Kota Sungai
Kota Sungai
com
KOTASUNGAI!
Belajar dan Siapkan Diri
Keluar dan Kembangkan Diri
Be The Winner. Dont Be The Loser.
-- Kado Buat Rasulullah Part 1 -(Bicara Ummat, Bicara Bangsa, Bicara Indonesia)
By Yusuf Mansur. Mudah-mudahan atas Izin Allah.
Untuk www.yusufmansur.com
8 Robiiul Awwal 1436 Hijriyah/30 Desember 2014 Masehi
Bismillaah...
Sebelum masuk ke Kado Buat Rasulullah, izinkan saya mengutip ulang, menuliskan
ulang, ceramah saya yang atas izin Allah, saya sampaikan kepada diri saya, istri saya, anakanak saya, keluarga saya, kawan-kawan saya, sebangsa setanah air... Dan kepada siapa saja
yang mau mendengar dan membaca...
Tentang KotaSungai...
Perlihatkan. Perdengarkan dan Bacakan. Agar banyak yang mendengar, agar banyak yang
membaca. Semoga Allah kasih manfaat. Aamiin.
***
Ibarat anak, di dalam rumah. Maka diri kita dan ummat, adalah anak di dalam rumah. Yang
hidup, bertetangga teramat dekat dengan sungai yang panjang, lebar, lagi dalam dan deras.
Selangkah dari pintu dan pager rumah, udah ketemu sungai.
Kemungkinan celaka, tenggelam, hanyut, di depan mata, begitu dekat juga jadinya.
Selangkahan kaki doangan.
Pilihan hidup kemudian ada beberapa pilihan.
Pertama, berdiam diri di rumah. Dan ini jelas ga mungkin banget.
Kita harus pergi makan, pergi belanja, pergi bekerja, pergi berusaha, pergi sekolah, pergi
kuliah, pergi bersosialisasi dan beraktivitas lain-lain. Termasuk jalan-jalan. Bukan hanya
keluar rumah. Tapi juga kudu menyebrangi sungai, menyusurinya, hingga ketemu laut, dan
bahkan menyebrangi laut. Kudu pergi ke hutan, masuk hutan. Menikmati hutan. Pergi ke
gunung, kemudian panjet tuh gunung.
Ya. Berdiam diri di rumah, adalah pilihan yang mengerikan. Kita harus pergi melihat dunia
yang lebih lebar dan lebih luas. Masa iya di rumah aja? Lalu hidup dan kehidupan ini ga ada
warnanya. Begitu monoton, satu warna, dan sunyi senyap.
Jempling, kalo kata orang Betawi. Menggambarkan ga ada yang bicara, ga ada suara motor,
ga ada suara deheman, bahkan ga ada suara kodok kebon. Jempling. Begitu sepi.
Dan seharusnya, malah kita datangi dunia di luar rumah, dan kita warnai.
Sungai di depan mata itu, anugerah Allah bagi pemilik rumah dan penghuninya.
Buat mereka yang khawatir, dan lebih melihat kekhawatiran, pilihan selain berdiam di rumah,
adalah Pilihan Kedua. Yakni, magerin tuh sungai.
Ya. Sepanjang badan sungai, dipagerin. Dibuatkan pager. Sepanjang-panjangnya. Agar diri
kita dan anak kita, bisa bebas dari bahayanya sungai. Apalagi sungai ini bukan sembarang
sungai. Ia panjang, lebar, lagi dalam dan deras.
Kalo perlu ga usah pager yang tembus pandang. Pager mati aja. Tembok tinggi dan kokoh.
Sebab kalo bukan pager tembok, maka tuh sungai bisa kelihatan. Kalo kelihatan, khawatir
bakalan kegoda. Lalu akhirnya, nyoba-nyoba nyebrang sungai. Mati dah. Hanyut.
Pilihan kedua ini pun, juga ga mungkin banget-banget. Selain berbiaya mahal, juga masa iya,
kita malah menjarain diri sendiri?
Hidup terlalu berwarna. Kita pun hamba Allah, Pencipta Alam Semesta. Masa ga menikmati
alamnya Allah?
Akhirnya, pilihan ketigalah yang paling mungkin. Dan memang pilihan ketiga ini yang harus
diambil, ditempuh, dijalankan. Kalo jadi raja, tapi di rumah sendiri, ya biasa. Kalo jadi
jagoan, di kandang sendiri, ya ga lucu. Kalo mau punya prestasi, jangan di sedikit orang.
