Tugas Sistem Endokrin New

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

TUGAS SISTEM ENDOKRIN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


HIPOPITUITARISME

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Ayu Maulidah

(1010012)

Dian Rizki Anggraini

(1010015)

Khoir Muizah

(1010036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ARTHA BODHI ISWARA
2011/2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipopituitarisme adalah insufisiensi hipofisis pada umumnya mempengaruhi semua
hormon yang secara normal di sekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Hipopituitarisme
biasanya disebabkan oleh infeksi atau peradangan dan lebih banyak disebabkan oleh tumor.
Angka kejadian penyakit ini adalah sekitar 14 diantara 100.000 orang/tahun. Tanpa
pengobatan yang tepat, 20% kasus berakhir dengan kematian. Bila pengobatan yang
diberikan sesuai, 80% penderita akan sembuh. Penderita yang bereaksi baik terhadap
pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa komplikasi jangka panjang.
Hipopituitarisme merupakan gabungan pengaruh metabolik akibat berkurangnya sekresi
masing-masing hormon hipofisis. Penyebab dari hipopituitarisme biasanya disebabkan oleh
tumor yang mengenai hipotalamus dan infeksi pada kelenjar hipofisis itu sendiri. Sehingga
sekresi hormone hipofisis akan terganggu dan mengakibatkan defisiensi semua atau
sebagian hormone hipofisis anterior yang akan berdampak pada seksualitas, pertumbuhan,
dan stress seseorang.
Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat hormon basal yang rendah juga
tidak merespon terhadap pemberian hormon perangsang sekresi,sehingga pengobatan
hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang.
Mengingat begitu berbahayanya hipopituitarisme bagi kesehatan maka kelompok akan
membahas mengenai hipopituitarisme dan asuhan keperawatan yang diberikan. Diharapkan
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam
upaya penurunan angka insiden hipopituitarisme melalui upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep dasar hipopituitarisme?
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien hipopituitarisme?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
1.3.2

hipopituitarisme.
Tujuan Khusus
Mampu mengidentifikasi masalah pasien hipopituitarisme.
Mampu melakukan pengkajian pada pasien hipopituitarisme.
Mampu membuat diagnosa dan menentukan prioritas masalah pasien hipopituitarisme.

Mampu menyusun rencana keperawtan pada pasien dengan masalah hipopituitarisme.


Mampu mengaplikasikan tindakan sesuia dengan rencana yang telah dibuat.
Mampu membuat evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan.
1.4 MANFAAT
Kelompok berharap makalah dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang asuhan keperawatan pada pasien hipopituitarisme.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar, 1995)
Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the
pituitary gland. (Diane C. Baughman, 2000 )

Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang
sangat rendah. (Elizabeth Corwin, 1997)
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C.
Long, 1996)
Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macammacam kelainan antara lain nekrosis,
hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma
tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain
(David Oveldoff, 2002)

Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Definisi
hormone hipofisis depan dapat terjadi dari 3 jalur :
a. Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel sel sekretorik.
b. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat
menyebabkan penghentian penyebaran faktorfaktor yang berasal dari hipotalamus.
c. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan
pengatur pada hipofise depan.

2.2 Etiologi
Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
Penyebabnya menyangkut:
a. Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri piogenik.
b. Penyakit autoimun (Hipofisis Limfoid Autoimun)
c. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semau hormon lain.
d. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi
penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan
HT dalam kadar yang berlebihan.
e. Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat
merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan,
yang terjadi setelah perdarahan maternal.

Penyebab hipopituitari primer :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tumor hipofisa
Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah)
Infeksi dan peradangan
Sarkoidosis atau amiloidosis
Penyinaran
Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
Penyakit autoimun.

Penyebab hipopituitari sekunder :


1.
2.
3.
4.

Tumor hipotalamus
Peradangan
Cedera kepala
Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.

2.4 Manifestasi Klinis


Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormonhormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa
yang kurang. Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama
beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis. Bisa terjadi
kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH)
Pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
a.
b.
c.
d.

