Anda di halaman 1dari 18

www.yusufmansur.

com

Saya kepengen berterima kasih khusus kepada


Ust. Haji Muhammad Syamsi Ali.
Ebook ini sepenuh-penuhnya terinspirasi kalimat kecil beliau yang
cetar membahana, tentang hidup di pinggir sungai dengan 3 pilihan.
Semoga amal jariyah ngalir juga buat beliau, istrinya, orang-orang tuanya,
anak-anak keturunan dan keluarga-keluarga dari semua keluarganya.
Hingga akhir zaman.
Beliau tinggal di Parkway Jamaica, Amerika Serikat.
Teriring juga terima kasih buat kawan-kawan DQ, SalingSapa,
dan kawan-kawan lain yang tak terhitung, hingga EBook ini ada
di tangan kawan-kawan semua.
Salam, @Yusuf_Mansur
Alamat: 84-42 Chapin Parkway Jamaica NY 11432

Ebook ini merupakan pengantar menuju


Kuliah Umum dengan tema KotaSungai di
www.kuliahonline.com dan Bimbingan
Pengembangan Diri di PayTren Academy.

KOTASUNGAI!
Belajar dan Siapkan Diri
Keluar dan Kembangkan Diri
Be The Winner. Dont Be The Loser.
-- Kado Buat Rasulullah Part 1 -(Bicara Ummat, Bicara Bangsa, Bicara Indonesia)
By Yusuf Mansur. Mudah-mudahan atas Izin Allah.
Untuk www.yusufmansur.com
8 Robiiul Awwal 1436 Hijriyah/30 Desember 2014 Masehi
Bismillaah...
Sebelum masuk ke Kado Buat Rasulullah, izinkan saya mengutip ulang, menuliskan
ulang, ceramah saya yang atas izin Allah, saya sampaikan kepada diri saya, istri saya, anakanak saya, keluarga saya, kawan-kawan saya, sebangsa setanah air... Dan kepada siapa saja
yang mau mendengar dan membaca...
Tentang KotaSungai...
Perlihatkan. Perdengarkan dan Bacakan. Agar banyak yang mendengar, agar banyak yang
membaca. Semoga Allah kasih manfaat. Aamiin.
***
Ibarat anak, di dalam rumah. Maka diri kita dan ummat, adalah anak di dalam rumah. Yang
hidup, bertetangga teramat dekat dengan sungai yang panjang, lebar, lagi dalam dan deras.
Selangkah dari pintu dan pager rumah, udah ketemu sungai.
Kemungkinan celaka, tenggelam, hanyut, di depan mata, begitu dekat juga jadinya.
Selangkahan kaki doangan.
Pilihan hidup kemudian ada beberapa pilihan.
Pertama, berdiam diri di rumah. Dan ini jelas ga mungkin banget.
Kita harus pergi makan, pergi belanja, pergi bekerja, pergi berusaha, pergi sekolah, pergi
kuliah, pergi bersosialisasi dan beraktivitas lain-lain. Termasuk jalan-jalan. Bukan hanya
keluar rumah. Tapi juga kudu menyebrangi sungai, menyusurinya, hingga ketemu laut, dan
bahkan menyebrangi laut. Kudu pergi ke hutan, masuk hutan. Menikmati hutan. Pergi ke
gunung, kemudian panjet tuh gunung.
Ya. Berdiam diri di rumah, adalah pilihan yang mengerikan. Kita harus pergi melihat dunia
yang lebih lebar dan lebih luas. Masa iya di rumah aja? Lalu hidup dan kehidupan ini ga ada
warnanya. Begitu monoton, satu warna, dan sunyi senyap.
Jempling, kalo kata orang Betawi. Menggambarkan ga ada yang bicara, ga ada suara motor,
ga ada suara deheman, bahkan ga ada suara kodok kebon. Jempling. Begitu sepi.
Dan seharusnya, malah kita datangi dunia di luar rumah, dan kita warnai.
Sungai di depan mata itu, anugerah Allah bagi pemilik rumah dan penghuninya.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 1

Buat mereka yang khawatir, dan lebih melihat kekhawatiran, pilihan selain berdiam di rumah,
adalah Pilihan Kedua. Yakni, magerin tuh sungai.
Ya. Sepanjang badan sungai, dipagerin. Dibuatkan pager. Sepanjang-panjangnya. Agar diri
kita dan anak kita, bisa bebas dari bahayanya sungai. Apalagi sungai ini bukan sembarang
sungai. Ia panjang, lebar, lagi dalam dan deras.
Kalo perlu ga usah pager yang tembus pandang. Pager mati aja. Tembok tinggi dan kokoh.
Sebab kalo bukan pager tembok, maka tuh sungai bisa kelihatan. Kalo kelihatan, khawatir
bakalan kegoda. Lalu akhirnya, nyoba-nyoba nyebrang sungai. Mati dah. Hanyut.
Pilihan kedua ini pun, juga ga mungkin banget-banget. Selain berbiaya mahal, juga masa iya,
kita malah menjarain diri sendiri?
Hidup terlalu berwarna. Kita pun hamba Allah, Pencipta Alam Semesta. Masa ga menikmati
alamnya Allah?
Akhirnya, pilihan ketigalah yang paling mungkin. Dan memang pilihan ketiga ini yang harus
diambil, ditempuh, dijalankan. Kalo jadi raja, tapi di rumah sendiri, ya biasa. Kalo jadi
jagoan, di kandang sendiri, ya ga lucu. Kalo mau punya prestasi, jangan di sedikit orang.
Pilihan ketiga ini, adalah belajar berenang!

