BAB VI
DATA DAN ANALISA
6.1
Gambaran Umum
6.1.1
A.
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Kabupaten Malang
Sebelah Barat
: Kabupaten Jombang
2. Topografi
Topografi wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung di tengah dan tinggi
di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang
subur, meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang dan Jatirejo. Bagian tengah
merupakan wilayah daratan, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan
kapur yang cenderung kurang subur.
Sekitar 30% dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto kemiringan tanahnya
lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan tingkat
kemiringan lahan kurang dari 15 derajat.
Pada umumnya ketinggian wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto rata-rata
berada <500 m di atas permukaan laut, dan hanya Kecamatan Pacet dan Trawas
merupakan daerah terluas yang memiliki daerah dengan ketinggian >700 m di
atas permukaan laut.
Secara administratif wilayah
dan 304 desa. Luas wilayah Kabupaten Mojokerto seluruhnya adalah 692,15 km2,
dimana wilayah Kecamatan Dawarblandong merupakan kecamatan dengan luas
VI-1
wilayah terbesar. Sedangkan Kecamatan Ngoro dan Jetis mempunyai luas wilayah
terbesar kedua dan ketiga.
3. Iklim
Seperti wilayah lainnya di Indonesia, di Kabupaten Mojokerto hanya dikenal dua
musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Selama tahun 2011 jumlah
curah hujan lebih rendah dibandingkan jumlah curah hujan selama tahun 2010.
Selama tahun 2011 total curah hujan setahun dari 18 stasiun pengamat yang terdapat
di Kabupaten Mojokerto mencapai 1.398 mm, sedangkan tahun sebelumnya sebesar
2.859 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2011 mencapai 66 hari dan lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 139 hari.
maupun hari hujan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2011 di sebagian besar
stasiun pengamat mengalami peningkatan. Setelah itu pada bulan Juni menurun dan
pada bulan Juli sampai bulan Oktober tidak terdapat hujan sama sekali yang berarti
waktunya musim kemarau. Pada bulan November mulai meningkat lagi sampai akhir
tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan iklim yang tidak menentu
B.
lain pola penggunaan lahan, karakteristk dan sebaran fasilitas, dan kondisi utilitas. Berikut
merupakan penjelasan dari factor-faktor tersebut.
1. Pola Penggunaan Lahan
Kabupaten Mojokerto memiliki luas lahan untuk usaha pertanian seluas 97.790
Ha, terdiri dari lahan sawah seluas 37.101 Ha dan lahan bukan sawah 60.689 Ha.
Terdapat lahan sawah berpengairan teknis seluas 21.314 Ha (57,45%). Sisanya adalah
lahan sawah berpengairan semi teknis, sederhana, dan tadah hujan.
Lahan bukan sawah meliputi pekarangan, bangunan dan halaman, tegal, kebun,
kolam, tebat/empang, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lainnya.
Penggunaan lahan bukan sawah terluas adalah hutan negara (47,63%), untuk
pekarangan bangunan dan halaman (24,14 %) dan untuk tegal/kebun (19,00 %),
berikut merupakan tabel penggunaan luas lahan pada Kabupaten Mojokerto.
Tabel 6.1 Penggunaan Luas Lahan Pada Kabupaten Mojokerto
No.
1
2
Kecamatan
Jatirejo
Gondang
Lahan
Sawah
2.178
2.237
Jumlah
7.822
6.277
VI-2
Pacet
2.913
Trawas
777
Ngoro
1.295
Pungging
2.543
Kuterejo
2.660
Mojosari
1.559
Bangsal
1.506
Mojoanyar
1.491
Dlanggu
2.573
Puri
2.351
Trowulan
2.496
Sooko
1.269
Gedeg
1.635
Kemlagi
2.610
Jetis
2.601
Dawar blandong
2.434
2011
37.101
Jumlah
2010
37.101
total
2009
37.101
Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam angka, 2012
761
1.400
3.380
750
99
180
145
225
63
63
344
94
29
908
1.323
2.696
13.517
13.517
13.517
8.166
3.695
8.807
1.249
1.338
930
878
644
909
1.102
1.588
980
788
2.190
2.761
22520
47.172
47.172
47.172
11.840
5.872
13.482
4.542
4.097
2.669
2.529
2.360
3.545
3.516
4.401
2.343
2.452
5.708
6.685
7.650
97.790
97.790
97.790
berada
di
perkotaan
dan
perdesaan
Kabupaten
Mojokerto,
dengan
VI-3
Sarana
oleh
tersumbatnya
aliran
akibat
VI-4
A.
Sebelah Timur
: Kec. Puri
Sebelah Selatan
: Kec. Trowulan
Sebelah Barat
Desa/Desa
Brdasarkan tabel 6.2 luas wilayah tertinggi adalah Desa Gamekan yaitu sebesar
2,63 km2 dan luas wilayah terendah yaitu Desa Jampirogo dengan luasan 1,14 km2.
Ditinjau bedasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011, Kecamatan Sooko
memiliki 8 Desa yang tergolong dalam Kawasan Ibu Kota Kecamatan (IKK). Desa itu
VI-5
antara lain Desa Sooko, Desa Japan, Desa Jampirogo, Desa Brangkal, Desa
Sambiroto, Desa Kedungmaling, Desa Wringinrejo, dan Desa Gemekan.
VI-6
Peta 6.1
VI-7
Peta 6.2
VI-8
B.
penggunaan lahan yang ada. Berikut ini merupakan rincian dari penggunaan lahan di
Kecamatan Sooko.
1. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Sooko terdiri lahan sawah dan lahan non sawah,
berikut ini merupakan tabel luas lahan sawah dan lahan non sawah yang dirinci
menurut Desa di Kecamatan Sooko:
Tabel 6.3 Luas Lahan di Kecamatan Sooko
Luas Lahan (Ha)
Lahan Sawah
Lahan Non Sawah
1
Gemekan
47,8
62,6
2
Blimbingsari
118,1
94,3
3
Brangkal
76,8
45,5
4
Kedungmaling
68,7
77,7
5
Klinterejo
77,5
61,6
6
Modongan
176,8
90,5
7
Sambiroto
97,7
48,8
8
Jampirogo
41,1
73,3
9
Japan
41,8
98,6
10
Sooko
25,1
122,2
11
Wringinrejo
82,5
67,9
12
Karangkedawang
89,3
36,9
13
Mojoranu
137,4
39,0
14
Tempuran
113,9
54,3
15
Ngingasrembyong
93,3
89,9
Jumlah
1287,8
1063,1
Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2011
No
Desa
Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui bahwa luas lahan sawah di Kecamatan
Sooko seluas 1287,8 hektar atau sebesar 54,78% sedangkan lahan non sawah yang
terdiri dari bangunan permanen, hutan negara dan lain-lain seluas 1063,1 hektar atau
sebesar 45,22%.
6.2
6.2.1
dari pencapaian yang telah diwujudkan telah sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan apabila diperlukan dapat
dilengkapi dengan prinsip-prinsip (Permen PU No: 20/PRT/M/2011). Berdasarkan pengertian
tersebut maka Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko memerlukan suatu
arahan dan acuan untuk mencapai suatu tujuan nyata dengan ketentuan teknis yang telah
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-9
disusun dan kemudian dilaksanakan dalam tahap perencanaan dan pembangunan sehingga
dicapai konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan Kecamatan Sooko.
6.2.2
A.
Struktur Ruang
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011 , maka Kecamatan Sooko
Perkotaan
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Brangkal
Gamekan
Japan
Jampirogo
Kedungmaling
Perdesaaan
Nginasrembayong
Tempuran
Mojoranu
Karangkedawang
Modongan
Klintenrejo
Blimbingsari
VI-10
Pola Ruang
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa peruntukan
VI-11
d. Kawasan budidaya air tawar, pada kecamatan Sooko dikususkan pada budi
daya ikan gurami
e. Serta, kawasan pemasaran hasil produksi ikan
3.
Kawasan Strategis
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa arahan kawasan
VI-12
Peta 6.3
VI-13
C.
2025 adalah untuk mewujudkan masyarakat dan daerah Kabupaten Mojokerto yang Maju,
Adil, Makmur, Tentram, dan Beradab. Dalam konteks pembangunan sarana dan prasarana
wilayah tujuan PJP Daerah Kabupaten Mojokerto tercantum dalam:
1. Terwujudnya peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat ditandai
oleh hal-hal berikut :
a. Meningkatnya pertumbuhan sektor Industri, Jasa dan Pariwisata di Kabupaten
Mojokerto yang didukung oleh sektor pertanian yang handal
b. Semakin luasnya lapangan kerja dan semakin berkurangnya angka
pengangguran
c. Semakin meningkatnya pendapatan riil masyarakat yang diikuti oleh
pemerataan pendapatan yang berkeadilan, dan semakin menurunnya jumlah
keluarga miskin di Kabupaten Mojokerto
d. Tersedianya
VI-14
Kebijakan Sektoral
Berdasarkan kebijakan sektoral, Kecamatan Sooko dibagi menjadi tiga bidang yaitu
Bidang Fisik
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang fisik yang terdapat di
Desa
Gamekan
Wringinrejo
Jampirogo
Kedungmaling
Brangkal
Kebijakan
- Perbaikan jalan lingkungan
- Pemeliharaan jalan desa
- Peningkatan jalan desa (aspal dan
paving)
- Pelebaran jalan poros desa
- Peningkatan jalan aspal
- Pemeliharaan jalan
Keterangan
Kebijakan ini sesuai karena di
Kecamatan Sooko masih terdapat
jaringan jalan yang masih rusak
sehingga butuh perbaikan serta
pemeliharaan jalan
VI-15
Desa
Sooko
Japan
Sambiroto
Drainase
Wringinrejo
Jampirogo
Sooko
Japan
Sambiroto
Sarana
Japan
Kebijakan
Pemeliharaan jalan
Pembangunan jembatan
Pengaspalan jalan
Pebaikan jalan lingkungan
Pelebaran jalan
Jalan Makadam
Perawatan saluran
Perbaikan drainase jalan desa
Normalisai sluran RA. Basuni
Normalisasi pembuangan air
Plengsengan kali brangkal
Plengsengan
Keterangan
Perbaikan gedung TK
Perbaikan gedung Mi
Sooko
Pembangunan gedung playgroup
Perbaikan gedung kantor TK
Pendidikan dan latihan PKK
Gamekan
Perbaikan MI almustofa
Perbaikan TK Dharma wanita
ASRI
Wringinrejo
- Pembangunan gedung TK
Sumber: Hasil Analisis, 2013
2. Bidang Pendidikan
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang pendidikan yang terdapat di
bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.
Tabel 6.6 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Pendidikan di BWP Kecamatan Sooko
Sektor
Pendidikan
Desa
Japan
Kebijakan
Perbaikan gedung TK
Perbaikan gedung Mi
Sooko
Pembangunan gedung playgroup
Perbaikan gedung kantor TK
Pendidikan dan latihan PKK
Gamekan
Perbaikan MI almustofa
Perbaikan TK Dharma wanita
ASRI
Wringinrejo - Pembangunan gedung TK
Brangkal
- Pelatihan kewirausahan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
-
Keterangan
Pembangunan
dan
perbaikan
fasilitas
pendidikan
ini
di
karenakan untuk mengoptimalkan
kuantitas dan kualitas sarana
pendidikan yang ada di Kecamatan
Sooko.
3. Bidang Sosial
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang sosial yang terdapat di
bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.
Tabel 6.7 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Sosial di BWP Kecamatan Sooko
Sektor
Sosial
Desa
Brangkal
Jampirogo
Kebijakan
- Kegiatan ekonomi produktif
- Bnatuan PNPM
Keterangan
Program ini Dilakukan untuk
meningkatkan SDM sehingga dapt
VI-16
Desa
Kebijakan
Bantuan RTSM
Bantuan paket
Wringinrejo
Program PUEM
Bantuan PNPM
Gamekan
Alat dan kursus pertukangan
Kursus las dan alat
Kurus bengkel dan alat
Japan
Kursus elektro
Kursus mengelas
Kedungmaling
Pelatihan
batik
tulis
mongerto
- Tata boga
- Kursus menjahit
Sambiroto
- Pelatihan pengrajin sepatu
- Sarana dan prasarana karang
taruna
Sumber: Hasil Analisis, 2013
-
E.
Keterangan
meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana penanganan bagian
dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan. Adpaun fungsi dan peran Kecamatan Sooko
menjadi pengembangan bagian wilayah perkotaan yang diprioritaskan adalah Kecamatan
Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal promosi (PKLp), yang memiliki
fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional dan regional, pusat pemasaran
hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada Kabupaten Mojokerto.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko merupakan salah satu
kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Mojokerto. Hal ini
dikarenakan di Kecamatan Sooko terdapat kawasan bersejarah yang terletak di Desa
Klintirejo dimana terdapat candi dan benda-benda sejarah peninggalan Kerajaan Mojopahit.
Benda-benda bersejarah ini yang juga di temukan di Kecamatan Trowulan sebagai pusat
Kerajaan Mojopahit, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Puri. Untuk itu Kecamatan Sooko
menjadi salah satu Kecamatan yang juga ikut berperan aktif dalam melestraikan benda
bersejarah dengan membentuk kawasan lindung dan kearaifan lokal yang terdapat di
Kabupaten Mojokerto.
Wisata budaya terletak di Kecamatan Trowulan, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan
Trawas, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Puri dan Kecamatan Sooko dan
(Kawasan Pengembangan Pariwisata.
VI-17
Bagi pemenuhan kebutuhan internal Kabupaten Mojokerto dan kegiatan ekspor, maka
pengembangan kegiatan peternakan yang terdapat pada saat ini dapat dipertahankan,
berdasarkan kebutuhan pengembangan ke depanya dapat diatur arah pemanfaatanya, dalam
pengembangan peternakan, Kecamatan Sooko memiliki peran dalam pengembangan kegiatan
peternakan besar jenis sapi potong, dan peternakan ternak kecil.
Bagi pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar, terdapat dua jenis yakni
pengembangan kawasan pengembangan perairan umum berupa waduk, telaga serta
pengembangan mengunakan kolam dengan luas 0.25 km2, pengembangan kawasan budidaya
air tawar jenis kolam ini terdapat di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko.
Rencana pengembangan kawasan strategis, kawasan strategis difungsikan sebagai
kawasan strategis ketahanan ekonomi pada Kabupaten Mojokerto, pada Kecamatan Sooko
diperuntukkan kawasan industry dan pergudangan, kawasan industry dan pergudangan pada
Kecamatan Sooko terletak di Desa Jampirogo.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto Kecamatan Sooko merupakan Kecamatan
yang merupakan Kawasan cepat tumbuh, Keamatan Sooko sebagai pusat koleksi dan
distribusi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan dengan wilayah pendukung Puri,
Trowulan Jatirejo, Mojanyar.
6.2.3
dapat didasarkan pada RTRW Kabupaten Mojokerto dan Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan rencana struktur ruang yang terdapat di dalam
RTRW Kab. Mojokerto, maka kecamatan Sooko terbagi dalam dua arahan rencana, yaitu
rencana pengembangan pedesaan dan rencana pengembangan perkotaan.
Kecamatan Sooko terdiri dari 15 desa, dengan beberapa diantaranya yang akan
diarahkan menjadi daerah perkotaan yaitu Desa Sooko, Desa Wringinrejo, Desa Sambiroto,
Desa Japanan, Desa Brangkal, dan Desa Gamekan, dimana pada wilayah tersebut akan
diarahkan menjadi pusat pelayanan dan pengembangan Pusat Kegiatan Lokal serta Pusat
Kegiatan Lokal promosi ( PKLp) dengan skala pelayanan lokal bahkan regional. Adapun
Fungsi pengembangan PKLp Kecamatan Sooko adalah
a.
b.
VI-18
6.3.1
Kependudukan
Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang
Pertumbuhan Penduduk
Analisis penduduk ditekankan pada proyeksi penduduk untuk distribusi dan kepadatan
penduduk pada tahun perencanaan. Kegiatan analisis penduduk ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan umum penduduk sampai dengan akhir
perencanaan. Tabel 6.8 berikut merupakan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Sooko Tahun 2007-2012.
Tabel 6.8 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2007 2012
Tahun
Jumlah
2007
57472
2008
70787
2009
73036
2010
73625
2011
75484
2012
77785
Rata-rata Pertumbuhan
Penduduk
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Pertumbuhan
Pernduduk
23,17%
3,18%
0,81%
2,52%
3,05%
6,54%
VI-19
Dari jumlah penduduk yang terdapat pada tabel 6.8 di atas, dapat diketahui grafik
pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Berikut
merupakan grafik pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko.
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
70787
73036
73625
75484
77785
2008
2009
2010
2011
2012
57472
2007
itu
digunakanlah
analisis
peramalan
jumlah
penduduk
dengan
mempertimbangkan tingkat kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar yang
terjadi di Kecamatan Sooko. Berikut adalah tingkat kelahiran, kematian dan pergerakan
penduduk Kecamatan Sooko yang disajikan dalam tabel 6.9 berikut.
Tabel 6.9 Tingkat Kelahiran, Kematian dan Pergerakan penduduk Kecamatan Sooko
Tahun
2008
2009
2010
2011
Jumlah
penduduk
Jumlah
Kelahiran
Jumlah
Kematian
70787
73036
73625
75484
77781
584
2204
1258
1618
1248
197
240
125
720
612
Jumlah
Migrasi
Masuk
899
820
1248
1303
734
Jumlah
Migrasi
Keluar
154
1524
1842
938
1121
Tingkat
Kelahiran
Tingkat
Kematian
0,008
0,030
0,017
0,021
0,016
0,003
0,003
0,002
0,010
0,008
Tingkat
Migrasi
Masuk
0,013
0,011
0,017
0,017
0,009
Tingkat
Migrasi
Keluar
0,002
0,021
0,025
0,012
0,014
VI-20
B.
0,019
0,005
0,014
0,015
Kem atia n
Kelahira n
Birth rate
Death rate
migrasi
ma suk
migrasi
kelua r
Tabel 6.10 Proyeksi Penduduk Per Desa BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
Desa
2012
2013
Gamekan
4.978
5.092
Brangkal
4.520
4.624
Kedungmaling
7.793
7.972
Sambiroto
4.093
4.187
Jampirogo
3.534
3.615
Japan
9.577
9.797
Sooko
14.141
14.466
Wringinrejo
2.964
3.032
Jumlah
51.600
52.785
Sumber: Hasil analisis 2013
2022
6.249
5.674
9.783
5.138
4.436
12.022
17.752
3.721
2027
7.001
6.357
10.961
5.757
4.971
13.470
19.889
4.169
2032
7845
7123
12281
6450
5569
15092
22284
4671
57.813
64.775
72.575
81315
Pada tabel 6.10 dapat dilihat jumlah penduduk di BWP Kecamatan Sooko sampai
dengan 20 tahun mendatang diproyeksikan akan meningkat menjadi 81.315 jiwa atau
meningkat sebesar 2.934 jiwa (2,30% per tahun). Proyeksi jumlah penduduk ini akan
digunakan untuk mencari kebutuhan fasilitas dan utilitas di BWP Kecamatan Sooko.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-21
C.
Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk di BWP Kecamatan Sooko secara keseluruhan sebesar
48 jiwa/ha, namun untuk masing- masing desa mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan
adanya pemusatan penduduk dan juga persebaran penduduk di beberapa desa. Bedasarkan
SNI 03-1933-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan,
klasifikasi kepadatan suatu daerah dapat disajikan dalam tabel 6.11 berikut:
a.
b.
c.
d.
Luas (Ha)
Klasifikasi
Kepadatan
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Pada tahun 2012 diketahui Desa Gamekan yang merupakan pusat pelayanan dari
BWP Kecamatan Sooko mempunyai kepadatan penduduk sebesar 45 jiwa/Ha dengan tingkat
kepadatan pendudukpaling kecil terdapat pada Desa Wringinrejo sebesar 20 jiwa/Ha dan
kepadatan penduduk paling becar berada di Desa Sooko sebesar 96 jiwa/Ha.
Kepadatan penduduk yang tinggi di Desa Sooko dipengaruhi oleh kondisi wilayah
yang berdekatan dengan Kota Mojokerto sebagai pusat kegiatan dan memiliki sarana
prasarana lengkap. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk cenderung memusat di
daerah tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu tingkat aksesibilitas juga mempengaruhi
tingginya kepadatan penduduk Desa Sooko dimana desa ini dilalui oleh Jalan RA Basuni
yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kota Mojokerto dan antar kecamatan di
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-22
Kabupaten Mojokerto. Terlihat bahwa baik sarana perkantoran maupun perdagangan dan jasa
tersebar di sepanjang jalan ini. Berikut ini adalah tingkat kepadatan BWP Kecamatan Sooko
bedasarkan proyeksi penduduk.
Tabel 6.12 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
Desa
Luas
(Ha)
Kepadatan
2013
Gamekan
110
45
Brangkal
122
37
Kedungmaling
146
53
Sambiroto
146
28
Jampirogo
114
31
Japan
140
68
Sooko
147
96
Wringinrejo
150
20
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Kepadatan
2032
79
65
94
49
54
120
169
35
VI-23
Peta 6.4
VI-24
6.3.2
A.
88 meter di atas permukaan air laut. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Mojokerto
sebagian besar terdiri dari aluvial (62.74%) dan grumosol (37.26%). Dari kondisi tersebut
jenis tanah di Kota Mojokerto merupakan tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian,
karena tanah tersebut terdiri dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna
hitam kelabu dengan daya penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral
yang cukup baik bagi tumbuh-tumbuhan.
B.
Hidrologi
Wilayah Kota Mojokerto mempunyai beberapa daerah aliran sungai yang manfaatnya
cukup besar bagi kehidupan penduduk, khususnya untuk keperluan irigasi pertanian. Potensi
hidrologi yang terdapat di Kota Mojokerto, ialah sungai, sumber mata air, serta model
pengairannya. Menurut (Balitbang,2011), Kota Mojokerto dilalui oleh 4 (empat) buah sungai
yang cukup potensial yaitu:
a.
Sungai Brantas di sebelah utara kota sepanjang 3,5 Km arah alirannya ke timur.
b. Sungai Brangkal di sebelah barat kota sepanjang 2,25 Km arah alirannya keutara.
c.
Sungai Sadar di sebelah timur kota sepanjang 2,00 Km arah alirannya ke utara.
Klimatologi
Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti daerah yang
kain Kota Mojokerto mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 (dua) jenis setiap tahunnya,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Oktober sampai April merupakan musim
penghujan, sedangkan bulan Mei sampai september merupakan musim kemarau.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur udara di Kota
Mojokerto mencapai 19,7 oC-36,3 oC dengan kelembaban udara pada bulan Mei mengalami
tahap paling rendah tingkat kelembabannya, yaitu hanya sebesar 95%, sedangkan pada bulanbulan yang lainnya berkisar antara 97% - 100%.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
orographi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada bulan desember merupakan curah hujan
VI-25
tertinggi di Kota Mojokerto yang terjadi selama tahun 2007 yaitu mencapai 452 mm. Namun,
ada juga bulan yang tidak terdapat hari hujan yaitu bulan Juli, September dan Nopember.
Curah hujan tersebut mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung pola pertanaman
yakni intensitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan.
D.
sumberdaya alam potensial yang dimiliki oleh Kecamatan Sooko didominasi oleh hasil
pertanian yaitu padi. Lahan sawah terbesar di Kecamatan Sooko terdapat pada Desa
Modongan. Potensi sumberdaya alam lainnya adalah kebun jagung. Selain dari sektor
pertanian juga terdapat potensi sumber daya alam berupa peternakan dan budidaya ikan darat.
VI-26
Peta 6.5
VI-27
Peta 6.6
VI-28
E.
Kemampuan Lahan
Analisis aspek fisik dan lingkungan adalah analisa untuk mengenali karakteristik
sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan
lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Kemampuan lahan merupakan sifat dasar lahan yang memberikan hasil untuk penggunaan
tertentu secara optimal dan lestari. Klasifikasi kemampuan lahan didasarkan pada delapan
karakterikstik satuan lahan, yaitu: kemiringan lahan, tekstur, struktur, permeabilitas, bahan
organik dan erodibilitas tanah, drainase dan persebaran kerikil di permukaan lahan.
Kelas kemampuan lahan merupakan kelompok penggunaan lahan suatu wilayah
sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal,
dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan.
Penentuan kelas kemampuan lahan berdasarkan faktor-faktor fisik tanah dan lingkungan,
kemudian dikategorikan berdasarkan faktor yang menjadi penghambat yang ditemukan di
lahan tersebut, serta beberapa ciri-ciri tanah dan lingkungan. Kelas kemampuan tanah ini
lebih umum sifatnya jika dibandingkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sifatnya lebih
khusus.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 dijelaskan
tentang analisis kemampuan lahan dan beberapa kriterian penentuan kemampuan lahan.
Kriteria-kriteria tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
1.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan morfologi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan morfologi.
Tabel 6.13 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
No.
1.
2.
Morfologi
Gunung/pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
Gunung/pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
Kelerengan
Hasil
Pengamatan
SKL Morfologi
Groundcheck
Survei Lapangan
>40%
25-40%
3.
Bukit/Perbukitan
15-25%
4.
Datar
2-15%
5.
Datar
0-2%
Nilai
1
2
3
4
5
VI-29
Berdasarkan tabel 6.14 dan peta kelerengan lahan untuk Kecamatan Sooko dapat
ditetapkan bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerengan 0-2%. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada Kecamatan Sooko di dapatkan bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kriteria dengan skor 5 yaitu kemampuan lahan dari morfologi
kurang.
2.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan kemudahan dikerjakan. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan
lahan berdasarkan kemudahan dikerjakan.
Tabel 6.14 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
No.
Morfologi
Kelerengan
1.
Gunung/pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40%
2.
Gunung/pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
25-40%
3.
Bukit/Perbukitan
15-25%
4.
Datar
2-15%
5.
Datar
0-2%
Hasil
Pengamatan
Groundcheck
Survei
Lapangan
SKL Kemudahan
Dikerjaan
Tingkat kemudahan
pengerjaan, kekerasan
batuan tinggi
Tingkat kemudahan
pengerjaan, kekerasan
batuan cukup
Tingkat kemudahan
pengerjaan, kekerasan
batuan sedang
Tingkat kemudahan
pengerjaan, kekerasan
batuan kurang
Tingkat kemudahan
pengerjaan, kekerasan
batuan rendah
Nilai
1
2
3
4
5
Berdasarkan tabel 6.15 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi
serta peta penggunaan lahan Kecamatan Sooko dapat ditetapkan bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kriteria tingkat kemudahan pengerjaan dan kekerasan batuan
yang rendah. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL
Kemudahan dikerjakan, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
3.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
VI-30
Morfologi
Gunung/pegu
nungan dan
Bukit/Perbuki
tan
Gunung/pegu
nungan dan
Bukit/Perbuki
tan
Bukit/Perbuki
tan
Datar
1.
2.
3.
4.
Kelerenga
n
Ketinggian
SKL
Kestabilan
Lereng
Nilai
Semak
Belukar,
Lading
Kestabilan
lereng rendah
Kestabilan
lereng kurang
Kestabilan
lereng sedang
Curah
Hujan
Pengguna
an Lahan
(Sama)
>40%
Tinggi
25-40%
Cukup
Tinggi
(Sama)
Kebun,
Hutan,
Hutan
Belukar
15-25%
Sedang
(Sama)
Semua
2-15%
Rendah
(Sama) Semua
Sangat/Rend
5.
Datar
0-2%
(Sama) Semua
ah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Kestabilan
lereng Tinggi
Berdasarkan tabel 6.16 dan peta kelerengan Kecamatan Sooko, dapat ditetapkan
bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kriteria kestabilan lereng tinggi. Sehingga dari
kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan lereng, Kecamatan
Sooko memiliki skor 5.
4.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkankestabilan pondasi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan kestabilan pondasi.