Terhentinya siklus menstruasi (amenore)


Kemandulan
Vagina yang kering
Hilangnya beberapa ciri seksual wanita.

Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:


a.
b.
c.
d.

Impotensi
pengkisutan buah zakar
berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).

Kekurangan hormon pertumbuhan.


Pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi
pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol
(dwarfisme).
Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
a. Kebingungan
b. Tidak tahan terhadap cuaca dingin
c. Penambahan berat badan
d. Sembelit

e. Kulit kering.
Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar
adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
1.
2.
3.
4.

Lelah
Tekanan darah rendah
Kadar gula darah rendah
Rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau
infeksi).

Kekurangan prolaktin yang terisolasi


Merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita
tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.
2.5 Patofisiologi
Beberapa proses patologik dapat mengakibatkan insufisiensi hipofisis dengan cara merusak
sel-sel hipofisis normal :
1. Tumor hipofisis
2. Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal
3. Penyakit granulomatosa infiltratif
4. Idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat auto imun
Sindrom klinis yang diakibatkan oleh hipopituitarisme atau panhipopituitarisme pada anakanak dan orang dewasa berbeda. Pada anak terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat
defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis merupakan konsekuensi dari defisiensi
tersebut. Ketika anak mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dalam
genitalia eksterna gagal berkembang selain itu, sering pula ditemukan derajad insufisiensi
adrenal dan hipotiroidisme, mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan
memperlihatkan perkembangan intelektual yang lamban.
Kalau hipopituitari terjadi pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti
kronologis sebagai berikut : defisiensi GH, hipogonadisme, dan insufiensi adrenal.
Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi badan
pasien dewasa dengan hipopituitarisme adalah normal. Manifestasi defisiensi GH mungkin
dinyatakan dengan timbulnya kepekaan yang luar biasa terhadap terhadap insulin dan
terhadap hipoglikemia puasa. Bersamaan dengan terjadinya hipogonadisme, pria
menunjukkan penurunan libido, impotensi dan pengurangan progresif pertumbuhan rambut
dan bulu di tubuh, jenggot dan berkurangnya perkembangan otot. Pada wanita, berhentinya
siklus menstruasi atau amenorea, merupakan tanda awal dan kegagalan hipofisis. Kemudian
diikuti oleh atrofi berbagai tingkat hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Fisika.
a. Inspeksi : Amati bentuk dan ukuran tubuh,ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran
buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula
pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis)
b. Palpasi : Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta
seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
c. Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
d. Pemeriksaan Radiologik / Rontgen ologis Sella Tursika.
1. Foto polos kepala
2. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
3. Pneumo ensefalografi
4. CT Scane. Angiografi serebral
e. Pemeriksaan Lapang Pandang.
Adanyakelainan lapangan pandang mencurigakan
Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
f. Pemeriksaan Diagnostika.
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
2.7 Komplikasi
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi.
b. Tromboflebitis.
c. Tromboembolisme.
d. Percepatan arterosklerosis.
2. Imunologi.
Peningkatanresikoinfeksi dan penyamaran tanda tanda infeksi.
3. Perubahan mata.
1. Glaukoma.
2. Lesi kornea.
4. Muskuloskeletal.

1. Pengkisutan otot.
2. Kesembuhan luka yang jelek.
3. Osteoporis dengan fraktur

kompresi

vertebra,

fraktur

patologik

tulang

panjang,nekrosis aseptik kaput femoris.


5. Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.
6. Perubahan penampakan.
a. Muka seperti bulan (moon face).
b. Pertambahan berat badan.
c. Jerawat.
2.8 Diagnosa banding
a. Gangguan hipotalamus.
b. Penyakit organ targetseperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.
c. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
d. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
e. Syndrom parkinson
2.9 Penatalaksanaan
1. Kausal
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala gejala tekanan
oleh tumor progresif dilakukan operasi.
2. Terapi Substitusia.
a. Hidrokortison antara 20 30 mg sehari
b. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison
c. Testosteron pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot

atau

testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan


fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
d. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid.
Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan bila ada gejala
virilisasi growth hormone bila terdapat dwarfisme.
3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radio terapi atau obat (misal : akromegali
dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine)
4. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH
pada anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian
androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati
dengan penyuntikan FSH atau HCG.
5. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah
diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
b. Sejak kapan keluhan diarasakan dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita
sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
c. Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada
klien kretinisme.
d. Kaji TTV dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
e. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan
perumbuhan anak dengan standar.
f. Keluhan utama klien:
a) Pertumbuhan lambat.
b) Ukuran otot dan tulang kecil.

c) Tandatanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut
axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain
lain.
d) Infertilitas.
e) Impotensi.
f) Libido menurun.
g) Nyeri senggama pada wanita.
h) Konstipasi
2. Pemeriksaan fisika.
a. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan
rambut wajah (jenggot dan kumis).
b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada
penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila
penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi
serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
c. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
3. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
b. Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron,
kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi
tiroid releasing hormone.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
2. Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
7. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar
hormonal.
8. Konstipasi berhubungan dengan penurunan BMR.
9. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
3.3 INTERVENSI/RASIONAL
Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis
adalah :
a. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
b. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.
c. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.

d. Klien bebas dari rasa cemas.


e. Klien terhindar dari komplikasi.
1) Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan
Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh
yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur
tubuh, pola makan, kehadiran diri.
2. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.
Intervensi :
a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
R/ : Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan/ penanganan.
b. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
R/: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka kliensecara
bertahap akan mulai menerima kenyataan.
c. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
R/: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga
salah pemahaman tidak terjadi.
d. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang
sama.
R/: Sebagai problem solving
e. Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain
R/: Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi
perawatan /ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.
2) Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit.
Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat.
Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.
2. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.
3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan
keperawatan.
4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah situasi
provokatif dalam lingkungan personal.

Intervensi :
a. Kaji status kopingindividu yang ada.
R/: Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan
komunikatif.
b. Berikan dukungan jika individu berbicara.
R/: Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.
c. Bantu individu untuk memecahkan masalah (problem solving).
R/: Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak
mengucil /mengisolasikan diri dari lingkungan.
d. Instruksikan individu untuk melakukan teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran
penatalaksanaan stress.
R/: Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.
e. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan.
R/: Klien mengerti tentang penyakitnya.
3) Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan PenampilanTubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan harga diri meningkat.
Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.
2. Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.
R/: Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.
b. Tingkatkan interaksi sosial.
R/: Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
c. Diskusikan harapan/ keinginan/ perasaan.
R/: Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah
faktor penyebab terjadinya harga diri rendah.
d. Rujuk kepelayanan pendukung.
R/: Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.
4) Gangguan

Persepsi

Sensori

(Penglihatan)

berhubungan

dengan

Kesalahan

Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur angsur
membaik.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi
sensori
2. Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.
3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.
Intervensi
a. Kurangi penglihatan yang berlebih.
R/: Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.
b. Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu).
R/: Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.
c. Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.

R/: Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya


penglihatan.
d. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.
R/: Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu
menggunakan penglihatan.
5) Ansietas berhubungan dengan Perubahan Warna Kulit
Tujuan : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan berkurang.
Kriteria hasil :
1. Peningkatan kenyaman psikologis dan fsikologis.
2. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya.
R/: Komunikasi terapeutik dapat memudahkan tindakan.
b. Catat respon verbal non verbal pasien.
R/: Mengetahui perasaan yang sedang dialami klien.
c. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan.
R/: Kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ancietas.
d. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.
R/: Mengatasi kelemahan, menghemat energi dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.

6) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas
perawatan diri.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.
2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
3. Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan
kebutuhan dasar.
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.
R/: Menghambat faktor penyebab dapat meningkatkan perawatan diri.
b. Tingkatkan partisipasi optimal.
R/: Partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri.
c. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan.
R/: Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.
d. Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.
R/: Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri.
7) Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya
Kadar Hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab.

2. Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan


penyembuhan luka.
3. Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.
4. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.
Intervensi :
a. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
R/: menghindari dehidrasi
b. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi.
R/: Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.
c. Ubah posisi atau mobilisasi.
R/: Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.
d. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif.
R/: Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat
mengakibatkan malnutrisi.
e. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin.
R/: Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada
daerah tertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.
8) Kontipasi berhubungan dengan penurunan BMR
Tujuan : Klien tidak mengalami ganggguan eliminasi (konstipasi).
Kriteria Hasil : Defekasi normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi :
a. Monitor adanya bising usus .
R/: Mengetahui adanya gerakan usus.
b. Dorong peningkatan asupan cairan
R/: Meminimalkan kehilangan panas
c. Berikan makanan yang kaya akan serat
R/: Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
d. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
R/: Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras
e. Pantau fungsi usus
R/: Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang
normal.
f. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
R/: Meningkatkan evakuasi feses
g. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
R/: Untuk mengencerkan fees.
9) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteral dan per oral.
Intervensi :
a. Puasakan pasien hingga bising usus positif dan ada flatus.
R : Mengurangi distensi abdomen dan kembung.
b. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
R : Memenhi kebutuhan nutrisi
c. Pantau masukan makanan selama perawatan.
R : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan.

d. Berikan cairan melalui intravena sesuai program sampai pasien toleran dengan intake
secara oral.
R : Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
e. Pantau atau timbang berat badan setiap hari.
R : Mengetahui perubahan berat badan.

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPOPITUITARISME

Tanggal MRS
No. Reg.

: 15 Mei 2012
: 254855

Jam masuk
Diagnosa medis

: 09.00 WIB
: Hipopituitarime

Tanggal pengkajian

: 15 Mei 2012

IDENTITAS
1. Nama Pasien
2. Umur
3. Suku/Bangsa
4. Agama
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat

: Tn. X
: 30 thn
: Jawa/WNI
: Kristen
: Sarjana
: Wiraswasta
: Surabaya

Jam

: 09.15 WIB

Penanggung Jawab Biaya


Nama : Ny. Y
Alamat: Surabaya

Keluhan Utama
: Pasien mengatakan sulit BAB
Alasan dirawat
: Tn. X sejak lima hari yang lalu tidak bisa BAB, sudah 2 hari perutnya
nampak buncit. Setiap kali habis makan pasien merasa mual muntah sehingga pasien malas
untuk makan. Sehari sebelum dibawa kerumah sakit tiba-tiba pasien pingsan tubuh pasien terasa
dingin dan ahirnya keluarganya membawanya ke rumah sakit.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Upaya yang telah dilakukan
: Pada saat pasien kesulitan BAB, pasien pergi ke bidan
praktek disana pasien diberi obat pencahar, tetapi tidak ada perubahan
Terapi yang telah diberikan

: Terapi obat pencahar.

a. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Riwayat penyakit kronik/menular
: ada
Tidak ada sebutkan : Tumor
hipotalamus
2. Riwayat alergi
: ada
Tidak ada sebutkan :............
3. Dll sebutkan :......................................................................................................
b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Nenek pasien dulu ada yang menderita tumor ovarium

Genogram :
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Pasien

= Meninggal

= Tinggal
serumah

c. KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
d. RIWAYAT KESEHATAN LAINNYA
Pasien Ibu (Keluarga Berencana) : Tidak
Alat bantu yang dipakai :
Gigi palsu
: Tidak ada
Penglihatan
: Tidak ada
Pendengaran
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
f. PENGKAJIAN FISIK
Keadaan umum
: Pasien tampak gelisah.
Tanda-tanda vital :
S : 35 oC
T : 110/90 mmHg
Tingkat kesadaran :
Kompos mentis Apatis
Somnolen
GCS : 15
E: 4 V: 5 M: 6
1) Sistem Pernapasan
Keluhan
: Sesak

Batuk

Irama

: Teratur

Suara napas

: Vesikuler

Terpasang O2

: Ya

N
RR

: 56 x/menit
: 18 x/menit

Sopor

Koma

Nyeri waktu napas

Lain-lain: tidak ada

Tidak teratur
Bronko vesikuler

sesak/parau

Tidak

Hidung
:
Inspeksi : septum nasi simetris, sekret -/-, sumbatan -/-,tidak ada pernapasan cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Bentuk dada
: Simetris
Suara napas tambahan : Tidak ada suara napas tambahan
Lain-lain
: Tidak ada masalah
2) Sistem Kardiovaskuler
Keluhan nyeri dada
: Ada Tidak ada
Suara jantung

: Normal

Tidak normal

CRT

: <3 detik

>3 detik

Konjungtiva pucat

: Ya

JVP

: Normal

Oedema :

Sebutkan: ............................