Ya, belajar berenang. Dan terus belajar hal-hal lain. Siapkan diri. Kembangkan diri.
Menyambut berkah kehadiran sungai ini. Hingga kita bukan saja bisa berenang. Tapi
kemudian bisa menaklukkan sungai, dan hidup tidak lagi dalam kesunyian dan kesendirian di
dalam rumah. Yang kalo pun rame, serame-ramenya ya sama keluarga kita sendiri aja. Dan
seberapa juga sih kita bisa menahan diri kita di dalam rumah? Dan menahan anak-anak kita?
Keluarga kita? Secara mereka juga akan tumbuh, semakin banyak pula. Butuh ruang lebih
besar dari sekedar rumah. Mereka, juga kita semua, butuh langit sebagai atap, dan bumi
sebagai hamparan.
Daripada berdiam diri di rumah, apalagi, bikin pager sepanjang-panjangnya sungai, maka
pilihan belajar berenang dan menaklukkan sungai, adalah pilihan yang hebat. Begitu kita
siap, begitu kita dan anak-anak kita, bisa, maka kita bisa bergembira, bermain-main di atas
hal yang baru. Di atas sungai! Bukan di atas tanah lagi. apalagi di dalam rumah!
Bahkan bila kita teruuuuuusss mengembangkan diri, kita akhirnya bisa membuat Kota

Sungai!
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 2

Kita bisa bergembira, di pinggir sungai, dan di atas sungai, ini masih biasa. Yang luar biasa,
bukan hanya kita kelak yang bergembira. Kita pun bisa berbagi berkah Allah ini,
kegembiraan memiliki sungai, kepada orang-orang lain.
Dan orang lain dimaksud itu, bukan saja kepada tetangga-tetangga dari kampung sebelah atau
negeri sebelah. Tapi juga dari negeri yang jauh. Kegembiraan memiliki sungai ini, kita bagi
kepada sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya orang.
Lalu kita dapati, kita sebagai pemenang. Menyaksikan bukan saja kita dan anak-anak kita
yang bergembira. Tapi juga gembira menyaksikan orang-orang lain datang. Ikut bergembira!
Jalan-jalan di atas sungai, dengan berbagai perahu menarik, dihiasin lampu-lampu dengan
tataan menarik. Acara demi acara pertunjukan dikemas, event-event spesial di-create. Penjual
jajanan pasar khas lokal, hingga penjual-penjual dari berbagai tempat, dengan aneka ragam
barang dagangannya, berkumpul bersama pembeli yang juga datang dengan berbagai warna
kulit. Kalerful! Sebagian ada yang makan, minum, bercengkrama, bercanda, atau sekedar
menikmati pemandangan, dari dan di atas perahu, yang berjalan ke sana kemari, bulak balik
menyusuri bentangan sungai yang sudah ditata indah.
Sungai yang sebelumnya dianggap bahaya
mendatangkan kehidupan.

dan mendatangkan

kematian... Kini,

Dan kampung kecil, yang berisi rumah-rumah kecil, di tepian sungai ini, kemudian berubah
menjadi kota yang hidup!
Kawan-kawan sekalian, sebab berasal dari yang Maha Hidup, maka apa-apa yang berasal
dari Yang Maha Hidup, bukan hanya pasti bisa hidup. Tapi juga bisa menghidupkan.
***

Belajar berenang, mempersiapkan diri, dan terus mengembangkan diri, adalah jawaban
bagi anak di dalam rumah itu. Dan itu juga jawaban bagi kita dan ummat ini.

KotaSungai...
Ya. KotaSungai. Suara ini akhirnya terdengar sampe ke ujung dunia. Ga pake internet. Angin
yang membawa namanya. KotaSungai kemudian menjadi perhatian orang. Sungai ini,
kegembiraan warganya, tawa canda warganya, tarian, nyanyian, warganya, mengundang
orang lain datang. Mereka bisa ikut bermalam, bahkan menetap di perumahan yang punya
RiverPark&RiverView!
Sebagaimana yang saya ilustrasikan. Ada RiverMarket juga. Belanja sambil naik perahu. Di
pagi hari yang cerah, bermandikan matahari pagi yang hangat. Atau di malam hari yang
bermandikan cahaya, berhiaskan rembulan dan bintang.
Ada RiverSchool juga. Sekolah Alam.
Ada RiverOutbond. Berbagai permainan dengan menggunakan kekuatan dan potensi sungai
ada di kota ini.
Ya. Dia bukan lagi KampungSungai. Atau RiverVillage. Tapi RiverTown! KotaSungai!
Suasana hidup, dan menghidupkan.
***

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 3

Izinkan saya terus mengutipkan ceramah saya ini.


Dengan izin Allah, saya lecut diri saya, keluarga saya, anak-anak saya...
Be the Winner... Dont be The Loser.
Kata-kata menyedihkan. Memprihatinkan. Atau kalimat jelek lain yang disandangkan kepada
kita, ga boleh lagi ada. Kita harus jadi bangsa dan ummat yang hebat dan menghebatkan.
Senang dan menyenangkan. Bahagia dan membahagiakan. Kaya dan mengayakan. Bebas dan
membebaskan.
Be the Winner. Dont be The Loser.
Suka tidak suka... Orang akan datang... Mendekati sungai ini. Lalu menjadi pemilik baru.
Penguasa baru. Ya, kalau mereka peduli dengan kita. Bagaimana jika tidak peduli? Ya kalau
mereka membela kita. Bagaimana kalau mereka tidak membela kita? Ya kalau mereka mau
bekerjasama dengan kita? Bagaimana kalau tidak mau bekerjasama? Sebatas
mempekerjakan? Tetap tidak adil terasa.
Tapi jangan lama-lama mikirnya. Keburu datang. Keburu diambil. Keburu pindah tangan.
Suka tidak suka, orang lain akan datang. Mendatangi sungai. Mendekati sungai. Dan
kemudian membuka kehidupan di pinggir dan di atas sungai kita. Biar bagaimana, dilarang
seperti apapun, mereka akan terus mencari tempat baru. Yang bisa ada sumber makanan,
sumber kesenangan, sumber kehidupan... Bagi mereka.
Dan masalah sekaligus peluangnya, di dunia ini, semua ditakdirkan saling bertemu. Saling
kunjung mengunjungi. Saling datang mendatangi. Ga bisa engga.
Daripada ga siap ketemu orang lain, mendingan siap duluan. Kita yang menyambutnya,
bahkan kita yang mengundangnya. Kita harus bisa, harus siap. Bukan untuk menguasai. Tapi
untuk memastikan, tidak ada hak kita yang kemudian diambil. Lalu kita ga mengerti kayak
apa nasib anak-anak kita di masa depan. Secara kita sendiri ga tau nasib kita kayak apa.
Kelak, ketika kita sudah keluar rumah. Menaklukkan sungai bahaya ini, menguasainya, dan
menikmatinya. Kita pun membuka dan membagi semua nikmat sungai ini, kepada sebanyakbanyaknya dan seluas-luasnya orang lain. Kita jangan jadi sekumpulan orang yang menahan
semua nikmat Allah hanya untuk diri kita dan anak-anak kita.
Saya bukan membayangi diri saya dan kita
semua, dengan sesuatu yang menakutkan.
Seperti ditakut-takutinya diri kita, oleh diri
kita. Ditakut-takutinya, anak-anak kita oleh
kita. Bahwa: ... Jangan ke sungai itu.
Lebar banget. Panjang banget. Ga ketahuan
ujungnya. Dan dalem banget. Lihat tuh!
Deras pula. Jangan coba-coba nyentuh
airnya.
Dekatpun
jangan.
Kalau
memandang, pandanglah dari balik jendela
rumah...
Wuah.. Saya bukan tipe yang begitu.
Pembelajaran KotaSungai ini sepenuhnya kepengen
membangkitkan. Harus memotivasi. Harus membangkitkan.

