membatasi intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem


perkotaan provinsi dan jaringan prasarana provinsi.

Arahan peraturan zonasi Struktur Ruang Provinsi Papua Barat terdiri atas arahan
peraturan zonasi untuk sistem perkotaan dan arahan peraturan zonasi untuk jaringan
prasarana wilayah, sebagai berikut:
1. Arahan peraturan zonasi untuk PKN, PKW, PKL dan PKSN adalah:
a. Menetapkan batas perkembangan fisik kawasan perkotaan berupa ruang terbuka
hijau di kawasan perkotaan dan pinggiran berdasarkan daya dukung lingkungan.
b. Mengelola tingkat perkembangan fisik perkotaan di daerah pinggiran agar tidak
melebihi batas perkembangan fisik yang telah ditetapkan.
c.

Mengembangkan pusat-pusat pelayanan kepada masyarakat secara berhierarki


yang terdistribusi di seluruh kawasan perkotaan dan disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang dilayani.

Untuk PKN berlaku indikasi arahan peraturan zonasi sebagai berikut:


-

Mengembangkan prasarana perekonomian untuk menunjang kegiatan ekonomi


wilayah.

Mengembangkan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan dari dan


menuju kawasan lain di sekitarnya.

Laporan Rencana

7-1

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Mengembangkan jaringan akses dari pusat-pusat produksi berorientasi ekspor


menuju pelabuhan laut dan/atau bandar udara.

Untuk PKW dan PKL berlaku arahan peraturan zonasi sebagai berikut:
-

Mengembangkan prasarana dan sarana perekonomian untuk menunjang


kegiatan ekonomi wilayah.

Mengembangkan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan dari dan


menuju kawasan lain di sekitarnya.

Mengembangkan ruang untuk sentra-sentra kegiatan produksi dalam skala lokal


dan wilayah.

Mengembangkan jaringan akses dari pusat-pusat produksi berorientasi ekspor


menuju pelabuhan laut/ atau bandar udara.

Selain arahan peraturan zonasi, berlaku indikasi arahan peraturan zonasi sebagai
berikut:
-

Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi kepabeanan,


imigrasi, karantina dan keamanan.

Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan fungsi pertahanan


dan keamanan negara.

Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang transportasi dan


perdagangan lintas batas.

2. Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer yang terdapat di
Provinsi Papua Barat adalah:
-

Membatasi tingkat perkembangan kegiatan budidaya di sisi jalan.

Mengembangkan sistem drainase di sepanjang sisi jalan.

Membatasi akses masuk dengan jarak tertentu sesuai dengan ketentuan


perundang-undangan.

Mempertahankan garis sempadan bangunan di sisi jalan sekurang-kurangnya


setengah dari lebar ruang milik jalan.

Mengembangkan struktur penahan kebisingan pada sisi jalan yang melalui


kawasan permukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan.

3. Arahan peraturan zonasi untuk transportasi penyeberangan adalah:


-

Mengembangkan fasilitas penyeberangan yang sesuai dengan kondisi fisik


lingkungan.

Mengintegrasikan

dengan

sistem

transportasi

darat

untuk

mewujudkan

pelayanan transportasi yang terpadu dan efisien.


-

Menjamin ketersediaan air bersih, energi listrik, jaringan telekomunikasi di


pelabuhan penyeberangan.

4. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi laut adalah:

Laporan Rencana

7-2

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Menyiapkan rencana alokasi ruang pelabuhan yang dapat memenuhi kebutuhan


ruang untuk pengembangan kegiatan prasarana pelabuhan.

Meningkatkan aksesibilitas transportasi laut antara kawasan andalan dengan


kawasan sub regional dan kawasan strategis (ekonomi) provinsi.

Mengembangkan pelabuhan yang mampu berfungsi sebagai simpul transportasi


laut provinsi yang menghubungkan pelabuhan pengumpan dengan pelabuhan
yang lebih tinggi hierarkinya.

Mengembangkan sistem keamanan berstandar provinsi.