Tidak
Meningkat

Menurun

Palpebra
Ekstremitas atas
Acites
Anaraska
Ekstremitas bawah Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada masalah
3) Sistem Persarafan
Kepala
: Bentuk simetris, penyebaran rambut tidak merata, rambut bersih , tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa atau pembengkakan.
Wajah
: Bentuk simetris
Leher
: Trakea simetris, regiditas (-), tidak ada lesi, ada pembesaran kelenjar tiroid
Refleks (spesifik) :
Keluhan pusing
: Ya
Tidak
Pupil

: Isikor

Anisokor

Kaku kuduk

: Ada

Tidak ada

Kelumpuhan

: Ada

Tidak ada

Gangguan persepsi sensori

: Ada

Tidak ada

Sebutkan:..

Lain-lain : Tidak ada masalah


4) Sistem Perkemihan
Keluhan
: Disuria Retensi Inkontinensia Anuria
Gross Hematuri Poliuria Oliguria Lain-lain : Tidak ada
Produksi urine : 1500 ml/hari

Warna: Kuning jernih Bau: Khas

Intake cairan : Oral Parental: .............ml/hari


Lain-lain: Pasien mengatakan tidak merasa syahwat terhadap istrinya
5) Sistem Pencernaan
Mulut
: Nyeri telan
Abdomen

Luka rongga mulut

: Nyeri tekan

Luka operasi

Jejas

Kolostomi

BAB
: 0x/hari
Jumlah: Lain-lain
: Kebersihan mulutnya kurang, pasien mengatakan tidak selera makan,
bila habis makan selalu merasa mual muntah, BB sebelum sakit 65 kg, BB sekarang 50kg,
pasien mengatakan sulit BAB. Bising usus tidak terdengar.

6) Sistem Muskuloskeletal dan Integrumen


Pergerakan
: Bebas

Terbatas

Kelainan ekstremitas

: Ada

Tidak

Kelainan tulang belakang

: Ada

Tidak

Fraktur

: Ada

Tidak

Traksi/spalk/gips

: Ada

Tidak

Kompartemen sindrom

: Ada

Tidak

Kulit

: Ikterik

Akral

: Hangat Panas

Dingin

Turgor

: Baik

Jelek

Sianosis
Kurang

Kemerahan

Hiperpigmentasi

Kering

Basah

Luka

: Jenis Bersih Kotor


Keterangan : Tidak ada luka
Lain-lain : Pasien mengatakan mudah lelah, tidak tumbuh kumis, jenggot, rambut axila dan
rambut pubis.
7) Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran kelenjar getah bening
Lain-lain : tidak ada masalah

: Ada

Tidak ada

: Ada

Tidak ada

g. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. Persepsi klien terhadap penyakitnya : Cobaan Tuhan Hukuman
Lainnya: Tidak ada masalah
II. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Murung Diam Gelisah Tegang
Lainnya: Tidak ada masalah
III. Respon saat berinteraksi
: Kooperatif Tidak kooperatif Curiga
IV.Gangguan konsep diri
: Ada Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada masalah
h. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
: Sering Kadang-kadang
Lain-lain
: Tidak ada masalah
i. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi
:
Foto cranium : Terdapat tumor di sella tursika
Pemeriksaan Lab
:
Kadar TSH 5g/ml, hemokonsentrasi darah 40%, BMR -8%.
j. TERAPI
Testosteron siprionat (im) 200 mg tiap 2 minggu
Fluoxymestron 10 mg setiap hari
TSH 500 mg per hari

ANALISA DATA
Tgl/
Jam

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

S : pasien mengatakan
kesulitan BAB, mual
muntah tiap habis makan
O : BAB Ox/ hari, bising
usus tidak terdengar, BMR
-8%, kadar TSH 5g/ml, .