memotivasi.

Kepengen

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 4

Saya memilih, untuk menyeru diri saya dan anak-anak


saya, yuuukkk... Keluar rumah... Enak loh, makan di
pinggir sungai. Kita rapihin rumputnya. Kita bawa tiker.
Kita bawa makanan. Kita makan di sana sambil menikmati
riaknya air.
Saya memilih untuk mengajarkan diri saya dan anak-anak
saya berenang. Supaya saya bisa bermain bola air, di
sungai. Supaya saya bisa menari di sungai. Atau berdiri di
tengah sungai! Di atas air!
Berdiri di tengah sungai? Di atas sungai? Koq bisa?
Pake jembatan, he he he.
Saya pengen bukan tipe penakut. Ga pengen jadi penakut.
Dan ga mau nakut-nakutin diri saya. Apalagi anak-anak
keturunan saya.

Menaklukkan sungai
bahaya ini, menguasainya,
dan menikmatinya. Kita
pun membuka dan membagi
semua nikmat sungai ini,
kepada sebanyakbanyaknya dan seluasluasnya orang lain.

Tapppiii... Kenyataan bahwa kalau tidak hati-hati, ya


sungai tetap nyimpan bahaya. Di luar sana, tetap ada
potensi bahaya. Maka, bukan aja harus belajar potensi
bagus saja. Tapi potensi buruknya pun, harus dipelajari. Bukan sebagai the loser. Tapi
sebagai kewaspadaan.
Maka kalimat berikut ini, untuk kewaspadaan. Bukan untuk menakut-nakuti atau kalimat
ketakutan.
Apa kalimatnya?
Sebenernya bagian ini pengulangan kalimat di atas.
Biar kata kita mendiamkan sungai itu, tidak memanfaatkannya, suka tidak suka, kita tidak
bisa menahan orang lain, untuk tidak datang mendekati sungai kita, dan memanfaatkannya.
Kita di luar rumah aja bakalan didatengin. Apalagi di dalam rumah? Jika kita di dalam
rumah saja, malah sama sekali ga bisa ada perlawanan, jika yang datang adalah mereka yang
brengsek. Pengen merusak. Apalagi jika kita pagerin diri kita dan anak keturunan kita,
sehingga kita malah ga bisa ngelihat aktivitas apa yang terjadi di dan pada sungai itu.
Dan satu hal... Jaga itu di luar. Bukan di dalam.

Berkah itu, harus tetap


ada di tangan kita.
Bukan untuk memiliki
secara mutlak. Ga ada
juga yang bisa dimiliki
secara mutlak.

Tidak dinafikan, ada yang datang, malah menjadi berkah.


Mereka kemudian menjadi guru bagi kita. Menunjukkan
kelebihan hidup dengan sungai yang hidup di depan mata.
Mereka lalu kemudian mendirikan ini dan itu.
Mengembangkan ini dan itu. Tapi kita pun diajaknya. Bukan
dibeli, dengan harga murah, lalu diusirnya. Bukan.
Bila yang datang seperti ini, maka berbahagialah kita.
Tapi bila yang datang, tidak mau berbagi? Suka tidak suka,
bisa juga ada sebagian dari mereka, yang akan mengambil
paksa dari kita? Sebagiannya lagi, mungkinn akan menjadi
pemenang. Yakni, akan mengambil, akan menggeser, sebab
siklus alam. Sebab kita bodoh, dan kemudian minggir,
mundur lebih ke dalam. Menjauh dari sungai.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 5

Maka semua keadaan ini, ga boleh kita biarkan.


