Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TRADISI ARAREM SUKU BIAK PAPUA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas UTS
Manifestasi Ragam Budaya Indonesia Timur
Dosen Pengajar Irfan Nugraha S.Sos., M.Si.(HAN)

Disusun Oleh :
Mukhammad Kun Tahtadi Noor

(1406638482)

PROGRAM VOKASI JURUSAN PARIWISATA


VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku Biak merupakan salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup dan tinggal
di Kabupaten Biak Numfor. Nama Biak berasal dari kata v`iak. Kata tersebut mengandung
pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan`,`orang-orang yang tidak pandai
kelautan`, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut
dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain.
Suku Biak memiliki adat dalam hal pernikahan yang dinamakan Ararem, hingga saat
ini adat tersebut masih di jalankan oleh suku Biak, hanya saja eksistensi dari adat ini tidak
seperti yang diharapkan, bahkan informasi yang ada sangat terbatas.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk berbagi pengetahuan mengenai adat Aremrem yang ada di Papua
b. Untuk memenuhi tugas UTS yang di berikan oleh dosen pengajar
1.3 Manfaat
a.Untuk menambah pengetahuan mengenai hal yang akan di bahas
b.Membantu melestarikan adata terebut melalui makalah ini

BAB II

ISI
1. Pengenalan Ararem
Ararem adalah Tradisi Pembayaran Mas Kawin yang dilakukan secara Adat oleh Suku
Biak-Papua dan pembayaran Mas Kawin adalah salah satu tradisi yang tidak dapat diabaikan,
karena hal ini adalah konsekwensi dari sebuah perkawinan yang dilangsungkan secara Adat
oleh Suku Biak-Papua.
Masyarakat Asli Papua tak terkecuali Orang Biak, sangat terikat dengan apa yang
disebut adat atau tradisi. Hal tersebut nampak pada cara membayar Mas Kawin yang sering
dilakukan di dalam sebuah prosesi penyerahan Mas Kawin.
2. Tata Cara Ararem/ Tradisi Pembayaran Mas Kawin Suku Biak
Terdapat beberapa tahap dalam pembayaran / pemberian Mas Kawin yang dilakukan
oleh Pihak Laki-laki kepada Pihak Perempuan, diantaranya :
Pertemuan dan Kesepakatan.

Pihak Pertama adalah Pihak Laki-laki;


Pihak Kedua adalah Pihak Perempuan.

a.Tahap Awal
Biasanya dilakukan oleh Pihak Pertama, yang didasari oleh sebuah perkawinan.
Hal ini dilakukan oleh karena tuntutan tradisi atau adat yang wajib untuk dilaksanakan.
Di dalam pertemuan ini, yang sangat berperan adalah pihak Laki-laki sebagai
Pihak Pertama yang mana pertemuan tersebut sasarannya lebih di tujukan kepada orang
tua Pihak Kedua ( Perempuan). Pada pertemuan pertama ini, pihak pertama akan
menanyakan berapa jumlah harga Mas Kawin yang diminta oleh Orang Tua Pihak Kedua
(Perempuan).
Jika dalam pertemuan ini menghasilkan suatu kesepakatan, maka Pihak Pertama
mulai menyiapkan segala sesuatu yang diminta oleh Pihak Kedua yang berhubungan
dengan Mas Kawin tersebut. Mas Kawin yang dimaksud terdiri dari sejumlah barang
berupa piring dan uang. Ketika usaha/upaya Pihak Pertama telah sesuai dengan
permintaan atau tuntutan Pihak Kedua, maka diadakan perternuan kedua.
b.Tahap Kedua
Pertemuan kedua cukup berbeda dengan pertemuan pertama, karena Pihak Kedua
diundang oleh Pihak Pertama ke rumah Pihak Pertama. Maksud pertemuan ini adalah
agar Pihak Kedua dapat melihat harta benda yang telah disiapkan oleh Pihak Pertama.
Dan jika menurut Pihak Kedua harta benda yang telah dikumpulkan itu sesuai, maka akan
disepakati waktu pelaksanaan pembayaran harta atau Mas Kawin tersebut.

3.Prosesi Penyerahan Mas Kawin


Terdapat dua hal yang akan sangat nampak pada saat penyerahan Mas Kawin.
a) Jika Pihak Kedua (Perempuan) berasal dari Kampung lain, maka dalam proses
ini Pihak Pertama akan melibatkan semua saudara/kerabat yang berada di
kampungnya secara keseluruhan. Untuk mengantar sampai menyerahkan harta
(Mas Kawin) kepada Pihak Kedua (Perempuan) menuju tempat atau rumah yang
sudah disepakati pada pertemuan kedua.
b) Jika Pihak Kedua (Perempuan) berasal dari Kampung yang sama, maka prosesi
mengantar hingga penyerahan Mas Kawin akan dilakukan/diantar oleh keluarga
serta kerabat dari Pihak Pertama.
4.Prosesi Arak-Arakan Emas Kawin (ARAREM)
Orang Biak dijuluki sebagai salah satu suku di Papua yang memiliki jiwa seni tinggi,
oleh sebab itu seni yang ada selalu dipadukan dan di implementasikan dengan apa saja yang
mereka lakukan. Dalam konteks ini, ketika Mas Kawin hendak diantar, akan ada arakarakkan dalam bentuk barisan besar, dan dalam barisan yang mengantar Mas Kawin tersebut
terdiri dan 3 (tiga ) kelompok.
a) Kelompok Pertama
mereka yang dituakan dalam keluarga Pihak Pertama ( Laki-laki), yang
terdiri dari perempuan-perempuan. Kehadiran mereka dalam prosesi tersebut
adalah selalu berada dalam barisan paling depan, dengan menggunakan busana
adat Biak, dan memegang piring-piring besar yang menurut bahasa Biak
disebut Ben be pon (piring dulu yang memiliki nilai histori sejarah adat
yang tinggi).
b) Kelompok Kedua
adalah mereka yang terdiri dari kelompok campuran, baik\laki-laki
maupun perempuan yang dalam hal ini mereka bertindak sebagai pengantar.
Mereka pun sama dengan kelompok pertama, tetapi harta/piring yang mereka
pegang adalah piring- ring kecil sebagai pelengkap harta dan jumlah yang ada.
c) Kelompok Ketiga
adalah mereka yang terdiri dari laki-laki dan perempuan tua maupun
muda yang kehadiran mereka adalah sebagai kelompok musisi/kelompok
penyanyi. Kelompok inilah yang membentuk suatu barisan yang disebut
barisan pengantar Mas Kawin.
Pada prosesi ini, diwarnai dengan berbagai macam bunyi nyanyian, alat musik serta
tarian Yospan yang memberi nuansa tersendiri bagi Pihak Pertama ( Laki-laki ) dan Pihak
Kedua (Perempuan). Setelah barisan pengantar tiba di tempat tujuan, maka proses selanjutnya
adalah penandatanganan berita acara pembayaran Mas Kawin. Dengan adanya
penandatanganan Berita Acara pembayaran Mas Kawin ini, maka berakhirlah proses dan
prosesi penyerahan Mas Kawin.
Tidak hanya mengantar maskawin berupa piring antik dan gusi tetapi yang menarik
dalam proses ini adalah adanya bendera merah putih sebagai simbol lambing Negara juga
mendapat penghargaan dalam ragam kebhinekaan adat di pulau Numfor. Memang kebiasaan
mengantarkan prosesi emas kawin dengan membawa bendera Merah Putih atau juga simbol

bendera yang lain tidak diketahui sejak kapan berlaku. Namun yang jelas dalam budaya
Papua tradisi membawa bendera memang belum ada dan baru berkembang sejak masuknya
Papua ke dalam bingkai Negara Kesatuan Repbulik Indonesia (NKRI).
Tradisi perkawinan di Papua khususnya di pulau Numfor ini tentu saja menjadi
cerminan budaya Papua yang tentu hasana untuk memperkaya budaya bangas Indonesia yang
perlu dilestarikan.
5.Analisa
Berdasarkan analisa yang saya lakukan , saya menemukan adanya tradisi yang masih
unik seperti tradisi Ararem ini yang masih kurang eksistensinya dan tradisi ini masih di
lakukan hingga sekarang dan di lakukan oleh Suku Biak di Papua. Dan setiap tradisi ini di
lakukan biasanya akan melibatkan banyak orang, baik dari keluarga maupun dari tetangga
keluarga yang bersangkutan. Tetapi walaupun tradisi ini unik, tradisi ini masih kurang eksis
di bandingkan dengan hal-hal modern yang ada di zaman sekarang, hal ini menyebabkan
ancaman bagi tradisi Ararem dan dapat menyebabkan kepunahan terhadap tradisi ini.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tradisi Ararem ini adalah sebuah tradisi dengan tujuan Pembayaran Mas Kawin
yang dilakukan oleh Suku Biak yang berada di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.
Ada beberapa tahap yang di lakukan seperti Pihak Pertama membawa Mas Kawin ke
kediaman Pihak Kedua hingga Pihak Kedua mengundang Pihak Pertama guna untuk
melihat harta benda yang disepakati sudah di siapkan atau belum. Dan ada Arak-Arakan
yang terdiri dari 3 (tiga) Kelompok guna mengiringi Pihak Pertama untuk membawa Mas
Kawin ke kediaman Pihak Kedua dan memberikan perasaan tersendiri bagi kedua belah
pihak.
2. Ide & Saran
Karena tradisi ini masih kurangnya eksistensi dengan bukti sedikitnya informasi yang
tersedia, ada baiknya kita membantu dan aktif menyebar luaskan informasi mengenai Tradisi
Ararem ini melalui situs pemerintah maupun blog pribadi yang pastinya informasi yang
diberikan kita dapat langsung dari pelaku atau warga suku Biak itu sendiri yang ikut menjaga
kelestarian tradisi tersebut agar informasi yang di dapat tidak salah dan sesuai dengan
kebenaran yang ada.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Arak-Arakan Mas
Kawin membawa
bendera Merah Putih

Arak-arakan membawa Ben


Pe Pon

DATAR PUSTAKA

Sumber :
1. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1115/suku-biak
2. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjayapura/2013/12/31/tradisi-iyakyaker-sukubiak-numfor/
3. https://rahmatrijaluncomputerbiak.wordpress.com/2010/01/31/prosesi-penyerahanmas-kawin-secara-adat-biak-ararem/

Anda mungkin juga menyukai