Peradangan, tumor dll

Konstipasi

Merusak hipofisis anterior


Defisiensi TSH
Hipotiroidisme
Menurunnya BMR

S : pasien mengatakan tidak


selera makan dan mual
muntah, cepat lelah.
O : BB sebelum sakit 65 kg,
BB sekarang 50 kg,
kebersihan mulut (-), turgor
jelek, pasien nampak lelah,
tadi pagi cuma makan dua
sendok. kulit kering dan
dingin.

Menurunnya BMR

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Penurunan peristaltic usus


Kostipasi
Feses menumpuk di usus
Distensi abdomen
Mual muntah

S : pasien mengatakan tidak


merasakan syahwat terhadap
istrinya.
O : tidak tumbuh kumis,
jenggot, rambut axila dan
rambut pubis, kulit kering
dan dingin, pembesaran
kelenjar tiroid

Peradangan, tumor dll

Gangguan harga diri

Merusak hipotalamus dan


hipofisis anterior
Defisiensi hormone
hipofisis anterior
perubahan bentuk dan
fungsi tubuh

Diagnosa Keperawatan :
1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan BMR
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan defisiensi perubahan bentuk dan fungsi tubuh
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan, Kriteria Hasil


Dan Rencana Tindakan

Rasional

Nama
perawat/
Mahasiswa

Konstipasi
berhubungan dengan
penurunan BMR

Tujuan :
Klien tidak mengalami
ganggguan eliminasi
dalam waktu 2x24 jam.
Kriteria Hasil :
Defekasi normal, tidak
distensi abdomen.
Intervensi :
1.

Monitor adanya

bising usus .
2.

Dorong

peningkatan asupan
cairan
3.
Berikan makanan
yang kaya akan serat
4.
Ajarkan kepada
klien, tentang jenis
-jenis makanan yang
banyak mengandung
air
5.

Mengetahui adanya
gerakan usus

Pantau fungsi

Meminimalkan
kehilangan panas

Meningkatkan massa
feses frekuensi BAB
Untuk peningkatan
asupan cairan kepada
pasien agar feses
tidak keras

usus
6.

Dorong klien

untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batasbatas toleransi latihan
7.
Kolaborasi :
untuk pemberian obat
pencahar dan enema

Memungkinkan
deteksi konstipasi
dan pemulihan
kepada pola defekasi
yang normal
Meningkatkan
evakuasi feses

bila diperlukan
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dalam waktu
5x24 jam .
Nutrisi kurang dari

Kriteria Hasil :

Untuk
mengencerkan feses

kebutuhan
berhubungan dengan
mual muntah

Dapat mentoleransi diet


sesuai kebutuhan secara
parenteral dan per oral.
Intervensi :
1. Puasakan pasien
hingga bising usus
positif dan ada flatus.
2. Berikan makanan porsi
kecil tapi sering.
3. Pantau masukan
makanan selama

Mengurangi distensi
abdomen

perawatan.
4. Berikan cairan melalui

Memenuhikebutuhan
nutrisi
program sampai pasien Mengetahui
keseimbangan nutrisi
toleran dengan intake
sesuai kebutuhan
secara oral.
5. Pantau atau timbang
Mempertahankan
berat badan setiap hari. status nutrisi yang
adekuat
intravena sesuai

Gangguan citra
tubuh berhubungan
dengan perubahan
bentuk tubuh dan
fungsi tubuh

Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 5x24 jam, klien
memiliki kembali citra
tubuh yang positif dan
harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
Melakukan kegiatan
penerimaan, penampilan
misalnya kerapian
pakaian, postur tubuh,
pola makan kehadiran
diri.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk
mengekpresikan
perasaannya.