Pilihan ketiga ini, adalah belajar berenang!
Ya, belajar berenang. Dan terus belajar hal-hal lain. Siapkan diri. Kembangkan diri.
Menyambut berkah kehadiran sungai ini. Hingga kita bukan saja bisa berenang. Tapi
kemudian bisa menaklukkan sungai, dan hidup tidak lagi dalam kesunyian dan kesendirian di
dalam rumah. Yang kalo pun rame, serame-ramenya ya sama keluarga kita sendiri aja. Dan
seberapa juga sih kita bisa menahan diri kita di dalam rumah? Dan menahan anak-anak kita?
Keluarga kita? Secara mereka juga akan tumbuh, semakin banyak pula. Butuh ruang lebih
besar dari sekedar rumah. Mereka, juga kita semua, butuh langit sebagai atap, dan bumi
sebagai hamparan.
Daripada berdiam diri di rumah, apalagi, bikin pager sepanjang-panjangnya sungai, maka
pilihan belajar berenang dan menaklukkan sungai, adalah pilihan yang hebat. Begitu kita
siap, begitu kita dan anak-anak kita, bisa, maka kita bisa bergembira, bermain-main di atas
hal yang baru. Di atas sungai! Bukan di atas tanah lagi. apalagi di dalam rumah!
Bahkan bila kita teruuuuuusss mengembangkan diri, kita akhirnya bisa membuat Kota
Sungai!
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 2
Kita bisa bergembira, di pinggir sungai, dan di atas sungai, ini masih biasa. Yang luar biasa,
bukan hanya kita kelak yang bergembira. Kita pun bisa berbagi berkah Allah ini,
kegembiraan memiliki sungai, kepada orang-orang lain.
Dan orang lain dimaksud itu, bukan saja kepada tetangga-tetangga dari kampung sebelah atau
negeri sebelah. Tapi juga dari negeri yang jauh. Kegembiraan memiliki sungai ini, kita bagi
kepada sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya orang.
Lalu kita dapati, kita sebagai pemenang. Menyaksikan bukan saja kita dan anak-anak kita
yang bergembira. Tapi juga gembira menyaksikan orang-orang lain datang. Ikut bergembira!
Jalan-jalan di atas sungai, dengan berbagai perahu menarik, dihiasin lampu-lampu dengan
tataan menarik. Acara demi acara pertunjukan dikemas, event-event spesial di-create. Penjual
jajanan pasar khas lokal, hingga penjual-penjual dari berbagai tempat, dengan aneka ragam
barang dagangannya, berkumpul bersama pembeli yang juga datang dengan berbagai warna
kulit. Kalerful! Sebagian ada yang makan, minum, bercengkrama, bercanda, atau sekedar
menikmati pemandangan, dari dan di atas perahu, yang berjalan ke sana kemari, bulak balik
menyusuri bentangan sungai yang sudah ditata indah.
Sungai yang sebelumnya dianggap bahaya
mendatangkan kehidupan.
dan mendatangkan
kematian... Kini,
Dan kampung kecil, yang berisi rumah-rumah kecil, di tepian sungai ini, kemudian berubah
menjadi kota yang hidup!
Kawan-kawan sekalian, sebab berasal dari yang Maha Hidup, maka apa-apa yang berasal
dari Yang Maha Hidup, bukan hanya pasti bisa hidup. Tapi juga bisa menghidupkan.
***
Belajar berenang, mempersiapkan diri, dan terus mengembangkan diri, adalah jawaban
bagi anak di dalam rumah itu. Dan itu juga jawaban bagi kita dan ummat ini.
KotaSungai...
Ya. KotaSungai. Suara ini akhirnya terdengar sampe ke ujung dunia. Ga pake internet. Angin
yang membawa namanya. KotaSungai kemudian menjadi perhatian orang. Sungai ini,
kegembiraan warganya, tawa canda warganya, tarian, nyanyian, warganya, mengundang
orang lain datang. Mereka bisa ikut bermalam, bahkan menetap di perumahan yang punya
RiverPark&RiverView!
Sebagaimana yang saya ilustrasikan. Ada RiverMarket juga. Belanja sambil naik perahu. Di
pagi hari yang cerah, bermandikan matahari pagi yang hangat. Atau di malam hari yang
bermandikan cahaya, berhiaskan rembulan dan bintang.