Kita harus bangkit. Berjuang. Dan kita harus keluar! Berkah itu, harus tetap ada di tangan
kita. Seperti yang saya sebut di atas. Bukan untuk memiliki secara mutlak. Ga ada
juga yang bisa dimiliki secara mutlak. Kalau Allah udah mau ngambil, Allah punya
jutaan cara. Suka-suka Allah mau ngasih siapa, mau menguasakan kepada siapa.
Dan satu hal juga, bahwa Allah juga ga suka Sungai-Nya didiamkan saja, tanpa manfaat dan
tanpa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sekali lagi, ayoo bangsa dan umat ini belajar berenang... Bila kita bicara takdir, bila kita
sudah ajari diri kita, atau anak kita, berenang yang baik. Menjadi AnakSungai yang
mempersiapkan diri dan dipersiapkan untuk membangun KotaSungai. Lalu takdir tetap
membuat diri kita dan anak keturunan kita tetap meninggalkan sungai tersebut, maka tak apa.
Percayalah. Takdir lain akan menanti. Kita bakal siap menaklukkan sungai lain yang lebih
daripada sungai kita. Bahkan kita akan menaklukkan lautan. Bila terus terlatih, maka
lompatan besar akan terjadi lebih hebat lagi. Dengan izin Allah.
Tapi apakah demikian yang terjadi sama kita?
***
Kita tahu. Kita banyak leha-lehanya. Bahkan tidak jarang, karena terlalu baik, nyaris tanpa
perlawanan, tanpa usaha melawan, bahkan hanya bisa menatap kosong, melihat sungai diolah
orang lain. Tidak jarang, kita yang sengaja menyerahkan.
Jika kita tidak berusaha. Diam saja. Apalagi sampai sungai itu diambil dan diolah orang lain,
dan terlebih lagi, kita malah menyerahkan suka rela sungai itu, tanpa tukeran yang jelas, yang
fair, maka itu adalah kelemahan kita sendiri. Kebodohan kita sendiri.
Kita harus berusaha, agar kita kelak jangan sampe mengemis... Meminta... Berduka... Dan
meratapi sungai yang diambil orang. Padahal berkah itu sudah lama dikasih Allah buat kita!
Kita pastikan, dengan Izin Allah, kita merdeka dan memerdekakan. Sehingga kita yang
membagi, kita yang memberi. Bukan kita yang dibagi, bukan kita yang diberi. Apalagi sampe
tadi... Sampe mengemis. Naudzu billaahi min dzaalik.
Sambut kedatangan siapa yang mau datang... Dalam keadaan kita sudah bisa menaklukkan
sungai. Sambut dengan senyuman. Sambut dengan semangat. Sambut mereka. Mereka akan
jadi sungai-sungai lain buat kita. Allahu Akbar...!!!
Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan

ummat ini...
Apa bedanya bagi kita, sungai depan mata, atau sekumpulan orang yang bakal datang? Duaduanya sama aja. Bahkan tiga-tiganya, empat-empatnya, lima-limanya, dan apapun.
Apa lagi? Selain sungai bener, dan sekumpulan orang yang bakal datang? Yang dianggap
sama dengan sungai?
Ya apapun.
Segala yang di luar kita, di luar rumah kita, adalah sejatinya sungai buat kita. Bisa jadi
bahaya bila dianggap bahaya. Atau bisa jadi berkah bila kita belajar dan siap.
Bahkan rumah kita, dan diri kita sendiri, bisa jadi sungai hebat nan bahaya yang
menenggelamkan diri kita sendiri bila kita tidak siap.
***
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 6

Kawan-kawan yang berbahagia...


Saya kepengen, diri saya dan kita semua ini adalah jadi Hamba Allah yang hebat dan
menghebatkan yang lain. Secara Allah adalah Tuhan Yang Maha Hebat. Masa kita hambahamba-Nya lemah dan jadi lemah? Apalagi sampe melemahkan. Ga boleh banget.
Kalau bisa, pilihan hidup yang ketiga, yakni belajar berenang, dan ajarkan anak
berenang, bukan berhenti sampai di situ saja. Bukan. Bukan sekedar bisa berenang, atau
sekedar cuci mata di sungai kita sendiri, sebagai amanah Allah. Harus lebih dari itu, dengan
segala ilustrasi yang saya ilustrasika. Syukur-syukur lebih hebat dari itu.
Perlu diketahui, amanah Allah itu adalah Bumi-Nya, Langit-Nya, dan Semesta ini. Bukan
sungai kita doangan yang boleh dianggap relatif kecil
sekup-nya.
Maka, setelah kita tundukkan sungai kita, kuasai sungai
kita, manfaatkan, sungai kita... Alih-alih kita didatangi...
Atau nunggu ada yang datang... Ini hebat sekali... Kita
yang mendatangkan mereka-mereka di luar kita. Atau
bahkan kita yang mendatangi sungai-sungai mereka! Kita
ajarkan bagaimana mengelola sungai. Kita yang mengajak
mereka bekerjasama. Bukan seperti selama ini. Kita
melulu yang diajak kerjasama. Ini masih syukur kalo
diajak kerjasama. Kita ditinggal! Dilupakan. Kita yang
punya, dibaginya sedikit sekali.
Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan
sungai, adalah cerita kita dan ummat ini...

Ya. Kita yang keluar.


Berpetualang, menjelajah.
Bukan untuk menjajah. Tapi
kita jadi guru buat manusia
yang lain, guru buat semesta.
Sebagaimana Allah sudah
tetapkan kita menjadi Ummat
Terbaik untuk dan yang
menebar manfaat buat dunia.

Saya kepengen... Saya dan kita semua, yang mendatangi


sungai lain.
Ya. Kita yang keluar. Berpetualang, menjelajah. Bukan
untuk menjajah. Tapi kita jadi guru buat manusia yang
lain, guru buat semesta. Sebagaimana Allah sudah tetapkan kita menjadi Ummat Terbaik
untuk dan yang menebar manfaat buat dunia.
Subhaanallaah. Maha Suci Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Apapun, jadi potensi.
Apapun, jadi peluang. Apalagi Allah bersama kita. Innawllooha maanaa... Sesungguhnya
Allah, yang bukan saja Pemilik Sungai ini, tapi juga semua yang ada di langit dan di bumi,
bersama kita...
Bukankah ini menyenangkan?
Dan Allah akan memberikan kita Jalan-Nya, Petunjuk-Nya, Bimbingan-Nya, KekuatanNya... Inna maiya Robbii sayahdiin... Sesungguhnya Allah Tuhan kita semua, bersama kita.
Allah akan Memberi kan kita petunjuk-Nya.
Bukankah ini juga menenangkan?
Sebagaimana Allah membesarkan hati, rasa, pikiran, Nabiyawllooh Muusaa dan Haaruun
saat justru Allah menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun datengin, nyamperin, Firaun...
Pembesar paling besar ukuran manusia di zaman itu.. Fadzhabaa bi-aa-yaatinaa, innaa
maakum mustamiuun... Sudah sana pergi! Ga usah takut! Ga usah khawatir! Kami akan
senantiasa mendampingimu wahai Muusaa dan Haaruun, Fadzhabaa bi-aa-yaatinaa, innaa
maakum mustamiuun... Pergilah dengan membawa ayat-ayat Kami. Kami bersama-Mu,
Mendengarkan... Begitu Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Harun.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 7

Maka seperti itulah Allah juga membesarkan hati kita semua, menenangkan, dan
menyenangkan. Sebab ayat-ayat itu bukan ayat-ayat kisah belaka. Dongeng belaka. Bukan.
Ayat itu hidup. Berlaku for those who believe.
***
Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan ummat

ini...
Saya ulangi dulu menit-menit awal.
Ibarat anak, di dalam rumah, yang hidup bertetangga dengan sungai yang panjang, luas, lebar,
lagi dalam dan deras, maka kita adalah anak itu. Ummat ini adalah anak itu.
Bisa dikembangin lagi lebih luas. Bicaranya bicara bangsa, bicaranya bicara Indonesia.
Maka bagi anak di dalam rumah, yang bertetangga sama
sungai yang seperti itu, pilihannya tiga.
Bagi dua pilihan pertama, sungai dianggap bahaya. Ga
ada sama sekali manfaatnya, ga ada sama sekali
kebaikannya, ga ada sama sekali keuntungannya.
Sehingga jauhi, jauhi, jauhi. Jangan didekati.
Beginilah kita, terhadap dunia luar.
Pilihan pertama itu, berdiam diri di rumah. Kunci pintu.
Ga usah keluar sama sekali. Sebab bahaya. Bisa hanyut.
Bisa tenggelam. Tar siapa yang nolongin? Tar nyusahin
orang. Tar mati.

Tentu, jangan konyol.


Jangan keluar rumah
tanpa pengetahuan.
Jangan keluar rumah,
tanpa bekal dan persiapan.

Pilihan kedua, magerin sungai. Sepanjang-panjangnya.


Bila perlu, pager mati. Tembok tinggi. Supaya anakanak kita dan kita sendiri ga bisa lihat sungai itu. Takut kegoda! Akhirnya deketin juga
sungai itu.
Sejatinya, Allah lah yang mendekatkan sungai itu. Agar kita jadi pemenang. Agar kita kuat,
dikasih lawan. Dikasih tantangan. Keselamatan kita, kemenangan kita, begitu berarti. Sebab
apalah juga artinya menang, tanpa lawan?
Sejatinya, Allah lah yang memberi sungai itu. Maka tentunya, apa-apa yang dari Allah, ga
ada yang sia-sia. Ga ada yang ga manfaat. Semuanya manfaat. Dan pasti ada gunanya.
Tentu, jangan konyol. Jangan keluar rumah tanpa pengetahuan. Jangan keluar rumah, tanpa
bekal dan persiapan.
Maka pilihan ketiga lah yang benar. Pilihan ketigalah yang harus diambil dan ditempuh.
Yakni, belajarlah berenang. Tundukkan, taklukkan, sungai itu.
Saya pun mengulangi lagi kalimat-kalimat di atas.
Jika kita berdiam diri. Ga berbuat apa-apa terhadap sungai itu, maka ketahuilah, ada orang
lain. Yang senantiasa mengintip, mencari tahu, dan kelak mereka akan datang.
Saat kita ga bisa memandang sungai ini, mereka bisa memandang.
Saat kita ga tahu, mereka ternyata bisa tahu.
Sebab mereka melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Padahal kita ada di sini!

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 8

Mereka senantiasa jalan, mencari, sehingga bisa ketemu sungai kita. Sementara kita?
Mengurung diri. Bahkan bodohnya, memberi pager yang tak bisa lagi kita melihat sungai.
Boro-boro memberi berkah. Kita bahkan ga memanfaatkan dan ga mendapatkan berkah itu.
Dan di antara penyebabnya, adalah kita yang ga pernah mau mendekati sungai itu, ga mau
belajar berenang, dan ga mau banyak merenung, ga mau banyak berpikir.
Kita kalah bukan oleh orang lain saja. Kita ini malah kalah dengan
sungai yang sesungguhnya ga mau melawan kita!
Siapkan anak kita. Ajarkan mereka berenang. Ajak
berceloteh di pinggir sungai. Sambil sesekali melempar
batu ke sungai. Sambil sesekali bawa tiker dan makanan.
Keluar. Makan di luar rumah. Sekalian di pinggir sungai.
Nikmatin suara air. Nikmatin lajunya air. Nikmati tarian
dan nyanyiannya air. Nikmatin kehidupan!

Siapkan anak kita.


Ajarkan mereka berenang.

