Anda di halaman 1dari 19

Biopulp

Muhammad Abror Zamzami dan Muhammad


Alfikri Ridhatullah (120405110 - 120405114)

Mapping of Pulp Making

Biopulping
Pulp dihasilkan dari kayu dengan cara delignifikasi kimia,
pemisahan mekanik sel (serat), atau kombinasi dari metode kimia
dan mekanik. Metode pembuatan pulp mekanis lebih banyak
digunakan karena mereka memberikan yield yang jauh lebih tinggi
(80% sampai 90%) daripada metode kimia (40% sampai 50%).
Mechanical pulping juga tidak terlalu berpolusi daripada metode
kimia. dan pabrik menggunakan metode ini jauh lebih murah untuk
dibangun. Saat ini, sekitar 25% dari produksi pulp dunia adalah
dengan cara mekanis. Namun kelemahan utama dari metode
pembuatan pulp mekanis adalah kualitas produksi pulp yang lebih
rendah, yang tidak cocok untuk serat produk yang membutuhkan
sifat kekuatan tinggi, dan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
produksi yang lebih tinggi (Thomas, 2015 ).

Pretreatment kimia pada wood chips dapat digunakan untuk


meningkatkan sifat kekuatan dari mechanical pulp, atau yang
biasa disebut dengan metode semi-mechanical pulp.
Tetapi, cara ini menghasilkan lebih banyak limbah kimia
yang harus ditreatment, dan menurunkan hasil yields karena
menghapus zat kayu (terutama hemiselulosa dan lignin).
Yang dimaksud biopulping sampai saat ini adalah
Biomechanical pulp, yang artinya penggunaan jamur yang
digunakan
untuk
menggantikan
bahan
kimia
dalam
pretreatment kayu dalam pembuatan pulp mekanis (Kirk,
1998)

How?
Serpihan kayu segar yang akan disimpan untuk produksi pulp,
dengan cepat dijajah oleh berbagai mikroorganisme, termasuk banyak
spesies jamur.. Mereka adalah jamur yang mendapatkan makanan dari
dinding sel polimer structural yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Tanpa diketahui, koloni yang sebagian besar white-rot fungi,"
akhirnya membusukkan kayu menjadi karbon dioksida dan air.
Beberapa dari mereka secara selektif men-degradasi komponen
lignin, yang biasa dilakukan pada proses pembuatan pulp kimia.
Biopulping adalah konsep yang sengaja memanfaatkan white-rot fungi
untuk pembuatan pulp.

Why?
Mengapa Fungi dipilih sebagai biodegrader pada biopulping daripada
bakteri?

Sebenarnya, bakteri umumnya dianggap pengdegradasi lignoselulose


sekunder, dan dapat menurunkan selulosa dan hemiselulosa baik secara
aerobik maupun anaerobik (Walker dan Wilson 1991).

Sedangkan jamur adalah degraders utama lignoselulosa (Mahajan,


2011). Selain mengeluarkan enzim yang sangat penting untuk
dekomposisi lignoselulosa, pertumbuhan jamur pada lignoselulosa
diawali oleh pembentukan miselia yang memungkinkan jamur berfilamen
untuk mengangkut nutrisi, termasuk nitrogen dan besi, menuju substrat
lignoselulosa yang kaya karbon (Hammel 1997).

Banyak jamur juga lebih tahan terhadap biosida derivative kayu yang
membatasi pertumbuhan bakteri. Senyawa ini termasuk tanin dan berbagai
senyawa fenolik (terpene, stilbenes, flavonoid dan tropolones) yang sangat
berlimpah pada batang pohon kayu.
Mayoritas jamur pendegradasi kayu yang dikenal sampai saat ini adalah
anggota dari filum Basidiomycota dan ditandai dengan brown-rot fungi atau
white-rot fungi (Mahajan, 2011).

Enzymes
Enzim lignoselulosa-aktif yang dihasilkan oleh white-rot fungi
yang sangat berharga untuk konversi biomassa, karena mereka
dapat digunakan untuk mengubah secara selektif baik lignin dan
polisakarida (Kirk dan Cullen, 1998).
Enzim yang berkontribusi terhadap kegiatan ini dapat secara
luas diklasifikasikan sebagai Carbohydrate-Active enzymes
(CAZymes) dan Fungal Oxidative Lignin enzymes (FOLymes)

Where ?
Proses biopulping saat digunakan
pada system wood handling-mill
yang ada sekarang
(Kirk, 1998)

Scaleup

Compare Table

Advantages
Biopulping menawarkan sejumlah potensi manfaat
ekonomi bila dibandingkan dengan jenis lain dari pulp
mekanik, penggillingan pulp secara substansial mengurangi
biaya energi jika pretreatment biologi digunakan sebelum
proses pembuatan pulp mekanis untuk refiner mechanical
pulping (RMP) dan thermomechanical pulping. Manfaat lain
dari biopulping dibandingkan dengan pretreatment kimia
meliputi peningkatan kekuatan dan keluaran yang lebih
halus, penurunan biaya pengolahan limbah, dan investasi
modal yang lebih rendah per unit-nya (Thomas, 2015).