Ada RiverSchool juga. Sekolah Alam.
Ada RiverOutbond. Berbagai permainan dengan menggunakan kekuatan dan potensi sungai
ada di kota ini.
Ya. Dia bukan lagi KampungSungai. Atau RiverVillage. Tapi RiverTown! KotaSungai!
Suasana hidup, dan menghidupkan.
***
memotivasi.
Kepengen
Menaklukkan sungai
bahaya ini, menguasainya,
dan menikmatinya. Kita
pun membuka dan membagi
semua nikmat sungai ini,
kepada sebanyakbanyaknya dan seluasluasnya orang lain.
ummat ini...
Apa bedanya bagi kita, sungai depan mata, atau sekumpulan orang yang bakal datang? Duaduanya sama aja. Bahkan tiga-tiganya, empat-empatnya, lima-limanya, dan apapun.
Apa lagi? Selain sungai bener, dan sekumpulan orang yang bakal datang? Yang dianggap
sama dengan sungai?
Ya apapun.
Segala yang di luar kita, di luar rumah kita, adalah sejatinya sungai buat kita. Bisa jadi
bahaya bila dianggap bahaya. Atau bisa jadi berkah bila kita belajar dan siap.
Bahkan rumah kita, dan diri kita sendiri, bisa jadi sungai hebat nan bahaya yang
menenggelamkan diri kita sendiri bila kita tidak siap.
***
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 6
Maka seperti itulah Allah juga membesarkan hati kita semua, menenangkan, dan
menyenangkan. Sebab ayat-ayat itu bukan ayat-ayat kisah belaka. Dongeng belaka. Bukan.
Ayat itu hidup. Berlaku for those who believe.
***
Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan ummat
ini...
Saya ulangi dulu menit-menit awal.
Ibarat anak, di dalam rumah, yang hidup bertetangga dengan sungai yang panjang, luas, lebar,
lagi dalam dan deras, maka kita adalah anak itu. Ummat ini adalah anak itu.
Bisa dikembangin lagi lebih luas. Bicaranya bicara bangsa, bicaranya bicara Indonesia.
Maka bagi anak di dalam rumah, yang bertetangga sama
sungai yang seperti itu, pilihannya tiga.
Bagi dua pilihan pertama, sungai dianggap bahaya. Ga
ada sama sekali manfaatnya, ga ada sama sekali
kebaikannya, ga ada sama sekali keuntungannya.
Sehingga jauhi, jauhi, jauhi. Jangan didekati.
Beginilah kita, terhadap dunia luar.
Pilihan pertama itu, berdiam diri di rumah. Kunci pintu.
Ga usah keluar sama sekali. Sebab bahaya. Bisa hanyut.
Bisa tenggelam. Tar siapa yang nolongin? Tar nyusahin
orang. Tar mati.
Mereka senantiasa jalan, mencari, sehingga bisa ketemu sungai kita. Sementara kita?
Mengurung diri. Bahkan bodohnya, memberi pager yang tak bisa lagi kita melihat sungai.
Boro-boro memberi berkah. Kita bahkan ga memanfaatkan dan ga mendapatkan berkah itu.
Dan di antara penyebabnya, adalah kita yang ga pernah mau mendekati sungai itu, ga mau
belajar berenang, dan ga mau banyak merenung, ga mau banyak berpikir.
Kita kalah bukan oleh orang lain saja. Kita ini malah kalah dengan
sungai yang sesungguhnya ga mau melawan kita!
Siapkan anak kita. Ajarkan mereka berenang. Ajak
berceloteh di pinggir sungai. Sambil sesekali melempar
batu ke sungai. Sambil sesekali bawa tiker dan makanan.
Keluar. Makan di luar rumah. Sekalian di pinggir sungai.
Nikmatin suara air. Nikmatin lajunya air. Nikmati tarian
dan nyanyiannya air. Nikmatin kehidupan!
Kita bangkit. Kita belajar, dan nyiapin diri, untuk menaklukkan sungai. Ga usah
kita pagerin. Kita taklukin aja. Belajar dulu yang kecil, nanti kita gedein, lebarin, luasin,
wilayahnya.
Yang lain, boleh dan bahkan harus datang. Tuker menuker berkah yang lain. Saling berbagi
berkah yang lain.