Ceritakan anak-anak kita tentang pengembara demi


pengembara. Penakluk demi penakluk. Ceritakan kepada
anak-anak kita penjelajah-penjelajah. Ajarkan anak kita menyongsong orang lain, atau
sekalian ajarkan anak kita, untuk sekalian menjemput orang lain. Berbagi berkah yang Allah
titipkan kepada kita.
***
Cerita tentang anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita
sendiri dan ummat.
Anak itu adalah diri kita. Anak itu adalah juga ummat ini. Anak itu juga adalah bangsa ini.
Negeri ini. Indonesia. Dan sungai itu, adalah semua yang di luar kita semua. Bakal jadi
penghambat? Atau peluang? Allah sudah memberikan kita kesempatan dan akal. Allah sudah
berikan segala kelengkapan agar kita bisa survive n even fight. Allah bahkan meminta kita
bukan hanya mengambil dan kemudian menikmati. Allah meminta lebih dari itu. Allah minta
kita berbagi.
Lalu bagaimana kita mau berbagi? Manakala kita justru akan teriak ikut melarang orang lain
mendekati sungai!
Dari seberang sungai, kita melihat orang lain datang. Kita kasihan sama mereka. Wooooiii...
Hati-hatiiiiii... Jangan kalian dekati sungai iniiii...
Orang yang datang, berkernyit. Mereka datang tidak dengan pandangan kita. Mereka datang
tidak dengan pemikiran dan anggapan kita. Lalu mereka tetap menaklukkan sungai.
Sementara kita? Meninggalkannya!
Siapa yang kemudian akan tertakluki??? Kita yang penakut, yang tidak mau fight??? Kita
yang peragu??? Kita yang senangnya bertikai??? Kita yang tidak mau belajar dan
mempersiapkan diri??? Atau orang lain???!!! Yang bahkan tidak jarang datang dengan
tangan kosong dan tanpa modal apapun, kecuali penglihatan, rasa, dan membawa pikiran
positif?
***
Cerita anak di dalam rumah, yang hidup bertetangga dengan sungai yang panjang, lebar,
dalam lagi luas, sebenernya cerita kita sendiri dan ummat. Juga bangsa ini negeri ini,
Indonesia. Apalagi Januari sudah masuk era PasarBebas.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 9

Sekian lama kita di rumah. Mengurung diri.


Kalaupun keluar rumah, kita ga mau mendekati sungai itu. Bahaya! Tar salah-salah malah
hanyut! Tar tenggelem! Tar ilang!
Akhirnya, terjadi lah apa yang terjadi.
Karena kita sibuk dengan kelemahan dan ketakutan kita. Orang lain datang, kita ga tahu.
Sekalinya tahu, kita bilang mereka bodoh. Tambah bodoh, ketika mereka mulai menaklukkan
sungai, kita katakan, mereka orang aneh!
Sebagian yang pintar, sibuk ribut. Mereka ga ribut dengan kelakuan orang lain. Tapi justru
sangat ribut, sangat berisik, dengan kelakuan sesama anggota keluarganya. Makin aneh!
Seiring waktu, kita mau lewat sungai itu, harus bayar ke mereka. Sebab kita melewati
jembatan yang mereka bikin!
Semua permainan sungai, kita malah yang beli tiketnya! Sedih.
Mereka bikin listrik pake sungai kita. Yang kerja juga orang-orang kita. Tapi kita bayar saat
mau make listriknya. Ngaco! Mereka menggaji kita. Tapi gaji itu balik lagi ke mereka.
Mereka tidak menyuplai apa-apa dari sungai kita. Sebab emas dari sungai kita, itu yang lebih
dibawa.
Apa-apa yang kita pake, kita toh akhirnya harus bayar juga.
Kalo ga bangun, makin punah kita ini. Makin ga bakalan ada di peta tanah kita sendiri.
Apalagi di peta dunia.
Seiring dengan waktu, kita malah beli rumah yang mereka bangun, sebab mereka bangun
rumah yang Safety dari sungai. Ditinggin tanahnya, untuk pondasi, kemudian ada
RiverBalkon! Dan river balkon ini kita anggap aman. Sebab apa? Sebab mereka kepikiran
makein teralis. Sesuatu yang sederhana, yaaaang kemana ajaaaa???!!! Koq ga kepikiran
selama ini sama kita???
Kita kemudian belanja sama mereka. Wara wiri barang dari laut, terus teramat lancar masuk
ke sungai. Menyuplai kita, OrangSungai! Laa hawla walaa quwwata illaa billaah...
Mereka bilang, kalian ga usah bayar... Kalian tak perlu keluar uang... Kami yang bahkan beri
kalian uang...
Duh... Lebih bahaya lagi... Yang gratisan, sering mahal sekali. Tanpa sadar, akhirnya,
tukerannya, teramat besar, lagi nampaklah siapa yang bodoh.
Apa tukerannya?
Tukerannya adalah tanah yang berhektar-hektar. Menyusut hebat, hanya jadi rumah kecil
yang mereka sebut RiverHouse!
Keadaan seperti ini terjadi bukan hanya di cerita sungai. Tapi sudah kemana-kemana,
meliputi juga hal-hal lain yang bukan hanya sungai.
Kita ga berdaya mengimbangi... Bukan melawan. Mengimbangi pun ga mampu. Mereka
kemudian jadi tuan. Sementara kita jadi budaknya.
Kalo tukerannya hanya berupa harta duniawi sih, ga apa-apa. Rugi sih. Tapi yaaaaaah, bisa
dibalik lagi dah keadaan. Jika kita siapkan diri dan anak kita, dengan speed dan power yang
berlipat-lipat, bisa dah. Bisa balik lagi keadaan. Akan kembali lagi. Dengan posisi
KotaSungai, sudah jadi.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 10

Nah ini yang paling harus dikuatirkan. Tukeran yang paling


mahal, adalah bukan sekedar tukeran fisik.
Tukeran yang paling mahal, adalah tukeran jiwa dan
kebebasan.
Bila tukerannya adalah jiwa, sangat sulit membeli ulang. Perlu
satu dua generasi dengan upaya yang juga lebih panjang lagi.
Tukerannya: Kebebasan.
Sudah ada di luar rumah, sudah tidak mengunci dan dikunci.
Tapi kebebasan, ada di tangan yang lain. Ampun yaa Rabb.

Tukeran yang paling


mahal, adalah tukeran
jiwa dan kebebasan.

Dan mau tau yang lebih mahal dari itu?


Yakni bila tukerannya adalah Iman dan Aqidah diri kita dan
anak-anak kita.
Kita belum telat. Jangan sampe terjadi. Dan insyaaAllah tidak akan terjadi. Bi-idznillaah.
Jangan sampe terjadi, bukan kita yang mewarnai. Tapi kita yang diwarnai.
Mending kalo jadi bercorak indah. Ini jadi gelap.
Bukan gelap sebab ga berwarna. Tapi gelap karena sesuatu yang lain. Gelap karena jiwa
kita, jiwa anak-anak kita, bukan lagi jiwa-jiwa yang diridhai Allah, Tuhan Robbul Aalamiin.
Nastaghfiruwlloohal Adzhim wanatuubu ilaih. Wawlloohul Mustaaan.
Segenap tenaga kita akan berusaha. Segenap pikiran akan kita curahkan. Semoga

KotaSungai ini mengantar kepada Kado Buat Rasulullaah.