Tabel 6.16 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
SKL Kestabilan
Lereng
Kestabilan lereng
rendah
Kestabilan lereng
kurang
Kestabilan lereng
sedang
Kestabilan lereng
Tinggi
Penggunaan Lahan
Semak Belukar, Lading
Kebun, Hutan, Hutan
Belukar
Semua
Semua
Semua
Nilai
2
3
4
5
Berdasarkan tabel 6.17 dan peta topografi, peta kemiringian lereng, peta geologi,
data curah hujan dan bencana alam di Kecamatan Sooko, Kecamatan Sooko terletak
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-31
pada kestabilan lereng tinggi, sehingga digolongkan mempunyai daya dukung dan
kestabilan pondasi tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut, penggunaan lahan di
Kecamatan Sooko digolongkan dapat digunakan untuk pengembangan pembangunan.
Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan pondasi,
Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
5.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan ketersediaan air. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan ketersediaan air.
Tabel 6.17 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
No.
1.
2.
Morfologi
Kelerengan
Gunung/pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan
>40%
25-40%
Penggunaan
Lahan
SKL Ketersediaan
Air
Semak Belukar,
Lading
Ketersediaan air
sangat rendah
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar
Ketersediaan air
rendah
Ketersediaan air
sedang
4. Datar
2-15% Semua
Ketersediaan air
5. Datar
0-2% Semua
tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
3.
Bukit/Perbukitan
15-25%
Nilai
Semua
3
4
5
Berdasarkan tabel 6.18 dan peta kemiringan lereng, peta hidrologi, peta
klimatologi, peta geoogi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat
diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletah pada kelerenagn 0-2% sehingga
Kecamatan Sooko terletak pada kriteria ketersediaan air tinggi. Sehingga dari kriteria
tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko
memiliki skor 5.
6.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk drainase. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk drainase.
Tabel 6.18 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
No.
Morfologi
Kelereng
Ketinggian/T
Penggunaan
SKL
Nilai
VI-32
Drainase
Drainase
tinggi
Drainase
cukup
Drainase
kurang
5
4
3
2
1
Berdasarkan tabel 6.19 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi,
peta hidrologi, peta klimatologi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko,
dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga
Kecamatan Sooko terletak pada kriteria drainase kurang. Sehingga dari kriteria ini
dapat diketahui bahwa keadaan penyaluran air kurang baik. Kriteria tersebut dapat
diketahui bahwa untuk SKL drainase, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.
7.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan erosi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan berdasarkan
untuk erosi.
Tabel 6.19 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
>40%
Ketinggian/
Topografi
Tinggi
Penggunaan
Lahan
Semak
Belukar,
Lading
Gunung/pegunung
an dan
Bukit/Perbukitan
25-40%
Cukup Tinggi
3.
Bukit/Perbukitan
15-25%
4.
Datar
2-15%
5.
Datar
0-2%
No.
Morfologi
Kelerengan
1.
Gunung/pegunung
an dan
Bukit/Perbukitan
2.
SKL Erosi
Nilai
Erosi tinggi
Kebun,
Hutan, Hutan
Belukar
Erosi cukup
tinggi
Sedang
Semua
Erosi sedang
Rendah
Semua
Erosi sangat
rendah
Tidak ada
erosi
Sangat
Semua
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.20 dan peta hidrologi, peta klimatologi, peta geologi dan peta
penggunaan lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko
terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada kriteria tidak
VI-33
ada erosi. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL terhadap
erosi, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
8.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan pembuangan limbah. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk pembuangan limbah.
Tabel 6.20 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Penggunaan
Lahan
No.
Morfologi
Kelerengan
1.
Gunung/pegunu
ngan dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/pegunu
ngan dan
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan
>40%
Semak Belukar,
Lading
25-40%
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar
15-25%
Semua
2.
3.
SKL
Pembuangan
Limbah
Kemampuan
lahan unutk
membuang
limbah kurang
Kemampuan
lahan untuk
membuang
limbah sedang
4.
Datar
2-15%
Semua
Kemampuan
5.
Datar
0-2%
Semua
lahan untuk
membuang
limbah cukup
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Nilai
1
2
3
4
5
Berdasarkan tabel 6.21 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi
dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada
kriteria kemampuan lahan untuk membuang limbah cukup. Sehingga dari kriteria
tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL pembuangan limbah, Kecamatan Sooko
memiliki skor 5.
9.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan bencana alam. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk bencana alam.
Tabel 6.21 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
No.
Morfologi`
Kelerengan
Ketinggian
Penggunaan
SKL
Nilai
VI-34
Lahan
>40%
Tinggi
25-40%
Cukup
Tinggi
Semak
Belukar,
Lading
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar
3.
Gunung/pegunun
gan dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/pegunun
gan dan
Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan
15-25%
Sedang
Semua
4.
5.
Datar
Datar
2-15%
0-2%
2.
Rendah
Semua
Sangat/Ren Semua
dah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Bencana
Alam
Potensi
bencana alam
tertinggi
5
4
Potensi
bencana alam
cukup
Potensi
bencana alam
kurang
3
2
1
Berdasarkan tabel 6.22 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi,
peta hirologi dan peta klimatologi di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa
Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak
pada potensi bencana alam kurang. Kecamatan Sooko memiliki topografi yang tidak
curam sehinggan resiko bencana cukup kecil.Sehingga dari kriteria tersebut dapat
diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.
Berdasarkan analisis diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk kemampuan lahan
untuk Kecamatan Sooko dari hasil overlay peta topografi, peta kemiringan lereng, peta
geologi, peta hirologi dan peta klimatologi. Berikut merupakan perhitungan skor dari Satuan
Kemampuan Lahan (SKL).
Tabel 6.22 Perhitungan Kemampuan Lahan Berdasarkan Satuan Kemampuan Lahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SKL
Morfologi
Bobot 5
5
10
15
20
25
25
SKL
Terhadap
Erosi
Bobot 5
3
6
9
12
15
15
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
Bobot 5
1
2
3
4
5
5
SKL unutk
Drainsae
Bobot 1
5
10
15
20
25
25
SKL
Kestabilan
Lereng
Bobot 5
5
10
15
20
25
25
SKL
Penbuangan
Limbah
Bobot 5
0
0
0
0
0
0
SKL
Kestabilan
Pondasi
Bobot 5
3
6
9
12
15
15
SKL
Bencana
Alam
Bobot 1
5
10
15
20
25
25
SKL
Keersediaan
Air
Bobot 5
5
10
15
20
25
25
Kemamuan
Lahan
Total Nilai
32
64
96
128
160
160
VI-35
Dari total perhitungan pada tabel 6.23 dapat dibuat beberapa kelas dengan nilai
minimum yang didapatkan yaitu 32 dan nilai maksimum yang didapatkan yaitu 160. Berikut
merupakan tabel internal kelas kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangannya.
Tabel 6.23 Kemampuan Lahan dan Klasifikasi Pengembangan Kecamatan Sooko
Kelas Kemampuan
Klasifikasi Pengembangan
Lahan
1.
32 - 58
Kelas a
Kemampuan pengembangan sangat rendah
2.
59 83
Kelas b
Kemampuan pengembangan rendah
3.
84 109
Kelas c
Kemampuan pengembangan sedang
4.
110 134
Kelas d
Kemampuan pengembangan agak tinggi
5.
135 -160
Kelas e
Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
No.
Total Skor
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan merupakan suatu lahan yang menggambarkan tingkat kecocokan
sebidang tanah untuk suatu penggunaan tertentu. Menentukan kesesuian suatu lahan
menggunakan teknik overlay peta setiap faktor yaitu faktor kelerengan, kepekaan tanah
terhadap erosi dan intensitas hujan harian rata-rata yang nantinya akan didapatkan satuan
lahan menurut klasifikasi dan nilai skor dari ketiga tersebut. penetapan fungsi kawasan
dilakukan dengan cara menjumlah nilai skor dari ketiga faktor tersebut. Besarnya faktor
tersebut menggambarkan kemampuan lahan. Untuk mendapatkan kesesuaian lahan, maka
dapat dilakukan dengan cara overlay antara peta tata guna lahan dengan kemampuan lahan
untuk setiap satuan lahan.
1.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tenatang arahan kemampuan
lahan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan
tata ruang.
Tabel 6.24 Arahan Tata Ruang Kecamatan Sooko
Kemampuan Lahan
No
1.
Kelas
Kelas a
Kemampuan Pengembangan
Kemampuan pengembangan sangat rendah
2
3
4
5
Berdasarkan tabel 6.25, diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelas 3
dengan kemampuan pengembangan sangat tinggi. Kemampuan pengembangan ini
berarti arahan tata ruang pertanian dengan klasifikasi lahan tanaman setahun dengan
skor 5.
2.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan rasio penutupan
menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan rasio
penutupan.
Tabel 6.25 Arahan Klasifikasi Rasio Tutupan
Kelas Kemampuan
No.
Arahan Klasifikasi Rasio Tutupan
Lahan
1.
Kelas a
Non bangunan
2.
Kelas b
Rasio tutupan lahan maksimal 10 %
3.
Kelas c
Rasio tutupan lahan maksimal 20%
4.
Kelas d
Rasio tutupan lahan maksimal 30%
5.
Kelas e
Rasio tutupan lahan maksimal 50%
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Nilai
1
2
3
4
Berdasarkan tabel 6.26 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada
kelas e. Sehingga dari kelas tersebut dapat diketahu bahwa arahan klasifikasi rasio
tutupan lahan terdapat pada kriteria rasio tutupan lahan maksimal 50% dengan skor 4.
3.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan ketinggian
bangunan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang
arahan ketinggian bangunan.
Tabel 6.26 Arahan Ketinggian Bangunan
No.
1.
2.
3.
Kelas Kemampuan
Lahan
Kelas a
Kelas b
Kelas c
Arahan Ketinggian
Bangunan
Non bangunan
Non bangunan
Bangunan < 4 lantai
Nilai
1
2
3
VI-37
Berdasarkan tabel 6.27 diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak
pada kelas kemampuan lahan e. Sehingga dari kelas e ini diperoleh araha ketinggian
bangunan dengan klasifikasi bangunan >4 dengan skor 4.
4.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan pemanfaatan air
baku menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan
pemanfaatan air baku.
Tabel 6.27 Arahan Pemanfaatan Air Baku
Kelas
Arahan Pemanfaaatan Air
Kemampuan
Nilai
Baku
Lahan
1.
Kelas a
Sangat rendah
1
2.
Kelas b
Rendah
2
3.
Kelas c
Cukup
3
4.
Kelas d
5.
Kelas e
Sangat Baik
4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
No.
Berdasarkan tabel 6.28 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terlatak pada
kelas kemampuan lahan kelas e. Sehingga Kecamatan sooko memiliki arahan
pemanfaatan air baku dengan klasifikasi sangat baik dan memiliki skor 4.
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa
Kecamatan Sooko merupakan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ini dapat dimanfaatkan
untuk
pengembangan
pembangunan
Kecamatan
Sooko
dan
untuk
meningkatkan
VI-38
Peta 6.7
VI-39
Peta 6.8
VI-40
6.3.3
Fisik Binaan
A.
pendidikan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana keamanan,
sarana peribadatan, sarana RTH dan olahraga, sarana perdagangan dan jasa, sarana rekreasi
dan sosial budaya serta serta sarana perindustrian dan pergudangan. Dominasi penggunaan
lahan di Kecamatan Sooko didominasi oleh permukiman dan sarana perdagangan. Kecamatan
Sooko memiliki luas sebesar 2.346 Ha. Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko terdiri dri 8 Desa yang terdiri dari Desa Sooko,
Kecamatan Wringinrejo, Kecamatan Sambiroto, Kecamatan Kedungmaling, Kecamatan
Japan, Kecamatan Jampirogo, Kecamatan Gamekan dan Kecamatan Brangkal dengan total
luas BWP Kecamatan Sooko sebesar1.075 Ha. Berikut adalah penggunaan lahan di BWP
Kesamatan Sooko ditampilkan dalam tabel 6.28.
Tabel 6.28 Penggunaan Lahan BWP Kecamatan Sooko
Penggunaan Lahan
Permukiman
Industri
Kesehatan
Pemakaman
Pendidikan
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Keamanan
Rekreasi dan Sosial Budaya
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Olahraga
Pertanian
Jumlah
Sumber : Hasil survey, 2013
Luas Lahan
475,03
23,04
2,82
1,91
15,6
20,9
3,13
0,5
2,05
42,8
596,6
1184,38
Bedasarkan tabel 6.29, maka perbandingan prosentase lahan terbangun dengan lahan
tidak terbangun sebesar 51,19 : 48,81. Pembangunan Kecamatan Sooko mengikuti pola linier
yaitu pembangunannya mengikuti jalan utama. Namun dominasi penggunaaan lahan yang
mengikuti jalan utama berupa sarana perdagangan dan jasa serta sarana pemerintahan dan
pelayanan umum. Permukiman terletak di sekitar sarana perdagangan dan jasa serta sarana
pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga tidak terletakdi sepanjang jalan utama.
Penggunaan lahan ini dapat melengkapi dan menunjang kebutuhan masyarakat Kecamatan
Sooko dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan Sooko dilalui oleh jalan lingkar luar
yang menyebabkan arus perkembangan pembangunan cukup tinggi sehingga sarana
perdagangan dan jasa berkembang cukup tinggi. Pengembangan bagian wilayah yang
diprioritaskan adalah Kecamatan Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-41
promosi (PKLp), yang memiliki fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional
dan regional, pusat pemasaran hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada
Kabupaten Mojokerto. Sehingga penggunaan lahan di Kecamatan Sooko akan terus
meningkat setiap tahun dan penggunaan lahan tidak terbangun akan tergantikan dengan lahan
terbangun untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Untuk memenuhi
permintaan dan kebutuhan
VI-42
Peta 6.9
VI-43
B.
Desa
Modongan,
dan
Desa
Mojoranu.
Sedangkan
pola
Tingkat
Hunian
(Jiwa/unit)
3
4
10
8
1
7
4
4
4
Dari tabel 6.29 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian di BWP
Kecamatan Sooko rata rata keseluruhan adalah 4 jiwa/unit. Dalam perhitungan
analisis tingkat hunian rumah menunjukkan bahwa proyeksi kebutuhan rumah
diasumsikan bahwa satu rumah dihuni oleh satu keluarga dengan rata-rata keluarga
terdiri dari 5 jiwa.
Bedasarkan hasil proyeksi penduduk dari tahun 2013-2032 dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sehingga diasumsikan
seiring dengan pertambahan penduduk bertambah pula jumlah kebutuhan lahan
permukiman. Untuk itu diperlukan analisis proyeksi jumlah rumah hingga tahun 2032
sehingga dapat diperoleh luasan kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2032.
Bedasarkan Pedoman Perencanaan Permukiman Perkotaan, 2004 perhitungan
proyeksi kebutuhan perumahan didasarkan melalui perhitungan sebagai berikut:
VI-44
Jumlah
Penduduk
Perbandingan
KK-Rumah
Jumlah
rumah
eksisting
1358
4978 KK<Rumah
1284
4520 KK>Rumah
2244
7793 KK>Rumah
1236
4093 KK>Rumah
979
3534 KK<Rumah
2659
9577 KK>Rumah
4019
14141 KK>Rumah
914
2964 KK>Rumah
14693
51600 KK>Rumah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
1508
1158
749
509
2824
1372
3552
812
12484
Backlog
berdasarkan
Jumlah
Penduduk
4048
1548
2717
8313
Backlog
berdasarkan
jumlah KK
126
1495
727
1287
467
102
4204
Berikut adalah Proyeksi kebutuhan rumah tiap desa di BWP Kecamatan Sooko tahun 2013-2032.
Desa
2012
Pertambahan Rumah
Gamekan
1508
2013
1226
Brangkal
1158
1114
1219
1366
1531
1715
94
106
147
164
184
Kedungmaling
749
1920
2103
2356
2640
2957
2666
183
253
284
318
Sambiroto
509
1008
1104
1237
1386
1553
1224
96
133
149
167
Jampirogo
2824
871
954
1068
1197
1341
-1953
83
115
129
144
Japan
1372
2359
2584
2895
3244
3634
2274
225
311
349
391
Sooko
3552
3484
3815
4275
4790
5366
485
332
459
515
577
Wringinrejo
812
730
800
896
1004
1125
42
70
96
108
121
12711
13922
15599
17477
19582
4548
1211
1677
1878
2105
Total
12484
2017
1343
2022
1505
2027
1686
2032
1889
2013
-283
2017
117
2022
162
2027
181
2032
203
Berdasarkan tabel 6.31 tentang proyeksi rumah diatas kita dapat lihat bahwa pada
tahun 2013 pertambahan rumah yang dibutuhkan sebanyak 4548 rumah, pada tahun
2017 pertambahan rumah sebanyak 1211, tahun 2022 dibutuhkan rumah sebanyak
1677, pada tahun 2027 sebanyak 1878 dan tahun 2032 dibutuhkan rumah sebanyak
2105 sehingga total keseluruhan jumlah rumah yang dibutuhkan 20 tahun yang akan
datang sebanyak 11419 rumah yang tersebar dalam delapan desa. Untuk tahun 2013
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
VI-45
terdapat kelebihan rumah sebesar 283 rumah/KK atau sebesar 1160 jiwa penduduk di
Desa Gamekan dan sebesar 1953 rumah/KK atau 8007 jiwa penduduk di Desa
Jampirogo. Kondisi ini disebabkan karena kebutuhan rumah di dua desa tersebut
sudah terpenuhi di tahun sebelumnya. Kebutuhan rumah tersebut juga dipengaruhi
oleh bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya. Apabila jumlah penduduk
bertambah maka rumah yang dibutuhkan akan bertambah.
2. Persebaran Sarana di BWP Kecamatan Sooko
Persebaran fasilitas umum di BWP Kecamatan sooko dipengaruhi oleh tingkat
aksesibilitas jaringan jalan dan persebaran permukiman. Berikut adalah jumlah sarana
yang ada di Kecamatan Sooko.
a. Sarana Pendidikan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana pendidikan di BWP Kecamatan
Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.32 Jumlah Eksisting Sarana Pendidikan Tahun 2012
Eksisting Sarana
Jenis Sarana
Jumlah
(unit)
Luas
(m2)
KDB
KLB
Playgroup dan TK
17
3302,8
40% - 90%
0,40 1,20
SD
14
SMP
3
SMA
4
Perguruan Tinggi
1
Pendidikan non
67
formal
Sumber: Hasil Survey, 2013
97270
2060,2
7433,1
675,9
40% -70%
85%
60%
50%
0,40 1,20
0,85
0,6
0,5
9243,1
60%
1,2
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Standar
Luas
Lahan
Playgroup
dan TK
1250
500
SD
1600
2000
SMP
4800
9000
SMA
4800
12500
Jumlah
Penduduk
Total
52.787
Proyeksi
Penduduk
Menurut
Umur
Eksisting
Sarana
Jumlah Yang
Dibutuhkan
Jumlah
(unit)
Luas
(m2)
1.718
17
3302,8
690
494,76%
5.257
14
97270
6.570
532,62%
2.617
2060,2
4.910
1031,72%
2.491
7433,1
6.490
2007,23%
Jumlah
(unit)
Kapasitas
Pelayanan
(%)
Luas (m2)
VI-46
675,9
33
6588,8
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
Menurut
umur
1.881
5.757
2.866
2.728
87813
Jml. (unit)
750
4
1
1
7.200
5.370
7.100
Jumlah
Penduduk
64.775
Proyeksi
Menurut
umur
2.108
6.450
3.211
3.056
Jml. (unit)
Luas
(m2)
840
4
1
1
8.060
6.020
7.960
Pendidikan
non formal
Proyeksi Tahun 2027
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
Menurut
umur
Playgroup
danTK
2.362
SD
Jml. (unit)
950
7.227
9.030
72575
3.598
SMA
3.425
Perguruan
Tinggi
Pendidikan
non formal
Sumber: Hasil Analisis, 2013
6.740
8.920
SMP
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
Menurut
umur
Luas
(m2)
1.060
8.097
10.120
4.031
7.550
3.837
9.990
2.646
81.313
Jml. (unit)
VI-47
luas sebesar 690 m2. Sehingga jumlah dan luas yang dibutuhkan telah
memenuhi standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya. Proyeksi
kebutuhan play group dan TK pada tahun 2017 adalah sebanyak 2 unit
dengan luasan sebesar 840 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan TK
pada tahun 2022 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 830 m2.
Proyeksi kebutuhan play group dan TK pada tahun 2027 adalah sebanyak
2 unit dengan luasan sebesar 950 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan
TK pada tahun 2032 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 1.060
m2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan
penambahan jumlah dan luasan play group dan TK. Untuk analisis KDB
dan KLB sarana pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk
bangunan umum, dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan
untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi
eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana
pendidikan di Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
2) Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,
Sekolah Dasar (SD) hanya terdapat 14 unit dengan luas sebesar 97270 m2.
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 4 unit dengan
total luas sebesar 6.843 m2. Sehingga luas yang dibutuhkan telah
memenuhi belum standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya.
Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2017 adalah sebanyak
4 unit dengan luasan sebesar 7.196 m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar
(SD) pada tahun 2022 adalah sebanyak 4 unit dengan luasan sebesar 8.062
m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2027 adalah
sebanyak 5 unit dengan luasan sebesar 9.034 m2. Proyeksi kebutuhan
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2032 adalah sebanyak 5 unit dengan
luasan sebesar 10.121 m2. Sarana pendidikan yang berupa Sekolah Dasar
(SD) sudah melayani semua desa yang ada di Kecamatan Sooko.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan penambahan
jumlah dan luasan Sekolah Dasar (SD). Aanalisis KDB dan KLB sarana
pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum,
VI-48
sebesar 5.487 m2. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pendidikan,
standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana
untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya
adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada,
maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan di
Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,
Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya terdapat 3 unit dengan luas sebesar
7433,1. Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2013 dibutuhkan
sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 6755,2 m2. Sehingga luas yang
VI-49
dibutuhkan sudah
memenuhi
VI-50
kebutuhan. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pendidikan umu, standar
yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana untuk KDB
standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6.
Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa
disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan di Kecamatan
Sooko sudah memenuhi standar.
b. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana pemerintahan dan pelayanan umum
yang ada di BWP Kecamatan Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.35 Jumlah Eksisting Sarana PPU Tahun 2012
Eksisting
Jumlah (unit)
Luas (m2)
Kantor Kecamatan
1
560,6
Kantor Desa
7
1475,6
KUA
1
256,6
BANK
1
73,38
Kantor Polisi
1
656,6
Kantor dinas
13
12261,02
Sumber: Hasil Survey, 2013
Jenis Sarana
KDB
KLB
60%
60%
70%
90%
80%
75%
0,6
0,6
0,7
0,9
0,8
0,75
Daya
Tampung
(jiwa)
Eksisting
Luas
(m2)
Kantor
120.000
2.500
Kecamatan
Kantor Desa
30.000
1.000
KUA
120.000
750
BANK
Kantor Polisi
Kantor Dinas
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Jml.
Pddk
52.787
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jumlah Yang
Dibutuhkan
Jml.
(unit)
Luas(m2)
Kapasitas
Pelayanan
(%)
561
1.100
7
1
1
1
13
1.476
257
73
657
12.261
2
0
1.760
330
13
1
VI-51
sebanyak 1 unit dengan luas 323 m2 dan skala pelayanan sebesar 1 %. Selain
itu terdapat juga Bank, kantor polisi dan Kantor Dinas namun pemerintahan
dan pelayanan umum tersebut tidak dapat di proyeksikan. Berdasarkan analisis
pemerintahan dan pelayanan umum dapat diketahui bahwa tidak diperlukan
penambahan unit kantor kecamatan, kantor Desa dan KUA namun dibutuhkan
peningkatan kuaalitas bangunan yaitu penambahan luas. Kantor kecamatan
membutuhkan penambahan luas sebesar 951 m2 , kantor Desa memerlukan
penambahan luas sebesar 944 m2 dan kantor urusan agama memerlukan
penambahanluas sebesar 197 m2.
VI-52
Tabel 6.37 Analisis Kebutuhan Sarana PPU BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Jenis Sarana
Kantor
Kecamatan
Kantor Desa
57813
KUA
BANK
Kantor Polisi
Kantor Dinas
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Penambahan
Jml.
Luas
(unit)
1.204
1.349
1.512
1.694
1.133
1.927
2.159
2.419
2.711
-4
1.235
361
405
454
508
252
64.775
72.575
-
81.315
-
VI-53
kantor kecamatan pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar
1.100 m2. Proyeksi kebutuhan kantor kecamatan pada tahun 2022 adalah sebanyak
1 unit dengan luasan sebesar 1.204 m2. Proyeksi kebutuhan kantor kecamatan pada
tahun 2027 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 1.349 m2. Proyeksi
kebutuhan kantor kecamatan pada tahun 2032 adalah sebanyak 1 unit dengan
luasan sebesar 1.512 m2. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang berupa
kantor kecamatan sudah melayani semua desa yang ada di Kecamatan Sooko.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperlukan penambahan luasan kantor
kecamatan sebesar 951 m2. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan
dan pelayanan umu, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum,
dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya
adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa
disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di
Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
2) Kantor Desa
Berdasarkan data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Kecamatan Sooko, kantor Desa hanya terdapat 7 unit dengan luas sebesar 1475,6
m2 . Kantor Desa pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 2 unit dengan total luas
sebesar 1.720 m2. Sehingga luas yang dibutuhkan belum memenuhi belum standar
dari jumlah dan kapasitas pelayanannya. Proyeksi kebutuhan kantor Desa pada
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VI-54
tahun 2017 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 1.760 m2. Proyeksi
kebutuhan kantor Desa pada tahun 2022 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan
sebesar 1.927 m2. Proyeksi kebutuhan kantor Desa
sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 2.159 m2. Proyeksi kebutuhan kantor Desa
pada tahun 2032 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 2.419 m2. Sarana
pemerintahan dan pelayanan umum yang berupa kantor Desa sudah melayani
semua desa yang ada di Kecamatan Sooko. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan diperlukan
Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umu, standar
yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana untuk KDB
standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika
dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa
KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Sooko
sudah memenuhi standar.
3) Kantor Urusan Agama (KUA)
Berdasarkan data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Kecamatan Sooko, Kantor Urusan Agama (KUA) hanya terdapat 1 unit dengan
luas sebesar 257 m2. Kantor Urusan Agama (KUA) pada tahun 2013 dibutuhkan
sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 323 m2. Sehingga luas yang dibutuhkan
belum memenuhi belum standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya. Proyeksi
kebutuhan Kantor Urusan Agama (KUA) pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 unit
dengan luasan sebesar 330 m2. Proyeksi kebutuhan Kantor Urusan Agama (KUA)
pada tahun 2022 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 361 m2. Proyeksi
kebutuhan Kantor Urusan Agama (KUA) pada tahun 2027 adalah sebanyak 1 unit
dengan luasan sebesar 405 m2. Proyeksi kebutuhan Kantor Urusan Agama (KUA)
pada tahun 2032 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 454 m2. Sarana
pemerintahan dan pelayanan umum yang berupa Kantor Urusan Agama (KUA)
sudah melayani semua desa yang ada di Kecamatan Sooko. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan diperlukan
(KUA) sebesar 197 m2. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan dan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VI-55
pelayanan umu, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum,
dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya
adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa
disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di
Kecamatan Sooko belum memenuhi standar.
4) Bank
Berdasarkan data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Kecamatan Sooko, bank hanya terdapat 1 unit dengan luas sebesar 73 m2. Untuk
proyeksi kebutuhan untuk 20 tahun mendatang tidak ada proyeksi kebutuhan.
Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umu, standar
yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana untuk KDB
standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika
dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa
KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Sooko
belum memenuhi standar.
5) Kantor polisi
Berdasarkan data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Kecamatan Sooko, kantor polisi hanya terdapat 1 unit dengan luas sebesar 657
m2. Untuk proyeksi kebutuhan untuk 20 tahun mendatang tidak ada proyeksi
kebutuhan. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan
umu, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana untuk
KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6.
Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan
bahwa KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan
Sooko belum memenuhi standar.