Kita pun boleh dan harus pergi.
Mereka tidak meninggalkan rumahnya,
kita pun harus kembali ke rumah kita.
Mereka boleh serumah, tapi nikah dulu, he
he he he. Jadi istri, jadi suami, jadi mantu,
atau jadi besan. Atau kita memperistri,
diperistri, dan diambil mantu.
Cerita tentang anak yang di dalam rumah, adalah cerita tentang kita. Cerita tentang
ummat. Bahkan cerita tentang Indonesia. Tergantung mau dibawa kemana cerita ini.
Bila kita tidak kunjung mau belajar dan mempersiapkan diri, maka kita akan terusir ke hutan!
Sampe hutan, tragedi sungai tadi terulang. Sebab terus menerus ga pernah mau belajar dan
mempersiapkan diri. Akhirnya, hutan pun habis lagi.
Dan tragedi yang lebih parah, terjadi.
Kita merangkak kembali ke sungai, dengan kepedihan.
Sebab kita mengemis meminta suaka! Mengemis meminta tolong!
Kepada siapa?
Kepada yang mendiami tanah yang dulunya tanah kita!
Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil aliyyil adzhiim.
Sekali lagi, kita harus mengundang orang lain malahan. Untuk sama-sama menikmati apa
yang Allah karuniakan kepada kita. Secara kita pun harus jalan ke sana kemari. Jalan. Keluar.
Juga untuk membagi karunia Allah kepada yang lain. Maka siapkanlah diri kita. Siapkan diri
Anda semua!
Kepada diri saya, dan kita semua... Terutama untuk semua anak dan remaja Indonesia...
Untuk para ayah dan ibu... Untuk para suami dan istri... Untuk yang sedang memerintah dan
diperintah. Untuk pengusaha dan pekerja...
Belajarlah yang baik. Jangan sampe lewat sedetik pun kecuali belajar. Belajar apa saja.
Politik, ekonomi, sains, teknologi, bisnis, bahasa-bahasa dunia.
Jangan berhenti belajar hanya karena ga ada duit. Jangan berhenti belajar sebab udah kerja
atau sudah jadi pengusaha. Jangan berhenti belajar sebab sudah jadi guru, dosen, profesor,
gubernur, menteri, presiden, ustadz, ustadzah, kyai. Belajar ga boleh berhenti.
Belajar juga tentang hidup dan kehidupan. Learn to survive, to compete, n to fight.
Kuatin ke dalam. Bagusin ke dalam. Saat keluar, sudah siap.
tentang Allah dan Rasul-Nya. Jangan berhenti. Belajar tentang al Quran dan as Sunnah.
Insyaa Allah besok kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullah.
(+) Ini baru pengantar...? Subhaanallaah... Udah puanjang benneeerrr...
(-) Yup! Ini baru pengantar. Kan udah dibilang. Luangin waktu buat baca ampe tuntas.
Tanggal 31 Desember kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullaah.
(+) Sampe ketemu. Di www.yusufmansur.com. Di jam yang sama. Jam 20.00. Buat yang ada
keluasan rizki, silahkan ikut sedekah, itung-itung ikut menutup akhir tahun dan
mengawali tahun, dengan sesuatu yang baik. Informasinya, disertakan di web ini. Salam,
@Yusuf_Mansur.
(+) Sebenernya, apa sih Kado buat Rasulullah itu?
(-) Ya besok aja.
(+) Apa hubungannya KotaSungai dan Kado buat Rasulullah?
(-) Nanti dua-duanya berhubungan dengan Kuliah Pengantar dan Kuliah Umum:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
NAMA
Martin Ovi
Syamsul Muarif
Saiful Komar
Agus Haryono
Suroto
Jasman
Nova
H. Radit
Amir
Anjar Novendra
Iman Jaya
Cristin Hasanah
Soleh
Wiradi
Hamidah Rahim
Abdul Syakur
KOTA
Bekasi
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Cirebon
Bandung
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Medan
Sragen
Tangerang
Batam
Banjarmasin
Kudus
Padang
Lombok
NO HP
081806311103
081567606074
089653344525
081324108632
085314044448
081330777879
08123203700
0816531300
085290399209
089673666667
081219143732
082221576999
081349697979
08995573747
081266581162
081802522580
www.kuliahonline.com