Mengintegrasikan pelabuhan provinsi dengan sistem transportasi darat yang


menghubungkan pelabuhan dengan PKN atau PKW terdekat dan pusat produksi
wilayah lainnya.

Mengembangkan pelabuhan yang mampu melayani angkutan peti kemas.

Menyusun studi lingkungan regional yang memperhatikan konservasi kawasan


lindung dan daya dukung lingkungan secara umum untuk melengkapi rencana
pengembangan pelabuhan.

Mengembangkan terminal penumpang untuk melayani pelayaran dan/atau


penyeberangan provinsi.

Menjamin ketersediaan air bersih, listrik jaringan telekomunikasi dan instalasi


pengolahan air limbah di kawasan pelabuhan.

Laporan Rencana

7-3

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

5. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi udara adalah:


-

Mengembangkan landasan pacu dan prasarana penunjang penerbangan


provinsi.

Mengembangkan pelayanan keberangkatan dan kedatangan pesawat dan


penumpang dengan volume sedang.

Mengembangkan fasilitas bongkar muat kargo yang efisien untuk mendukung


aktivitas ekspor impor.

Mengintegrasikan dengan prasarana transportasi lainnya.

Menyelenggarakan penataan ruang di bandar udara dan sekitarnya sesuai


dengan standar keselamatan penerbangan.

6. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi dan listrik adalah:
-

Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi dan listrik:


a. Memanfaatkan sumber energi primer terbarukan maupun yang tidak
terbarukan secara efektif dan efisien.
b. Mengatur penempatan pembangkit dan jaringan transmisi bertegangan tinggi
dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan masyarakat dan
lingkungan.
c.

Menyediakan dan memanfaatkan sumber energi untuk pembangkit tenaga


listrik dengan mempertimbangkan keamanan masyarakat dan lingkungan.

d. Memprioritaskan pemanfaatan sumber energi setempat dan sumber energi


yang terbarukan guna menjamin ketersediaan sumber energi primer untuk
pembangkit listrik.
-

Arahan peraturan zonasi untuk jaringan interkoneksi adalah:


a. Meratakan distribusi permintaan dan penawaran energi listrik provinsi.
b. Mengembangkan jaringan interkoneksi untuk mengembangkan kawasan
andalan, investasi dan sistem permukiman provinsi.
c.

Menerapkan standar keamanan, mutu, dan keandalan sistem jaringan


transmisi tenaga listrik untuk menjamin tersedianya pasokan energi listrik.

Arahan peraturan zonasi untuk jaringan terisolasi:


a. Mengembangkan subsidi pengusahaan energi listrik.
b. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya setempat sebagai sumber energi
listrik.
c.

Mengatur tingkat harga jual energi listrik sesuai dengan kemampuan daya
beli masyarakat setempat.

7. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan oleh dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi.
8. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana sumberdaya air adalah:

Laporan Rencana

7-4

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Membagi peran yang tegas dalam pengelolaan sumberdaya air di antara


pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
wewenang masing-masing.

Melindungi kawasan bagian hulu dan tengah aliran sungai.

Melindungi kawasan yang berfungsi menampung limpasan air di bagian hilir.

Melindungi sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk, serta kawasan
sekitar mata air dari kegiatan yang berpotensi merusak kualitas air.

Memulihkan fungsi hidrologis yang telah menurun akibat kegiatan budidaya di


kawasan resapan air, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta
mata air.

Mengatur pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan budidaya secara


seimbang

dengan

memperhatikan

tingkat

ketersediaan

dan

kebutuhan

sumberdaya air.
-

Mengendalikan daya rusak air untuk melindungi masyarakat, kegiatan budidaya,


serta prasarana dan sarana penunjang perikehidupan manusia.

Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air yang selaras dengan


pengembangan sistem pusat permukiman, kawasan budidaya, dan kawasan
lindung.

Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air untuk mendukung sentra


produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan provinsi.