***
Bangkit yuk... Kita salaman saja sama mereka, dan sama siapapun yang mau datang.
Kita salaman.
Kita bareng-bareng. Sambil terus nyiapin diri kita, apalagi anak-anak keturunan kita.
Saya sudah bilang. Ga mungkin kita kunciin diri kita, juga anak-anak kita. Di dalam rumah.
Kita sendiri tetap bakalan keluar. Dan anak-anak kita pun, masa iya mau dijagain 24 jam?
Dan yang namanya anak-anak, mereka pasti nyuri-nyuri keluar. Dunia luar, lebih menarik
dan menantang buat mereka.

Kita bangkit. Kita belajar, dan nyiapin diri, untuk menaklukkan sungai. Ga usah
kita pagerin. Kita taklukin aja. Belajar dulu yang kecil, nanti kita gedein, lebarin, luasin,
wilayahnya.
Yang lain, boleh dan bahkan harus datang. Tuker menuker berkah yang lain. Saling berbagi
berkah yang lain.
Kita pun boleh dan harus pergi.
Mereka tidak meninggalkan rumahnya,
kita pun harus kembali ke rumah kita.
Mereka boleh serumah, tapi nikah dulu, he
he he he. Jadi istri, jadi suami, jadi mantu,
atau jadi besan. Atau kita memperistri,
diperistri, dan diambil mantu.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 11

Tukerannya harus fair dan seimbang. Harus saling

mewarnai di semua aspek kehidupan yang dengan


tegas boleh diwarnai. Dan karena sudah belajar dan sudah
siap, maka kita bisa tegas membela apa yang tidak boleh
diwarnai. Pilihan warna dan mewarnai buanyak buanget.
Jangan sesuatu yang prinsip. Bukan jiwa, bukan kebebasan.
Bukan iman, dan bukan pula aqidah. Yang lain, harus saling
mewarnai. Bismillaah.
Cerita ini belum selesai loh...

Bila kita tidak


kunjung mau belajar
dan mempersiapkan
diri, maka kita akan
terusir ke hutan!

Apa dilanjut aja besok?


Ga usah lah ya? Terusin aja. Tanggung. Supaya besok kita
udah lanjut kepada Kado Buat Rasulullaah.
***

Cerita tentang anak yang di dalam rumah, adalah cerita tentang kita. Cerita tentang
ummat. Bahkan cerita tentang Indonesia. Tergantung mau dibawa kemana cerita ini.
Bila kita tidak kunjung mau belajar dan mempersiapkan diri, maka kita akan terusir ke hutan!
Sampe hutan, tragedi sungai tadi terulang. Sebab terus menerus ga pernah mau belajar dan
mempersiapkan diri. Akhirnya, hutan pun habis lagi.
Dan tragedi yang lebih parah, terjadi.
Kita merangkak kembali ke sungai, dengan kepedihan.
Sebab kita mengemis meminta suaka! Mengemis meminta tolong!
Kepada siapa?
Kepada yang mendiami tanah yang dulunya tanah kita!
Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil aliyyil adzhiim.
Sekali lagi, kita harus mengundang orang lain malahan. Untuk sama-sama menikmati apa
yang Allah karuniakan kepada kita. Secara kita pun harus jalan ke sana kemari. Jalan. Keluar.
Juga untuk membagi karunia Allah kepada yang lain. Maka siapkanlah diri kita. Siapkan diri
Anda semua!
Kepada diri saya, dan kita semua... Terutama untuk semua anak dan remaja Indonesia...
Untuk para ayah dan ibu... Untuk para suami dan istri... Untuk yang sedang memerintah dan
diperintah. Untuk pengusaha dan pekerja...
Belajarlah yang baik. Jangan sampe lewat sedetik pun kecuali belajar. Belajar apa saja.
Politik, ekonomi, sains, teknologi, bisnis, bahasa-bahasa dunia.
Jangan berhenti belajar hanya karena ga ada duit. Jangan berhenti belajar sebab udah kerja
atau sudah jadi pengusaha. Jangan berhenti belajar sebab sudah jadi guru, dosen, profesor,
gubernur, menteri, presiden, ustadz, ustadzah, kyai. Belajar ga boleh berhenti.
Belajar juga tentang hidup dan kehidupan. Learn to survive, to compete, n to fight.
Kuatin ke dalam. Bagusin ke dalam. Saat keluar, sudah siap.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 12

Bahkan ketika jalan-jalanpun,


harus belajar. Buka mata, buka
telinga. Belajar tentang bagaimana
mengemas sebuah perjalanan
misalnya, mengorganize travel,
event. Ketika belanja, harus juga
jadi media belajar. Cara jualan,
cari inspirasi, berkenalan buka
jaringan, dan lain-lain. Senang
susah, di atas di bawah, jaya,
turun, semuanya harus jadi media
belajar. Supaya makin siap
ngadepin Sungai Kehidupan.
Kembangkan diri terus. Jangan
kebanyakan bercanda, lalai, apalagi sampe tergelincir dan kegoda. Jangan kebanyakan
bengong, dan mengerjakan hal-hal yang sia-sia. Istilah saya, kalau harus nongkrong, sekalian
ngamatin. Atau sekalian bawa barang dagangan, he he he.
Jangan sampai misalnya, udah pulang sekolah, udaaaah aja. Ga ngapa-ngapain kecuali
nyantai-nyantai. Ketika udah pulang kuliah, balik ke kosan, udaaaah aja berhenti belajar
untuk hari itu. Ga baca, ga apa. Sayang. Pulang kerja, ngerjain bisnis, apa keq, sambil terus
ngembangin diri, terus dan terus.
Fokus, titi masa depan dengan serius.