6) Kantor dinas pemerintahan
Berdasarkan data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Kecamatan Sooko, kantor polisi hanya terdapat 1 unit dengan luas sebesar 12.261
m2. Untuk proyeksi kebutuhan untuk 20 tahun mendatang tidak ada proyeksi
kebutuhan. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VI-56
umu, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana untuk
KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6.
Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan
bahwa KDB dan KLB sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan
Sooko belum memenuhi standar.
c. Sarana Keamanan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana keamanan di BWP Kecamatan Sooko
beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.38 Jumlah Eksisting Sarana Keamanan Tahun 2012
Jenis Sarana
pos keamanan, pos satpam, pos ronda dan pos kamling
Eksisting
Sarana
Jumlah Luas
(unit)
(m2)
11
399,69
KDB
KLB
100%
Luas
Lahan
(m2)
Jumlah
Penduduk
yang
Dilayani
Pos
12
2.500
Keamanan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
jumlah
penduduk
2013
Eksisting
Tahun 2013
Kebutuhan
Tahun 2013
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
11
400
21
52.787
Luas
(m2)
253
Kapasitas
Pelayanan
52
Secara keseluruhan sarana keamanan yang ada di Kecamatan Sooko terdiri dari pos
keamanan, pos satpam, pos ronda dan pos kamling dengan jumlah sebanyak 11 unit
dengan luas sebesar 400 m2 dan skala pelayanan sebesar 53 %. Berikut merupakan
analisis kebutuhan sarana keamanan untuk BWP Kecamatan Sooko.
VI-57
Tabel 6.40 Analisis Kebutuhan Sarana Keamanan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Jenis
Sarana
Jml.
(unit)
Pos
Keamanan,
57.813
23
Pos
Kamling,
Pos
Satpam
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Penambahan
Luas
(m2)
Jml.
Penduduk
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
Penduduk
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
Penduduk
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
278
64.775
26
311
72.575
29
348
81.315
33
390
22
-9
VI-58
m2. Proyeksi
kebutuhan tahun 2022 dibutuhkan 23 unit sarana keamanan dengan luas 278 m2.
Proyeksi kebutuhan tahun 2027 dibutuhkan 26 unit sarana keamanan dengan luas
311 m2. Proyeksi kebutuhan tahun 2032 dibutuhkan 29 unit sarana keamanan
dengan luas 348 m2. Untuk penambahan sarana keamanan diperlukan 18 unit
namun untuk luas tidak perlukan penamabhan luas, karena berdasarkan standar
luas sarana keamanan sudah memenuhi standar namun untuk persebaran jumlah
sarana keamanan belum memebuhi kebutuhan masyarakat. Analisis KDB dan
KLB sarana keamanan menggunakan standar untuk bangunan umum yaitu KDB
standar adalah 40%-60%, dan untuk KLB standar adalah 0,5 0,6 dari standar
tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi eksisting sarana keamanan yaitu
100% dan untuk KLB adalah 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KDB dan
KLB sarana keamanan di Kecamatan Sooko belum memenuhi standar.
d. Sarana Peribadatan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana peribadatan yang ada di BWP
Kecamatan Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.41 Kebutuhan dan Kapasitas Sarana Peribadatan BWP
Kecamatan Sooko Tahun 2013
Jenis
Sarana
Mushalla
Masjid
Warga
Masjid
Lingkungan
Masjid
Kecamatan
Luas
Lahan
(m2)
Jumlah
Penduduk
yang
Dilayani
100
Jumlah
Penduduk
tahun
2012
Eksisting Tahun
2013
Kebutuhan Tahun
2013
Kapasitas
Pelayanan
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
250
143
11.828
211
21.115
68
600
2.500
18
5.392
21
12.669
85
3.600
30.000
3.394
6.334
455
5.400
120.000
580
2.375
227
52.787
VI-59
VI-60
Tabel 6.42 Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
tahun
2017
Mushalla
Masjid
Warga
57.813
Masjid
Lingkungan
Masjid
Kecamatan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Proyeksi
Kebutuhan Tahun
2017
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
231
Jumlah
Penduduk
tahun
2022
Proyeksi Kebutuhan
Tahun 2022
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
23.125
259
23
13.875
6.938
2.602
64.775
Jumlah
Penduduk
tahun
2027
Proyeksi Kebutuhan
Tahun 2022
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
25.910
290
26
15.546
7.773
2.915
72.575
Jumlah
Penduduk
tahun
2032
Proyeksi
Kebutuhan Tahun
2032
Penambahan
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
29.030
325
32.526
182
20.698
29
17.418
33
19.516
15
14.124
8.709
9.758
6.364
3.266
3.659
3.079
81.315
VI-61
masjid warga pada tahun 2032 adalah sebanyak 29 unit dengan luasan sebesar
17.418 m2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperlukan penambahan
VI-62
jumlah dan luasan masjid warga sebaanyak 11 unit dengan penambahan luasan
lahan sebesar 12.026 m2.
3) Masjid Lingkungan
Berdasarkan data persebaran sarana peribadatan Kecamatan Sooko, masjid
lingkungan terdapat 8 unit. Kebutuhan masjid lingkungan pada tahun 2013
dibutuhkan sebanyak 2 unit dengan total luas sebesar 6.192 m2. Sehingga
jumlah dan luas yang dibutuhkan belum memenuhi standar dari jumlah dan
kapasitas pelayanannya pada tahun 2013. Proyeksi kebutuhan masjid
lingkungan pada tahun 2017 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar
6.334 m2. Proyeksi masjid lingkungan pada tahun 2022 adalah sebanyak 2
unit dengan luasan sebesar 6.938 m2. Proyeksi kebutuhan masjid lingkungan
pada tahun 2027 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 7.773 m2.
Proyeksi kebutuhan masjid lingkungan pada tahun 2032 adalah sebanyak unit
dengan luasan sebesar 8.709 m2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
diperlukan penambahan luasan masjid lingkungan sebesar 5.315 m2.
4) Masjid Kecamatan
Berdasarkan data persebaran sarana peribadatan Kecamatan Sooko, masjid
lingkungan terdapat 1 unit. Kebutuhan masjid kecamatan pada tahun 2013
dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 2.322 m2. Sehingga
jumlah dan luas yang dibutuhkan belum memenuhi standar dari jumlah dan
kapasitas pelayanannya pada tahun 2013. Proyeksi kebutuhan masjid
kecamatan pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar
2.375 m2. Proyeksi masjid kecamatan pada tahun 2022 adalah sebanyak 1 unit
dengan luasan sebesar 2.602 m2. Proyeksi kebutuhan masjid kecamatan pada
tahun 2027 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 2.915 m2. Proyeksi
kebutuhan masjid kecamatan pada tahun 2032 adalah sebanyak 1 unit dengan
luasan sebesar 3.266
VI-63
e. Sarana Kesehatan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana kesehatan yang ada di BWP Kecamatan
Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.43 Jumlah Eksisting Sarana Kesehatan Tahun 2012
Eksisting Sarana
Jenis Sarana
Jumlah
(unit)
Praktek dokter
1
puskesmas
1
Puskesmas pembantu
8
Rumah sakit
1
Sumber: Hasil Survey, 2013
Luas
(m2)
150,5
120
1256,66
3789,4
KDB
KLB
100%
80%
80%
60%
1
0,8
0,8
1,2
Standar
Daya
Tampung
(jiwa)
Luas
(m2)
5.000
Puskesmas
Puskesmas
pembantu
Jenis Sarana
Praktek Dokter
Jumlah
Penduduk
Jumlah Yang
Dibutuhkan
Jumlah
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
Luas(m2)
18
151
11
190
120.000
1.000
120
440
30.000
300
1.257
528
3.789
52.787
Rumah sakit
Sumber: Hasil Analisis, 2013
VI-64
VI-65
VI-66
Tabel 6.45 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Proyeksi Tahun 2017
Jenis
Sarana
Jml
Penduduk.
Praktek
Dokter
Puskesmas
57.813
Puskesmas
Pembantu
Rumah sakit
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Jml. (unit)
Luas
(m2)
12
208
482
578
Jml.
Penduduk
64.775
Jml.
(unit)
Luas(m2)
13
233
540
648
72.575
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
15
261
605
726
81.315
Penambahan
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
16
293
15
142
678
558
813
-5
-444
VI-67
VI-68
dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya
adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada, maka
bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana kesehatan di Kecamatan Sooko
belum memenuhi standar.
3) Puskesmas pembantu
Proyeksi kebutuhan puskesmas pembantu pada tahun 2017 adalah sebanyak 2
unit dengan luasan sebesar 528 m2. Proyeksi kebutuhan puskesmas pembantu
pada tahun 2022 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 578 m2.
Proyeksi kebutuhan puskesmas pembantu pada tahun 2027 adalah sebanyak 2
unit dengan luasan sebesar 648 m2. Proyeksi kebutuhan puskesmas pembantu
pada tahun 2032 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 726 m2.
Analisis KDB dan KLB sarana kesehatan, standar yang digunakan yaitu
standar untuk bangunan umum, dimana untuk KDB standarnya adalah 40%60%, dan untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan
kondisi eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB
sarana kesehatan di Kecamatan Sooko belum memenuhi standar.
4) Rumah Sakit
Proyeksi kebutuhan rumah sakit belum memiliki standar. Kecamatan Sooko
sudah mememiliki rumah sakit, sehingga untuk kebutuhan masyarakat berupa
rumah sakit sudah dapat memenuhi kebutuhan.
f. Sarana RTH dan Olahraga
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana RTH dan olahraga yang ada di BWP
Kecamatan Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.46 Kebutuhan dan Kapasitas Sarana RTH dan Olahraga BWP
Kecamatan Sooko Tahun 2013
Jenis
Sarana
Lapangan
Standar
( SNI 03-17332004)
Daya
Tampung
(jiwa)
Luas
(m2)
30.000
9.000
Jumlah
Penduduk
tahun
2013
52.787
Jumlah yang
dibutuhkan
Jumlah Eksisting
Jumlah
(unit)
13
Luas
(m2)
23.115
Jumlah
(unit)
2
Luas
(m2)
15.836
Kapasitas
Pelayanan
739
VI-69
Berikut adalah analisis kebutuhan dan kapasitas sarana RTH dan olahraga di BWP
Kecamatan sooko.
Tabel 6.47 Analisis Kebutuhan Sarana RTH dan Olahraga BWP
Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Proyeksi Tahun 2017
Jenis
Sarana
Lapangan
Jml.
Penduduk.
Jml.
(unit)
Luas (m2)
Jml.
Penduduk.
Jml. (unit)
Luas (m2)
57.813
17.344
64.775
19.433
Jml. (unit)
Penambahan
72.575
2
21.773
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Jml.
Penduduk
Jml. (unit)
Luas (m2)
81.315
24.395
Jml.
(unit)
Luas
(m2)
Secara keseluruhan sarana RTH dan Olahraga yang ada di Kecamatan Sooko
hanya terdapat lapangan dengan jumlah sebanyak 13 unit dengan luas sebesar
23.115 m2 dan skala pelayanan sebesar 756 %. Berdasarkan analisis sarana RTH
dan Olahraga dapat diketahui bahwa kebutuhan tahun 2013 dibutuhkan 2 unit
dengan luas 15.480 m2. Untuk proyeksi kebutuhan tahun 2017 dibutuhkan 2 unit
lapangan dengan luas 15.836 m2. Proyeksi kebutuhan tahun 2022 dibutuhkan 2
unit lapangan dengan luas 17.344 m2. Proyeksi kebutuhan tahun 2027 dibutuhkan
2 unit lapangan dengan luas 19.433 m2. Proyeksi kebutuhan tahun 2032
dibutuhkan 2 unit lapangan dengan luas 21.773 m2. Berdasarkan proyeksi yang
dilakukan dapat diketahui bahwa tidak diperlukan penambahan jumlah dan luas
lapangan.
g. Sarana Industri dan Pergudangan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana industri dan pergudangan yang ada di
BWP Kecamatan Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.48 Kebutuhan dan Kapasitas Sarana Industri dan Pergudangan BWP
Kecamatan Sooko Tahun 2013
Jenis
Sarana
Standar
Daya
Luas
Jumlah
Penduduk
Eksisting
Jumlah
Luas
Jumlah Yang
Dibutuhkan
Jml.
Luas(m2)
Kapasitas
Pelayanan
(% )
VI-70
pabrik
Tampung
(jiwa)
(m2)
gudang
Sumber: Hasil Analisis, 2013
52.787
(unit)
(m2)
(unit)
10
24787
17
21613
Sarana Industri dan pergudangan di Kecamatan Sooko terdiri dari pabrik dan
pergudangan. Kecamatan Sooko memiliki 10 unit pabrik dengan luas 24.787 m2
dan 17 unit gudang dengan luas 21.613 m2. Untuk sarana industri dan pergudangan
yang berupa pabrik dan gudang tidak memiliki analisis proyeksi kebutuhan
sehingga untuk kebutuhan 20 tahun mendatang tidak dapat diperkirakan kebutuhan
untuk Kecamatan Sooko. Namun perindustrian dan pergudangan dapat terus
meningkat karena Kecamatan Sooko diarahkan untuk mengembangan kawasan
perdagangan utama di Kabupaten Mojokerto denan skala pelayanan regional.
h. Sarana Rekreasi dan Sosial Budaya
Sarana rekreasi dan sosial budaya di Kecamatan Sooko terdiri dari taman rekreasi.
Kecamatan Sooko memiliki 2 unit taman rekreasi dengan luas 10.892m2. Untuk
rekreasi dan sosial tidak memiliki analisis proyeksi kebutuhan sehingga untuk
kebutuhan 20 tahun mendatang sehingga tidak dapat diperkirakan kebutuhan untuk
Kecamatan Sooko. Sarana Rekreasi ini terletak di jalan utama Kecamatan Sooko
yaitu di Desa Kedungmaling dan Desa Jampirogo sehingga taman rekreasi ini
mudah di akses oleh masyarakat. Selain itu terdapat pula situs bersejarah berupa
barang-barang peninggalan Kerajaan Mojopahit yang terdapat di Desa Klinterejo.
Peninggalan-peninggalan berupa: yoni, sandaran arca, lumping batu, jaladwara,
balok batu dan umpak. Peninggalan yang paling menarik adalah yoni dalam
ukuran besar, berbentuk balok, berukuran panjang 191 cm, lebar 184 cm dan
tinggi 121 cm.
VI-71
Peta 6.10
VI-72
Peta 6.11
VI-73
Peta 6.12
VI-74
Peta 6.13
VI-75
Peta 6.14
VI-76
Peta 6.15
VI-77
Peta 6.16
VI-78
Peta 6.17
VI-79
Peta 6.18
VI-80
Peta 6.19
VI-81
Peta 6.20
VI-82
6.3.4
A.
Kecamatan ini. Wilayah yang terkena dampak antaralain daerah sekitar bantaran Sungai
Brangkal. Menurut sejarahnya, bencana banjir yang besar terjadi di Kecamatan Sooko pada tahun
2004. Daerah yang terkena bencana banjir, adalah desa yang berbatasan langsung dengan Sungai
Brangkal, yaitu Desa Sooko, Desa Brangkal, Desa Kedungmaling, Desa Japan, Desa Jampirogo,
Desa wringinrejo, Desa Sambiroto. Penyebabnya adalah hujan deras yang terus berlangsung
selama 2-3 hari sehingga sungai tidak mampu lagi menampung luapan yang terjadi. Hal ini
disebabkan juga oleh konsisi sungai yang pada waktu itu masih belum bertanggul. Banjir tersebut
berlangsung selama 2-3 hari berturut-turut.
B.
fungsi dan daya dukung lingkungan, Kecamatan Sooko digolongkan kepada kawasan rawan
bencana, bencana yang terjadi pada Kecamatan Sooko adalah bencana banjir, sehingga
Kecamatan Sooko merupakan Kecamatan yang termasuk didalam kawasan strategis fingsi dan
daya dukung lingkungan, yaitu kawasan rawan bencana banjir.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto,
(Pendopo Kabupaten), arahan jalur evakuasi dengan memanfaatkan ruas jalan kolektor dan arteri
yang menghubungkan kota Mojokerto dengan kawasanrawan bencana yang berada pada
Kecamatan Bangsal, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Jatirejo,
Kecamatan Puri, Kecamatan Sooko, dan Kecamatan Trowulan.
Berikut merupakan nama desa yang terdapat pada Kecamatan Sooko sebagai jalur
evakuasi bencana banjir pada Kecamatan Sooko.
1. Jalan lokal Desa Sooko ke ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sooko
2. Jalan lokal Desa Modongan ke ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sooko
3. Jalan lokal Desa Sambiroto ke ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sooko
4. Jalan lokal Desa Wringinrejo ke ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sooko
5. Jalan lokal Desa Brangkal ke ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sooko
VI-83
C.
bencana, berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto terdapat kebijakan dan strategi kawasan
lindung, diantaranya adalah pelaksanaan mitigasi dan pengembangan risiko pada kawasan rawan
bencana.
Adapaun strategi yang akan dikembangkan dalam penataan kawasan rawan bencana
dilakukan melalui strategi pelaksanaan mitigasi dan pengembangan manajemen risiko pada
kawasan rawan bencana tersebut, meliputi:
1.
Menetapkan zona bahaya dan zona aman pada kawasan rawan bencana letusan
gunung berapi, tanah longsor, banjir dan kekeringan
2.
Mengembangkan sistem pencegahan dan kesiapsigaan sesuai sifat dan jenis bencana,
serta karakteristik wilayah
3.
4.
6.4
6.4.1
A.
VI-84
Tabel 6.49 Analisis Pelayanan Jaringan Jalan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
No.
Nama
Jalan
Hirarki
Jalan
Aksesibilitas
1.
Jalan
ByPass
Arteri
Sekunder
2.
Jalan Raya
Brangkal
Arteri
Sekunder
3.
Jalan RA.
Basuni
Kolektor
Sekunder
Jalan
Wijaya
Kusuma
Lokal
Primer
4.
Mobilitas
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
pergerakan bekerja
serta perdagangan
dan industri
yaitu menuju Kota
Surabaya.
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
pergerakan bekerja
serta perdagangan
dan industri
yaitu menuju Kota
Surabaya.
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
pergerakan bekerja,
belanja dan
bersekolah yaitu
menuju pada pusatpusat kegiatan di
Kecamatan Sooko
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
Kondisi
Jalan
Keselamatan
Kecepatan
Tempuh
Rata-Rata
Minimal
30km/jam
Baik dengan
perkerasan
aspal hotmix
Baik dengan
perkerasan
aspal hotmix
Minimal
30km/jam
Baik dengan
perkerasan
aspal
Minimal
20km/jam
Baik dengan
perkerasan
aspal
Minimal
20km/jam
VI-85
No.
Nama
Jalan
Hirarki
Jalan
Aksesibilitas
ini menghubungkan
Kecamatan Sooko dengan
kecamatan lainnya.
5.
Jalan
KH.Ismail
Lokal
sekunder
6.
Jalan
Kamas
Setyoadi
Lokal
sekunder
Mobilitas
pergerakan bekerja,
belanja dan
bersekolah yaitu
menuju pada pusatpusat kegiatan di
Kecamatan Sooko
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
pergerakan bekerja,
belanja dan
bersekolah yang
menuju pada pusatpusat kegiatan di
Kecamatan Sooko
Pergerakan orang
dan barang yang
melewati jalan ini
adalah berupa
pergerakan bekerja,
belanja dan
bersekolah yang
menuju pada pusatpusat kegiatan di
Kecamatan Sooko
Kondisi
Jalan
Keselamatan
Kecepatan
Tempuh
Rata-Rata
Baik dengan
perkerasan
aspal
Minimal
20km/jam
Baik dengan
perkerasan
aspal
Minimal
20km/jam
VI-86
bekerja
disektor
industri
dan
pemerintahan
serta
Status jalan
Panjang jalan (km)
Nasional/negara
propinsi
57.542
Kab/Kota
272.821
Desa
725.853
Sumber : Hasil Survey, 2013
Kelas jalan
Kelas I
Kelas II
Kelas IIIA
Kelas IIIB
Kelas IIIC
Sumber: Hasil Survey, 2013
Panjang Jalan
57.542
5.742
267.079
Fungsi jalan
Jalan Fungsi jalan di Kecamatan Sooko dianalisis berdasarkan kesesuaian
Hierarki jalan
Arteri Sekunder
Arteri primer
Kolektor primer
Kolektor sekunder
Lokal primer
Lokal sekunder
Rumaja (m)
> 11
> 11
>9
>9
> 6,5
> 6,5
Rumija (m)
> 13
>13
> 11
> 11
> 8,5
> 8,5
Ruwasja (m)
> 26
> 26
> 19
> 14
> 11,5
> 9,5
Kecamatan
(km/jam)
> 30
>60
> 40
> 20
> 20
> 10
Nama Jalan/
Lokasi Titik
Jalan Raya
Brangkal
Rumaja
14 m
Dimensi
Rumija
16,35 m
Ruwasja
21 m
Hierarki
Arteri
sekunder
2.
Jalan Bypass
14 m
16,35 m
21 m
Arteri
sekunder
3.
Jalan RA.Basuni
7,2 m
21,3 m
22,1 m
Kolektor
sekunder
4.
Jalan KH.Ismail
5,5
6,1 m
6,5 m
Lokal
sekunder
5.
Jalan Kamas
Setyoadi
6,5 m
7,2 m
Lokal
sekunder
6.
Jalan Wijaya
Kusuma
6m
7m
7,5 m
Lokal
primer
Analisis Evaluatif
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Tidak sesuai
dengan PP No 34
Tahun 2006
Berdasarkan hasil analisis, 99,86% jalan sudah sesuai dan 0,14% jalan di
Kecamatan Sooko tidak sesuai dengan standar PP No. 34 tahun 2006 berdasarkan
fungsi jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder,
lokal primer dan lokal sekunder. Dengan demikian, jalan yang tidak sesuai dengan
standar, perlu adanya pengawasan jalan dan pengaturan lalu lintas di jalan Jalan
Raya Brangkal, Jalan Bypass, Jalan RA.Basuni, Jalan KH.Ismail Jalan Kamas
Setyoadi dan Jalan Wijaya Kusuma
D.
Kedungmaling dan DesaJampirogo. Ruas jalan ini meliki rumaja (ruang manfaat
jalan) sebesar 16,35 meter, rumija (ruang milik jalan) sebesar 17,00 meter dan
ruwasja (ruang manfaat jalan) dengan lebar 22,85 meter. Panjang Jalan Raya By
Pass di Kecamatan Sooko ialah 0,36 km. Jalan Raya By Pass merupakan jalan
arteri sekunder dan merupakan jalan yang menghubungkan Surabaya- jombang.
Kemudian Jalan RA. Basuni terletak di Desa Sambiroto, Desa Jampirogo,
desa Japan dan Desa Sooko. Jalan ini memiliki rumaja sebesar 7,2 meter, rumija
sebesar 16,20 meter dan ruwasja sebesar 22,10 meter dengan panjang jalan 3,88
km. Perkerekasan jalan RA. Basuni merupakan aspal dengan kondisi yang masih
baik, selain itu Jalan RA. Basuni merupakan jalan kolektor sekunder dan
menghubungkan Kecamatan Sooko dengan Kota Mojokerto. Namun, lebar jalan
RA. Basuni belum sesuai dengan standar, sedangkan fungsi jalan pada ruas ini
dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, perkantoran, kesehatan, perdagangan
dan jasa serta kegiatan industri. Sehingga ruas jalan ini padat pada saat peak hours
dan di butuhkan pelebaran jalan agar tidak terjadi tundaan.
Jalan lokal primer yang ada di Kecamatan Sooko salah satunya ialah Jalan
Wijaya Kusama yang menghubungkan kecamatan Sooko dengan Kecamatan Puri.
Jalan wijaya Kusuma terletak di Desa Sooko dengan perkerasan jalan berupa
aspal. Lebar Jalan Wijaya Kusuma sebesar 6,75 meter dengan rumaja sebesar 6
meter. Tata guna lahan sepanjang jalan ini terdiri dari perumahan dan
perdagangan dan jasa. Dengan fungsi jalan tersebut ruas jalan ini ramai dilewati
dan terkadang menimbulkan tundaan di pagi hari.
Jalan lokal sekunder yang ada di Kecamatan Sooko salah satunya adalah
Jalan Kamas Setyoadi yang menghubungkan Desa Kedung Maling dengan Desa
Sambiroto. Perkerasan jalan ini adalah aspal dengan lebar rumija sebesar 6,00
meter dengan lebar keseluruhan jalan 7,9 meter. Pelengkap jalan yang ada adalah
papan nama jalan dan lampu penerangan jalan. Pada pagi hari jalan ini ramai
dilewati penduduk karena terdapat pasar yang menjadi tempat penduduk
Kecamatan Sooko untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan juga terdapat
Kantor Desa Kecamatan Sooko.
Jalan lingkungan yang digambarkan pada penampang jalan pada
Kecamatan Sooko ialah Jalan Asparagus yang terdapat di Desa Sooko .
Perkerasan Jalan Asparagus berupa paving dengan kondisi yang masih baik. Lebar
rumaja pada jalan ini sebesar 3,4 meter dengan ruwasja 4,1 meter. Pelengkap jalan
yang ada berupa papan nama jalan dan lampu penerangan.
E.
diketahui melalui besarnya volume kendaraan yang melintas di ruas jalan. Untuk
mengetahui besarnya volume suatu ruas jalan maka dilakukan survey laju harian
rata-rata. Survei laju harian rata-rata di Kecamatan Sooko dilakukan di dua titik
ruas jalan yaitu Jalan Raya By Pass, Jalan Raya Brangkal dan Jalan RA Basuni.
Dipilihnya ketiga jalan ini dikarenakan kedua jalan ini merupakan jalan hirarki
tertinggi di Kecamatan Sooko dan yang berpotensi menjasi titik kemacetan karena
aktivitas masyarakat terkait guna lahan di sepanjang jalan ini. Survei laju harian
rata-rata ini dilakukan pada hari sibuk yaitu hari Senin-Jumat dan hari libur yaitu
hari Sabtu dan Minggu dengan mengambil dua peak hour yaitu pagi hari pukul
06.00-08.00 dan sore hari pukul 16.00-18.00.
Tingkat pelayanan jalan atau Level of Service (LOS) adalah menunjukan
kondisi ruas jalan secara keseluruhan. Tingkat pelayanan memiliki kaitan dengan
kecepatan operasi dan fasilitas jalan, dimana hal itu tergantung pada perbandingan
antara arus kapasitas suatu jalan. Tingkat pelayanan suatu jalan ditentukan
berdasarkan nilai kuantitatif seperti V/C, kecepatan, dan penilaian kualitatif
seperti kebebasan pengemudi dalam menentukan kecepatan, derajat kejenuhan
lalu lintas, keamanan dan kenyamanan, atau dengan kata lain tingkat pelayan
suatu jalan tergantung pada arus lalu lintas jalan tersebut. Perhitungan tingkat
pelayanan suatu jalan dapat dilakukan dengan menghitung derajat kejenuhan pada
jalan tersebut.
Derajat kejenuhan (DS) merupakan rasio volume (arus) lalu lintas terhadap
kapasitas untuk suatu pendekatan, dimana kapasitas tersebut digunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS
menunjukan ada tau tidaknya masalah kapasitas pada segmen jalan tertentu.
Dengan asumsi, apabila ruas jalan makin dekat dengan kapasitasnya, maka
kemudahan semakin terbatas. Berikut adalah persamaan yang digunakan (MKJI,
1997):
Keterangan:
DS =
Q
c
DS
: Derajat Kejenuhan
: Kapasitas
Karakteristik-Karakteristik
1.
Batas Lingkup
V/C
0,00 0,19
0,20 0,44
0,45 0,74
0,75 0,84
0,85 1,0
> 1,0
Kapasitas Jalan
Terdapat tiga ruas jalan di Kecamatan Sooko yang akan dihitung
kapasitas jalannya, yaitu Jalan RA.Basuni, Jalan Bypass dan Jalan Raya
Brangkal. Pemilihan ketiga ruas jalan tersebut berdasarkan tingkat hirarki,
yaitu arteri sekunder dan kolektor sekunder yang dinilai memiliki fungsi
penting di dalam sistem transportasi di Kecamatan Sooko maupun
regional.
Kapasitas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat
ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri,
lingkungan dan komposisi lalu lintas) yang dinyatakan dalam satuan massa
penumpang (smp/jam).Menurut Indonesian Highway Capacity Manual
(IHCM, 1997), persamaan umum untuk menghitung kapasitas suatu ruas
jalan untuk daerah perkotaan adalah sebagai berikut:
C
Keterangan:
C
= Kapasitas (smp/jam)
Co
KapasitasDasar
(smp/jam)
1.650
1.500
2.900
Catatan
Perlajur
Perlajur
Total duaarah
3.
TipeJalan
1.
2.
3.
LebarJalanEfektif
(m)
Perlajur
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
Perlajur
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
DuaArah
5,00
6,00
FCW
0,92
0,96
1,00
1,04
1,08
0,91
0,951
1,00
1,05
1,09
0,56
0,87
No.
LebarJalanEfektif
(m)
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
TipeJalan
FCW
1,00
1,14
1,25
1,29
1,34
kondisi arus lalu lintas dari kedua arah atau untuk jalan tanpa pembatas
median. Untuk jalan satu arah dan atau jalan dengan pembatas median,
faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah adalah 1,0. Faktor koreksi
kapasitas akibat pembagi arah dapat dilihat pada berikut:
Tabel 6.58 Faktor Korelasi Kapasitas Akibat Pembagian Arah (FCSP)
FCSP
50-50
1,00
1,00
55-45
0,97
0,985
60-40
0,94
0,97
65-35
0,91
0,955
70-30
0,88
0,94
1.
Tipe Jalan
4 lajur 2 arah
Kelas
Hambatan
Samping
Sangat rendah
0,5
0,96
2,0
1,03
No.
Tipe Jalan
Kelas
Hambatan
Samping
berpembatas
median (4/2 D)
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangattinggi
Sangatrendah
4 lajur 2 arah
Rendah
tanpa pembatas
Sedang
Median
( 4/2
Tinggi
UD)
Sangattinggi
Sangat rendah
2 lajur 2 arah
Rendah
tanpa pembatas
Sedang
Atau jalan satu
Tinggi
arah
Sangattinggi
Sumber : MKJI, Tahun 1997
2.
3.
0,5
0,94
0,92
0,88
0,84
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80
0,94
0,92
0,89
0,82
0,73
2,0
1,02
1,00
0,98
0,96
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91
1.
2.
3.
Tipe Jalan
4 lajur 2 arah
berpembatas
median (4/2
D)
4 lajur 2 arah
tanpa
pembatas
Median (4/2
UD)
2 lajur 2 arah
tanpa
pembatas
Atau jalan
satu arah
Kelas Hambatan
Samping
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangattinggi
Sangatrendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangattinggi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangattinggi
Jarak: kereb-penghalang W
< 0,5
0,95
0,94
0,91
0,86
0,81
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80
0,93
0,90
0,86
0,78
0,68
1,0
0,97
0,96
0,93
0,89
0,85
0,99
0,97
0,95
0,91
0,86
0,95
0,92
0,88
0,81
0,72
1,5
0,99
0,98
0,95
0,92
0,88
1,01
1,00
0,98
0,94
0,90
0,97
0,95
0,91
0,84
0,77
>2,0
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
1,01
1,00
0,97
0,93
0,90
0,99
0,97
0,94
0,88
0,82
FCsp
FCSF
FCcs
Jalan
2.900 0,87
RA.Basuni
2.
Jalan Bypass
1.650 0,92
3.
Jalan Raya
1.650 0,92
Brangkal
Sumber : Hasil Analisis, 2013
1,00
0,92
1,0
Kapasitasjalan
(smp/jam)
2321,16
1,00
1,00
0,98
0,96
1,0
1,0
1487,64
1457,28
No.
RuasJalan
1.
Co
Tabel 6.63
Jenis Kendaraan
LV
Mobil
Angkutan Umum
Total (smp/jam)
HV
MC
Pick Up
TOTAL
Truck AS 1
Truck AS 2
Truck AS 3
TOTAL
Sepeda Motor
TOTAL
228
4
4
1598
1598
210
30
34
2162
2162
219
19
1880
2118
= Q/C
= 2118/2321,16
= 0,91
8.
Tabel 6.64
Jenis Kendaraan
LV
HV
MC
Mobil
Angkutan Umum
Pick Up
TOTAL
Truck AS 1
Truck AS 2
Truck AS 3
TOTAL
Sepeda Motor
TOTAL
Total (smp/jam)
735
173
2901
3809
= Q/C
= 3809/1487,64
= 2,56
dapat
dibatasi.
Jalan
ini
merupakan
jalur
industri
yang
Jenis Kendaraan
LV
HV
Mobil
Angkutan Umum
Pick Up
TOTAL
Truck AS 1
Truck AS 2
Truck AS 3
Total (smp/jam)
590
Jenis Kendaraan
MC
TOTAL
Sepeda Motor
TOTAL
Total (smp/jam)
333
3397,5
4320,5
= Q/C
= 4320,5/1457,28
= 2,96
dapat
dibatasi.
Jalan
ini
merupakan
jalur
industri
yang
yaitu motorized dan unmotorized dimana kedua jenis moda tersebut tersebar
merata di Kecamtaan Sooko. Untuk moda motorized berupa motor dan mobil
sedangkan untuk unmotorized berupa sepeda dan becak.
Pada Jalan Raya By Pass kendaraan unmotorized seperti becak dan sepeda
tidak diperbolehkan untuk melintasi ruas jalan tersebut untuk kenyamanan
pengguna jalan karena jalan tersebut memiliki batas minimum kecepatan yang
tinggi.
Angkutan umum di Kecamatan Sooko terdiri dari dua rute yaitu rute C dan
rute D. Rute C dengan jalur dari terminal Kecamatan Trowulan melewati Jalan
Raya By Pass kemudian menuju Jalan Kamas Riadi Desa Kedung Maling dan
Peta 6.21
Hierarki Jalan
Peta 6.22
Perkerasan Jalan
6.4.2
menampung dan mengalirkan air hujan secepat mungkin dari daerah tangkapan ke
badan penerima seperti saluran induk, sungai, laut dan danau, peresapan dalam
tanah tempat dimana air hujan dibuang. Sistem drainase perkotaan saat ini
merupakan sistem drainase campuran dimana penggunaannya untuk pembuangan
limbah rumah tangga dan limpasan air hujan. Adapun jenis saluran drainase yang
ada di BWP Kecamatan Sooko adalah :
a. Saluran terbuka : berada pada lingkungan perumahan di seluruh
wilayah perencanaan.
b. Saluran tertutup : terdapat pada jalan-jalan utama dan jalan-jalan
lokal kawasan.
Secara umum jaringan drainase di BWP Kecamatan Sooko masih bersifat
alami, dan terdapat sampah atau endapan dalam saluran sehingga menimbulkan
genangan ataupun luapan ketika hujan deras. Selain itu luapan air hujan juga
menggenangi beberapa titik lokasi terutama di daerah bantaran sungai tiap kali
musim hujan melanda. Adapun beberapa lokasi genangan air di BWP Kecamatan
Sooko, antara lain: Jalan RA Basuni terutama di depan perumahan Japan Raya,
daerah dekat bantaran sungai seperti Dusun Kersikan, Dusun Pandean, Dusun
Kedungsono, serta Dusun Mangelo Selatan yang berada di Desa Sooko.
Permasalahan drainase di BWP Kecamatan Sooko secara mendasar
adalah kapasitas saluran yang kurang memadai, dalam hal ini dimesi saluran tidak
mampu menampung air limbah karena adanya sumbatan sampah dan masih
banyak yang memiliki kondisi kurang baik. Untuk itu perlu dianalisis mengenai
tingkat kemampuan saluran, apakah saluran masih mampu menampung limpasan
air hujan dan limbah rumah tangga. Berdasarkan kondisi eksisting dari hasil
survey primer, saluran yang ada berupa saluran tertutup dan saluran terbuka.
Berikut merupakan data kondisi eksisting jaringan drainase yang terdapat di BWP
Kecamatan Sooko :
Hierarki
Catchment
Area
Bentuk
Saluran
Jenis Drainase
(terbuka/tertutup)
Konstruksi
Bangunan
Panjang
Conveyor
Conveyor
Collector
Collector
Collector
Collector
Collector
Collector
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Conveyor
Collector
Collector
Collector
Collector
Conveyot
Conveyot
Conveyot
Conveyot
Conveyot
Conveyot
Conveyot
B
B
B
A
A
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
C
C
G
G
G
G
G
G
G
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
tertutup
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
3885,38
1758,1
1146,44
172,63
372,5
724,66
350,74
1210,91
182,28
126,78
294,02
195,57
138,49
168,67
184,21
324,14
127,73
272,27
139,86
153,49
744,87
373,19
321,21
225,32
158,24
123,38
424,22
108,1
Dimensi
Lebar
Atas
0,3
0,3
0,3
0,3
0,5
0,5
0,5
0,5
0,2
0,2
0,3
0,2
0,7
0,3
0,2
0,2
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,7
0,2
0,7
0,5
0,2
0,2
0,7
Lebar
bawah
-
Tinggi
0,5
0,5
0,7
0,3
0,5
0,5
0,4
0,5
0,5
0,5
0,40
0,35
0,40
0,40
0,40
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,40
0,40
0,35
0,35
0,35
0,35
0,40
0,35
VI-106
G
G
G
G
G
G
G
G
G
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
412,39
561,23
338,97
97,89
152,76
4721,08
454,12
407,63
268,11
0,3
0,2
0,7
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,3
Persegi
terbuka
Semen
291,94
0,2
F
F
F
F
F
F
F
F
F
F
G
G
F
F
G
A
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Persegi
Trapesium
Trapesium
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
terbuka
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Semen
Batu kali dan Semen
Batu kali dan Semen
314,63
256,03
247,09
50,53
77,32
215,06
409,518
245,32
508,02
358,79
365,43
2158,85
789,54
4725,76
6131
1981
0,2
0,2
0,5
0,3
0,2
0,5
0,2
0,3
0,2
0,5
0,2
0,2
0,2
0,2
30,0
17,0
25,00
15,00
Persegi
terbuka
3648
15,0
Persegi
terbuka
821
5,0
0,35
0,40
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,40
0,40
0,40
0,35
0,35
0,40
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
24,00
2,00
2,00
VI-107
Jenis lahan
Jalan
2.
Sawah
3.
Ruang terbuka
4.
5.
Atap
Perumahan campuran (rumah, jasa,
pelayanan umum)
Jasa, perdagangan, komersil
Industri
6.
7.
Kondisi
jalan aspal
jalan beton
jalan batu
Tegalan
Kebun
Padang rumput
Pertamanan/kuburan
Tempat bermain
Daerah ringan
Daerah berat
8.
Terminal
Sumber: Wesli (2008:33)
Curah hujan
(mm/tahun)
2007
373
2008
531
2009
509
2010
571
2011
224
2012
287
Jumlah
2495
Rata-rata
415,83
Maksimum
571,00
Minimum
224,00
Sumber: Data PU Pengairan, 2007-2012
log
(log
(log
(log
( 1)( 2)
log X = log
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Rarata
Maksimum
Minimum
Standar Deviasi (s)
Koefisien kemencengan (Cs)
Koefisien Kurtosis (Ck)
Sumber: Hasil Analisis, 2013
373
531
509
571
224
287
2495
416
571
224
0,00000001
Log X
(LogX-logXrt)
(LogX-logXrt)2
-0,023
0,130
0,112
0,162
-0,244
-0,137
0,00
0,00
0,16
-0,24
0,039
0,001
0,017
0,013
0,026
0,060
0,019
0,13
0,02
0,06
0,00
0,150
2,572
2,725
2,707
2,757
2,350
2,458
15,57
2,59
2,76
2,35
0,150
-1,384
890,349
G (Tabel)
LogX
R24 (mm)
0,173
2,621
417,487
0,854
2,723
528,092
10
1,121
2,763
579,064
20
1,278
2,786
611,304
25
1,345 2,796
625,603
Sumber: Sumber : CD.Soemarto,1999 dan hasil analisis,2013
Keterangan :
T = tahun interval kejadian / kala ulang
K = variabel standar berdasarkan prosentase peluang dan koefisien
kemencengan (Cs) pada tabel distribusi Log-Person Tipe III
R = menghitung hujan rancangan
Setelah itu, menghitung intensitas hujan pada tiap-tiap saluran di
masing-masing Catchment Area dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung waktu curah hujan (Tc)
Tc =
0.0195 L
60
s
0.77
Keterangan:
L = panjang saluran,
S= kemiringan saluran.
b. Menghitung intensitas hujan
2
R 24 24 3
I=
, dimana R24 adalah hujan rancangan dalam 24 jam,
24 Tc
yang sudah dihitung dalam tabel di atas dengan menggunakan periode
ulang 2
tahunan sebesar 528,09 mm dan R24 = 528,09 /24 = 22,003 mm/hari.
3. Catchment Area (A)
Catchment Area atau daerah pengaliran adalah daerah tempat hujan
mengalir menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Pembagian Catchment Area didasarkan
pada
arah
aliran
yang
menuju
ke
saluran
sekunder/saluran
pengumpul/saluran primer.
Berdasarkan 3 komponen diatas maka besarnya debit air limpasan
(Qlimpasan) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Qlimpasan = 0.278. C . I . ACA
Keterangan :
Q
ACA
LUAS
PENAMPANG
Slope
TC
I Total
I Tiap
Detik
Aca
(KM2)
Q
Limpasan
0,12
0,15
0,6
0,0013
0,0359
2,4467
100,9065
0,0012
1,02
0,0002
0,12
0,21
0,6
0,0028
0,0533
0,9791
185,8797
0,0022
1,02
0,0004
Jl. Teratai
Permukiman
0,10
0,09
0,3
0,0044
0,0660
0,5975
258,3964
0,0030
1,02
0,0003
Permukiman
0,12
0,15
0,3
0,0290
0,1702
0,0671
1111,0256
0,0129
0,63
0,0007
Permukiman
0,17
0,25
0,3
0,0134
0,1159
0,1631
614,3386
0,0071
0,63
0,0004
Permukiman
0,15
0,2
0,3
0,0069
0,0831
0,3518
367,9259
0,0043
1,02
0,0004
Permukiman
0,17
0,25
0,3
0,0143
0,1194
0,1521
643,4968
0,0074
0,63
0,0004
Permukiman
0,17
0,25
0,3
0,0041
0,0643
0,6365
247,7318
0,0029
1,02
0,0002
Permukiman
0,08
0,1
0,3
0,0274
0,1656
0,0714
1065,4313
0,0123
1,02
0,0011
Jl.Sooko Gang 2
Permukiman
0,08
0,08
0,3
0,0394
0,1986
0,0470
1409,3087
0,0163
1,02
0,0014
Jl.Sooko Gang 3
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0170
0,1304
0,1241
737,1644
0,0085
1,02
0,0007
Jl.Sooko Gang 4
Permukiman
0,08
0,08
0,3
0,0256
0,1599
0,0775
1009,2064
0,0117
1,02
0,0010
Jl.Sooko Gang 5
Permukiman
0,19
0,28
0,3
0,0361
0,1900
0,0520
1316,5831
0,0152
1,02
0,0013
Jl.Sooko Gang 6
Permukiman
0,11
0,12
0,3
0,0296
0,1722
0,0653
1131,0670
0,0131
1,02
0,0011
Jl.Sooko Gang 7
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0271
0,1648
0,0723
1056,8213
0,0122
1,02
0,0010
Jl.Sooko Gang 8
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0154
0,1242
0,1389
683,8079
0,0079
1,02
0,0007
Jl.Sooko Gang 9
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0391
0,1979
0,0474
1401,2268
0,0162
1,02
0,0014
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0184
0,1355
0,1136
782,1275
0,0091
1,02
0,0008
Nama Jalan
Guna Lahan
VI-112
Jl. Perumda
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0358
0,1891
0,0526
1306,6365
0,0151
0,63
0,0008
Permukiman
0,11
0,12
0,3
0,0326
0,1805
0,0586
1216,3024
0,0141
0,00
0,0000
Permukiman
0,11
0,12
0,3
0,0067
0,0819
0,3631
360,2112
0,0042
0,00
0,0000
Permukiman
0,18
0,245
0,3
0,0134
0,1157
0,1634
613,4633
0,0071
8,67
0,0051
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0156
0,1248
0,1374
688,6082
0,0080
8,67
0,0058
Permukiman
0,18
0,245
0,3
0,0222
0,1490
0,0913
904,9056
0,0105
8,67
0,0076
Permukiman
0,15
0,175
0,3
0,0316
0,1778
0,0607
1188,0771
0,0138
8,67
0,0099
Permukiman
0,08
0,08
0,3
0,0405
0,2013
0,0455
1439,1342
0,0167
8,67
0,0120
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0118
0,1086
0,1895
555,7866
0,0064
8,67
0,0047
Permukiman
0,18
0,245
0,3
0,0463
0,2151
0,0391
1593,4413
0,0184
8,67
0,0133
Permukiman
0,11
0,12
0,3
0,0121
0,1101
0,1834
568,0293
0,0066
8,67
0,0048
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0089
0,0944
0,2618
447,9897
0,0052
8,67
0,0037
Permukiman
0,18
0,245
0,3
0,0148
0,1215
0,1463
660,6426
0,0076
8,67
0,0055
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0511
0,2260
0,0348
1720,0059
0,0199
8,67
0,0144
Permukiman,
Perdagangan Dan Jasa,
Ppu,
Pendidikan,
Kesehatan
0,08
0,07
0,6
0,0327
0,1809
0,0583
1220,7778
0,0141
8,67
0,0204
Permukiman,
Perdagangan Dan Jasa,
Ppu,
Pendidikan,
Kesehatan
0,08
0,07
0,6
0,0011
0,0325
3,0641
86,8437
0,0010
8,67
0,0015
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0110
0,1049
0,2050
527,3762
0,0061
37,1966
0,0189
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0123
0,1108
0,1810
573,1325
0,0066
38,1966
0,0211
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0186
0,1366
0,1116
791,4600
0,0092
39,1966
0,0299
VI-113
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0171
0,1309
0,1231
741,2073
0,0086
40,1966
0,0288
Permukiman
0,08
0,08
0,3
0,0159
0,1261
0,1342
699,6763
0,0081
1,50
0,0010
Permukiman
0,08
0,08
0,3
0,0195
0,1397
0,1058
820,0753
0,0095
1,50
0,0012
Permukiman
0,15
0,2
0,3
0,0202
0,1423
0,1015
842,8400
0,0098
1,50
0,0012
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0990
0,3146
0,0162
2862,7015
0,0331
1,50
0,0041
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0647
0,2543
0,0265
2062,7812
0,0239
1,50
0,0030
Permukiman
0,15
0,2
0,3
0,0232
0,1525
0,0865
937,9851
0,0109
1,50
0,0014
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0122
0,1105
0,1820
571,0958
0,0066
1,50
0,0008
Permukiman
0,11
0,105
0,3
0,0204
0,1428
0,1007
847,5210
0,0098
1,50
0,0012
Permukiman
0,08
0,07
0,3
0,0098
0,0992
0,2334
483,7210
0,0056
1,50
0,0007
Jl. Perum PU
0,15
0,175
0,3
0,0139
0,1180
0,1562
632,3452
0,0073
1,50
0,0009
Permukiman
Permukiman,
Perdagangan Dan Jasa,
Pendidikan, Peribadatan
0,08
0,07
0,6
0,0137
0,1170
0,1595
623,4749
0,0072
51,1966
0,0616
Jl. Kemakmuran
Permukiman, Sawah
0,08
0,07
0,6
0,0023
0,0481
1,2411
158,6828
0,0018
8,67
0,0027
Jl. Gamekan
Permukiman
Perdagangan Dan Jasa,
Ppu, Kampus
0,08
0,07
0,6
0,0063
0,0796
0,3884
344,4065
0,0040
1,50
0,0010
0,08
0,07
0,6
0,0011
0,0325
3,0676
86,7775
0,0010
1,50
0,0003
Permukiman,
Perdagangan Dan Jasa
Permukiman
9,23
1,62
720
34
0,6
0,3
0,0008
0,0025
0,0286
0,0502
4,1436
1,1238
71,0080
169,5487
0,0008
0,0020
8,67
0,63
0,0012
0,0001
Permukiman
1,58
30
0,3
0,0014
0,0370
2,2749
105,9281
0,0012
1,02
0,0001
Permukiman
1,11
10
0,3
0,0061
0,0780
0,4063
334,1940
0,0039
1,50
0,0005
By Pass
Sungai Brangkal
Ds. Sooko
Ds. Japan-Perum
Raya, Ds. Sooko
Japan
Ds, Gamekan
Sumber: Hasil Analisis (2012)
VI-114
B.
volume air per satuan waktu, yang merupakan buangan limbah rumah tangga dan dialirkan
melalui saluran drainase. Debit air buangan rumah tangga berasal dari air buangan hasil
aktivitas penduduk yang berasal dari lingkungan rumah tangga. atau industri. Untuk mencari
debit air buangan rumah tangga harus dicari terlebih dahulu:
a.
b.
Secara sistematis debit air buangan rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut :
QRumah Tangga = penduduk x Qair Limbah
Sedangkan baku kebutuhan air bersih yang didasarkan pada batasan berikut ini :
Tabel 6.72 Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan
(liter/orang/hari)
1.
Permukiman berkepadatan rendah
230
2.
Permukiman berkepadatan sedang
170
3.
Permukiman berkepadatan tinggi
120
4.
Permukiman khusus (apartemen)
200
5.
Campuran Permukiman dan fasilitas
200 x (1.2)
6.
Fasilitas umum/niaga/jasa
100 x 1 org/6 m x (0.6)
7.
Ruang terbuka hijau
1 m / Ha
8.
Campuran RTH
200 liter/orang/hari x (1.1)
Sumber: Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan
No.
C.
Pengguna
air
ditampung oleh saluran drainase. Untuk menghitung debit air maksimum saluran perlu
diketahui terlebih dahulu besarnya luas penampang basah saluran (Abasah) dan kecepatan
aliran air (V). Luas penampang basah saluran dapat dihitung berdasarkan data dari survey
primer. sedangkan kecepatan aliran air dapat dihitung dengan pendekatan kemiringan/slope
sebagai berikut :
Rumus slope
S=H/L
Keterangan :
S
= Tinggi
=Panjang
= kemiringan saluran
Tabel 6.73 Harga Koefisien Kekasaran Manning
No.
1
Tipe saluran
Baik sekali
Baik
Sedang
Saluran Buatan, Beton, atau
Batu Kali
2
Saluran pasangan batu,tanpa
0.025
0.030
0.033
penyelesaian
3
Saluran pasangan batu,dengan
0.017
0.020
0.025
penyelesaian
4
Saluran beton
0.014
0.016
0.019
5
Saluran beton halus dan rata
0.010
0.011
0.012
6
Saluran
beton
pracetak
0.013
0.014
0.014
dengan acuan baja
7
Saluran
beton
pracetak
0.015
0.016
0.016
dengan acuan kayu
Sumber: SNI 03 3424 1994 Tata Cara Perencana Drainase Permukaan Jalan (1994)
Jelek
0.035
0.030
0.021
0.013
0.015
0.018
Sementara untuk debit air buangan rumah tangga dan besarnya debit air maksimum
saluran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.74 Analisis Perhitungan Debit Rumah Tangga dan Debit Air Maksimum
Nama Jalan
Jl. RA. Basuni
Jl. Wijaya Kusuma
Jl. Teratai
Jl.
Perum
Pondok
Teratai
Jl. Perum BSP
Jl. Perum Wijaya Sooko
Jl. Perum Poskopad
Jl. Dsn. Mangelo
Jl. Sooko Gang 1
Jl.Sooko Gang 2
Air
Bersih
150
150
150
Air
Buangan
105
105
105
Q Rumah
Tangga
0,000146
0,000146
0,000061
150
150
150
150
150
150
150
105
105
105
105
105
105
105
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000000
0,000272
0,000274
Q
Saluran
0,000000
0,000057
0,000025
0,009937
0,003523
0,000949
0,003895
0,000494
0,007304
0,011220
0,001490
0,000881
0,000424
0,000974
0,000123
0,000730
0,000898
V Aliran
Q Total
0,000345
0,000513
0,000316
0,000736
0,000434
0,000190
0,000452
0,000305
0,001112
0,001452
Jl.Sooko Gang 3
Jl.Sooko Gang 4
Jl.Sooko Gang 5
Jl.Sooko Gang 6
Jl.Sooko Gang 7
Jl.Sooko Gang 8
Jl.Sooko Gang 9
Jl. Perum Teratai Indah
Jl. Perumda
Jl. Perum Japan Asri
Jl. Perum Japan Raya
Jl. Brangkal Gang 1
Jl. Brangkal Gang 2
Jl. Brangkal Gang 3
Jl. Brangkal Gang 4
Jl. Brangkal Gang 5
Jl. Brangkal Gang 6
Jl. Brangkal Gang 7
Jl. Brangkal Gang 8
Jl. Brangkal Gang 9
Jl. Kharisma Griya
Jl. Gang Wringinrejo
Jl. Kamas Setyoadi
Jl. Kamas Setyoadi
Jl. Kedungpring Gang 1
Jl. Kedungpring Gang 2
Jl. Kedungpring Gang 3
Jl. Kedungpring Gang
Baru
Jl. Jampirogo Gang 1
Jl. Jampirogo Gang 2
Jl. Jampirogo Gang 3
Jl. Jampirogo Gang 4
Jl. Jampirogo Gang 5
Jl. Jampirogo Gang 6
Jl. Jampirogo Gang 7
Jl. Jampirogo Gang 8
Jl. Jampirogo Gang 9
Jl. Perum PU
Jl. KH. Ismail
Jl. Kemakmuran
Jl. Gamekan
By Pass
Sungai Basin Ds. Sooko
Sungai Cemporat Ds.
Japan-Perum
Japan
Raya, Ds. Sooko
Sungai Ds. Gamekan
Sungai Basin Ds. Sooko
Sumber: Hasil Analisis (2013)
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000146
0,000146
0,000061
0,000061
0,000061
0,003028
0,005447
0,017040
0,008573
0,005403
0,002106
0,012153
0,003441
0,010447
0,010033
0,000721
0,002860
0,002139
0,006633
0,010587
0,011740
0,001345
0,022566
0,001932
0,000844
0,003358
0,018937
0,007382
0,000024
0,001201
0,001438
0,003531
0,000318
0,000436
0,004771
0,001029
0,000378
0,000147
0,001276
0,000833
0,001097
0,000063
0,000062
0,000701
0,000150
0,001625
0,001853
0,000939
0,000094
0,005529
0,000232
0,000059
0,000823
0,001988
0,000517
0,000002
0,000084
0,000101
0,000371
0,000788
0,001057
0,001360
0,001177
0,001104
0,000736
0,001444
0,000361
0,000855
0,001204
0,000087
0,005194
0,005822
0,007632
0,010001
0,012102
0,004711
0,013393
0,004813
0,003809
0,005588
0,014452
0,020574
0,001599
0,018996
0,021192
0,030006
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000061
0,000146
0,000061
0,000061
0,000146
0,000061
0,002508
0,002466
0,003477
0,005706
0,057023
0,022970
0,007192
0,001427
0,004094
0,000996
0,002705
0,001725
0,000089
0,000478
0,000024
0,006360
0,000176
0,000197
0,000278
0,001141
0,005987
0,001608
0,001438
0,000100
0,000430
0,000070
0,000976
0,000121
0,000006
0,000033
0,000002
4,579039
0,028820
0,001073
0,001247
0,001280
0,004202
0,003045
0,001418
0,000887
0,001287
0,000761
0,000473
0,061769
0,002716
0,001057
150
150
150
105
105
105
0,000061
0,000061
0,000061
0,002496
0,000887
0,008432
0,084875
0,026614
0,084322
0,000164
0,000165
0,000544
0,001249
Hipotesa yang didapat belum bisa menjadi langkah terakhir dari Analisa. karena pada
umumnya hipotesa tersebut belum tentu benar. Saluran yang disimpulkan bisa menampung
debit air belum tentu pada kenyataannya bisa menampung debit air. Karena itu diperlukan
langkah Analisa selanjutnya yaitu melakukan crosscheck d-engan identifikasi masalah yang
telah dihimpun dari survey lapangan. Perbandingan Qtotal dengan QRumah Tangga BWP
Kecamatan Sooko bisa dilihat dalam tabel berikut
Tabel 6.75 Analisa Kapasitas Saluran Drainase BWP Kecamatan Sooko Tahun 2012
Q
Saluran
Q Total
0,000000
0,000345
Selisih Q
Saluran dan Q
Total
-0,000345
0,000057
0,000513
Jl. Teratai
0,000025
Nama Jalan
Keterangan
Eksisting
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
-0,000456
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000316
-0,000291
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,001490
0,000736
0,000755
Memenuhi
Memenuhi
0,000881
0,000434
0,000447
Memenuhi
Memenuhi
0,000424
0,000190
0,000234
Memenuhi
Memenuhi
0,000974
0,000452
0,000522
Memenuhi
Memenuhi
0,000123
0,000305
-0,000182
Tidak
Memenuhi
Tidak
memenuhi
0,000730
0,001112
-0,000382
Memenuhi
Memenuhi
Jl.Sooko Gang 2
0,000898
0,001452
-0,000554
Memenuhi
Memenuhi
Jl.Sooko Gang 3
0,000318
0,000788
-0,000470
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Jl.Sooko Gang 4
0,000436
0,001057
-0,000621
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Analisa
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Pada eksisting kondisi saluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan
total.sehingga diperlukan penambahan dimensi
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
VI-119
Selisih Q
Saluran dan Q
Total
Q
Saluran
Q Total
Jl.Sooko Gang 5
0,004771
0,001360
0,003411
Memenuhi
Memenuhi
Jl.Sooko Gang 6
0,001029
0,001177
-0,000148
Memenuhi
Memenuhi
Jl.Sooko Gang 7
0,000378
0,001104
-0,000725
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Jl.Sooko Gang 8
0,000147
0,000736
-0,000588
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Jl.Sooko Gang 9
0,001276
0,001444
-0,000168
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000833
0,000361
0,000471
Memenuhi
Memenuhi
Jl. Perumda
0,001097
0,000855
0,000242
Memenuhi
Memenuhi
0,000063
0,001204
-0,001140
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000062
0,000087
-0,000025
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000701
0,005194
-0,004493
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000150
0,005822
-0,005673
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,001625
0,007632
-0,006007
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Nama Jalan
Keterangan
Eksisting
Analisa
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
VI-120
Selisih Q
Saluran dan Q
Total
Nama Jalan
Q
Saluran
Q Total
0,001853
0,010001
-0,008149
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000939
0,012102
-0,011163
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000094
0,004711
-0,004617
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,005529
0,013393
-0,007864
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000232
0,004813
-0,004582
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000059
0,003809
-0,003750
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000823
0,005588
-0,004766
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,001988
0,014452
-0,012464
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000517
0,020574
-0,020058
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000002
0,001599
-0,001597
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
0,000084
0,018996
-0,018912
Tidak
Tidak
Keterangan
Eksisting
Analisa
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan
total.sehingga diperlukan penambahan dimensi
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
VI-121
Nama Jalan
Q
Saluran
Q Total
Selisih Q
Saluran dan Q
Total
Keterangan
Eksisting
Memenuhi
Memenuhi
0,000101
0,021192
-0,021092
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000371
0,030006
-0,029635
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000176
0,028820
-0,028645
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000197
0,001073
-0,000876
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000278
0,001247
-0,000969
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,001141
0,001280
-0,000139
Memenuhi
Memenuhi
0,005987
0,004202
0,001786
Memenuhi
Memenuhi
0,001608
0,003045
-0,001437
Memenuhi
Memenuhi
0,001438
0,001418
0,000021
Memenuhi
Memenuhi
0,000100
0,000887
-0,000787
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000430
0,001287
-0,000857
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,000070
0,000761
-0,000691
Tidak
Tidak
Analisa
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Pada eksisting kondisi slaluran normal, namun secaa perhitungan
VI-122
Nama Jalan
Q
Saluran
Q Total
Selisih Q
Saluran dan Q
Total
Keterangan
Eksisting
Memenuhi
Memenuhi
Jl. Perum PU
0,000976
0,000473
0,000502
Memenuhi
Memenuhi
0,000121
0,061769
-0,061648
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Jl. Kemakmuran
0,000006
0,002716
-0,002710
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
Jl. Gamekan
0,000033
0,001057
-0,001024
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
By Pass
0,000002
0,000397
-0,000395
Tidak
Memenuhi
Tersumbat
4,579039
0,001249
4,577790
Memenuhi
Memenuhi
0,084875
0,000164
0,084711
Memenuhi
Memenuhi
0,026614
0,000165
0,026449
Memenuhi
Memenuhi
0,084322
0,000544
0,083777
Memenuhi
Memenuhi
Analisa
kapasitas tidak memenuhi untuk menampung air buangan total.
sehingga diperlukan penambahan dimensi
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
Secara perhitungan saluran memenuhi, namun kondisi slauran
tersumbat sehingga menghalangi atau memperlambat laju pergerakan
air sehingga perlu adanya normalisasi saluran
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
saluran sudah mampu menampung semua air buangan total. Sehingga
yang diperlukan hanya pemeliharaan berkelanjutan
VI-123
Pelayanan jaringan drainase BWP Kecamatan Sooko sudah mencakup pemenuhan semua
wilayah perkotaan BWP kecamatan, sistem drainase melayani limpasan air hujan dan limbah
rumah tangga. Hampir di semua bagian wilayah yang terdiri dari delapan desa, terlayani dengan
adanya sistem drainase, hal tersebut merupakan potensi kecamatan,
Permasalahan terkait sistem drainase yang terdapat di BWP Kecamatan Sooko sebagian
besar dikarenakan masalah saluran yang banyak terdapat endapan maupun sampah sehingga
saluran yang ada menjadi tersumbat dan menyebabkan banjir seperti di daerah Dusun Mangelo,
Dusun Sooko di Desa Sooko.
Di beberapa tempat, terdapat slauran yang rusak karena terdapat sampah yang mengendap
di saluran tersebut sehingga juga berpotensi menyebabkan banjir, bencana alam yang memang
sering terjadi di BWP Kecamatan Sooko yaitu banjir, hal ini disebabkan karena terdapat beberapa
desa yang berbatasan langsung dengan Sungai Brangkal seperti Desa Sooko, Desa Brangkal,
Desa Kedungmaling, Desa Jampirogo, dan Desa Gamekan.
Potensi yang dapat dimanfaatkan yaitu masih banyaknya lahan resapan air seperti kebun,
RTH publik, RTH privat dan lapangan. Selain itu upaya untuk mengatasi masalah terkait banjir
juga mulai diperhatikan baik oleh pemerintah setempat melalui pembuatan tanggul sungai agar
air sungai tidak sampai meluap memasuki permukiman.
VI-124
Peta 6.23
Jaringan drainase
VI-125
6.4.3
PDAM, serta penyediaan air secara individu per rumah tangga menggunakan sumur pribadi.
Jumlah pengguna PDAM adalah sebanyak 727 rumah atau sekitar 5,29%. Sementara sisanya
sebesar 13.007 atau sekitar 94,71% menggunakan sumur sebagai sumber air bersih.
Besarnya jumlah pengguna sumur di BWP Kecamtan Sooko dikarenakan jaringan
distribusi pipa PDAM hanya mampu melayani daerah yang dekat dengan Kota Mojokerto, yaitu
Desa Sooko dan Desa Japan. Sementara untuk daerah lain, yang terlayani jaringan PDAM hanya
di jalan-jalan utama desa saja (Jalan RA Basuni untuk Desa Jampirogo dan Jalan By Pass untuk
Desa Brangkal, Desa Kedungmaling, dan Desa Gamekan), bahkan untuk Desa Wringinrejo dan
Desa Sambiroto tidak dilalui oleh jaringan pipa.
Secara Umum kualitas air bersih yang terdapat di BWP Kecamatan Sooko sudah baik,
yakni tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Hanya saja masih ditemukannya sumur yang
airnya memiliki bau, khususnya bagi sumur milik warga yang letaknya dekat dengan sungai.
Selain itu, pengguna PDAM juga sering mengeluhkan air yang tidak mengalir pada saat pagi
maupun sore hari (peakhour)
Peningkaatan pelayanan PDAM sebagai satu-satunya instansi yang terkait mengenai
penyediaan air bersih, diharapkan mampu melayani seluruh wilayah Kecamatan Sooko dengan
kuantitas debit yang konstan serta kualitas air yang tetap dipertahankan
Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang menggunakan standar-standar
perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas fasilitas sosial ekonomi harus
dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada,
tingkat kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam analisis kebutuhan air adalah jumlah
penduduk, selanjutnya perhitunan kebutuhan domestic dan non domestic yang dipengaruhi oleh
jenis kegiatan.
Tabel 6.76 Jumlah Air Bersih BWP Kecamatan Sooko 2013-2033
Tahun
Jumlah
Penduduk
Keb. Domestik
2013
2017
52785
57813
6334200
6937560
Fasos
(15% x KD)
950130
1040634
Industri
(10% x KD)
633420
693756
VI-126
2022
2027
2032
64775
7773000
72575
8709000
81315
9757800
Hidran
Kehilangan Air
Tahun
(H)
(Ka) 30%
2013
1013472
3040416
2018
1110009.6 3330028.8
2023
1243680
3731040
2028
1393440
4180320
2033
1561248
4683744
Sumber : Hasil Analisis, 2013
1165950
1306350
1463670
Kebutuhan
Total
11148192
12210105.6
13680480
15327840
17173728
6.4.4
A.
Pengelolaan Sampah
1165950
1306350
1463670
Kebutuhan Ratarata Harian (a)
14188608
15540134.4
17411520
19508160
21857472
1554600
1741800
1951560
777300
870900
975780
Keb. Maksimum/hari
16316899.2
17871154.56
20023248
22434384
25136092.8
Sistem
pengelolaan
sampah di
BWP
Kecamatan
Sooko
Sampah hasil
dari warga yang
tinggal di
permukiman
Pewadahan
dengan
kantong
plastik
Tidak dilayani
pasukan kuning
Langsung
di bakar
Sampah hasil
dari warga yang
tinggal di
perumahan
Pewadahan
dengan tempat
sampah yang
sudah tersedia
Dilayani
pasukan
kuning
Dibuang ke
TPS
Mojosari
Analisis yang dapat dilakukan terhadap kondisi yang tertera pada skema, bahwa dalam
sistem pengelolaan sampah BWP Kecamatan Sooko masih belum berjalan dengan optimal,
VI-127
sehingga dalam sistem pengelolaan sampah itu sendiri dapat dilakukan dengan pensosialisasian
Bank Sampah, sehingga masyarakat yang tinggal di BWP Kecamatan Sooko dapat mengelola
sampah anorganik mereka melalui Bank Sampah tersebut. Selain itu, untuk sampah organik,
dapat diolah menjadi pupuk kompos yang juga terdapat di Bank Sampah, yaitu komposting.
1.
jumlah penduduk, tingkat pelayanan dan timbulan sampah. Berdasarkan SNI 19-39641994 mengenai Tata Cara Mengukur Timbulan Sampah, metode pengambilan dan contoh
timbulan sampah untuk semua jenis sampah yang dihasilkan penduduk dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan, sehingga berpengaruh pula terhadap volume sampah di waktu yang
akan datang. Dengan demikian, diperlukan arahan pengembangan mengenai pengelolaan
sampah, misalnya penambahan pewadahan dan pembuangan sampah yang berupa tempat
sampah, TPS dan Bank Sampah.
Tabel 6.77 Beban Timbulan Sampah BWP Kecamatan Sooko Tahun 2012
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
Gamekan
Brangkal
Kedungmaling
Sambiroto
Jampirogo
Japan
Sooko
Wringinrejo
JUMLAH
Sumber: Survey Primer, 2013
Jumlah
Penduduk
4978
4520
7793
4093
3534
9577
14141
2964
51600
Besar Timbulan
Sampah (liter)
12445
11300
19482.5
10232.5
8835
23942.5
35352.5
7410
121688
Analisis Perhitungan Beban Timbulan Sampah Kecamatan Sooko Tahun 2013, untuk
mengetahui proyeksi timbulan sampah bangunan di Kecamatan Sooko dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus (SNI 19-3964-1994 mengenai Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan):
BTS = penduduk x timbulan sampah x frekuensi
pengangkutan
VI-128
tahun 2013 berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tahun 2013 adalah 37.200 liter/
orang/ hari dengan ritasi pengangkutan sebanyak 1 kali pengangkutan per hari.
Proyeksi beban timbulan sampah dilakukan di semua BWP yang terdapat di
Kecamatan Sooko. Hal ini dilakukan agar mengetahui seberapa banyak beban timbulan
sampah yang dihasilkan pada 20 tahun ke depan dengan adanya pertumbuhan penduduk
yang menjadi sumber produksi sampah. Dengan demikian, akan diketahui berapa banyak
beban timbulan sampah serta dapat dilakukan arahan rencana sebagai solusi dalam
mengelola sampah yang dihasilkan. Berikut merupakan proyeksi beban timbulan sampah
20 tahun ke depan yaitu pada tahun 2013 hingga tahun 2032.
Tabel 6.78 Proyeksi Beban Timbulan Sampah BWP Tahun 2013-2032
No
BTS (liter)
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
Gamekan
Brangkal
Kedungmaling
Sambiroto
Jampirogo
Japan
Sooko
Wringinrejo
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
2013
13095
11890
20500
10767.5
9297.5
25192.5
37200
7797.5
135740
2017
15695
14250
24570
12905
11142.5
30195
44585
9345
162687.5
2022
19595
17792.5
30675
16112.5
13910
37697.5
55662.5
11667.5
203112.5
2027
22845
20742.5
35762.5
18782.5
16217.5
43950
64895
13602.5
236797.5
2032
26095
23695
40850
21455
18525
50202.5
74127.5
15537.5
270487.5
Berdasarkan tabel 6.78 di atas, dapat diketahui proyeksi timbulan samaph pada tahun
2013-2032
terus
meningkat
diiringi
dengan
pertumbuhan
penduduk.
Dengan
VI-129
maupun pengolahan sampah lebih lanjut agar sampah yang dihasilkan tidak hanya
dibuang sia-sia melainkan dikelola dengan baik dan menjasi barang yang lebih berguna.
Untuk sistem pengelolaan sampah yang dimaksud antara lain adalah, dibutuhkannya
penambahan pewadahan sampah, tenaga kerja (petugas kebersihan) yang mengangkut
sampah, serta tempat pembuangan sampah sementara yaitu TPS. Sedangkan untuk sistem
pengolahan sampah dapat dilakukan dengan cara mengubah sampah kering/plastic
menjadi kerajinan tangan (dapat melalui program kerja ibu-ibu PKK), pengolahan sampah
basah menjadi pupuk, dan lain sebagainya.
2.
berasal dari berbagai macam sarana. Sarana yang terdapat di Kecamatan Sooko yaitu
sarana pendidikan, sarana perdagangan dan jasa, sarana pemerintahan dan pelayanan
umum, sarana peribadatan, sarana kesehatan, sarana industri dan pergudangan, sarana
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan olah raga. Sampah yang dihasilkan dari beberapa sarana
berupa sampah kering (plastic, kaleng, dll), sampah basah (sisa makanan dan sayursayuran), serta sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang dihasilkan dari rumah
sakit, puskesmas, apotek, maupun praktek dokter. Untuk penanganan sampah di berbagai
sarana sama halnya dengan penanganan sampah permukiman, yaitu dikumpulkan, di
angkut, kemudian dibuang ke TPS yang tersedia. Namun untuk penanganan sampah B3
perlu dilakukan pengolahan khusus karena jenis sampah B3 tidak dapat di urai dan dapat
membahayakan manusia, tumbuhan dan hewan. Sehingga untuk penanganan sampah B3
perlu disediakan tempat pembakaran berupa incenerator yang bersifat membakar
sekaligus menghancurkan sampah B3 tersebut.
3.
Pass. Sistem pengumpulan sampahnya dilakukan hanya satu kali setiap harinya oleh
petugas penyapu jalan. Pengumpulan sampah jalan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul
05.00 07.00 WIB. Setelah pengumpulan selesai, sampah tersebut di angkut dengan
VI-130
menggunakan gerobak motor menuju TPS. Tabel 6.69 berikut merupakan analisis
pengelolaan sampah jalan utama Kecamatan Sooko.
Tabel 6.79 Kondisi Eksisting Penanganan Sampah di Ruas Jalan Utama Kecamatan Sooko
No.
1
Nama Jalan
Jl. R.A Basuni
By Pass
Kondisi Eksisting
Petugas mulai menyapu jalan pada
pukul 05.00 WIB. Sedangkan
sampah mulai di angkut pada pukul
06.30 - 08.00 WIB dengan
menggunakan gerobak motor
Jumlah petugas penyapu jalan
sebanyak 2 orang
Petugas mulai menyapu jalan pada
pukul 05.00 WIB. Sedangkan
sampah mulai di angkut pada pukul
06.00 - 07.30 WIB dengan
menggunakan gerobak motor
Jumlah petugas penyapu jalan
sebanyak 2 orang
Petugas mulai menyapu jalan pada
pukul 05.00 WIB. Sedangkan
sampah mulai di angkut pada pukul
06.00 - 07.30 WIB dengan
menggunakan gerobak motor
Jumlah petugas penyapu jalan
sebanyak 2 orang
Masalah Persampahan
Masih terdapat tumpukan
sampah disamping jalan
Pengambilan sampah
menjadi sulit karena By
Pass merupakan jalan
utama dengan laju harian
yang sangat padat dan
memiliki 2 jalur, yaitu
jalur Surabaya dan jalur
Jombang
Masih terdapat tumpukan
sampah disamping jalan,
terutama di daerah
bantaran sungai
Dilihat dari kondisi eksisting tentang penanganan sampah jalan yang terdapat di 3
jalan utama yaitu Jl. R.A Basuni, By Pass, dan Jl. Raya Brangkal, perlu diadakan
penanganan lebih lanjut terutama mengenai tempat pembuangan sampah sementara.
Berikut merupakan analisis mengenai pengelolaan sampah jalan yang terdapat di
Kecamatan Sooko.
VI-131
Ritasi
Pengambilan
Sampah
Waktu
Pengambilan
Sampah
Jl. R.A.
Basuni
1 kali
06.30 08.00
WIB
By Pass
1 kali
06.00 07.30
WIB
No
Nama
Jalan
1.
2.
Alat
Angkut
Sampah
Jalan
1 mobil
pickup
(pengangkut
sampah)
1 mobil
pickup
(pengangkut
sampah)
Kondisi Eksisting
Tempat
Pembuangan
Analisis
Sampah
Jalan
TPS Mojosari Untuk pengambilan sampah jalan cukup tidak mengganggu aktivitas
lalu lintas karena pengambilan sampah dilakukan pukul 05.00 pagi
dengan waktu pengangkutan sampah hingga pukul 08.00 pagi. Selain
itu, Jl. R.A Basuni ini memiliki laju harian yang tidak terlalu padat,
sehingga tidak mempersulit petugas untuk mengambil sampah jalan
tersebut
Petugas penyapu jalan berjumlah 2 orang dengan alat angkut 1 mobil
pickup yang digunakan untuk mengangkut sampah 3 jalan utama
Kecamatan Sooko. Volume mobil pengangkut sampah sebesar 1350
L sedangkan sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak berupa
dedaunan dan sampah plastik, sehingga dengan volume pickup yang
tersedia tidak menghambat penampungan sampah yang terdapat di Jl.
R.A Basuni tersebut. Namun perlu dilakukan penambahan petugas
penyapu jalan yang dikarenakan panjang jalan R.A Basuni sepanjang
(...) namun petugas penyapu jalan yang tersedia hanya 2 orang yang
dibentuk oleh pihak Kecamatan Sooko
Untuk tempat pembuangan sampah jalan dilakukan di TPS Mojosari,
dikarenakan di Kecamatan Sooko tidak memiliki TPS. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penambahan TPS minimal 1 kecamatan memiliki
1 TPS
TPS Mojosari Laju harian yang terjadi di By Pass ini sangat padat, sehingga
menghambat petugas untuk mengambil sampah jalan yang ada
Petugas penyapu jalan berjumlah 2 orang dengan alat angkut 1 mobil
pickup yang digunakan untuk mengangkut sampah 3 jalan utama
Kecamatan Sooko. Volume mobil pengangkut sampah sebesar 1350 L
sedangkan sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak berupa
dedaunan dan sampah plastik, sehingga dengan volume pickup yang
tersedia tidak menghambat penampungan sampah yang terdapat di By
Passl tersebut. Namun perlu dilakukan penambahan petugas penyapu
VI-132
No
Nama
Jalan
Jumlah
Petugas
Ritasi
Pengambilan
Sampah
Waktu
Pengambilan
Sampah
Alat
Angkut
Sampah
Jalan
Kondisi Eksisting
Tempat
Pembuangan
Sampah
Jalan
3.
Jl. Raya
Brangkal
1 kali
06.00 07.30
WIB
1 mobil
pickup
(pengangkut
sampah)
TPS Mojosari
Analisis
jalan yang dikarenakan kapasitas panjang jalan By Passyang cukup
panjang namun petugas penyapu jalan yang tersedia hanya 2 orang
yang dibentuk oleh pihak Kecamatan Sooko
Kecamatan Sooko tidak memiliki TPS sehingga sampah yang sudah
terkumpul diangkut dan dibuang ke TPS Mojosari. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penambahan TPS minimal 1 kecamatan memiliki 1
TPS
Untuk pengambilan sampah jalan cukup tidak mengganggu aktivitas
lalu lintas karena pengambilan sampah dilakukan pukul 05.00 pagi
dengan waktu pengangkutan sampah hingga pukul 08.00 pagi. Selain
itu, Jl. Raya Brangkal ini memiliki laju harian yang tidak terlalu
padat, sehingga tidak mempersulit petugas untuk mengambil sampah
jalan tersebut
Petugas penyapu jalan berjumlah 2 orang dengan alat angkut 1 mobil
pickup yang digunakan untuk mengangkut sampah 3 jalan utama
Kecamatan Sooko. Volume mobil pengangkut sampah sebesar 1350 L
sedangkan sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak berupa
dedaunan dan sampah plastik, sehingga dengan volume pickup yang
tersedia tidak menghambat penampungan sampah yang terdapat di Jl.
Raya Brangkal tersebut. Namun perlu dilakukan penambahan petugas
penyapu jalan yang dikarenakan Jl. Raya Brangkal sangat panjang
namun petugas penyapu jalan yang tersedia hanya 2 orang yang
dibentuk oleh pihak Kecamatan Sooko
Kecamatan Sooko tidak memiliki TPS sehingga sampah yang sudah
terkumpul diangkut dan dibuang ke TPS Mojosari. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penambahan TPS minimal 1 kecamatan memiliki 1
TPS
VI-133
Kecamatan Sooko memiliki 5 jalan utama yang berperan penting dalam kegiatan
peningkatan perekonomian serta keseharian masyarakat Kecamatan Sooko. Namun, untuk
skala pelayanan petugas penyapu jalan hanya terdapat tiga jalan utama yang terlayani.
Jika dalam penanganan sampah yang terdapat di jalan utama BWP Kecamatan Sooko
tersebut tidak dilaksanakan dengan optimal, kemungkinan terjadinya gangguan terhadap
kegiatan yang berlangsung sehari-hari, misalnya jalan utama yang berperan penting
sebagai aksesbilitas perdagangan yang mempengaruhi perekonomian Kecamatan Sooko
tidak akan terhindari. Sehingga, dimulai dari hal yang kecil, yaitu penanganan sampah
jalan terhadap jalan utama perlu ditingkatkan, salah satunya dengan cara menambahkan
petugas penyapu jalan di tiap-tiap jalan utama. Dengan demikian, pengelolaan sampah
jalan dapat dilakukan se-optimal mungkin.
Tabel 6.81 Eksisting Skala Pelayanan Pasukan Kuning di BWP Kecamatan Sooko
No.
Desa
Jumlah
Bangunan
Rumah
Jadwal
Pengambilan
Sampah
Tarif
Retribusi
(rupiah/orang
/bulan)
Jumlah
Petugas
Kebersihan
Terlayani
Tidak
Terlayani
Skala Pelayanan
Jenis Alat
Angkut
Gamekan
1508
1508
Brangkal
1158
pagi hari
90.000
195
963
gerobak motor
Kedungmaling
749
749
Sambiroto
509
509
Jampirogo
2824
pagi hari
90.000
1692
1132
gerobak motor
Japan
1372
pagi hari
90.000
282
1090
gerobak motor
Sooko
3552
pagi hari
90.000
1373
2179
gerobak motor
812
12484
3542
812
8942
Wringinrejo
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
VI-135
Dari analisis skala pelayanan pasukan kuning di atas, dapat diketahui bahwa
bangunan yang dilayani pasukan kuning hanyalah bangunan perumahan yang terdapat di
Desa Sooko, Desa Japan, Desa Jampirogo, dan Desa Brangkal. Pasukan kuning ini
dibentuk oleh pihak Kecamatan Sooko dikarenakan Desa Sooko termasuk desa yang
memiliki ciri perkotaan, sehingga diperlukan adanya pasukan kuning untuk membantu
warga dalam mengelola sampah yang terdapat di Kecamatan Sooko. Namun, pasukan
kuning ini hanya melayani perumahan saja, yang dikarenakan rata-rata warga Kecamatan
Sooko mengelola sampah mereka dengan dibakar secara langsung, sehingga bagi mereka
adanya pasukan kuning tidak terlalu diperlukan. Sehingga, untuk pengelolaan sampah
permukiman perlu diadakan penambahan pewadahan sampah komunal dengan
pertimbangan volume sampah yang dihasilkan tiap tahunnya tidak terlalu banyak, serta
dengan adanya pengelolaan sampah organic yang ditimbun dan dapat membantu
penyuburan tanah. Selain penambahan pewadahan sampah, untuk analisis pengangkutan
sampah, perlu diadakan penambahan pasukan kuning dengan skala pelayanan di daerah
permukiman BWP Kecamatan Sooko, sehingga dapat menghindari terjadinya timbunan
sampah.
4.
sungai yang merupakan perbatasan antara Desa Kedungmaling dengan Desa Brangkal.
Sedangkan pasar itu sendiri berada di Desa Kedungmaling yang merupakan daerah BWP
dan memiliki kepadatan penduduk yang cukup padat. Pasar Kedungmaling ini memiliki
TPS khusus untuk pembuangan sampah pasar tersebut. Pengelolaan sampah pasar juga
belum optimal dengan tidak dilengkapi adanya pemilahan sampah melainkan
pembuangan sampah dilakukan di satu tempat tanpa memperhatikan jenis sampah yang
dihasilkan. Selain itu, penyediaan TPS yang berlokasi di dalam area pasar membuat
pedagang pasar yang berada di pinggiran pasar menjadi malas membuang sampah ke TPS
tersebut, sehingga mereka memilih melakukan pengumpulan sampah sendiri. Fatalnya,
pengumpulan sampah tersebut dilakukan di pinggir jalan tepatnya di selokan tepi jalan
raya dan mengganggu aktivitas lalu lintas di sekitar pasar.
VI-136
5.
Sooko, tepatnya di Desa Jampirogo Kecamatan Sooko. Rumah sakit ini terbilang cukup
baik, karena sudah memenuhi standart pengelolaan sampah medis dengan adanya
incinerator sebagai alat pemusnah sampah medis atau sampah B3. Untuk pewadahan
sampah sudah terfasilitasi, sedangakan untuk sampah medis atau sampah B3 yang berupa
sisa botol obat-obantan, jarum bekas suntikan, dan venlone silet dikumpulkan di kantong
plastik dan kaleng bekas yang selanjutnya di bakar menggunakan incinerator yang sudah
tersedia. Meskipun bukan berupa tempat sampah yang layak, namun setidaknya sudah
dilakukan pewadahan sampah medis tersendiri yang dilakukan petugas kebersihan rumah
sakit ini.
6.
untuk pengelolaan produksi sampah yang dihasilkan, dimana secara eksisting sampah
yang dihasilkan dilakukan pengelolaan dengan cara ditimbun, dibakar secara langsung,
atau di angkut ke TPS Mojosari yang terdapat di Kecamatan Mojosari dengan hasil
produksi sampah yang dihasilkan Kecamatan Mojosari sebesar 239.940 m3/hari. Pada
kondisi eksisting (Tahun 2012) dapat diketahui bahwa volume TPS Mojosari lebih kecil
dibandingkan dengan produksi sampah yang dihasilkan tiap harinya. Namun pada
kenyataannya, skala pelayanan TPS Mojosari ini bukan hanya untuk Kecamatan Mojosari
saja, namun juga melayani kecamatan lain yang terdapat di Kabupaten Mojokerto. Jika
lama-kelamaan dibiarkan, volume TPS yang tersedia akan terus-menerus menipis
sehingga terjadinya timbunan sampah tidak dapat dipungkiri lagi. Untuk mencegah
terjadinya tiimbunan sampah tersebut, perlu diadakannya penambahan TPS pada tiap
kecamatan, terutama Kecamatan Sooko yang skala kotanya termasuk kota sedang dengan
peningkatan jumlah penduduk yang cukup padat. Penambahan TPS ini dapat dialokasikan
di Desa Sambiroto dengan pertimbangan lahan yang masih tersedia banyak dengan jenis
lahan yang bukan non teknis, dan memiliki syarat sesuai standart yaitu jarak antara
bangunan permukiman 30 meter dari rencana lokasi TPS tersebut. Dengan demikian,
VI-137
sampah yang dihasilkan oleh warga yang tinggal di BWP Kecamatan Sooko tidak lagi
harus membuang sampah mereka ke TPS Mojosari, melainkan dapat mengelola sampah
mereka atau dapat di angkut ke TPS baru tersebut.
7.
Analisis Pengadaan Bank Sampah dan Komposting Untuk BWP Kecamatan Sooko
Selain pengadaan TPS untuk BWP Kecamatan Sooko, penambahan Bank Sampah
juga diperlukan untuk mengolah sampah yang dihasilkan warga BWP Kecamatan Sooko.
Jenis sampah yang dihasilkan lebih banyak berupa sampah anorganik yang sebenarnya
masih dapat diolah kembali menjadi barang yang lebih bernilai dibandingkan dengan
jenis sampah organic. Namun bukan berarti Kecamatan Sooko tidak memerlukan
pengolahan sampah organic. Untuk pengolahan sampah organic dilakukan penambahan
composting yang dapat menghasilkan pupuk dan dapat membantu perekonomian warga
yang mayoritas masih memiliki lahan pertanian. Pengadaan Bank Sampah dan
composting ini dapat dialokasikan ke tempat yang memiliki pusat kegiatan yang padat
dan dekat dengan kota yaitu di Desa Sooko, dengan pertimbangan, adanya jarak yang
dekat dapat memicu minat masyarakat kota untuk lebih tertarik dengan adanya olahan
sampah anorganik yang dihasilkan warga Kecamatan Sooko dikarenakan Desa Sooko
memiliki jarak yang dekat dengan Kota Mojokerto. Selain itu, pengalokasian Bank
Sampah di Desa Sooko yang berbatasan langsung dengan Kota Mojokerto ini dapat
mendukung adanya jual-beli barang dari hasil olahan sampah anorganik, sehingga dapat
menghasilkan nilai (uang) serta memabantu perekonomian Kecamatan Sooko.
VI-138
Peta 6.24
VI-139
B.
Pengelolaan Sanitasi
1.
secara
bangunannya.Warga yang memiliki MCK tanpa dilengkapi dengan septic tank membuang
limbah yang dihasilkan oleh secara langsung ke sungai. Hal ini dapat mencemari sungai
dan dapat menimbulkan penyakit yang berdampak kepada warga yang rumahnya
berlokasi di sepanjang pinggiran sungai.
VI-140
Tabel 6.82 Matriks Analisis Sistem Pengelolaan Sanitasi BWP Kecamatan Sooko
Desa
Desa
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
Sistem
Sanitasi
Gamek
an
4978
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Brangk
al
4520
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Teknologi
Dengan
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
5 meter
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
5 meter
Sistem
Sanitasi
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
Analisis
Kepadatan
Penduduk
dan
Teknologi
Pembuang
an Air
Limbah
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Jarak
Minimum
Setictank
Dengan
Sumur/
Sumber Air
Bersih
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
VI-141
Desa
Desa
Kedun
gmalin
g
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
7793
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Sistem
Teknologi
Dengan
Sanitasi
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
MCK dan an
septictan septictank.
k pribadi
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
5 meter
Sistem
Sanitasi
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
Analisis
Kepadatan
Penduduk
dan
Teknologi
Pembuang
an Air
Limbah
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Jarak
Minimum
Setictank
Dengan
Sumur/
Sumber Air
Bersih
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
VI-142
Desa
Desa
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Sistem
Teknologi
Dengan
Sanitasi
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
Sambir
oto
4093
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
8 meter
Jampir
ogo
3534
Memakai
sistem
Jumlah
pendudk
5 meter
Sistem
Sanitasi
laan
tinja
belum
berjalan
Analisis
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Setictank
Teknologi
Dengan
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
an septic
meter.
tank pribadi
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 8
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
Terdapat 2 MCK
Umum yang sudah
tidak difungsikan
lagi.
Sudah
sesuai
Sudah
sesuai
Belum
sesuai
Untuk masalah
VI-143
Desa
Desa
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
Sistem
Sanitasi
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Japan
9577
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Teknologi
Dengan
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
5 meter
Sistem
Sanitasi
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
Analisis
Kepadatan
Penduduk
dan
Teknologi
Pembuang
an Air
Limbah
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Jarak
Minimum
Setictank
Dengan
Sumur/
Sumber Air
Bersih
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
VI-144
Desa
Desa
Sooko
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
14141
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Sistem
Teknologi
Dengan
Sanitasi
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
5 meter
Sistem
Sanitasi
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Analisis
Kepadatan
Penduduk
dan
Teknologi
Pembuang
an Air
Limbah
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Jarak
Minimum
Setictank
Dengan
Sumur/
Sumber Air
Bersih
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 5
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
VI-145
Desa
Desa
Wringi
nrejo
Jumlah
Pendu
duk
Jumlah
Pendu
duk
2964
Kondisi Eksisting
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Septictank
Sistem
Teknologi
Dengan
Sanitasi
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
Memakai
sistem
individua
l, yaitu
menggun
akan
MCK dan
septictan
k pribadi
Jumlah
pendudk
lebih dari
500 orang,
Sehingga
menggunak
an
septictank.
8 meter
Sistem
Sanitasi
Sudah
sesuai
standart
SNI,
yaitu
memilik
i MCK
dan
septic
tank
pribadi.
Namun
untuk
pengelo
laan
tinja
belum
berjalan
Analisis
Kepadatan
Jarak
Penduduk
Minimum
dan
Setictank
Teknologi
Dengan
Pembuang
Sumur/
an Air
Sumber Air
Limbah
Bersih
Sudah
sesuai
standart,
yaitu
jumlah
penduduk
lebih dari
500 orang,
dan
teknologi
pembuanga
n air limbah
sudah
menggunak
an septic
tank pribadi
Belum
sesuai
standart,
yaitu jarak
septic tank
dengan
sumber air
bersih hanya
berjarak 8
meter,
sedangkan
untuk
standart
yaitu 10
meter.
Untuk masalah
yang terdapat di
Desa Gamekan
antara lain masih
ada 20% warga
yang membuang
limbah mereka
secara langsung ke
sungai walaupun
bangunan rumah
mereka sudah
dilengkapi dengan
MCK pribadi.
VI-146
2.
Berikut merupakan proyeksi timbulan air limbah BWP di Kecamatan Sooko pada
tahun 2013-2032.
Tabel 6.83 Proyeksi Timbulan Limbah BWP
Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
Jumlah
Penduduk
1.
2013
52,787.00
2.
2017
57,813.00
3.
2022
64,775.00
4.
2027
72,575.00
5.
2032
81,313.00
Jumlah
329,263.00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
No.
Tahun
Berdasarkan tabel 6.73, dapat diketahui bahwa untuk proyeksi volume limbah yang
dihasilkan pada tahun 2013-2032 di BWP Kecamatan Sooko sebanyak 48.045.043.469,46
liter sehubungan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang terdapat di BWP
Kecamatan Sooko.
3.
apotek, posyandu, dan praktek dokter. Sarana tersebut sudah tersedia MCK dan septictank
yang memadai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah grey water (air bekas cuci tangan
dan sabun), limbah black water dan limbah B3 (air ketuban, obat-obatan dan air bekas
bilasan darah) yang memerlukan perlakuan khusus dalam proses pengolahannya. Limbahlimbah B3 tersebut tidak mengalami perlakuan khusus, contohnya air ketuban dan air
bilasan darah dari hasil persalinan langsung dibuang ke saluran pembuangan yang
mengalir ke septictank. Hal tersebut dapat mencemari lingkungan sekitar yang bisa
mengancam kesehatan karena bakteri dan obat-obatan tercampur tanpa ada pengolahan
khusus.
VI-147
4.
Desa Kedungmaling. Sarana pasar sudah memiliki MCK yang memadai dengan kondisi
yang layak dan bersih dan dilengkapi dengan septictank komunal. Limbah yang
dihasilkan berupa air kotor, sabun, tinja dan urine. Ketersediaan akan fasilitas MCK dan
septictank tersebut dapat mengurangi pencemaran limbah yang dihasilkan.
6.4.5
Kecamatan Sooko baik berupa kegiatan industri maupun rumah tangga. Seluruh daerah BWP di
Kecamatan Sooko telah terlayani jaringan listrik dengan jumlah pengguna sebanyak 14.693
Kepala Keluarga (KK). Pendistribusian jaringan listrik dari PLN ke rumah-rumah warga
menggunakan trafo distribusi. Penyediaan jaringan listrik di Kecamatan Sooko dilaksanakan oleh
PLN cabang Mojokerto ranting Krian dengan kebutuhan minimum 450VA/KK dan kebutuhan
maksimum 2.200VA/KK.
Proyeksi kebutuhan daya listrik yang diperlukan untuk Kecamatana Sooko selama 20
tahun mendatang adalah sebgai berikut :
Kebutuhan daya listrik rumah tangga : proyeksi kebutuhan rumah x 900 watt
Industri dan perdagangan
Fasilitas perkantoran
Penerangan jalan
Cadangan
Setelah dilakukan perhitungan maka hasil kebutuhan listrik BWP Kecamatan Sooko
adalah sebagai berikut :
VI-148
8127000
Kebutuhan
Listrik
Fasilitas
Sosial &
Ekonomi
1741500
8313480
1781460
1187640
118764
593820
23871564
13007700
9105390
1951155
1300770
130077
650385
26145477
14574600
10202220
2186190
1457460
145746
728730
29294946
16329600
11430720
2449440
1632960
163296
816480
32822496
No.
Tahun
Proyeksi
Kebutuhan
Rumah
1.
2013
12900
Kebutuhan
Daya
Listrik
Rumah
Tangga
11610000
2.
2017
13196
11876400
3.
2022
14453
4.
2027
16194
18144
5.
2032
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Kebutuhan
Listrik
Industri &
Perdagangan
Kebutuhan
Listrik
Fasilitas
Perkantoran
Kebutuhan
Listrik
Penerangan
Jalan
Cadangan
Listrik
Jumlah
1161000
116100
580500
23336100
VI-149
VI-150
Peta 6.25
VI-151
6.4.6
melalui gardu distribusi yang dilanjutkan melalui Sentra Telepon Otomat (STO) untuk disalurkan
kepada pelanggan. Pemenuhan kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Sooko akan terus
meningkat seiring dengan terjadinya pertumbuhan penduduk tiap tahunnya. Pemenuhan
kebutuhan telekomunikasi dapat dilakukan dengan adanya penambahan jumlah satuan
sambungan, penambahan STO dan telepon umum, serta perbaikan-perbaikan pada sistem
pelayanan yang sudah ada.
Fasilitas telekomunikasi sudah menjangkau ke seluruh BWP Kecamatan Sooko
khususnya di sepanjang jalan utama, pusat-pusat perdagangan, pemerintahan, dan pusat industry.
Berikut merupakan jumlah pelanggan telepon dan fasilitas komunikasi lainnya di tiap BWP
Kecamatan Sooko.
Tabel 6.85 Jumlah BTS BWP Kecamatan Sooko
Lokasi
Jumlah BTS
2
Desa Sooko
2
Desa Jampirogo
1
Perbatasan Desa Brangkal dengan Desa Gamekan
Sumber: Data Dinas Telekomunikasi Kabupaten Mojokerto, 2013
VI-152
Peta 6.26
Persebaran BTS
VI-153
6.5
6.5.1
Analisis SWOT
SWOT merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk analisis kualitatif. SWOT dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk
menganalisis strategi pemerintah di dalam mengolah daerahnya. (Manajemen dan Rekayasa
Infrastruktur). Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis dalam yang digunakan dalam
menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks
dimana faktor eksternal dan internal memegang peran yang sama pentingnya. SWOT secara
harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep/ kata:
a. S (strength/ kekuatan)
Suatu keadaan atau kondisi yang ada/ dimiliki, yang dianggap/ merupakan hal yang
sudah baik.
b. W (weakness/ kelemahan/ masalah)
Suatu keadaan atau kondisi yang dianggap memiliki kelemahan atau masalah
c. O (opportunity / kesempatan/ peluang)
Suatu keadaan atau kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam/ sekitar daerah
yang dianggap berpeluang untuk digunakan bagi pengembangan potensi.
d. T (threat/ ancaman/ hambatan):
Suatu keadaan/ kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam/ sekitar daerah yang
dianggap dapat menghambat/ mengancam pengembangan potensi.
Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern, sedangkan kesempatan dan ancaman
merupkan faktor ekstern. (Sumber: Modul SPD). SWOT digunakan untuk dapat menetapkan
tujuan secara lebih realistis dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan
berlandaskan SWOT, tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Maka diperoleh
semacam core strategy yang prinsipnya merupakan:
a. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka
b. Strategi yang mangatasi hambatan yang ada, dan
c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada
VI-154
Analisis SWOT berupa kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dari potensi yang
akan dijadikan landasan bagi arahan kebijakan pengembangan potensi dan pemecahan
permasalahan yang ada di Kecamatan Sooko.
VI-155
Tabel 6.86 Matriks Analisis SWOT Beberapa Sektor BWP di Kecamatan Sooko
Variabel
Faktor Internal
Kekuatan (Strenght)
Faktor Eksternal
Kelemahan (Weakness)
Kesempatan (Opportunity)
Ancaman (Threat)
Pertumbuhan
pembangunan dapat
dioptimalkan
Adanya bantuan dari
pemerintah untuk
membantu penanganan
masalah dan pemeliharaan
sarana di Kecamatan
Sooko
Adanya kebijakan dari
Pemerintah untuk
pembangunan dan
pemerataan sarana sesuai
standar
Adanya bantuan dana baik
berupa dana pemeliharaan
maupun penanganan
masalah prasarana.
Adanya peluang investasi
dan kerjasama dalam
melakukan promosi
produk dari pihak swasta
maupun pemerintah.
Adanya peluang kerjasama
dengan dinas atau pihak
terkait lainnya dalam
memberikan pendidikan
kewirausahaan dalam
meningkat kualitas produk
maupun SDM.
Pola ruang
Persebaran pembangunan
belum merata
Struktur
Ruang
VI-156
Variabel
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strenght)
Kelemahan (Weakness)
Kurangnya minat
masyarakat masyarakat
dalam transportasi umum.
Kesempatan (Opportunity)
Ancaman (Threat)
VI-157
Berdasarkan tabel matriks analisis SWOT, maka dapat dibuat alternatif penggunaan
dengan mengkombinasikan masing-masing aspek dengan membuat matriks strategi SWOT untuk
setiap sektor (transportasi, sarana dan prasarana). Matriks strategi SWOT dibuat dengan
mengaitkan 2 poin yang saling berkaitan dan berhubungan sebagai berikut :
SO : Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk dapat meraih peluang (O) yang
tersedia.
ST
POSITIF
ancaman (T).
ANTICIPATE FUTURE
NEGATIF
REVIEW
VI-158
Berikut merupakan matriks SWOT dari sektor sarana, sektor prasarana, sektor industry, dan sektor transportasi.
Tabel 6.87 Matriks Strategi SWOT Variabel BWP Kecamatan Sooko
INTERNAL
EKSTERNAL
INTERNAL
STRENGTH
WEAKNESS
Semua kawasan di BWP kecamatan Sooko terdiri dari Persebaran pembangunan belum merata
kawasan budidaya
Sarana keamanan yang belum tersebar merata
Sarana perdagangan sudah tersebar merata
Tidak terdapat jalur untuk evakuasi bencana
Tersedianya sarana kesehatan berupa rumah sakit yang Jaringan air bersih belum merata untuk
memiliki skala pelayanan dalam dan luar kecamatan.
Kcamatan Sooko.
Terdapat sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Saluran drainase kurang terawat sehingga
dengan skala pelayanan kabupaten
menyebabkan saluran menjadi rusak dan
menghambat sistem drainase.
Prasarana Listrik dan Telekomunikasi telah
menjangkau seluruh Kecamatan Sooko.
Banyaknya industri yang belum memiliki sistem
Seluruh wilayah di Kecamatan Sooko telah terakses
pengelolaan limbah
jalan dengan baik
Tidak adanya fasilitas untuk mempromosikan
hasil indsutri rumah tangga di Kecamatan Sooko.
Banyaknya Industri rumah tangga Rumah tangga yang
dapat mendukung perekonomian masyarakat sekitar.
Kurangya angkutan transportasi umum di
Kecamatan Sooko, sehingga dapat mengurangi
Produk industri Kecamatan Sooko sudah dipasarkan ke
mobilitas warga.
berbagai daerah di luar Kabupaten Mojokerto. Seperti
sepatu, topi dan batu bata.
Kurangnya minat masyarakat masyarakat dalam
transportasi umum
Tersedianya sarana industri untuk menunjang proses
produksi, distribusi dan pemasaran.
Indsutri dapat membantu penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan perekonomian masyarakat.
Kecamatan Sooko dilalui oleh jalan by pass yang
memiliki hirarki sekunder, yaitu yang menghubungkan
antara Surabaya dan Jombang. Sehingga dapat
menumbuhkan perkembangan sarana baru di sekitar
jalan by pass
VI-159
OPPORTUNITY
EXTERNAL
STRATEGI SO
Pertumbuhan pembangunan dapat
dioptimalkan
Mengoptimalkan pembangunan sarana-prasarana di
Adanya bantuan dari pemerintah untuk
Kecamatan Sooko
membantu penanganan masalah dan
pemeliharaan sarana di Kecamatan
Adanya bantuan dana dari pemerintah yang dapat
Sooko
membantu persebaran sarana secara merata dan
pemeliharaannya di Kecamatan Sooko
Adanya kebijakan dari Pemerintah
untuk pembangunan dan pemerataan
Memaksimalkan penggunaan sarana yang sudah ada
sarana sesuai standar
Memaksimalkan akses yang sudah baik untuk kegiatan
sehari-hari terutama perekonomian
Adanya bantuan dana baik berupa dana
pemeliharaan maupun penanganan
Mengoptimalkan peluang kerjasama dengan pihak
masalah prasarana.
swasta maupun pemerintah dalam hal investasi serta
Adanya peluang investasi dan
pelatihan wirausaha, yang diharapkan mampu
kerjasama dalam melakukan promosi
meningkatkan kualitas produsen maupun hasil
produk dari pihak swasta maupun
produksinya, serta memberikan inovasi baru di dalam
pemerintah.
proses produksi
Adanya peluang kerjasama dengan
Mengoptimalkan kerjasama dengan pihak swasta
dinas atau pihak terkait lainnya dalam
ataupun pemerintah dalam pengadaan transportasi
memberikan pendidikan kewirausahaan
umum khususnya pada jalur Surabaya-Jombang
dalam meningkat kualitas produk
sehingga dapat memperlancar mobilisasi dan
maupun SDM.
meperkuat sektor ekonomi
Adanya peluang untuk bekerja sama
dengqn pihak swasta maupun
pemerintah dalam pengadaan
transportasi umum
STRATEGI WO
VI-160
THREAT
STRATEGI ST
STRATEGI WT
VI-161
6.5.2
Analisis IFAS-EFAS
Konsep dasar pengembangan Kecamatan Sooko dibuat berdasarkan analisis matriks
SWOT yang ada. Analisis SWOT ini bertujuan untuk memperoleh semacam core strategy.
Beberapa aspek SWOT meliputi aspek kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman
(T), dimana keempatnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan adanya keterkaitan
tersebut maka akan diperoleh beberapa strategi atau konsep dasar pengembangan yang dapat
digunakan dalam pengembangan Kecamatan Sooko baik fisik maupun non fisik. Penentuan
konsep dasar pengembangan dilakuan berdasarkan analisis SWOT dengan melakukan penilaian
(pembobotan) menggunakan analisis IFAS-EFAS untuk masing-masing sektor, kemudian hasil
dari penilaian (pembobotan) tersebut ditampilkan dalam bentuk kuadran yang akan menentukan
strategi pengembangan selanjutnya.
Penilaian dilakukan pada setiap aspek SWOT dengan memberi bobot antara 0,00 hingga
1,00, dimana jika aspek-aspek masing-masing faktor (internal/eksternal) dijumlahkan akan
menghasilkan bobot 1. Setelah melakukan pembobotan, diberikan rating dimana rating ini
menunjukkan tingkat kepentingan masing-masing aspek. Rating yang diberikan yaitu
berdasarkan kriteria yang telah dibuat dimana masing-masing aspek memiliki 3 kriteria
sebagai berikut :
1. Kriteria pertama memiliki rating = 1
A.
=2
=3
Varibel
Pola Ruang Kecamatan
Sooko
Strength
Persebaran sarana
perdagangan
Kriteria Rating
1. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
lindung saja
2. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
budidaya saja
3. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
lindung dan budidaya (50:50)
1. Persebaran sarana perdagangan 1-30%
2. Sarana perdagangan tersebar 31-60%
3. Sarana perdagangan tersebar 61-100%
VI-162
Faktor
Varibel
Skala pelayanan sarana
kesehatan
Pengalokasian sarana
pemerintahan
Tingkat pelayanan
listrik dan
telekomunikasi
Strenght
Pengaruh
industri
terhadap
penyerapan
tenaga kerja
Kriteria Rating
1. Skala pelayanan sarana kesehatan hanya di tingkat
desa
2. Skala pelayanan sarana kesehatan di tingkat
kecamatan
3. Skala pelayanan sarana kesehatan mencapai tingkat
kabupaten
1. Pengalokasian sarana pemerintahan 1-30% terdapat
di Kecamatan Sooko
2. Pengalokasian sarana pemerintahan 31-60% terdapat
di Kecamatan Sooko
3. Pengalokasian sarana pemerintahan 61-100%
terdapat di Kecamatan Sooko
1. Penduduk yang terlayani listrik dan komunikasi
sebesar 1-30%
2. Penduduk yang terlayani listrik dan komunikasi
sebesar 31-60%
3. Penduduk yang terlayani listrik dan komunikasi
sebesar 61-100%
1. Aksesbilitas antar desa di Kecamatan Sooko buruk
2. Masih ada desa yang belum terhubung dengan desa
lainnya
3. Desa-desa di Kecamatan Sooko sudah terhubung
dengan baik
1. Tidak terdapat industri rumah tangga yang dapat
mendukung perekonomian masyarakat di
Kecamatan
2. Jumlah industri rumah tangga yang dapat
mendukung perekonomian masyarakat di
Kecamatan rendah.
3. Jumlah industri rumah tangga yang dapat
mendukung perekonomian masyarakat di
Kecamatan tinggi
1.
Skala pemasaran produk industri hanya berada di
dalam Kecamatan Sooko
2. Skala pemasaran produk industri hingga kabupaten
Mojokerto
3. Skala pemasaran produk industri hingga ke luar
Kabupaten Mojokerto
1. Tidak terdapat sarana industri untuk menunjang
proses produksi, distribusi dan pemasaran.
2. Terdapat sarana industri untuk menunjang proses
produksi, distribusi dan pemasaran.namun masih
belum paham penggunaannya.
3. Terdapat sarana industri untuk menunjang proses
produksi, distribusi dan pemasaran.dan sudah
paham penggunaannya.
1. Industri yang terdapat di Kecamatan Sooko tidak
dapat menyerap tenaga kerja yang berasal dari
kecamatan tersebut.
2. Industri yang terdapat di Kecamatan Sooko hanya
VI-163
Faktor
Varibel
3.
Kecamatan
Sooko
dilalui oleh jalan by
pass yang memiliki
hirarki sekunder, yaitu
yang menghubungkan
antara Surabaya dan
Jombang.
Persebaran
pembangunan
Persebaran sarana
keamanan
Jalur evakuasi bencana
Fasilitas
untuk
mempromosikan hasil
industri di Kecamatan
Sooko
1.
2.
3.
Kriteria Rating
menyerap sedikit tenaga kerja yang berasal dari
kecamatan tersebut.
Industri yang terdapat di Kecamatan Sooko mampu
menyerap banyak tenaga kerja yang berasal dari
kecamatan tersebut.
Kondisi Jalan Bypass yang menghubungkan
Surabaya dengan Jombang kurang baik
Kondisi Jalan Bypass yang menghubungkan
Surabaya dengan Jombang cukup baik
Kondisi Jalan Bypass yang menghubungkan
Surabaya dengan Jombang sudah baik
VI-164
Faktor
Weakness
Varibel
Kriteria Rating
3. Kualitas (Keamanan dan Kenyamanan) dan jumlah
transportasi umum buruk
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Alokasi penggunaan
lahan terhadap sarana
Kebijakan pemerintah
tentang pembangunan
dan pemerataan
prasarana di Kecamatan
Sooko
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Opportunity
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Peluang kerjasama
dengan dinas atau pihak
terkait lainnya dalam
memberikan pendidikan
kewirausahaan dalam
meningkat kualitas
produk maupun SDM.
1.
2.
VI-165
Faktor
Varibel
3.
1.
2.
3.
Kriteria Rating
maupun SDM. namun belum dioptimalkan
Terdapat peluang kerjasama dengan dinas atau
pihak terkait lainnya dalam memberikan pendidikan
kewirausahaan dalam meningkat kualitas produk
maupun SDM. dan sudah dioptimalkan
peluang untuk bekerja sama dengan pihak swasta
maupun pemerintah dalam pengadaan transportasi
umum
terdapat peluang untuk bekerja sama dengan pihak
swasta maupun pemerintah dalam pengadaan
transportasi umum namun belum dioptimalkan.
Terbukanya peluang untuk bekerja sama dengan
pihak swasta maupun pemerintah dalam pengadaan
transportasi umum dan telah dioptimalkan dengan
baik
Ketersediaan Lahan sawah tetap seperti semula
Ketersediaan lahan sawah mulai berkurang
Ketersediaan lahan sawah telah habis
Ketersediaan Lahan
Sawah
1.
2.
3.
Threat
Persaingan
dengan
produk asing atau dari
luar daerah Mojokerto.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Strength
Varibel
Pola Ruang Kecamatan
Sooko
Persebaran sarana
perdagangan
Skala pelayanan sarana
kesehatan
Kriteria Rating
4. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
lindung saja
5. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
budidaya saja
6. Pola ruang Kecamatan Sooko terdiri dari kawasan
lindung dan budidaya (50:50)
4. Persebaran sarana perdagangan 1-30%
5. Sarana perdagangan tersebar 31-60%
6. Sarana perdagangan tersebar 61-100%
4. Skala pelayanan sarana kesehatan hanya di tingkat
desa
5. Skala pelayanan sarana kesehatan di tingkat
kecamatan
6. Skala pelayanan sarana kesehatan mencapai tingkat
kabupaten
VI-166
Faktor
Varibel
Pengalokasian sarana
pemerintahan
Kriteria Rating
4. Pengalokasian sarana pemerintahan 1-30% terdapat
di Kecamatan Sooko
5. Pengalokasian sarana pemerintahan 31-60% terdapat
di Kecamatan Sooko
6. Pengalokasian sarana pemerintahan 61-100%
terdapat di Kecamatan Sooko
Tingkat pelayanan
listrik dan
telekomunikasi
Strenght
1.
Pengaruh
industri
terhadap
penyerapan
tenaga kerja
VI-167
Faktor
Varibel
Kriteria Rating
6.
Kecamatan
Sooko
dilalui oleh jalan by
pass yang memiliki
hirarki sekunder, yaitu
yang menghubungkan
antara Surabaya dan
Jombang.
Persebaran
pembangunan
5.
6.
Persebaran sarana
keamanan
Weakness
4.
Fasilitas
untuk
mempromosikan hasil
industri di Kecamatan
Sooko
VI-168
Faktor
Varibel
Kriteria Rating
Sooko
peluang untuk bekerja
sama dengan pihak
swasta maupun
pemerintah dalam
pengadaan transportasi
umum
Pertumbuhan
pembangunan
Opportunity
Alokasi penggunaan
lahan terhadap sarana
4.
5.
6.
Kebijakan pemerintah
tentang pembangunan
dan pemerataan
prasarana di Kecamatan
Sooko
VI-169
Faktor
Varibel
Kriteria Rating
Peluang kerjasama
dengan dinas atau pihak
terkait lainnya dalam
memberikan pendidikan
kewirausahaan dalam
meningkat kualitas
produk maupun SDM.
Threat
Ketersediaan Lahan
Sawah
VI-170
Faktor
Varibel
Dampak produksi
limbah terhadap
perkembangan sarana
Kondisi ruas jalan
Persaingan
dengan
produk asing atau dari
luar daerah Mojokerto.
Kriteria Rating
1. Sarana berkembang dan pengolahan limbah optimal
2. Sarana berkembang dan pengolahan limbah belum
optimal
3. Sarana berkembang namun tidak ada pengolahan
limbah
1. Kondisi ruas jalan tetap baik walaupun sering dilewati
truk besar
2. Kondisi ruas jalan cukup baik walaupun sering
dilewati truk besar
3. Kondisi ruas jalan buruk akibat sering dilewati truk
besar
4. Kondisi iklim tidak menentu namun tidak berpengaruh
terhadap terjadinya bencana
5. Kondisi iklik tidak menentu dan berpengaruh kecil
terhadap bencana banjir
6. Kondisi iklim tidak menentu dan berpengaruh besar
terhadap bencana banjir
Minat
masyarakat
masyarakat
dalam
menggunakan
transportasi umum.
Opportunity (Peluang)
Pertumbuhan pembangunan dapat
dioptimalkan
Adanya bantuan dana dari
pemerintah pusat dalam
pembangunan sarana
bobot
Rating
Bobot x rating
0,1
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
VI-171
Faktor Ekternal
masalah prasarana
bobot
Rating
Bobot x rating
0,1
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
0,7
1,4
0,1
0,2
0,1
0,3
0,1
0,3
0,3
0,8
Strength (kekuatan)
kawasan di
BWP
kecamatan Sooko terdiri dari
kawasan budidaya
Sarana perdagangan sudah tersebar
merata
Skala pelayanan sarana kesehatan
rumah sakit sudah mencakup
sampai ke luar kecamatan
Terdapat banyak sarana
pemerintahan di Kecamatan Sooko
Bobot
Rating
Bobot x rating
0,05
0,1
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,1
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,15
Semua
VI-172
Faktor Internal
Bobot
Rating
Bobot x rating
0,05
0,15
0,05
0,1
0,05
0,15
0,55
1,5
0,05
0,1
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,15
0,05
0,1
0,05
0,15
0,05
0,1
0,05
0,1
TOTAL
Sumber: Hasil Analisis, 2013
0,45
merata
Kurangnya fasilitas sarana
keamanan
X = Kekuatan Kelemahan
1,15
Y = Peluang Ancaman
= 1,5 1,15
= 1,4 0,8
= 0,35
= 0,6
VI-173
(+) Eksternal
(PELUANG)
Kuadran II
Agresive
Stable
Maintanance
Growth
Strategy
Kuadran I
Strategy
Selective
Maintanance
Rapid
Strategy
(-) Internal
Growth
Strategy
(+) Internal
(KELEMAHAN
-1
)
Turn Around
Strategy
E
F
G
-1
Kuadran III
Guirelle
Strategy
(KEKUATAN)
Conglomerate
Strategy
Concentric
Strategy
Kuadran IV
(-) Eksternal
(ANCAMAN)
Berdasarkan gambar di atas hasil analisis IFAS EFAS BWP di Kecamatan Sooko
diketahui bahwa strategi yang dugunakan adalah Stable Growth Strategy yaitu strategi
pertumbuhan stabil dan pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan
kondisi. Hal ini dikarenakan pertemuan kedua titik berada pada kuadran I ruang B. Strategi yang
dapat dilakukan terkait dengan pengembangan BWP di Kecamatan Sooko berdasarkan tiap
strategi adalah:
1.
2.
3.
VI-174
5.
6.
Guirelle Strategy: Melakukan studi banding ke daerah lain yang telah mampu
memecahkan permasalahan yang sama seperti yang terdapat di BPW Kecamatan
Sooko, serta lebih tanggap dalam menerima kritikan dan saran dari masyarakt
sehingga bisa menjadi acuan dalam pembangunan dan perbaikan sarana-prasarana
7.
Concentric Strategy: Pemerintah daerah memimpin arahan dan bekerja sama dengan
dinas PU dan dinas-dinas yang terkait dalam meningkatkan sarana dan prasarana
serta melakukan pengawasan pembangunan.
8.
Conglomerate
Strategy:
Mengkordinasi
masing-masing
sub
BWP
dalam
sesuai dengan potensi yang ada, maka dibuatkah strategi pengembangan sesuai dengan hasil
analisis SWOT dan IFAS-EFAS. Strategi penataan ruang Kecamatan Sooko antara lain sebagai
berikut :
1.
VI-175
2.
Pengembangan hasil pertanian, sebagai pusat PKLp II, Kecamatan Sooko berpeluang
sebagai pusat pemasaran hasil pertanian sehingga perlu dibuat jalur distribusi dan
pusat pemasaran.
3.
6.6
Penetapan Sub-BWP
6.6.1
dengan analisis matriks indeks sentralitas. Penentuan pembagian sub BWP ini diperlukan untuk
mempermudah dalam tahapan perencanaan. Selain itu, pembagian sub BWP ini akan
mempermudah dalam penentuan daerah yang di prioristaskan dan memerlukan rencana detail.
Selain itu dapat mempermudah perencanaan sarana dan prasarana utama yang dapat menunjang
kebutuhan masyarakat Kecamatan Sooko.
Matriks indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering
disebut dengan analisis fungsi. Analisis fungsi merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi
pealayanan yang tersebar di wialayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk
untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitas. Indeks sentralitas digunakn untuk mengetahui
struktur/hierarki
pusat-pusat
pelayanan
yang ada
dalam
suatu wilayah
perencanaan
pembangunan, seberapa banyak fungsi yangada, berapa jenis fungsi dalam satu satuan wilayah
permukiman (Riyadi, 2003:118)
Sehingga dalam suatu perencanaan akan diketahui wilayah mana saja yang menjadi
prioritas dalam suatu perencanaan. Hal ini dikarenakan wilayah yang menjadi sub BWP (Bagian
Wilayah Perencanaan) merupakan pusat pertumbuhan di wilayah studi. Berikut merupakan
parameter yang digunakan dalam menganalisis pembagian Sub BWP di Kecamatan Sooko.
Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) di Kecamatan Sooko terdiri dari 8 desa, yaitu Desa Sooko,
Desa Wringinrejo, Desa Sambiroto, Desa Kedungmaling, Desa Japan, Desa Jampirogo, Desa
VI-176
Gamekan dan Desa Brangkal. Untuk menentukan pembagian terhadap sub BWP dapat dianalisis
melalui parameter, diantara lain sebagai berikut:
1.
Sebaran sarana yang ada di Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Kecamatan Sooko
2.
3.
Penilaian indeks sentralitas dilakukan untuk mengolah setiap nilai dasar pada setiap Desa
di Kecamatan Sooko. Pengolahan data ini dilakukan pada setiap parameter yang ada di BWP
Kecamatan Sooko menajdi nilai indeks. Nilai indeks di setiap Desa yang masuk pada BWP
Kecamatan Sooko dihitung dengan menggunakan rumus:
NI =
Keterangan:
100
NI
Pn
Pi
= 1 + 3,3 log n
Keterangan:
K
: jumlah kelas
: interval kelas
: banyaknya interval
Wilayah BWP Kecamatan Sooko terdiri dari 8 Desa, yaitu Desa Sooko, Desa Japan, Desa
Jampirogo, Desa Brangkal, Desa Gamekan, Desa Kedungmaling, Desa Sambiroto, dan Desa
Wringinrejo. Berdasarkan hasil perhitungan indeks sentralitas, wilayah yang menjadi pusat dari
BWP Kecamatan Sooko adalah Desa Jampirogo dengan nilai indeks total 263,96. Sementara
untuk wilayah lain menjadi sub pusat. Berikut ini adalah tabel hasil
perhitungan indeks
VI-177
sentralitas. Berikut ini merupakan nilai indeks dari setiap parameter yang ada di Kecamatan
Sooko:
Tabel 6.92 Indeks Sentralitas Kependudukan
Nama Desa
Jumlah Penduduk 2012
Sooko
14141
Wringinrejo
2964
Sambiroto
4093
Kedungmaling
7793
Japan
9577
Jampirogo
3534
Gamekan
4978
Brangkal
4520
Jumlah
51600
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Indeks
27,41
5,74
7,93
15,10
18,56
6,85
9,65
8,76
100,00
Indeks Kependudukan
27,41
5,74
7,93
15,10
18,56
6,85
9,65
8,76
100,00
Indeks
16,48
21,98
24,18
2,75
5,49
8,79
10,44
9,89
100
VI-178
Playgroup
/Tk
Sooko
6
Wringinrejo
1
Sambiroto
1
Kedungmali
1
ng
Japan
3
Jampirogo
1
Gamekan
2
Brangkal
3
Jumlah
17
Sumber : Hasil Analisis, 2013
SD
SMP
SMA
2
2
1
1
1
2
1
2
1
14
Indeks
1
1
4
1
5
Indeks
Sarana
Pendidika
n
126,70
38,35
28,35
21,12
6,39
4,73
Playgroup
/Tk
SD
SMP
SMA
PT
35,29
5,88
0,00
14,29
14,29
7,14
25
0
0
40
0
0
0
0
0
Pendidi
kan Non
Formal
12,12
18,18
21,21
5,88
21,43
50
20
12,12
109,43
18,24
2
6
2
2
33
17,65
5,88
11,76
17,65
100
14,29
7,14
14,29
7,14
100
0
0
0
25
100
20
0
0
20
100
0
0
100
0
100
6,06
18,18
6,06
6,06
100
57,99
31,21
132,11
75,85
600
9,67
5,20
22,02
12,64
100
Pendidi
kan Non
Formal
4
6
7
PT
Jumla
h
Indeks
Prakter
Dokter
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmaling
1
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
Jumlah
1
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Rumah
Sakit
Puskesmas
1
1
Puskesmas
Pembntu
1
1
1
1
1
1
1
1
8
Indeks
Prakter
Dokter
Rumah
Sakit
100
Puskesmas
100
100
100
100
100
Puskesmas
Pembntu
12,5
12,5
12,5
12,5
12,5
12,5
12,5
12,5
100
Jumlah
Indeks
Indeks
Sarana
Kesehatan
12,5
12,5
12,5
212,5
12,5
112,5
12,5
12,5
400
3,125
3,125
3,125
53,125
3,125
28,125
3,125
3,125
100
VI-179
Indeks
Kantor
Desa
14,29
14,29
14,29
14,29
14,29
14,29
0,00
14,29
100
Kantor
Kecmtn
100
100
Kantor
Dinas
Kantor
Polisi
46,15
0,00
0,00
15,38
7,69
30,77
0,00
0,00
100
Kua
Bank
100
100
100
100
100
100
Jumlah
Indeks
Indeks
Ppu
60,44
14,29
14,29
229,67
21,98
45,05
200,00
14,29
600
10,07
2,38
2,38
38,28
3,66
7,51
33,33
2,38
100
Jenis
Sarana
Keamanan
Pos
Kamling
1
1
Kedungmaling
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
2
7
Jumlah
Indeks
Sarana
Keamanan
Indeks
Jumlah
Indeks
9,09
0,00
9,09
9,09
0,00
9,09
0,00
0,00
18,18
63,64
0,00
0,00
18,18
63,64
0,00
0,00
18,18
63,64
100
100
100
9,09
9,09
VI-180
Musholla
Sooko
34
Wringinrejo
12
Sambiroto
12
Kedungmaling
18
Japan
21
Jampirogo
18
Gamekan
21
Brangkal
7
Jumlah
143
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Masjid
Warga
8
1
1
2
1
2
1
2
18
Masjid
Desa
Masjid
Kecamatan
4
1
1
1
1
1
1
1
10
Musholla
23,78
8,39
8,39
12,59
14,69
12,59
14,69
4,90
100
Masjid
Warga
44,44
5,56
5,56
11,11
5,56
11,11
5,56
11,11
100
Masjid
Desa
Masjid
Kecamatan
40
10
10
10
10
10
0
10
100
100
100
Jumlah
Indeks
108,22
23,95
23,95
33,70
30,24
33,70
120,24
26,01
400
Indeks
Sarana
Pribadatn
27,06
5,99
5,99
8,42
7,56
8,42
30,06
6,50
100
Tabel 6.99 Indeks Sentralitas Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga
Nama Desa
Sooko
1
Wringinrejo
Sambiroto
1
Kedungmaling
1
Japan
2
Jampirogo
5
Gamekan
2
Brangkal
1
Jumlah
13
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Indeks
Lapangan
7,69
0
7,69
7,69
15,38
38,46
15,38
7,69
100
Jumlah
Indeks
7,69
0
7,69
7,69
15,38
38,46
15,38
7,69
100
Indeks
Sarana
RTH
Dan
Olahraga
7,69
0
7,69
7,69
15,38
38,46
15,38
7,69
100
VI-181
Tabel 6.100
Nama Desa
Jenis Sarana
Pemakaman
Makam
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmaling
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Tabel 6.101
Nama Desa
Indeks
Makam
2
1
1
33,33
16,67
16,67
0
0
16,67
16,67
0
100
1
1
6
Swalayan
8
1
0
3
7
3
2
27
Indeks
Sarana
Pemakaman
33,33
16,67
16,67
0
0
16,67
16,67
0
100
33,33
16,67
16,67
0
0
16,67
16,67
0
100
Toko Warung
Sooko
60
56
Wringinrejo
4
6
Sambiroto
8
7
Kedungmaling
23
19
Jampirogo
55
42
Gamekan
24
21
Brangkal
25
22
Jumlah
205
177
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Jumlah
Indeks
Spbu
1
Jumlah Indeks
Pasar
1
0
0
1
0
0
0
2
Toko
29,27
1,95
3,90
11,22
26,83
11,71
12,20
100
Warung
31,64
3,39
3,95
10,73
23,73
11,86
12,43
100
Swalayan
29,63
3,70
0,00
11,11
25,93
11,11
7,41
100
Spbu
100
Pasar
50
0
0
50
0
0
0
100
Jumlah
Indeks
140,54
109,04
7,86
83,07
76,48
34,68
32,03
500
Indeks
Perdagangan
28,11
21,81
1,57
16,61
15,30
6,94
6,41
100
VI-182
Tabel 6.102
Nama Desa
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmaling
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
Warnet
Laundry
Bengkel
Salon
1
1
3
1
4
1
2
1
2
3
3
2
3
1
4
2
4
22
1
5
5
Sumber : Hasil Analisis, 2013
1
10
Tabel 6.103
Nama Desa
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmaling
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
Fotokopi
80
0
0
20
0
0
0
0
Warnet
20
20
0
40
0
0
0
20
100
100
100
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Fotokopi
Perkantoran
Swasta
1
Servis
Komputer
2
Jasa Lain
2
2
2
11
Laundry
60
6,590909
1,136364
13,97727
1,818182
7,045455
1,136364
8,295455
Bengkel
Salon
36,36364
9,090909
0
18,18182
0
18,18182
0
18,18182
Perkantoran Swasta
100
Servis Komputer
100
Jasa Lain
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah Indeks
480
52,72727
9,090909
111,8182
14,54545
56,36364
9,090909
66,36364
800
VI-183
Tabel 6.104
nama Desa
Sarana Industri
dan Pergudangan
industri
gudang
Sooko
Wringinrejo
indeks
industri
gudang
jumlah
indeks
indeks sarana
perindustrian
dan
pergudangan
10
5,88
15,88
7,94
10
10
Sambiroto
5,88
5,88
2,94
Kedungmaling
17,65
17,65
8,82
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
35,29
55,29
27,65
0,00
30
15
10
35,29
45,29
22,65
20
20
10
100
100
200
100
Total
10
17
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Tabel 6.105
nama Desa
20
30
klasifikasi
Sarana Rekreasi
dan Sosial Budaya
indeks
Taman Rekreasi
Taman Rekreasi
jumlah
indeks
indeks sarana
rekreasi dan sosial
budaya
Sooko
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmaling
50
50
50
50
50
50
Japan
Jampirogo
Gamekan
Brangkal
Sumber : Hasil Analisis, 2013
VI-184
Tabel 6.106
nama Desa
kepen
duduk
an
aksebilit
as
Sarana
Pendidi
kan
Sarana
kesehata
n
Sarana
PPU
Sarana
keamana
n
Sarana
peribadata
n
Saran
a
RTH
dan O
Sarana
Pemakam
an
Sarana
Perdagana
gn
Sarana
jasa
Sooko
27,41
16,48
21,12
3,12
10,07
9,09
27,06
7,69
33,33
28,11
7,94
10,07
5,74
21,98
6,39
3,12
2,38
5,99
16,67
21,81
2,38
191,42
89,08
7,93
15,1
24,18
4,73
3,12
2,38
9,09
5,99
7,69
16,67
1,57
2,94
2,38
86,29
2,75
18,24
53,12
38,28
8,32
7,69
16,61
8,82
50
38,28
218,93
18,56
5,49
9,67
3,12
3,66
18,18
7,56
15,38
3,25
27,65
3,66
112,52
Jampirogo
6,85
8,79
5,2
28,12
7,51
63,64
8,42
38,46
16,67
15,3
15
50
7,51
263,96
Gamekan
9,65
10,44
22,02
3,12
33,33
30,06
15,38
16,67
6,94
22,65
33,33
170,26
Brangkal
8,76
9,89
12,64
3,12
2,38
6,5
7,69
6,41
10
2,38
67,39
Wringinrejo
Sambiroto
Kedungmali
ng
Japan
Sarana
Industri
dan
gudang
Sarana
Rekreasi
Total
indeks
VI-185
Bedasarkan perhitungan indeks sentralitas diatas, maka BWP Kecamatan Sooko terbagi atas 8
sub BWP dengan satu pusat pelayanan kegiatan dan dua sub pusat kegiatan. Sub BWP ini terbagi atas
masing-masing desa di BWP Kecamatan Sooko dengan pusat pelayanan fungsi perkotaan berada di
Desa Jampirogo serta sub pusat kegiatan berada di Desa Sooko dan Desa Kedungmaling.
Perhitungan indeks sentralitas diatas didasarkan atas pertimbangan jumlah penduduk, ketersediaan
sarana dan aksesibilitas. Keterkaitan pusat dan sub pusat di Kecamatan Sooko berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hierarki berhubungan fungsional.
6.6.2
VI-186
4. Wilayah sepanjang Kali Brangkal di Desa Sooko. Kawasan ini sebagai kawasan kumuh
yang berada di sekitar sempadan sungai. Kumuhnya kawasan tersebut menyebabkan
kawasan ini akan diprioritaskan penanganannya.
Selain itu Sub BWP ini di prioritaskan karena memiliki potensi lahan yang cukup baik
untuk memenuhi pengembangan kebutuhan akan lahan permukiman perkotaan, perdagangan dan
industri kecil maupun menengah.
1. Permukiman
Pada Sub BWP yang di prioritaskan ini,memiliki lahan permukiman yang terdiri dari
kompleks perumahan yang dibangun oleh pihak developer atau pengembang maupun
permukiman yang dibangun secara pribadi.
2. Perdagangan dan jasa
Wilyah sub BWP prioritas terutama pada jalan R.A Basuni yang terdapat pada Desa
Jampirogo merupakan wilayah yang memiliki potensi perdagngan dan jasa cukup baik.
Hal ini terkait dengan Desa Jampirogo yang menjadi Pusat BWP sehingga memiliki
peluang pengembangan perdagangan dan jasa yang lebih besar di bandingkan daerah
lainnya.
3. Industri kecil
Pada Sub BWP banyak sekali terdapat indsutri kecil atau industri rumah tangga.Industri
rumah tangga ini menghasilkn berbagai macam produk, seperti sepatu, topi sekolah, dan
lainnya.
VI-187
Peta 6.27
Struktur Ruang
VI-188
Peta 6.28
VI-189
6.6.3
Penentuan Blok
Penentuan blok di Kecamatan Soooko didasarkan pola penggunaan lahan terbangun, yang
letaknya saling berdekatan dan diperkirakan dapat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang
ada disekitarnya. Selain itu, blok ini juga dibuat berdasarkan kondisi intensitas bangunan yang
ada. Contohnya saja untuk guna lahan perkantoran, biasanya memeliki KLB lebih dari satu. Hal
ini terjadi karenakan banyak bangunan instansi, intasni pemerintah yang memiliki jumlah lantai
lebih dari satu. Adapun pola penggunaan lahan terbangun yang dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan blok ini adalah :
1. Penggunaan lahan permukiman,
2. Penggunaan lahan perkantoran dan pelayanan umum
3. Penggunaan lahan sarana perdagangan dan jasa.
Berikut ini adalah pembagian blok yang ada di BWP Kecamatan Sooko
Tabel 6.107
Nama Desa
Jampirogo
Jampirogo
Brangkal
Kedungmaling
Kedungmaling
Brangkal
Brangkal
Brangkal
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Jampirogo
Brangkal
Kedungmaling
Sambiroto
Sambiroto
Wringenrejo
Japan
Kedungmaling
VI-190
Peta 6.29
VI-191
6.7
6.7.1
A.
lahan terbangun dan pemanfaatan lahan tak terbangun. Berikut ini adalah tabel mengenai luasan
lahan terbangun di BWP Kecamatan Sooko :
Tabel 6.108
Fungsi lahan
Luas ( Ha )
terbangun
Permukiman
589,03
Industri
22,14
Kesehatan
2,82
Pemakaman
1,91
Pendidikan
16,6
Perdagangan dan jasa
22,9
Pemerintahan
dan
9,30
pelayanan umum
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa jumah penggunaan lahan terbesar di
BWP Kecamatan Sooko terdiri atas permukiman sebesar 589,03 Ha dan tertinggi kedua dan
ketiga adalah perdagangan dan industri dengan luas masing masing 22,9 Ha dan 22, 14 Ha.
Sedangkan luas lahan terbangun terkecil adalah pemakaman dengan luas lahan 1,91 Ha.
B.
Intensitas Bangunan
1. Koefesien Dasar bangunan
Koefisien
Dasar
Bangunan
merupakan
prosentase
yang
berdasarkan
dari
perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan gedung dengan luas
lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan. Koefisien dasar bangunan di Kecamatan
Sooko, memiliki tingkat peresentase 60-80% .Berikut merupakan tabel pembagian
KDB Kecamatan Sooko.
Tabel 6.109
No
1
2
3
4
5
Desa/desa
Sooko
Gamekan
Barangkal
Kedungmaling
Jampirogo
Peruntukan lahan
perumahan Perdagangan dan jasa
65-85
40-70
75-80
40-70
80-85
40-70
80-85
40-70
60-85
40-70
Pemerintahan
60-75
60-75
60-75
60-75
60-75
VI-192
Peruntukan lahan
Desa/desa
perumahan Perdagangan dan jasa
6 Sambiroto
75-80
40-70
7 Japan
60-85
40-70
8 Wringinrejo
80
40-70
Sumber : Hasil Survey Primer
No
Pemerintahan
60-75
60-75
60-75
Kdb
Eksisting
0,80
0,80
0,80
0,70
0,85
0,85
0,85
0,85
0,75
0,65
0,75
0,80
0,80
0,60
0,80
0,75
0,85
0,80
0,85
0,85
0,85
Kdb
Maksimal
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
Kesesuaian
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Nama Desa
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Japan
Jampirogo
Jampirogo
Wringinrejo
Sambiroto
Japan
Japan
Jampirogo
Jampirogo
Japan
Jampirogo
Jampirogo
Sambiroto
Jampirogo
Jampirogo
VI-193
Kdb
Eksisting
Blok 22
0,85
Blok 23
0,70
Blok 24
0,80
Blok 25
0,80
Blok 26
0,75
Blok 27
0,70
Blok 28
0,80
Blok 29
0,80
Blok 30
0,80
Blok 31
0,85
Blok 32
0,80
Blok 33
0,85
Blok 35
0,80
Blok 36
0,75
Blok 37
0,80
Blok 38
0,75
Blok 39
0,80
Blok 40
0,75
Blok 41
0,80
Blok 42
0,75
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Nama Blok
Kdb
Maksimal
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
Kesesuaian
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Nama Desa
Jampirogo
Jampirogo
Brangkal
Kedungmaling
Kedungmaling
Brangkal
Brangkal
Brangkal
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Jampirogo
Brangkal
Kedungmaling
Sambiroto
Sambiroto
Wringenrejo
Japan
Kedungmaling
Berdasarkan tabel 107 di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas lahan yang
ada di Kecamatan Sooko telah memiliki Koefisien dasar Bangunan yang sesuai dan
berada pada KDB dibawah maksimal. Sedangkan sebanyak 10 blok lainnya telah
mempunyai KDB yang melebihi standar maksimal. Mayoritas Blok yang memiliki
KDB diatas 80% merupakan kawsan permukiman yang jumlah unit rumahnya cukup
banyak didalam suatu blok tersebut, sehingga dibutuhkan arahan rencana yang lebih
baik terhadap sepuluh blok yang memiliki KDB diatas 80%.
Arahan rencana
diharapkan dapat berfungsi untuk menjaga kualitas air tanah dan resapan air, serta
dapat mengatur kepadatan penduduk yang ada.