7.2.2

Arahan Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang

Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang Provinsi Papua Barat terbagi atas arahan
peraturan zonasi untuk kawasan lindung dan arahan peraturan zonasi untuk kawasan
budidaya. Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang disusun dengan tujuan:
1.

Menjamin terciptanya keselamatan umum dengan melakukan pembatasan


terhadap pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana alam dan pemanfaatan
ruang lain yang memiliki potensi bahaya bagi masyarakat sekitarnya.

2.

Menjamin kelestarian lingkungan alam dan keanekaragaman hayati dengan


melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang mengubah bentang alam.

3.

Menjamin terciptanya keberlanjutan pembangunan dan perbaikan kualitas


lingkungan dengan menciptakan keserasian dan keterpaduan antar pemanfaatan
ruang yang berbeda.

a. Kawasan Lindung
1. Arahan peraturan zonasi untuk hutan lindung meliputi:
Pengelolaan kegiatan budidaya yang telah berlangsung dalam hutan lindung
berdasarkan analisis mengenai dampak lingkungan.

Laporan Rencana

7-5

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Penerapan pengembangan kegiatan budidaya bersyarat di kawasan hutan


lindung yang di dalamnya terdapat deposit mineral atau sumberdaya lainnya.
Pengaturan ruang dan bimbingan untuk kegiatan budidaya masyarakat yang
tinggal di dalam kawasan lindung.
2. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air adalah:
Memberikan ruang yang cukup pada daerah tertentu untuk keperluan
penyerapan air hujan bagi kawasan bawahannya maupun kawasan yang
bersangkutan.
Membangun

kawasan

yang

mengakomodasi

berbagai

kegiatan

pembangunan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan.


Melarang penebangan pohon muda berdiameter 6-25 cm dan/atau tinggi 3
meter di kawasan resapan air.
3. Arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai meliputi:
Pengembangan model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat untuk
mempertahankan keaslian, estetika, dan keindahan pantai.
Pengembangan mekanisme perizinan

yang

efektif terhadap kegiatan

budidaya di daerah sempadan pantai.


Penetapan standar peralatan dan perlengkapan yang dapat dipergunakan
sesuai dengan karakteristik pantai guna membatasi kegiatan budidaya di
pesisir pantai dan laut.
4. Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud
adalah:
Menertibkan penggunaan lahan sempadan sungai.
Mengembangkan vegetasi alami di bantaran sungai untuk menghambat arus
aliran hujan atau volume air yang mengalir ke tanah.
Membangun prasarana di sempadan sungai untuk mencegah peningkatan
suhu air yang dapat mengakibatkan kematian biota tertentu.
Memelihara vegetasi sempadan sungai untuk menjaga tingkat penyerapan air
yang tinggi dalam mengisi air tanah yang menjadi kunci pemanfaatan sumber
air secara berkelanjutan.
5. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air meliputi:
Membatasi kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi
fisik kawasan yang berada di sekitarnya.
Melarang segala kegiatan budidaya yang dapat mengakibatkan perusakan
kualitas air, kondisi fisik daerah tangkapan air kawasan di sekitar mata air.
Membangun bangunan penangkap air untuk melindungi sumber mata air
terhadap pencemaran.
Arahan peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam serta suaka alam laut
dan perairan lainnya.

Laporan Rencana

7-6

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Melindungi keanekaragaman sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya


bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas kehidupan.
Menetapkan daerah yang berbatasan dengan kawasan suaka alam sebagai
daerah penyangga.
6. Arahan peraturan zonasi untuk cagar alam laut dan taman wisata alam laut
meliputi:
Melarang adanya perubahan bentang alam kawasan yang mengusik atau
mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa.
Melarang memasukkan jenis tumbuhan dan satwa yang bukan asli ke dalam
kawasan.
7. Arahan peraturan zonasi untuk taman hutan raya meliputi:
Melarang adanya pengurangan luas kawasan yang telah ditentukan.
Melarang pengrusakan kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem.
8. Arahan peraturan zonasi untuk taman wisata alam meliputi:
Melindungi hutan atau vegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang
beragam serta arsitektur bentang alam untuk keperluan pendidikan, rekreasi
dan pariwisata.
Meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar taman provinsi, taman hutan raya
dan taman wisata alam.
Melindungi kawasan dari kegiatan manusia yang dapat menurunkan kualitas
taman provinsi.
Memanfaatkan kawasan pelestarian alam untuk kegiatan pengawetan
tumbuhan dan satwa langka.
9. Arahan pengaturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam meliputi:
Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang
pernah dan/atau berpotensi mengalami gempa bumi dengan skala Modified
Mercally Intensity (MMI) VII sampai dengan XII.
Kawasan tanah rawan longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk
lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng baik
yang berupa batuan, bahan rombakan, tanah maupun material campuran.
Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan
sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan
antara 10 sampai dengan 100 km/jam yang timbul akibat angin kencang atau
gravitasi bulan maupun matahari.
Kawasan rawan bencana alam banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan
yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana
alam banjir.

Laporan Rencana

7-7

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria kawasan yang


diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam
banjir.
Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria memiliki tingkat
gerakan tanah tinggi.
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria
sempadan dengan lebar 250 meter atau lebih dari tepi jalur patahan aktif.
Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi
rendah dan/atau pernah atau berpotensi mengalami tsunami.
Kawasan rawan bahaya gas beracun ditetapkan dengan kriteria kawasan
yang pernah dan/atau berpotensi mengalami bahaya gas beracun.
10. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi
yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan plasma nutfah:


Melestarikan fungsi lindung dan tatanan lingkungan.
Melindungi ekosistem kawasan.
Menjaga kelestarian flora dan fauna.
Memanfaatkan kawasan untuk penelitian dan pendidikan.

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan terumbu karang adalah:


Mengembangkan panduan pemantauan dan perlindungan terumbu karang
berbasis masyarakat.
Melarang segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan kelautan dengan
menggunakan alat yang dapat merusak lingkungan hidup.
Mengembangkan mata pencaharian alternatif berkelanjutan bagi masyarakat
pesisir guna menghindari eksploitasi sumberdaya kelautan.
Menetapkan daerah tangkapan ikan nelayan lokal.
11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk perlintasan bagi jenis biota laut yang
dilindungi adalah:
Menetapkan daerah penyangga untuk menjamin kelestarian keanekaragaman
hayati dan ekosistem yang terkandung di daerah perlintasan.
Melindungi kawasan perairan laut dan keunikan ekosistem yang sesuai bagi
keberlangsungan hidup jenis biota laut yang dilindungi.
Mengatur alokasi pemanfaatan ruang laut dan dasar laut di sepanjang dan
sekitar jalur perlintasan biota laut yang dilindungi.
Pemanfaatan

kawasan

untuk

pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi.

Laporan Rencana

7-8

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

b. Kawasan Budidaya
1. Kawasan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
Memiliki faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas dengan jumlah skor
125 Sampai 174.
Memiliki faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan dengan jumlah
124 atau kurang, terletak di luar kawasan lindung.
Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
2. Kriteria teknis hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi
sebagaimana

ditetapkan

oleh

menteri

yang

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan di bidang kehutanan.


3. Arahan peraturan zonasi untuk hutan produksi sebagaimana dimaksud adalah:
Melestarikan fungsi lingkungan hidup kawasan hutan untuk keseimbangan
ekosistem wilayah.
Mengendalikan neraca sumberdaya kehutanan untuk memenuhi kebutuhan
jangka panjang.
Memberlakukan persyaratan penebangan yang ketat untuk melindungi
populasi pohon dan ekosistem kawasan.
Menanam kembali untuk mengganti setiap batang pohon.
4. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertanian adalah:
Mengatur alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan air tawar, dan peternakan
sesuai dengan kesesuaian lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Menerapkan metoda konservasi tanah dan sumberdaya air sesuai dengan
kondisi kawasan.
Mengatur zonasi komoditas pertanian untuk menjaga keseimbangan antara
permintaan dan penawaran.
Mempertahankan kawasan pertanian beririgasi teknis.
Mencegah konversi lahan pertanian produktif untuk peruntukan lain.
Program bimbingan pertanian (transformasi bagi masyarakat adat).
5. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertambangan adalah:
Penyelesaian hak ulayat terlebih dahulu.
Peningkatan kemampuan untuk melakukan pengawasan volume produksi.
Peningkatan kemampuan untuk mengendalikan dampak lingkungan dan
sosial.
Memanfaatkan sumberdaya mineral, energi, dan bahan galian lainnya untuk
kemakmuran rakyat.

Laporan Rencana

7-9

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

Mencegah terjadinya dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan


pengelolaan sumberdaya mineral.
Merehabilitasi lahan pasca kegiatan pertambangan.
Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan sumberdaya mineral, energi, dan
bahan galian lainnya dengan memperhatikan ketentuan perundangan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Memperhatikan kelestarian sumberdaya mineral, energi dan bahan galian
lainnya sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan.
Memperhatikan keserasian dan keselarasan antara kawasan pertambangan
dengan kawasan sekitarnya.
6. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan industri adalah:
Memanfaatkan potensi kawasan industri untuk peningkatan nilai tambah
pemanfaatan ruang.
Meningkatkan nilai tambah sumberdaya alam yang terdapat di dalam dan di
sekitar kawasan.
Mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Memanfaatkan

lokasi

industri

berbasis

sumberdaya

alam

lokal

dan

berorientasi ekspor.
7. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata adalah:
Penetapan

peraturan

bagi

wisatawan,

pengelola

pariwisata

dan

pengembangan fasilitas.
Persiapan sosial masyarakat di kawasan pariwisata.
Memanfaatkan potensi lingkungan hidup, keindahan alam dan budaya di
kawasan pariwisata.
Mempertahankan kelestarian nilai budaya, adat istiadat, serta mutu dan
keindahan lingkungan alam.
Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan perikanan adalah:
Pemetaan zona adat.
Pengkajian daur kehidupan ikan dan pengukuran produktivitas ikan komersial.
Pembakuan zona adat: daerah penangkapan ikan yang terkendali oleh norma
adat (sasi).
Memanfaatkan potensi perikanan di wilayah perairan teritorial dan ZEE
Indonesia.
Meningkatkan nilai tambah perikanan melalui pengembangan industri
pengelolaan hasil perikanan dan kelautan.
Memelihara kelestarian potensi sumberdaya ikan.
Melindungi jenis biota laut tertentu yang dilindungi peraturan perundangan.

Laporan Rencana

7-10

RTRW Provinsi Papua Barat


2008 - 2028

9. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan permukiman adalah:


Didominasi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal.
Aman dari bahaya bencana atau bahaya bencana buatan manusia.
Akses menuju pusat kegiatan masyarakat baik yang terdapat di dalam
maupun di luar kawasan.
Kriteria

teknik

kawasan

permukiman

ditetapkan

oleh

menteri

yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang permukiman.


10. Arahan peraturan zonasi untuk lingkungan hidup adalah:
Menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam.
Memperhatikan nilai sosial budaya masyarakat.
Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
11. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis provinsi adalah:
Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya yang
berada dalam kawasan strategis provinsi.
Mengatur pemanfaatan ruang kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan mendukung pertahanan keamanan negara.
Menciptakan nilai tambah dan pengaruh positif secara ekonomis dan
pengembangan kawasan tertentu, baik bagi pembangunan provinsi maupun
bagi pembangunan daerah.
Pemanfaatan

potensi

sumberdaya

alam

dengan

penggunaan

ilmu

pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dan memberikan daya saing
provinsi.
Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dalam
rangka mempertahankan fungsi lingkungan hidup.
Pemanfaatan ruang secara optimal bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan
keamanan baik yang bersifat statis maupun dinamis.

Laporan Rencana

7-11

Anda mungkin juga menyukai