Jika cari kesenangan, cari kesenangan yang Pemilik Kesenangan, Senang.


Miliki jiwa petualang dan pemenang. Miliki semangat the winner. Kendalikan sisi negatif.
Supaya seimbang juga hidup.
Jangan lupa makan, yang teratur, dengan gizi baik, dan seimbang.
Minta sama Allah rizki-Nya.
Jangan lupa juga olahraga. Dan tidur atau istirahat pun, yang teratur pula. Pandai-pandai curi
kesempatan buat istirahat barang sejenak. Dengerin murottal-murottal al Quran yang
menentramkan.
Plus banyakin ibadah-ibadah sunnah.
Semua ibadah sunnah, hebat banget buat kesehatan.
Dhuha 12 rokaat, tahajjud 8 rokaat, plus 3 rokaat witir.
Jalan ke masjid dengan jalan kaki. Datang ke masjid lewat
jalan yang berbeda dengan jalan pulang. Puasa sunnah
senen kamis atau malahan Daud. Yang terakhir saya sebut
ini, doain saya. Supaya saya bisa jadi ahli puasa.
Sehari-hari, jangan pernah lepas dari al Quran. Biar kata
seayat. Baca juga terjemahannya.
Kita adalah bagian dari semesta. Semesta yang senantiasa
terhubung dengan Allah, Pengaturnya. Maka, perlu juga
kita terkoneksi dengan Allah Yang Maha Menguasai
Segala Masa Depan. Islam punya koneksi 24 jam yang
hebat dan komplet. Setiap menit jadi ibadah dan ada
ibadahnya. Jadi belajarlah terus tentang agama, belajar

Jangan berhenti belajar


hanya karena ga ada
duit. Jangan berhenti
belajar sebab udah kerja
atau sudah jadi ini itu.
Belajar ga boleh berhenti.

Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 13

tentang Allah dan Rasul-Nya. Jangan berhenti. Belajar tentang al Quran dan as Sunnah.
Insyaa Allah besok kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullah.
(+) Ini baru pengantar...? Subhaanallaah... Udah puanjang benneeerrr...
(-) Yup! Ini baru pengantar. Kan udah dibilang. Luangin waktu buat baca ampe tuntas.
Tanggal 31 Desember kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullaah.
(+) Sampe ketemu. Di www.yusufmansur.com. Di jam yang sama. Jam 20.00. Buat yang ada
keluasan rizki, silahkan ikut sedekah, itung-itung ikut menutup akhir tahun dan
mengawali tahun, dengan sesuatu yang baik. Informasinya, disertakan di web ini. Salam,
@Yusuf_Mansur.
(+) Sebenernya, apa sih Kado buat Rasulullah itu?
(-) Ya besok aja.
(+) Apa hubungannya KotaSungai dan Kado buat Rasulullah?
(-) Nanti dua-duanya berhubungan dengan Kuliah Pengantar dan Kuliah Umum:

Bagaimana Mengubah dan Memperbaiki Hidup dengan al Quran, As


Sunnah, dan Shalat...
(+) Ooohhh...
(-) Denger-denger mau bikin RiverPesantren di Sentul City ya? Sekaligus
RiverKondotel, RiverResto, RiverHotel? Juga di Sentul City?
(-) Banyak nanya nih. Udah, sampe ketemu besok...
Yuk... Sedekah di akhir tahun ini. Sebagai amal baik yang menutup tahun juga. Dan sekaligus
ngawalin tahun, dengan amal baik pula. Yakni amalan sedekah. Sedekah ini akan digabung
dengan sedekah-sedekah guna pembangunan 100 pesantren di 100 kota. InsyaaAllah.
Sedekah itu, mendatangkan bantuan dan pertolongan Allah.
Sedekah itu, membawa kepada hajat dan doa.
Sedekah itu, mendatangkan membuang penyakit, menarik kesehatan.
Sedekah itu, membuang kemiskinan, menarik kekayaan.
Sedekah itu, menolak masa depan yang buruk, membeli masa depan yang baik.
Sedekah itu, membuang dan menolak bala, mendatangkan keberuntungan dan rizki.
Sedekah itu, buang catatan buruk, datengin Ampunan Allah.
Sedekah itu, ga akan muat balasannya ditulis..
Ini nomor rekeningnya bagi yang mau dan ada rizki... Disimpan aja nomor rekeningnya,
sambil berharap Allah beri rizki yang luas lagi banyak. Bila ada yang susah di sekitar kawankawan, sedekah dulu ke sana saja. Atau besarkan sedekahnya. Supaya bisa sedekah kemanamana termasuk untuk semua gerakan dakwah Quran.
Berikut nomornya...
Mandiri
: 128 000 509 2975
BCA
: 603 030 8041
a.n. Darul Quran Nusantara.
Kasih tau yang lain ya. Sampe ketemu besok.
InsyaaAllah.
Salam, @Yusuf_Mansur
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 14

Bagi mitra PayTren, ikuti kelanjutan Ebook ini melalui


berbagai Program Pengembangan Diri di PayTren Academy
www.paytrenacademy.com

Bagi yang belum bergabung, dapat mendaftarkan diri melalui


para leader Paytren berikut di kota-kota Anda.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

NAMA
Martin Ovi
Syamsul Muarif
Saiful Komar
Agus Haryono
Suroto
Jasman
Nova
H. Radit
Amir
Anjar Novendra
Iman Jaya
Cristin Hasanah
Soleh
Wiradi
Hamidah Rahim
Abdul Syakur

KOTA
Bekasi
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Cirebon
Bandung
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Medan
Sragen
Tangerang
Batam
Banjarmasin
Kudus
Padang
Lombok

NO HP
081806311103
081567606074
089653344525
081324108632
085314044448
081330777879
08123203700
0816531300
085290399209
089673666667
081219143732
082221576999
081349697979
08995573747
081266581162
081802522580

Ikuti kelanjutan Ebook ini melalui kuliah KotaSungai di

www.kuliahonline.com

Anda mungkin juga menyukai