Mengetahui
perubahan berat
badan

2. Dorong pasien untuk


bertanya mengenai
masalah, penanganan,
perkembangan,
prognosa kesehatan.

3. Tingkatkan
komunikasi terbuka,
menghindari kritik/
penilaian tentang
prilaku klien.

Kita dapat mengkaji


sejauh mana tingkat
penolakan terhadap
kenyataan akan
kondisi fisik tubuh,
untuk mempercepat
teknik penanganan
dan penyembuhan.
Dengan mengetaui
proses perjalanan
penyakit tersebut
maka klien secara
bertahap akan mulai
menerima kenyataan

4. Berikan kesempatan

berbagi rasa dengan


individu yang
mengalami
pengalaman yang
sama.

Membantu klien
untuk memahami
area program
sehingga salah
pemahaman tidak
terjadi.
Sebagai problem
solving

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Tgl/Jam

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Diagnosa 1
1. Memonitor adanya bising usus .
2. Memberikan minum 2500/hari
3. memberikan makanan yang kaya akan

S : Klien mengatakan BAB sudah


lancar
O :.BAB 2x/ hari, bising usus
terdengar,
A : Tindakan berhasil
serat
4. Mengajarkan kepada klien, tentang jenis P : Tindakan dihentikan
-jenis makanan yang banyak
mengandung air
5. Mendorong klien untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi
latihan.
6. Memberikan pencahar sesuai indikasi

Diagnosa 2
1. Berikan puasa kepada pasien hingga
bising usus positif dan ada flatus.
2. Memberikan makanan porsi kecil tapi
sering.
3. Memantau masukan makanan selama
perawatan.
4. Memberikan cairan melalui intravena
sesuai program sampai pasien toleran
dengan intake secara oral.
5. Menimbang berat badan setiap hari.

S : keluarga mengatakan klien sudah


mulai mau makan
O : BB sekarang 55 kg, kebersihan
mulut (+), turgor sedang, pasien
nampak lebih segar, makanan yang
disajikan habis
A : Masalah berangsur-angsur
teratasi
P : Tindakan dilanjutkan

Diagnose 3
a. Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
b. Mendorong klien untuk meningkatkan
proses koping terhadap orang lain.
c. Mendorong klien untuk berbagi rasa
dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama.
d. Membantu klien dalam aktivitas
perawatan diri dengan melibatkan
keluarga.
e. Membantu klien untuk dapat terlibat
dalam aktivitas perawatan diri.

S : Keluarga mengatakan bahwa


klien mulai melakukan kegiatan
aktivitas perawatan diri.
O : Perubahan peningkatan dalam
berpenampilan, berpakaian,
perubahan peningkatan aktivitas
pesonal hygien, tanggung jawab
peran membaik.
A : masalah berangsur-angsur
teratasi.
P : lanjutkan intervensi hingga
keadaan membaik

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Hipopituitarisme adalah satu atau lebih hormon hipofise anterior yang disebabkan oleh
macam macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis

karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arterosklerosis serebri, tumor
granulema. Adapun manifestasi klinis dari hipopituitarisme merupakan gabungan pengaruh
metabolik akibat berkurangnya sekresi masing-masing hormon hipofisis anterior. Sindrom klinis
yang diakibatkan oleh hipopituitarisme pada anak dan orang dewasa berbeda.
Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat hormon basal yang rendah juga tidak
merespon pemberian hormon perangsang sekresi, sehingga pengobatan hipopituitarisme
mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Bagnara,Turnor.1998. Endokrinologi Umum.Yogyakarta: Airlangga University.
Corwin,Elizabeth.J.1997.Buku Saku Patologi 2. Jakarta : EGC.
C.Long, Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan.

Doegnoes, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : EGC.


Ganang.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14.Jakarta :EGC.
Guyton.1987.Buku Ajar Fisiologi Manusia Penyakit Manusia. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
Hayes, Evelyn.R dan Joyce .L. Kee. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Kumar,Robins.1995.Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.
Oveldoff, David.2002.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Price,Sylvia.A dan Willson.1995.Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai