Anda di halaman 1dari 5

Katrien Arumsari

1021211035

Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai


Antidiabetes
Salah satu obat herbal yang terbukti efektif sebagai antidiabetes adalah sari buah
mengkudu (Morinda citrifolia). Menurut penelitian (Nayak, Marshall, Istitor, & Adogwa, 2010),
Pemberian sari buah mengkudu pada dosis 2ml/20 g bb tikus sebanyak dua kali sehari selama 20
hari terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksikan streptozotosin
hingga mencapai mg/dl. Hal ini diperkirakan karena kandungan saponin dan rutin di dalam sari
buah mengkudu bekerja merangsang sekresi insulin dari sel

pangkreas. Penelitian lain

memperkuat dugaan tersebut, dilaporkan adanya peningkatan kadar insulin pada hewan uji yang
diberikan sari buah menggkudu memiliki pengaruh yang sebanding dengan glibenklamid dalam
menurunkan kadar gula darah (Nuraini,2001).
Klasifikasi Tanaman Mengkudu
Mengkudu (Morinda citrifolia L) atau yang disebut pace maupun noni merupakan
tumbuhan asli Indonesia yang sudah dikenal lama oleh penduduk di Indonesia. Pemanfaatannya
lebih banyak diperkenalkan oleh masyarakat jawa yang selalu memanfaatkan tanaman atau
tumbuhan herbal untuk mengobati beberapa penyakit

(Djauhariya 2003). Menurut ilmu

taksonomi, tanaman mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut (Badan Penelitian dan


Pengembangan Departemen Kesehatan RI 1991)
Dunia

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Rubiales

Suku

: Rubiaceae

Marga

: Morinda

Jenis

: Morinda citrifolia L.

Deskripsi
Mengkudu termasuk jenis tanaman pohon dan berbatang bengkok, ketinggian dapat
mencapai 3-8 m. Daun tunggal dengan ujung dan pangkal kebanyakan runcing. Buahnya
termasuk buah bongkol, benjol-benjol tidak teratur, berdaging, jika masak daging buah berair.
Buah masak berwarna kuning kotor atau putih kekuning-kuningan dengan panjang 5-10 cm,
lebar 3-6 cm (Suryowinoto, 1997).
Tanaman mengkudu berbuah sepanjang tahun. Mudahtumbuh pada berbagai tipe lahan,
dengan daerah penyebaran dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 dpl. Ukuran dan bentuk
buahnya bervariasi, pada umumnya mengandung banyak biji, dalam satu buah terdapat 300 biji,
namun ada juga tipe buahmengkudu yang memiliki sedikit biji. Bijinya dibungkus oleh suatu
lapisan atau kantong biji, sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi. Dengan
demikian, perbanyakan mengkudu dengan biji sangat mudah dilakukan (Djauhariya dkk., 2006).
Habitat Tanaman Mengkudu
Tanaman mengkudu dapat tumbuh baik pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 11500 meter diatas permukaan laut, suhu udara antara 22-30C, namun masih dapat tumbuh
hingga suhu 32C. kelembaban udara antara 50-70%. Curah hujan antara 2000-3000 mm/tahun
dan cukup mendapat sinar matahari. Jenis tanah yang cocok bagi tumbuhan mengkudu adalah
alivial, latosol dan podsolik merah kuning.
Kandungan Kimia dan Manfaat Buah Mengkudu
Berdasarkan hasil penelitian, disebutkan bahwa Morinda citrifolia mengandung
komponen bioaktif seperti flavonoid, triterpen, triterpenoid dan saponin dalam jumlah yang
signifikan. Senyawa flavonoid dalam mengkudu bermanfaat sebagai antioksidan yang terbukti

memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif pada uji in vivo (Nayak, Marshall, Istitor, & Adogwa,
2010). Selain itu, flavonois yang terkandung dalam tanaman ini juga terbukti mampu mencegah
terjadinya kanker (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Ekstrak etanol Morinda citrifolia L
mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menahan laju
absorbsi glukosa darah dari saluran cerna menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan
laju peningkatan kadar glukosa darah. Dengan mencegah peningkatan kadar glukosa darah
karena diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas, sehingga diharapkan pemberian
ekstrak etanol Morinda citrifolia L dapat membantu melindungi sel dari kerusakan akibat
paparan radikal bebas (Indranilla, Sri dan Ika, 2012).
Kandungan lain yang diketaui bermanfaat ialah senyawa saponin, rutin dan triterpen.
Ketiga senyawa diduga memiliki efek hipoglikonemik yang telah dibuktikan melalui beberapa
penelitian. Oleh karena itu, mengkudu sering digunakan sebagai obat diabetes (Nayak, Marshall,
Istitor, & Adogwa, 2010).
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa
darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin (WHO,1999;Departemen Kesehatan RI,2005).
Pola penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu pengembangan penyakit infeksi
menjadi penyakit metabolic karena diabetes mellitus dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.
Virus penyebab diabetes mellitus adalah rubella, mumps dan human cossackievirus B4.
Perkembangannya dapat melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta yang kemudian virus
ini mengakibatkan penyakit metabolic dengan mendekstruksi atau merusak sel. Virus ini juga
dapat menginfeksi melalui reaksi autoimun yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel
betha. Sedangkan baktri masih belum bisa dideteksi, tapi menurut ahli mengatakan bahwa
bakteri juga berperan penting penyebab timbulnya diabetes mellitus (Maulana Mirza, 2008).
Selanjutnya akan berkurangnya produksi insulin karena rusaknya sel-sel betha pada pangkreas
atau sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin atau terjadi karena terjadi gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukkan glukosa ke dalam sel, semua ini menyebabkan penyerapan

glukosa kedalam sel menurun dan metabolismenya terganggu sehingga terjadi hiperglikemia dan
selanjutnya mengakibatkan diabetes mellitus.

Mekanisme Penurunan Kadar Gula Darah


Sari buah mengkudu terbukti efektif menurunkan kadar glukosa darah (Nuraini,2001).
Namun hingga saat ini, belum diketahui secara pasti mekanisme kerjanya. Berdasarkan hasil
penelitian, beberapa mekanisme kerja telah dikemukakan oleh para peneliti, salah satunya
merangsang sel betha pankreas untuk mensekresikan lebih banyak insulin (Nayak, Marshall,
Istitor, & Adogwa, 2010).
Rutin dan saponin yang terkandung dalam buah mengkudu diduga merangsang sel betha
pancreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin (Nayak, Marshall, Istitor, & Adogwa, 2010).
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kadar
insulin plasma pada kelompok tikus diabetes diinduksi streptozotosin yang diberikan ekstrak
buah mengkudu (300 mg/kg bb) selama 30 hari sebesar 12,52 U mL -1, sedangkan kelompok
yang diberikan glikazid (5 mg/kg bb) sebesar 13,27 U ml -1. Dengan demikian, kemampuan
ekstrak buah mengkudu meningkatkan produksi insulin sebanding dengan glikazid yang
merupakan salah satu antidiabetik oral golongan sulfonylurea (Rao dan Subarsmanian, 2008)
Efek Farmakologi
Pengamatan dilakukan selama 22 hari pemberian bahan uji, dengan satu kali pengambilan
sampel setiap minggu. Setelah dipuasakan selama 10-12 jam, dilakukan pengukuran glukosa
darah diperoleh data yang cukup beragam tetapi masih menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
puasa terdistribusi normal, homogeny dan tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil pengukuran
kadar glukosa darah puasa H8 dan H15 menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah
yang cukup signifikan.
Kadar glukosa darah pada jam ke-2 setelah pemberian glibenklamid terlihat adanya
perubahan kadar glukosa darah sejak hari pertama. Tiga jam setelah pemberian sari buah
mengkudu memperlihatkan efek anthiperglikemiknya. Terlihat adanya penurunan kadar glukosa
darah yang cukup signifikan.

Setelah hari ke-22 diperoleh data yang memperlihatkan bahwa kadar glukosa darah
hewan uji telah kembali normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara oral penggunaan
sari buah mengkudu bersamaan dengan glibenklamid dapat memperbesar penurunan kadar
glukosa darah. Interaksi sinergis terjadi pada penggunaan bersama glibenklamid (0,9 mg/ 200
gram bb tikus) dengan sari buah mengkudu (5,0 ml/ 200 gram bb tikus) pada hari ke-15
pemberian bahan uji.
Efek Toksisitas
Pengonsumsian glibenklamid (0,9 mg/ 200 gram bb tikus) dengan sari buah mengkudu
(5,0 ml/ 200 gram bb tikus) masih aman dikonsumsi untuk memperbesar penurunan kadar
glukosa darah, tetapi tetap diperlukan pengawasan dalam penggunaanya, terutama jika
digunakan lebih dari 15 hari.
Pada pemeriksaaan histologi hati kelompok hewan uji dosis 1000 mg/kg bb paling
banyak mengalami degenerasi sel hati hal ini menunjukkan pemberian sediaan uji dosis tinggi
dapat merusak sel hati lebih banyak. Pada kelompok dosis kombinasi 50 mg/kg bb
ditemukan adanya peningkatan yang cukup tinggi jumlah sel kupffer dibanding kontrol.
Sel kupffer merupakan sel makrofag fagositik bentuk fagosit mononukleus, peningkatan
jumlah sel ini kemungkinan karena adanya sifat imunostimulan.
Kadar glukosa darah naik akibat dari pengaruh glukagon dan adrenalin melalui
pembebasan glukosa dari cadangan. Pembebasan glukagon dan adrenalin dikontro oleh
hipotalamus. Terjadinya kenaikan glukosa darah pada tikus jantan dan betina pada
pemberian sediaan uji dosis tinggi menunjukkan adanya ganguan penganturan gula darah.

Anda mungkin juga menyukai