Disadvantage
Kelemahan dari biopulping adalah bahwa biopulping
menggelapkan chip, sehingga membutuhkan peningkatan
dalam penggunaan bahan kimia selama pemutihan pulp
(National Reasearch Council, 2000), dan juga waktu
inokulasi yang lumayan lama (1-4 minggu) (Kirk, 1998).

Conclussion
Biopulping menawarkan suatu alternatif untuk meningkatkan
teknologi pembuatan pulp. Biopulping juga dapat menjadi
alternatif yang menarik untuk pabrik pulp kimia yang memiliki
biaya modal yang besar dan dapat meningkatkan kekuatan dari
struktur kayu.
Dan pada akhirnya, penggunaan biological agent daripada
bahan kimia mungkin lebih murah dan lebih ramah lingkungan.
Dengan demikian, biopulping menawarkan beberapa manfaat
potensial menarik yang perlu dieksplorasi lebih lanjut

Daftar Pustaka
National Research Council. Biobased Industrial Product Research and
Commercialization Priorities. National Research Press. 2000
Gary M. Scott, Michael J. Lentz, Eric G. Horn, T. Kent Kirk, David F.
Shipley. Meeting Biological And Engineering Challenges During ScaleUp of
Biopulping. 1997 Biological Sciences Symposium.
Hammel KE, 1997. Fungal Degradation of Lignin. In: Sonam Mahajan.
Characterization of the White-rot Fungus, Phanerochaete carnosa,
through Proteomic Methods and Compositional Analysis of Decayed
Wood
Fibre. departement of Chemical Engineering. University of
Torronto. 2011.
Kirk TK, Cullen D, 1998 Enzymology and molecular genetics of wood
degradation by white-rot fungi. In: Sonam Mahajan. Characterization of
the White-rot Fungus, Phanerochaete carnosa, through Proteomic
Methods
and Compositional Analysis of Decayed Wood Fibre.
departement of Chemical Engineering. University of Torronto. 2011.

Sonam Mahajan. Characterization of the White-rot Fungus,


Phanerochaete carnosa,
through Proteomic Methods and
Compositional Analysis of Decayed Wood Fibre. Departement
of Chemical Engineering. University of Torronto. 2011
T. Kent Kirk, Richard R. Burgess, and John W. Koning, Jr. Use
of Fungi in Pulping Wood : An Overview of Biopulping
Research. Journal of
Korea TAPPI. Vol. 30. No.4, 1998
Thomas C. Marcin. Economics of Biopulping Compared to
Other
Mechanical Pulping Technologies. 2015
Walker LP, Wilson DB. Enzymatic hydrolysis of cellulose: An
overview. Bioresource Technology 36 (1):3-14. Elsevier. 1991

White-rots memecah lignin dan selulosa, dan sering itu menyebabkan kayu (yang
membusuk) menjadi lembab, lembut, dan tampak putih atau kuning.
Jamur White-rots memecah lignin dalam kayu, lalu meninggalkan selulosa yang
berwarna lebih terang di belakang, beberapa dari mereka memecah lignin dan selulosa
dengan cara menghasilkan enzim, seperti lakase, yang diperlukan untuk memecah lignin
dan molekul organik kompleks lainnya.
Ada banyak enzim yang berbeda yang terlibat dalam pembusukan kayu oleh jamur
White-rots, beberapa di antaranya langsung mengoksidasi lignin. Kelimpahan fenil propana
rantai alkil pada sisi lignin menurun ketika membusuk oleh jamur White-rots. Telah
dilaporkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) istimewa membusukkan lignin bukan
polisakarida. Hal ini berbeda dengan beberapa jamur White-rots lainnya misalnya
Phanerochaete chrysosporium, yang tidak menunjukkan selektivitas untuk lignoselulosa.
Jamur Madu (Armillaria spp.) Adalah jamur White-rots yang terkenal karena menyerang
pohon hidup. Pleurotus ostreatus dan jamur tiram lainnya adalah jamur White-rots
umumnya yang dibudidayakan, tapi P. ostreatus tidak parasit dan tidak akan tumbuh pada
pohon yang hidup, kecuali jika sudah meninggal karena penyebab lain. Jenis jamur Whiterots lainnya termasuk turkey tail, artist's conch, tinder fungus, dan C. subvermispora.

Scale up
Proses Treatment secara kontinyu
untuk men-dekontaminasi dan
men-inokulasi wood chips

(Kirk,
1998)

(Gary,
1997)

Lignin
Lignin adalah polymer kompleks yang terkomposisi dari
phenylpropane yang terikat bersama dengan karbon (C-C)
dan Ether (C-O-C). Lignin berperan dalam meng-support
struktur fiber dari tanaman dan melindungi tanaman dari
serangan mikroba serta meningkatkan transport air pada
xylem dan phloem tissues (Mahajan, 2011).

Anda mungkin juga menyukai