VI-194
Peta 6.30
VI-195
Desa/desa
Perumahan
Sooko
0.6-0.9
Gamekan
0.75-0.8
Brangkal
0.8-0.85
Kedungmaling
0.8-0.85
Jampirogo
0.6-0.85
Sambiroto
0.75-0.8
Japan
0.6-0.85
Wringinrejo
0.8
Sumber: Hasil Survey, 2013
Peruntukan lahan
Perdagangan
Pemerintahan
dan jasa
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
0.6-1.2
0.6-0.9
Nama Blok
Blok 1
Blok 2
Blok 3
Blok 4
Blok 5
Blok 6
Blok 7
KLB
Eksisting
0,80
0,80
1,60
0,70
0,85
0,85
0,85
KLB
Maksimal
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
Kesesuaian
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Nama_Desa
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Sooko
Japan
VI-196
KLB
Eksisting
Blok 9
0,75
Blok 10
0,65
Blok 11
0,75
Blok 12
0,80
Blok 13
0,80
Blok 14
0,60
Blok 15
0,80
Blok 16
0,75
Blok 17
0,85
Blok 18
0,80
Blok 19
0,85
Blok 20
0,85
Blok 21
0,85
Blok 22
0,85
Blok 23
0,70
Blok 24
0,80
Blok 25
0,80
Blok 26
0,75
Blok 27
0,70
Blok 28
0,80
Blok 29
0,80
Blok 30
0,80
Blok 31
0,85
Blok 32
0,80
Blok 33
0,85
Blok 35
0,80
Blok 36
0,75
Blok 37
0,80
Blok 38
0,75
Blok 39
0,80
Blok 40
0,75
Blok 41
0,85
Blok 42
0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Nama Blok
KLB
Maksimal
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
Kesesuaian
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
sesuai
sesuai
Tidak sesuai
sesuai
Nama_Desa
Japan
Wringinrejo
Sambiroto
Japan
Japan
Jampirogo
Jampirogo
Japan
Jampirogo
Jampirogo
Sambiroto
Jampirogo
Jampirogo
Jampirogo
Jampirogo
Jampirogo
Kedungmaling
Kedungmaling
Brangkal
Brangkal
Brangkal
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Gamekan
Jampirogo
Brangkal
Kedungmaling
Sambiroto
Sambiroto
Wringinrejo
Japan
Kedungmaling
Berdasarkan tabel 110 di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas lahan yang
ada di Kecamatan Sooko telah memiliki Koefisien Lantai Bangunan yang sesuai dan
berada pada KLB dibawah maksimal. Sedangkan sebanyak 10 blok lainnya telah
mempunyai KDB yang melebihi standar maksimal sehingga dibutuhkan arahan
rencana yang lebih baik terhadap sepuluh blok yang memiliki KLB diatas 80%.
Arahan rencana diharapkan dapat berfungsi untuk menjaga kualitas air tanah dan
resapan air, serta dapat mengatur kepadatan penduduk yang ada.
VI-197
Gamekan
Variabel
Kedungmaling
Jambirogo
Sambiroto
Japan
Wringinrejo
Analisis
Perumahan
0.6-0.9
0.6-1.3
Pemerintahan
0.6-0.9
Perumahan
0.75-0.8
Kondisi Eksisting
0.7-1
Pemerintahan
0.6-0.8
Perumahan
0.8-0.85
0.8-1.2
Pemerintahan
0.8-1.2
Perumahan
0.8-0.85
0.65-1
Pemerintahan
0.7-1.2
Perumahan
0.6-0.85
0.7-0.9
Pemerintahan
0.6-1.2
Perumahan
0.75-0.8
0.6-0.9
Pemerintahan
0.65-1,2
Perumahan
0.6-0.85
0.6-1.2
Pemerintahan
0.6-0.9
Perumahan
0.8
0.8-1.2
Pemerintahan
0.8-0.9
VI-198
Peta 6.31
VI-199
Kode
Blok
BLOK 6
BLOK 5
BLOK 4
BLOK 3
BLOK 2
BLOK 1
Perdaganganjasa
Perdaganganjasa
Fasilitas Umum
Fasilitas Umum
Fasilitas Umum
Permukiman
KDH
(%)
0.00
0.00
20.00
20.00
20.00
10.00
Gamekan
BLOK 32
BLOK 33
BLOK 31
BLOK 30
Fasilitas Umum
Perdagangan Jasa
Pemukiman
Permukiman
20.00
15.00
10.00
10.00
Brangkal
BLOK 24
BLOK 27
BLOK 28
BLOK 29
Permukiman
Permukiman
Perdagangan Jasa
Fasilitasumum
30.00
30.00
10.00
20.00
BLOK 36
BLOK 37
BLOK 42
BLOK 26
BLOK 25
BLOK 8
BLOK 9
BLOK 14
BLOK 15
BLOK 18
BLOK 17
BLOK 24
BLOK 20
BLOK 21
BLOK 22
Permukiman
Perdaganganjasa
Permukiman
Fasilitas umum
Permukiman
Fasilitasumum
Permukiman
Fasilitasumum
Perdaganganjasa
Permukiman
Permukiman
Perdaganganjasa
Perdagangan jasa
Fasilitasumum
Permukiman
30.00
50.00
30.00
20.00
30.00
20.00
30.00
25.00
40.00
30.00
10.00
10.00
0.00
20.00
30.00
sooko
Kedungmaling
Jampirogo
Fungsi Kawasan
Analisis
Presentase Koefesien Dasar Hijau pada
Desa Sooko sebagian telah sesuai dengan
standart yang berlaku meskipun masih
terdapat beberapa kawasan belum sesuai
dengan standar yang berlaku, sebagian
besar kawasan yang telah sesuai dengan
standar merupakan kawasan perumahan.
Pada Desa Gamekan masih terdapat
wilayah yang belum memenuhi standar
koefesien dasar hijau, pada kawasan
fasilitas umum sudah memenuhi standar
koefesien dasar hijau.
Pada Desa Brangkal, koefesien dasar hijau
sebagian besar sudah sesuai dengan
standar yang berlaku, namun masih
terdapat kawasan yang belum sesuai
dengan standar, dikarenakan kawasan
yang padat penduduk
Pada desa Kedungmaling presentase
Koefesien dasar hijau sudah sesuai
dengan standar yang berlaku.
Pada
desa
Jampirogo
presentase
Koefesien dasar hijau pada sebagian
kawasan telah sesuai dengan standar yang
berlaku, namun masih terdapat beberapa
kawasan yang belum memenuhi standar
koefesien dasar hijau.
VI-200
Sambiroto
Japan
Wringinrejo
BLOK 23
BLOK35
BLOK 11
BLOK 39
BLOK 38
BLOK 19
BLOK 16
BLOK 9
BLOK 13
BLOK 7
BLOK 41
BLOK 12
BLOK 40
BLOK 10
Perdagangan jasa
Fsilitas umum
Fasilitasumum
Permukiman
permukiman
perdaganganjasa
Perdaganganjasa
Permukiman
Fasilitas Umum
Permukiman
Perdagangan jasa
Fasilitas Umum
Permukiman
fasilitasumu
10.00
20.00
20.00
30.00
30.00
10.00
5.00
10.00
20.00
10.00
0.00
20.00
30.00
20.00
Pada
Desa
Sambiroto
presentase
Koefesien dasar hijau sebagian kawasan
sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Pada desa Japan presentase Koefesien
dasar hijau sebagian besar belum sesuai
dengan standar yang berlaku.
Pada
desa
Wringirejo
presentase
Koefesien dasar hijau sudah sesuai
dengan standar yang berlaku.
4. Ketinggian Bangunan
Di Kecamatan Sookoketinggian bangunan diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Bangunan di kawasan Jalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder didominasi bangunan dengan ketinggian 3-12 meter,
contohnya di sepanjang jl. By pass dengan fungsi bangunan sebagai permukiman,
perdagangan dan jasa, dan beberapa Fasilitas umum kecamatan Sooko.
b. Bangunan di kawasan Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder didominasi bangunan dengan ketinggian 3-20 meter,
yang terdapat di sepanjang jl. RA Basuni. Bangunan disepanjang jalan ini terdiri
atas bangunan permukiman, bangunan perkantoran, bangunan pergudangan dan
Industri.
c. Bangunan di kawasan Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan di Kecamatan Sooko memiliki ketinggian 38 meter. Bangunan
bangunan yang terdapat pada jalan lingkunga ini, di dominasi oleh permukiman
dengan jumlah rata rata lantai sebanyak satu lantai.
Ketinggian Bangunan di Kecamatan Sooko masih tergolong dalam ketinggian rendah
dimana jumlah lantai bangunan bangunan di Kecamatan Sooko tidak melebihi dari 4
lantai.
Adapun bangunan yang memiliki jumlah lantai lebih dari satu, biasanya di
VI-201
Peta 6.32
VI-202
C.
terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar
muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang
terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara
massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan
pipa gas, dsb. Pada Kecamatan Sooko masing-masing memiliki beberapa penggunaan lahan
bermacam-macam dengan mayoritas penggunaan lahan berupa permukiman, perdagangan dan
jasa. Berikut data GSB perumahan di Kecamatan Sooko :
Tabel 6.115
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa rata rata garis sempadan sisi bangunan
(GSSB) perumahan di kawasan BWP Kecamatan Sooko adalah 0-3 m sedangkan rata rata garis
sempadan muka bangunan (GSMB) adalah 0-4 m.
Tabel 6.116
Jenis Sarana
Sooko
Kedungmaling
Brangkal
GSB (m)
GSSB GSMB
0-1
0-2
0-3
0-5
0-2
0-3
0-3
0-4
0-3
0-4
0-2
0-3
0-3
0-1
0-4
0-3
0-3
0-2
0-4
0-2
0-3
0-3
0-2
0-1
0-3
0-2
0-1
0-3
VI-203
Desa
Jenis Sarana
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Gamekan
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Japan
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Jampirogo
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Wringinrejo
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Sambiroto
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Keamanan
Pemerintahan dan PU
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Sumber: Hasil Survey, 2013
GSB (m)
GSSB GSMB
0-1
0-3
0-2
0-3
0-1
0-3
0-1
0-2
0-2
0-3
0-1
0-2
0-3
0-4
0-2
0-3
0-3
0-2
0-1
0-3
0-2
0-4
0-3
0-3
0-2
0-4
0-3
0-3
0-2
0-3
0-1
0-3
0-1
0-4
0-2
0-3
0-3
0-3
0-2
0-5
0-3
0-2
0-4
0-3
0-3
0-2
0-1
0-3
0-2
0-3
0-3
0-3
0-2
0-4
0-3
0-1
0-2
0-2
0-3
0-2
0-1
0-1
0-4
0-1
0-3
0-2
0-2
0-4
0-3
0-1
0-3
0-3
0-3
0-2
0-2
0-3
0-3
0-1
0-3
0-2
0-3
0-3
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa rata-rata garis sempadan sisi bangunan (GSSB)
sarana di kawasan BWP Kecamatan Sooko adalah 0-2 m sedangkan rata rata garis sempadan
muka bangunan (GSMB) adalah 0-3 m.
VI-204
D.
sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan
dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul. Pada Kecamatan Sooko di kawasan BWP
terdapat beberapa rumah yang melanggar garis sempadan sungai, sebagaimana dimaksud paling
sedikit berjarak 3m dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai untuk garis sempadan sungai
bertanggul di dalam kawasan perkotaan. Adapun data rumah yang melanggar bisa dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 6.117
Desa
Sooko
Kedungmaling
Brangkal
Gamekan
Japan
Jampirogo
Wringinrejo
Sambiroto
GSS
0-3
0-3
0-3
0-3
0-3
0-3
0-3
0-3
Jumlah
47 unit
3 unit
4 unit
6 unit
54 unit
13 unit
4 unit
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa rata rata garis sempadan sungai (GSS)
perumahan di kawasan BWP Kecamatan Sooko adalah 0-3 m. Pada Kecamatan Sooko Desa
Wringinrejo paling banyak perumahan yang melanggar garis sempadan sungai yaitu terdapat 54
unit.
VI-205
Peta 6.33
VI-206
Indikator Kerja
Output
Outcome
Volume
Lokasi
APBD Kab
Ket
Tersedianya
bangunan yang
memadai
Kelancaran
Transportasi
Meningkatkan
Pelayanan
Masyarakat
Kelancaran
Ekonomi
1 unit
Balai Desa
400.000.000
Pemkab
3.000 m
Kedawung,
Gamekan
400.000.000
PU Cipta
Karya
Kelancaran
Transportasi
Tersedianya
bangunan yang
memadai
Kelancaran Air
Kelancaran
Ekonomi
Meningkatkan
Pelayanan
Masyarakat
Kelancaran
Ekonomi
2,5 x
3.500 m
1 Lokal
Se Desa
500.000.000
Balai Desa
100.000.000
PU Cipta
Karya
Bapemas
1.000 m
Se Desa
280.000.000
Dinas
Pengairan
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Pengendalian
Banjir
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
3 x 370
m
2 x 100
m
300 m
RW I,II,III
111.000.000
RW I,II
58.000.000
PU Cipta
Karya
Provinsi
RW I,II,III
30.000.000
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
1,5 x
750 m
1.500 x
2,75 m
1.000 x
2,75 m
KedungmalingKlint
RT 7 RW
8KdMaling
RT 6 RW 4
KdMaling
100.000.000
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
1.500 m
RW I
150.000.000
1.000 m
RW II
100.000.000
1.500 m
RW III
150.000.000
Kelancaran
Mencegah
2.000 x
Sooko
2.000.000.00
300.000.000
Dinas
Pengairan
PU Cipta
Karya
200.000.000
PU Cipta
Karya
Dinas
VI-207
Desa/Program
saluran
RA.Basuni
Pemeliharaan
Jalan
Japan
Pembangunan
Jembatan JapanSambiroto
Pengaspalan Jalan
Indikator Kerja
Output
Outcome
Saluran Air
Banjir
3m
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Ekonomi
800 x
2,5 m
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Saluran Air
Kelancaran
Saluran Air
Tersedianya
bangunan yang
memadai
Volume
Lokasi
APBD Kab
Ket
Pengairan
Sooko,
Mengelo
50.000.000
PU Cipta
Karya
4 x 100
m
Desa Daleman
500.000.000
PU Bina
Marga
Kelancaran
Ekonomi
Mencegah
Banjir
Mencegah
Banjir
Meningkatkan
Pelayanan
Masyarakat
3 x 300
m
3 x 700
m
6 x 600
m
1 unit
Desa Daleman
150.000.000
Sugihan
100.000.000
Daleman
200.000.000
Desa Japan
300.000.000
PU Cipta
Karya
Dinas
Pengairan
Dinas
Pengairan
Pemkab
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Transportasi
Kelancaran
Jalan Makadam
Transportasi
Kelancaran
Plengsengan
Saluran Air
BIDANG SOSIAL BUDAYA
Japan
Tersedianya
Rehab Gedung
Ruang Belajar
TK
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
Kelancaran
Ekonomi
Mencegah
Banjir
1.500 x
2,5 m
1.500 x
9m
1.500 x
2,5 m
500 m2
RW I
200.000.000
RW I,II
400.000.000
Selatan
Lapangan
RT 3 RW I
100.000.000
Meningkatkan
Daya Tampung
2 Lokal
Daleman
100.000.000
Rehab Gedung
TK
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
2 Lokal
Pindon
100.000.000
Rehab Gedung
MI
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
3 Lokal
Daleman
100.000.000
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
15 x 7 m
Sooko
50.000.000
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
10 x 15
m
Sooko
50.000.000
Pendidikan dan
Latihan PKK
Bertambahnya
Pengetahuan
Peningkatan
Penghasilan
25 orang
Sooko
10.000.000
Gemekan
Rehab MI
Tersedianya
Meningkatkan
KedungBendo
600.000.000
Normalisasi
Pembuagan Air
Plengsengan Kali
Brangkal
Rehab Balai Desa
Japan
Sambiroto
Perbaikan Jalan
Lingkungan
Pelebaran Jalan
Sooko
Pembangunan
Gedung Play
Group
Rehab Gedung
Kantor TK
100.000.000
PU Cipta
Karya
PU Cipta
Karya
PU Cipta
Karya
Dinas
Pengairan
Dinas
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Dinas
VI-208
Desa/Program
AlMustofa
Rehab TK
Dharma Wanita
ASRI Gemekan
Wringinrejo
Pembangunan
Gedung TK
Brangkal
Pelatihan
Kewirausahaan
Tambahan Gizi
Balita
Santunan
Lansia/cacat
Jampirogo
Bantuan Honor
TPQ/Diniyah
Bantuan
Mushola/Masjid
Bantuan Rumah
Sehat/Plesteriasi
Bantuan Kader
PKK/Posyandu/P
KBD
Bantuan Anak
Yatim
Bantuan
RT/RW/BPD/LP
M
Kedungmaling
Pembangunan
Play Group
EKONOMI
Brangkal
Kegiatan
Ekonomi
Produktif
Jampirogo
Bantuan RTSM
Bantuan PNPM
Indikator Kerja
Output
Outcome
Ruang Belajar
Daya Tampung
Volume
Lokasi
APBD Kab
Ket
Gemekan
150.000.000
Pendidika
n
Dinas
Pendidika
n
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
1 Ruang
RW 4
60.000.000
Dinas
Pendidika
n
Bertambahnya
Pengetahuan
Mencegah Gizi
Buruk
Taraf Hidup
Peningkatan
Penghasilan
Peningkatan
Kesehatan
Peningkatan
Kesejahteraan
3 Paket
DesaBrangkal
50.000.000
1 Paket
DesaBrangkal
5.000.000
10
DesaBrangkal
5.000.000
Dinas
Sosial
Dinas
Kesehatan
Dinas
Sosial
Tersedianya
Ruang Belajar
Meningkatkan
Daya Tampung
5
Lembag
a
Anak Sholeh
4.000.000
Kesra
Tersedianya
Bangunan yang
Memadai
Tersedianya
Bangunan yang
Memadai
Peningkatan
Ekonomi
Meningkatkan
Daya Tampung
3 Masjid
Takmir
15.000.000
Kesra
Meningkatkan
Daya Tampung
7 Paket
Peningkatan
Gakin
4.000.000
Bapemas
Meningkatkan
Taraf Hidup
15
Anggota
Honor
275.000
Bapemas
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
Meningkatkan
Taraf Hidup
Meningkatkan
Taraf Hidup
6 Anak
Santunan
450.000
Kesra
Lembaga
Kemasyarakata
n Desa
19.000.000
Pemkab
Tersedianya
Bangunan yang
Memadai
Meningkatkan
Daya Tampung
Kedungmaling
150.000.000
Dinas
Pendidika
n
Peningkatan
Ekonomi
Meningkatkan
Taraf Hidup
Desa
25.000.000
Dispertan
Peningkatan
Ekonomi
Tercukupinya
Dana
Meningkatkan
Taraf Hidup
Peningkatan
Kesejahteraan
RW I,II,III
100.000.000
Bappeda
RW I,II,III
100.000.000
Bappeda
20
VI-209
Desa/Program
Bantuan Paket
Wringinrejo
Program PEUM
Bantuan PNPM
Gemekan
Alat dan Kursus
Pertukangan
Kursus Las dan
Alat
Kursus Bengkel
dan Alat
Japan
Kursus Elektro
Kursus Mengelas
Kedungmaling
Pelatihan Batik
Tulis Mokerto
Tata Boga
Kursus Jahit
Sambiroto
Pelatihan
Pengrajin Sepatu
Bantuan
Perlengkapan
Posyandu
Sarana dan
Prasarana Karang
Taruna
Indikator Kerja
Output
Outcome
Meningkatkan
Peningkatan
Taraf Hidup
Kesejahteraan
Volume
Lokasi
APBD Kab
Ket
2 Paket
RW I,II,III
30.000.000
Bappeda
Tercukupinya
Dana Kel.Tani
Gakin
Tercukupinya
Dana
Peningkatan
Kesejahteraan
1 Poktan
Wringinrejo
100.000.000
Bappemas
Peningkatan
Kesejahteraan
Desa
Wringinrejo
100.000.000
Bappeda
Peningkatan
SDM
Peningkatan
SDM
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
Gemekan
100.000.000
Bappemas
Gemekan
50.000.000
Bappemas
Gemekan
100.000.000
Bappemas
Peningkatan
SDM
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
2 Paket
Japan
10.000.000
Bappemas
1 Paket
Japan
10.000.000
Bappemas
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
25
Orang
Jl.KH.Ismail
100.000.000
Bappemas
Peningkatan
SDM
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
20
Orang
15
Orang
Kedungmaling
10.000.000
Bappemas
Kedungmaling
10.000.000
Dispertan
Peningkatan
SDM
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
Peningkatan
Ekonomi
60
Orang
4 Pos
Desa
60.000.000
Dispertan
Desa
50.000.000
Bappemas
Peningkatan
SDM
Peningkatan
Ekonomi
Kr.
Taruna
Desa
Desa
50.000.000
Bappemas
Peraturan Zonasi
Peraturan yang ada pada Kecamatan Sooko didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten
Mojokerto No. 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2013 yang membagi
peraturan zonasi menjadi beberapa ketentuan yaitu peraturan zonasi untuk sistem perkotaan dan
sistem pedesaan. Untuk sistem zonasi perkotaan dibatasi dengan batas perkotaan di masing
VI-210
masing ibukota Kecamatan. Selain itu, untuk sistem perkotaan juga dibagi lagi untuk arahan
zonasi PKLp dan PPK. Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko termasuk
dalam Pusat Kegiatan Lokal Promosi ( PKLp ) II dengan cakupan beberapa Kecamatan, yaitu
kecamatan Trowulan, Kecamatan Mojoayar, Kecamatan Puri dan Kecamatan Jatirejo. Berikut ini
adalah ketentuan umum terkait peraturn zonasi PKLp menurut RTRW Kabupaten Mojokerto :
Tabel 6.119
Jenis
Pusat Pemerintahan
a.
b.
c.
Perkantoran
Intensitas Bangunn
KDB paling tinggi sebesar
70 (tujuh puluh) persen
KLB paling tinggi sebesar
6,0 (enam) dan
KDH paling rendah sebesar
20 (dua puluh) persen
c) KDH
Sarana Kesehatan
a)
b)
c)
Keterangan
Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan perkantoran
pemerintahan dan swasta, serta kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
umum pendukung perkantoran seperti
sarana pejalan kaki yang menerus,
sarana olahraga, sarana peribadatan,
sarana perparkiran, sarana kuliner,
sarana transportasi umum, ruang
terbuka,
dan
jaringan
utilitas
perkantoran
yang
dilengkapi
aksesibilitas bagi penyandang cacat
Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan perkantoran
pemerintahan dan swasta, serta kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
umum pendukung perkantoran seperti
sarana pejalan kaki yang menerus,
sarana olahraga, sarana peribadatan,
sarana perparkiran, sarana kuliner,
sarana transportasi umum, ruang
terbuka,
dan
jaringan
utilitas
perkantoran
yang
dilengkapi
aksesibilitas bagi penyandang cacat
kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi industri menengah, kegiatankegiatan
yang
mengganggu
kenyamanan, dan keamanan serta
menimbulkan pencemaran;
VI-211
Industri
a)
b)
c)
pelayanan kesehatan
kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan industri dan
fasilitas penunjang industri dengan
memperhatikan konsep eco industrial
park meliputi perkantoran industri,
terminal barang, pergudangan, tempat
ibadah, fasilitas olahraga, wartel, dan
jasa-jasa penunjang industri meliputi
jasa promosi dan informasi hasil
industri, jasa ketenagakerjaan,
jasa
ekspedisi, dan sarana penunjang lainnya
meliputi
IPAL
terpusat
untuk
pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun;
Parawisata
Pertanian
VI-212
prasarana dan sarana umum pendukung perkantoran seperti sarana pejalan kaki yang
menerus, sarana olahraga, sarana peribadatan, sarana perparkiran, sarana kuliner,
sarana transportasi umum, ruang terbuka, dan jaringan utilitas perkantoran yang
dilengkapi aksesibilitas bagi penyandang cacat;
2.
3.
4.
5.
Ketentuan umum prasarana dan sarana yang disediakan sesuai dengan kebutuhan.
2.
3.
4.
VI-213
Ketentuan umum prasarana dan sarana yang disediakan sesuai dengan kebutuhan.
Ketentuan umum peraturan zonasi perdagangan dan jasa diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1.
2.
Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
mendukung kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan penetapan KDB, KLB, dan
KDH yang ditetapkan;
3.
4.
5.
sebagai berikut:
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan untuk prasarana dan
sarana kesehatan sesuai dengan skala pelayanan yang ditetapkan, dan penghijauan
serta kegiatan pembangunan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan;
VI-214
2. Kegiatan selain yang dimaksud pada nomor 1 diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk mendukung kegiatan kesehatan sesuai
dengan KDB, KLB, dan KDH yang ditetapkan;
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada nomor 1 dan nomor 2; dan
4. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
a. KDB paling tinggi sebesar 70 (tujuh puluh) persen;
b. KLB paling tinggi sebesar 4 (empat); dan
c. KDH paling rendah sebesar 20 (dua puluh) persen;
Ketentuan umum peraturan zonasi perumahan diarahkan
berikut:
1.
2.
Kegiatan selain yang dimaksud pada nomor 1 diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk mendukung kegiatan permukiman beserta
prasarana dan sarana lingkungan; dan
3.
Ketentuan umum peraturan zonasi industri diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
VI-215
2.
3.
4.
5.
6.
Ketentuan umum prasarana dan sarana yang yang disediakan meliputi perkantoran
industri, terminal barang, tempat ibadah, fasilitas olahraga, pemadam kebakaran, IPAL,
rumah telkom, dan jasa-jasa penunjang industri seperti jasa promosi dan informasi hasil
industri, jasa ketenagakerjaan, dan jasa ekspedisi.
Ketentuan umum peraturan zonasi pariwisata diarahkan
berikut:
1.
VI-216
2.
3.
Ketentuan umum peraturan zonasi pertanian diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang berupa kegiatan
pertanian, pembangunan prasarana dan sarana penunjang pertanian, kegiatan
pariwisata, kegiatan penelitian dan penghijauan;
2. Kegiatan selain yang dimaksud pada nomor 1 diperbolehkan dengan syarat tidak
mengubah fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak mengganggu fungsi
utama kawasan pertanian; dan
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada nomor 1 dan nomor 2
6.8.1 Citra Kota/Kawasan (Kompatibilitas)
Citra kawasan di Kecamatan Sooko dibagi dalam beberapa bagian komponen fisik, yaitu :
A. Jalur
Jalur merupakan aspek fisik yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya, dapat
berupa jalan, jembatan ataupun koridor dalam suatu ruangan. Untuk jalur yang berpengaruh
besar di Kecamatan Sooko berada pada jalan By pass yang merupakan jalan jalan arteri
sekunder, sekaligus merupakan jalan terlebar yang ada di Kecamatan Sooko dan memiliki
median jalan. Selain itu ada 2 jalur lagi, yaitu jl. R.A Basuni dan jl. Kamas Setyo Hadi yang
merupakan koridor yang berpengaruh di Kecamatan Sooko.
B. Simpul (Node)
Simpul (Node) merupakan suatu titik simpul yang posisinya strategis di dalam suatu kota
yang menjadi karakter khusus sehingga mudah dikenal bagi pendatang. Nodes dapat juga
difungsikan sebagai orientasi dengan menempatkan sebuah karakter fisik sebagai penutup
kawasan tersebut kawaasan pergudangan milik BULOG merupakan salah satu node yang ada
VI-217
di Kecamatan Sooko. Pergudangan ini memiliki lahan yang cukup luas dan berada di salah
satu jalur yang berpengaruh di Kecamatan Sooko yaitu R.A Basuni.
C. Pembatas (Edge)
Pembatas (Edge) merupakan pembatas antar dua daerah yang berbeda pada segi
karakteristik fisiknya. Pada Kecamatan Sooko terdapat batasan berupa jalan Kamas Setyo
yang membatasi antara wilayah terbangun dan tak terbangun yang cukup luas di Desa
Sambiroto.
Pada
kawasan
terbangunnya,
terdapat
guna
lahan
sebagai
kawasan lingkungan perumahan di Desa Sooko dan Desa Japan yang memiliki ciri bangunan
fisik berpola grid dan memiliki bidang kavling rumah yang teratur. Selain itu, pada setiap
pintu masuk perumahan juga terdapat gerbang gerbang yang berisikan nama perumahan
yang menjadi pembeda fisik blok lingkungan.
E. Landmark
Penanda (landmark) adalah suatu unsur karakter penunjang setiap lingkungan atau kota
yang dapat menimbulkan kesan tersendiri dari lingkungan atau kota tersebut bila dilihat dan
dipandang oleh seseorang. Landmark merupakan suatu obyek fisik yang mudah atau dapat
dikenali karena bentuknya yang khas, jelas, dan menonjol dibanding dengan lingkungan di
sekitarnya. Pada Kecamatan Sooko terdapat landmark berupa Masjid Agung Gamekan yang
merupakan masjid terbesar di Kecamatan Sooko dan juga merupakan bangunan yang menjadi
suatu kebanggan bagi warga Kecamatan Sooko.
VI-218
VI-219